• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Arsip Dinamis Dalam Memudahkan Temu Kembali Arsip Pada Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengelolaan Arsip Dinamis Dalam Memudahkan Temu Kembali Arsip Pada Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Arsip Dinamis

Arsip dinamis merupakan informasi yang terekam termasuk data dalam

sistem komputer, yang dibuat atau diterima oleh badan korporasi ataupun

perorangan dalam transaksi kegiatan atau melakukan tindakan sebagai bukti

aktifitas tersebut. Arsip dinamis memuat informasi tentang tugas, garis haluan,

keputusan, prosedur, operasi, dan aktifitas sebuah organisasi ataupun perorangan.

Dengan konsep tersebut arsip dinamis memerlukan pengelolaan yang

dimaksudkan agar arsip dinamis memberikan manfaat bagi pencipta, penerima

dan pemakainya.

2.1.1 Pengertian Arsip Dinamis

Arsip menurut Undang-Undang No. 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan

adalah “Rekaman kegiatan atau peristiwa dalam berbagai bentuk dan media sesuai

dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang dibuat dan

diterima oleh lembaga negara, pemerintahan daerah, lembaga pendidikan,

perusahaan, organisasi politik, organisasi kemasyarakatan dan perseorangan

dalam pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Keberadaan arsip bukan hal yang diciptakan secara khusus. Arsip lahir secara

otomatis sebagai bukti pelaksanaan kegiatan pelaksanaan kegiatan administrasi

yang terekam dalam bentuk media apapun. Oleh karena itu, sangat diperlukan

prosedur yang jelas dalam sistem penyimpanan arsip yang baik dalam masa arsip

(2)

dalam penyimpanan telah mempertimbangkan sistem temu kembali

yang cepat dan tepat sesuai dengan kebutuhan.

Pada mulanya arsip berasal dari bahasa Yunani “archivum” yang

artinya tempat untuk menyimpan. Namun, Arsip (record) yang dalam istilah

bahasa Indonesia ada yang menyebutkan sebagai “warkat”, yang menurut Basir

Barthos (2007: 2).

Arsip dinamis dapat diartikan pula sebagai suatu badan (agency) yang melakukan segala kegiatan pencatatan penanganan, penyimpanan dan pemeliharaan surat-surat/warkat-warkat yang mempunyai arti penting baik ke dalam maupun ke luar, baik yang menyangkut soal-soal pemerintahan maupun non-pemerintahan, dengan menerapkan kebijaksanaan dan sistem tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan.

Seiring dengan perkembangan bidang kearsipan, maka muncul banyak

ahli yang mencoba mengemukakan pendapat-pendapatnya mengenai arsip.

Menurut The Liang Gie (2009: 118) “arsip dinamis adalah suatu kumpulan warkat

yang disimpan secara sistematis karena mempunyai suatu kegunaan agar setiap

kali diperlukan dapat secara cepat ditemukan kembali”.Menurut Sulistyo-Basuki

(2003, 13) Arsip dinamis (record) artinya informasi terekam, termasuk data dalam

sistem komputer, yang dibuat atau diterima oleh badan korporasi atau perorangan

dalam transaksi kegiatan atau melakukan tindakan sebagai bukti aktivitas tersebut.

Defenisi tersebut merujuk kepada mengapa arsip dinamis diciptakan dan alasan

mengapa arsip dinamis disimpan.Arsip dinamis yang disimpan menunjang

kegiatan sehingga disimpan sebagai bukti aktivitas tersebut.

Pendapat lain dikemukakan oleh Amsyah (2003: 3) yang mengatakan

(3)

Arsip dinamis adalah setiap catatan (record/warkat) yang tertulis, tercetak, atau(slide, film-strip, mikro-film), media komputer (pita tape, piringan, rekaman, disket), kertas photocopy, dan lain-lain. ketikan, dalam bentuk huruf, angka, atau gambar, yang mempunyai arti dan tujuan tertentu sebagai bahan komunikasi dan informasi, yang terekam pada kertas ( kartu, formulir), kertas film.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa arsip

adalah setiap catatan yang tertulis, tercetak, yang mempunyai arti penting untuk

suatu organisasi sebagai bahan komunikasi dan informasi yang terekam pada

kertas, kertas film, media komputer, dan lain-lain yang disimpan secara sistematis

agar setiap kali diperlukan dapat ditemukan secara cepat dan tepat.

2.1.2 Tujuan Arsip Dinamis

Tujuan kearsipan merupakan kegiatan untuk menjamin keselamatan

bahan pertanggungjawaban nasional tentang perencanaan, pelaksanaan dan

penyelenggaraan kehidupan kebangsaan serta untuk menyediakan bahan

pertanggungjawaban tersebut bagi kegiatan Pemerintah.

Menurut Sedarmayanti (2003, 19)“Tujuan kearsipan secara umum adalah untuk menjamin keselamatan bahan pertanggungjawaban nasional tentang rencana, pelaksanaan dan penyelenggaraan kehidupan kebangsaan, serta untuk menyediakan bahan pertanggungjawaban tersebut bagi pemerintah”.

Barthos (2012, 12) tujuan arsip adalah, untuk menjamin keselamatan

bahan pertanggungjawaban nasional tentang perencanaan, pelaksanaan dan

penyelenggaraan kehidupan kebangsaan serta untuk menyediakan bahan

(4)

Dari uraian diatas, dapat dinyatakan tujuan arsip secara umum ialah

untuk mempermudah temu kembali arsip atau surat yang berada dalam suatu

lembaga pemerintah atau instansi yang menyimpan berbagai arsip, yang

dikelompokkan menurut tata penyimpanan di lembaga atau instansi

masing-masing.

2.1.3 Fungsi Arsip Dinamis

Amsyah (2003, 2) arsip dibedakan menurut fungsinya menjadi dua

golongan, yaitu arsip dinamis dan arsip statis.Arsip dinamis dipergunakan secara

langsung dalam perencanaan, pelaksanaan, penyelenggara kehidupan kebangsaan

pada umumnya atau dipergunakan secara langsung untuk administrasi

negara.Arsip statis merupakan arsip yang tidak dipergunakan secara langsung

untuk perencanaan, penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada umumnya

maupun untuk peyelenggaraan sehari-hari administrasi negara.

Menurut Undang-undang No. 43 Tahun 2007 arsip berdasarkan

fungsinya digolongkan menjadi dua yaitu arsip dinamis dan arsip statis.Arsip

dinamis adalah arsip yang dipergunakan secara langsung dalam perencanaan,

pelaksanaan, penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada umumnya atau

dipergunakan secara langsung dalam penyelenggaraan administrasi negara.

Dengan kata lain arsip dinamis adalah arsip-arsip yang berada pada

masing-masing organisasi pencipta arsip (creating agencies) karena masih diperlukan

untuk kepentingan pelaksanaa tugas pekerjaan sehari-hari. Sedangkan menurut

Irawan (2009, 5) fungsi arsip yaitu; (1) mendukung proses pengambilan

(5)

sebagai alat pembuktian; (5) memori perusahaan; (6) untuk kepentingan politik

dan ekonomi.

Arsip dinamis merupakan arsip yang digunakan secara langsung dalam

perencanaan, pelaksanaan, penyelenggaraan kehidupan pada umumnya atau

digunakan secara langsung dalam penyelenggaraan administrasi negara. Arsip

dinamis digolongkan menjadi (a). arsip aktif, arsip-arsip yang masih sering

dipergunakan bagi kelangsungan pekerjaan di lingkungan suatu unit kerja; (b).

arsip inaktif, arsip-arsip yang tidak dipergunakan lagi secara terus menerus atau

frekuensi kegunaanya sebagai referensi bagi satu organisasi (Barthos, 2009: 4).

Dari uraian diatas, dapat dinyatakan arsip menurut fungsinya dibagi

menjadi dua bagian, yaitu arsip dinamis dan arsip statis.Perbedaan dari dua jenis

arsip ini terletak dari frekuensi penggunaan, serta tempat penyimpanan kedua

arsip tergantung bagaimana instansi yang menaganinya.

2.1.4 Manfaat Arsip Dinamis

Dalam kegiatan berorganisasi, kebutuhan akan informasi merupakan

kebutuhan yang mendasar. Salah satu sumber informasi adalah arsip. Maka dari

itu arsip sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan kelancaran suatu organisasi

atau instansi baik pemerintah maupun swasta dan arsip harus di simpan dengan

sebaik mungkin. Menurut Dewi (2011, 6) dengan menyimpan arsip sedemikian

rupa sehingga mudah ditemukan kembali dalam waktu singkat dan

(6)

2.1.5 Jenis-Jenis Arsip Dinamis

Wiyasa (2003, 92-93) menggolongkan arsip dinamis menjadi dua,

yaitu: (1) arsip dinamis aktif, yaitu arsip yang masih diperlukan secara langsung

dan terus-menerus dalam penyelenggaraan administrasi organisasi; (2) arsip

dinamis inaktif, yaitu arsip yang frekuensi penggunaannya dalam

penyelenggaraan administrasi organisasi sudah berkurang.

Dari segi waktunya arsip dinamis dibagi menjadi; (1) arsip dinamis

jangka panjang, mencakup sejarah instansi, lembaga, badan korporasi, garis

haluan dan prosedur. (2) arsip dinamis temporer dikenal dengan nama transitory

records atau transactional records yang didalamnya mencakup jawaban atas surat

masuk, permintaan rutin, memo untuk kegiatan jangka panjang dan pendek.

Arsip dinamis dapat juga digolongkan menjadi; (1) record copy, salinan

atau kopi arsip dinamis yang resmi dan disimpan untuk keperluan hukum

operasional. (2) nonrecord copy, sebuah arsip dinamis yang biasanya tidak

termasuk dalam ruang lingkup arsip dinamis resmi.

Dari segi bentuknya arsip dinamis dibagi menjadi; (1) arsip dinamis

tradisional yang terbagi dari; (a) grafis berupa kertas; (b) nongrafis berupa

microfilm, computer file, word processing. (2) unik seperti manuskrip asli film.

Dapat dinyatakan bahwa, sesuatu yang direkam dengan berbagai

macam cara dapat dikatan dengan arsip, apabila memiliki unsur-unsur (1)

merupakan informasi terekam, (2) memiliki bentuk media yang nyata dalam arti

(7)

dalam rangka menunjang proses pelaksanaan kegiatan administrasi dan

fungsi-fungsi manajemen, pemerintah yang dilihat dari segi fungsi-fungsi dan bagian-bagiannya.

2.1.6 Recyle Arsip Dinamis

Perlu dipahami tentang daur hidup arsip, dalam daur hidup arsip terdiri

dari beberapa tahapan proses kehidupan arsip dimulai dari tahapan penciptaan

atau penerimaan arsip, pendistribusian, penggunaan, pemeliharaan, dan disposisi.

Judith Read and Mary Lea Ginn (2011, 18) mengemukakan bahwa “ pada

dasarnya, ada lima tahapan yang dilalui arsip dalam hidupnya (life cycle). Kelima

tahapan tersebut ialah penciptaan (creation), pendistribusian, penggunaan (use)

pemeliharaan(maintenance) dan tahap disposisi ”.

Siklus dan informasi masa hidup arsip seperti yang diungkapkan dalam lima

fase penciptaan, distribusi, penggunaan, pemeliharaan, dan disposisi akhir . Fase

siklus hidup sering tumpang tindih . Perhatikan bagaimana siklus ini

dilakukan.Setiap kali surat diproduksi, e -mail yang ditulis , dari selesai, atau

pamflet dicetak, catatan yang dibuat . Lalu arsip ini kemudian didistribusikan (

dikirim ) ke orang yang bertanggung jawab untuk penggunaannya. Catatan yang

umum digunakan dalam pengambilan keputusan , untuk dokumentasi atau

referensi dalam menjawab pertanyaan , atau dalam memuaskan persyaratan

hukum fase terakhir dalam siklus catatan dan informasi hidup adalah disposisi.

Setelah jangka waktu tertentu telah berlalu , catatan untuk disimpan ditransfer ke

situs penyimpanan yang lebih murah dalam perusahaan atau ke fasilitas

penyimpanan catatan eksternal . Pada akhir jumlah tahun yang ditunjukkan dalam

(8)

tempat penyimpanan permanen. Fasilitas di mana catatan dari suatu organisasi

yangdiawetkan karena nilai penerus atau sejarah mereka disebut arsip .

Gambar 1. Model Siklus Hidup Arsip Sumber: Judith Read and Mary Lea Ginn (2011, 19)

2.1.7 Prosedur Penyimpanan Arsip Dinamis

Prosedur penyimpanan arsip dimulai sejak surat diterima di kantor,

sebelum melakukan penyimpanan pihak pengelola arsip harus melakukan

penyortiran terlebih dahulu untuk memudahkan pengelompokkan.

Menurut Sugiarto (2005, 34) “Prosedur sistem penyimpanan arsip dinamis yaitu: langkah-langkah pekerjaan yang dilakukan sehubungan dengan akan disimpannya suatu dokumen. Langkah atau prosedur penyimpanan arsip adalah: pemeriksaan arsip (inspecting), pengindeksan arsip (indexing), memberi tanda, penyortiran, dan penyimpanan atau peletakan”.

Barthos (2012, 198) perlengkapan penyimpanan terdiri atas; (1) folder,

(9)

merupakan bagian menonjol pada sisi atas untuk menempatkan title file yang

bersangkutan; (2)guide, merupakan penunjuk tempat berkas-berkas itu disimpan

sekaligus berfungsi sebagai pemisah antara berkas-berkas tersebut; (3) tickler-file

(berkas pengingat) merupakan tempat penyimpanan kartu kendali dan kartu

pinjam arsip; (4) filling kabinet, digunakan untuk menyimpan folder yang telah

berisi lembaran-lembaran arsip bersama guide-guidenya; (5) rak-arsip, digunakan

untuk penyimpanan berkas/arsip tidak berbeda dengan rak untuk menyimpan

buku-buku perpustakaan; (6) box, terbuat dari kertas (karton) bertutup,

dipergunakan untuk pengganti filing kabinet bagi arsip-arsip in aktif di tempat

penata arsip; dan (7) kartu kendali.

Sistem penyimpanan arsip yang baik dan benar itu menurut Amsyah

(2003, 71) adalah :sistem yang digunakan pada penyimpanan warkat agar

kemudahan penyimpanan dapat diciptakan dari penemuan warkat yang sudah

disimpan dapat dilakukan dengan cepat jika diperlukan”.

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa adanya prosedur dalam

penyimpanan arsip dalam suatu wadah bertujuan untuk memudahkan penemuan

kembali saat dibutuhkan.

2.2 Pengelolaan Arsip Dinamis

Pada umumnya pengelolaan arsip dinamis dilakukan oleh seorang

arsiparis yang berada pada ruangan yang mengatur tentang surat menyurat, karena

penataan arsip di suatu organisasi baik pemerintah maupun swasta harus dikelola

dengan baik guna memudahkan dalam temu balik dan melancarkan kegiatan

(10)

dikelola agar bermanfaat bagi pencipta, penerima dan pemakainya, karena bila

sebuah instansi menciptakan surat kemudian mengirimkannya kepada pembaca.

Untuk dapat disampaikan kepada pemakai maka arsip dapat dikelola

sebaik-baiknya dan harus tersedia jika dibutuhkan”.

Pengelolaan arsip dinamis menurut Peraturan Menteri Komunikasi dan

Informatika Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 tentang Tata Kearsipan

Dinamis Kementerian Komunikasi dan Informatika bahwa “pengelolaan arsip

dinamis adalah proses pengendalian arsip dinamis secara efisien, efektif, dan

sistematis, meliputi penciptaan, penggunaan, dan pemeliharaan, serta penyusutan

arsip”. Tujuan dari pengelolaan arsip dinamis adalah untuk menjamin

ketersediaan arsip dalam penyelenggaraan kegiatan sebagai bahan akuntabilitas

kinerja dan alat bukti yang sah berdasarkan suatu sistem memenuhi persyaratan:

sistematis, utuh, menyeluruh, dan sesuai dengan standar, prosedur, dan kriteria.

Selain itu, untuk menjaga keauntetikan, keutuhan, keamanan, dan keselamatan.

Tujuan tersebut dapat terwujud apabila pengelolaan arsip dinamis dilakukan

melalui kegiatan-kegiatan: penciptaan, penggunaan, pemeliharaan, dan

penyusutan arsip. Selain kegitan itu, proses penyimpanan arsip juga

mempengaruhi dalam penggunaan, pemeliharaan, dan penyusutan. Apabila

kegitan tersebut dilakukan dengan baik, maka pengelolaan arsip akan menjadi

lancar. Berikut adalah uraian kegiatan dalam pengelolaan arsip dinamis yaitu,

(11)

2. 2.1 Penciptaan Arsip Dinamis 2.2.1.1 Pembuatan Arsip

Pembuatan arsip adalah kegiatan merekam informasi dalam suatu media

rekam tertentu untuk dikomunikasikan dalam rangka melaksanakan fungsi dan

tugas dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Arsip yang dibuat memiliki isi, struktur, dan konteks.

2) Pembuatan arsip yang dinilai sebagai arsip vital/statis dilaksanakan denganmedia rekam dan peralatan berkualitas baik. 3) Untuk memenuhi autentisitas dan reliabilitas arsip, serta

pengelompokan arsip sebagai satu keutuhan informasi maka jadi dalam pembuatan arsip dilaksanakan berdasarkan tata naskah dinas, klasifikasi arsip, sertaklasifikasi keamanan dan akses arsip.

4) Pembuatan arsip dilaksanakan berdasarkan klasifikasi keamanan dan akses arsip untuk menentukan keterbukaan atau kerahasiaan arsip sesuai dengan peraturan perundangundangan.

5) Pembuatan arsip harus didokumentasikan dengan cara registrasi yang dilakukanoleh arsiparis.

2.2.1.2 Penerimaan Arsip

Merupakan kegiatan yangberhubungan dengan pengaturan arsip

yangberasal dari pihak luar (organisasi dan/atauindividu).Dalam penerimaan arsip

yang perludiperhatikan adalah:

1) Arsip yang diterima dalam kondisi aman,tepat, lengkap, dan jelas terbaca.

2) Arsip dianggap sah diterima setelah sampaipada petugas penerima arsip yangberwenang.

3) Arsip dalam bentuk faksimili dianggap sahditerima setelah tercetak oleh mesin fakspenerima arsip.

4) Arsip dianggap sah diterima setelah sampaipada penerima yang berhak dan penerimaanarsip itu harus didokumentasikan dengancara diregistrasi oleh unit yang mewadahifungsi persuratan untuk kemudian ditindaklanjuti olehunit pengolah. 5) Pendokumentasian penerimaan arsipdilakukan oleh arsiparis

(12)

Registrasi arsipadalah kegiatan pencatatan arsip yang dibuat atau

diterima dalam sistem kearsipan,dengan memperhatikan berikut ini:

1) Registrasi dilakukan secara lengkap dankonsisten .

2) Registrasi dilakukan dengan memberikan kode yang bertujuan untuk merekaminformasi yang ringkas mengenai arsip.

3) Data registrasi tidak boleh diubah-ubah,namun apabila diperlukan perubahan karenaterjadi kesalahan teknis, maka harusdilakukan pencatatan perubahan.Registrasi arsip dilakukan dengan mencatatinformasi arsip seuai dengan standarmetadatakearsipan, dan sekurang-kurangnya meliputinomor dan tanggal registrasi, nomor dan tanggalarsip, tanggal penerimaan dan pengiriman,instansi penerima dan pengirim, isi ringkas, dankode klasifikasi.

2.2.1.4 Pendistribusian Arsip

Pendistribusian arsip adalah penyampaian arsip atau pengendalian

pergerakan arsip dari satu unit kerja ke unit kerja lain di lingkungan dengan

memperhatikan:

1) Distribusi arsip dilakukan setelah arsip yang berkaitan dinyatakan lengkap.

2) Distribusi arsip dilakukan dengan cepat, tepat, lengkap dan aman. 3) Distribusi arsip disertai dengan pengendalian pergerakan arsip

dilingkungan

2.3 Pengorganisasian Arsip Dinamis

Di dalam pengorganisasian arsip terdapat istilah file aktif dan file inaktif.

File aktif adalah file yang berisikan file yang masih aktif dan masih dipergunakan

dalam kegiatan administrasi. Sedangkan file inaktif adalah file yang sudah jarang

dipergunakan lagi.

Ada beberapa azas penyimpanan yang digunakan organisasi dalam

(13)

1) Azas sentralisasi

Penyimpanan arsip dengan azas sentralisasi merupakan pengelolaan arsip pada suatu unit tersendiri bagi semua arsip yang terdapat pada organisasi. Jadi tiap-tiap unit kerja tidak menyelenggarakan kegiatan kearsipan sendiri-sendiri, walaupun organisasi tersebut memiliki beberapa unit atau bagian. Menurut Sukoco (2012, 97) “Unit bawahannya yang ingin menggunakan dokumen dapat menghubungi untuk mendapatkan dan menggunakan sesuai dengan keperluan yang dimaksud”. Petugas dapat lebih mudah untuk mengatur peminjaman arsip karena tempat penyimpanan arsip terpusat.

2) Azas desentralisasi

Kegiatan menyimpan arsip menggunakan azas desentralisasi merupakan suatu kegiatan yang tidak ada satuan unit khusus (terpusat) dalam menyelenggarakan kegiatan kearsipan secara menyeluruh bagi semua arsip organisasi, tetapi kegiatan kearsipan diselenggarakan pada setiap unit yang dimiliki organisasi. Lebih dijelaskan oleh Sularso (1985, 32) bahwa “dalam azas ini penyimpanan arsip tiap unit kerja menyelenggarakan kegiatan kearsipan sendiri-sendiri”.

3) Azas kombinasi sentralisasi-desentralisasi.

Azas yang ketiga adalah azas penyimpanan arsip dengan mengkombinasikan antara sentralisasi dengan desentralisasi. Pemilihan azas ini dimaksudkan agar kelemahan dari kedua azas tersebut dapat dihindarkan. Pada umumnya suatu organisasi menggunakan dua azas, kombinasi desentralisasi dan sentralisasi. Arsip yang masih aktif dikelola di unit kerja masing-masing pengolah sedangkan arsip inaktif dan statis yang di kelola di unit sentral. Jadi dalam suatu organisasi selain terdapat penyelenggaraan kearsipan secara terpusat juga melaksanakan pengelolaan arsip pada unit kerja masing-masing.

Walaupun sistem kombinasi ini merupakan sistem gabungan, tetapi dalam sistem ini juga terdapat beberapa keuntungan dan kerugian yang dapat menyebabkan baik/buruknya dalam pelaksanaan pengelolaan arsip, menurut Sukoco (2012, 99)

(14)

a) adanya sistem penyimpanan dan temu balik yang seragam;

b) menekan seminimum mungkin kesalahan pemberkasan serta dokumen yang hilang;

c) menekan duplikasi dokumen;

d) memungkinkan pengadaan dokumen yang terpusat dengan imbas efisiensi biaya yang lebih baik;

e) memudahkan kontrol gerakan dokumen sesuai dengan jadwal retensi dan pemusnahan.

Disisi lain sistem ini memiliki kerugian, sebagai berikut : a) karena dokumen yang bertautan tidak di tempatkan pada

tempat yang sama akan menyebabkan sulitnya penggunaan dokumen yang dimaksud;

b) kurang luwes karena keseragaman di seluruh unit belum atau tidak ada;

c) masalah yang berasal dari sistem sentralisasi dan desentralisasi akan dibawa ke sistem kombinasi, walaupun dapat diminimalisir apabila pengelolaannya dilakukan secara cermat dan tepat .

Azas-azas yang diperlukan dalam menyelenggarakan penyimpanan

arsip pada setiap lembaga atau organisasi tidaklah selalu sama, yang membedakan

ialah pada keperluan warkat dan penyelenggaraan penyimpanan arsip atau warkat

disetiap kantor. Terkait dengan hal tersebut Wursanto (2007, 171) mengemukakan

bahwa “meskipun penyelenggaraan penyimpanan warkat itu berbeda-beda bagi

setiap kantor, akan tetapi suatu prinsip yang harus dianut oleh setiap kantor dalam

penyelenggaraan penyimpanan warkat adalah aman, awet, efisien, dan fleksibel”.

2.4 Penataan Arsip Dinamis

Sistem penataan arsip adalah kegiatan mengatur dan menyusun arsip

dalam suatu tatanan yang sistematis dan logis, menyimpan serta merawat arsip

(15)

Menurut Sedarmayanti (2003, 68) “Sistem penataan arsip yang baik dan

teratur, mencerminkan keberhasilan suatu pengelolaan kegiatan masa lalu, yang

akan besar pengaruhnya terhadap pengembangan di masa datang”. Dalam rekod

manajemen ada tiga jenis penggunaan, tempat yang digunakan, serta nilai dari

arsip itu sendiri. Kontrol yang sistematis dari semua catatan dan penciptaan serta

penerimaan lalu menata, di distribusikan pada organisasi, penyimpanan dan

pengambilan untuk disposisi akhir (Judith Read and Mary lea Ginn 2011, 3).

Pendapat lain dari Tobing (2013, 8) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi dalam penataan arsip: (a) ruang/tempat penyimpanan arsip, dari

penyediaan ruangan sedikit banyak dapat dinilai akan adanya kemungkinan

terawat tidaknya arsip tersebut yang tergantung pada faktor manusia yang

menanganinya; (b) manusia yang melaksanakan penataan, petugas yang

melakukan penataan arsip haruslah mempunyai disiplin ilmu yang baik, disiplin

disini maksudnya dalam hal ketekunan, kesabaran serta keuletan dalam bekerja

serta mengololah dokumen-dokumen yang berada pada instansi masing-masing .

Dari uraian diatas dapat disimpulkan, bahwa penataan arsip harus

benar-benar dilakukan secara baik dengan sistem yang ada. Selain agar mudah

ditemukan saat diperlukan sistem penataan arsip baik juga untuk menunjang

(16)

2.5 Penyimpanan Arsip Dinamis

Sistem penyimpanan arsip dinamis merupakan bagian terpenting dalam

manajemen kearsipan. Oleh karena itu arsip dinamis harus disimpan dan dikelola

dengan baik. Sistem penyimpanan merupakan sistem yang dipergunakan pada

penyimpanan dokumen agar mudah ditemukan dan digunakan sewaktu-waktu

diperlukan.

Menurut Amsyah (2003, 71) Pada dasarnya ada dua jenis urutan sistem

penyimpanan, yaitu urutan abjad dan urutan angka. Sistem penyimpanan yang

berdasarkan urutan abjad adalah nama, sistem geografis, dan

subjek. Sedangkan berdasarkan urutan angka adalah numerik,

sistem-kronologis, dan sistem-subjek numerik Sistem penyimpanan yang standar adalah

sistem-abjad (sistem-nama), sistem-numerik, sistem geografis, dan sistem-subjek.

Menurut Retnopalupi ( 2013, 3) Selanjutnya sistem pengaturtertiban

atau sistem klasifikasi dibedakan menjadi beberapa macam yaitu :

a) Sistem klasifikasi Numerikal Seri (Menurut nomor) Sistem klasifikasi numerikal adalah sistem penyimpanan arsip dengan mempergunakan kode nomor. Jadi, kode yang dipergunakan dalam penyimpanan arsip adalah nomor. b) Sistem klasifikasi alfabetis (Menurut abjad) Sistem

klasifikasi alfabetis adalah sistem penyimpanan arsip dengan memprgunakan abjad sebagai kode penyimpanan.

Dapat disimpulkan, bahwa sistem penyimpanan arsip rata-rata di

simpan berdasarkan pola yang sesuai dengan badan instansi serta ketetapan yang

dipakai oleh setiap badan pemerintahan maupun swasta, agar arsip atau dokumen

(17)

2.5.1 Alat-alat yang Digunakan dalam Penyimpanan Arsip Dinamis

Peralatan yang digunakan untuk penyimpanan arsip menurut Widjaya

(1986, 112) adalah :

1) Folder, map yang berupa lipatan karton/plastik tebal

2) Guide,lembar kertas tebal/karton yang digunakan sebagai penunjuk atau sekat/pemisah antara jenis subjek dalam penyimpanan

3) Tikcler file ,adalah alat semacam kotak yang terbuat dari kayu atau besi dan baja untuk menyimpan arsip berbentuk kartu lembaran yang berukuran kecil seperti lembar pinjam arsip atau kartu-kartu lain yang memiliki jatuh tempo.

4) Filling cabinet ,merupakan tempat untuk menyimpan arsip yang disusun secara vertical dengan menggunakan lembar guide dan map gantung.

5) Kartu kendali ,adalah selembar kertas berukuran 10x15 cm yang berisikan data-data suatu surat.

6) Kartu pinjam arsip ,adalah lembar kertas yang digunakan untuk bukti bahwa arsip akan atau telah dipinjam

Peralatan penyimpanan arsip yang memadai, belum tentu menghasilkan

pengelolaan arsip yang efisien. Sistem yang berantakan akan tetap berantakan

manakala pengadaan peralatan tidak mempertimbangkan tujuan yang dilayani

yaitu dalam rangka perlindungan dokumen dari penanganan yang ceroboh,

kerusakan oleh air dan api serta kerusakan yang diakibatkan karena debu atau

kelembaban udara. Bentuk kualitas dan kuantitas peralatan penyimpanan arsip

sangat menentukan kecepatan dalam penemuan kembali suatu arsip yang

diperlukan, sehingga apabila penyimpanan peralatan kurang memadai, maka

kecepatan dalam penemuan kembali suatu arsip tidak dapat terwujud.

Seperti yang dikemukakan oleh Maulana (1996: 13) bahwa “alat-alat

kearsipan atau perlengkapan arsip pada suatu kantor perlu diperhatikan agar

(18)

sehingga tidak terjadi hambatan dalam penemuan kembali suatu warkat yang

diperlukan akibat bercampur dengan bagian atau barang-barang lainnya”.

Fasilitas kearsipan sangat besar pengaruhnya dalam keberhasilan

pengelolaan arsip, sehingga dalam kegiatan pelaksanaan kearsipan sangat

dibutuhkan fasilitas yang memadai. Fasilitas yang memadai pada umumnya

peralatan kearsipan yang dapat digunakan untuk pengelolaan arsip adalah map

(folder), guide (sekat petunjuk dan pemisah), filing cabinet (almari arsip), rak

arsip, kartu kendali, kartu pinjam arsip, buku (catatan, agenda, ekspedisi), alat

tulis, dan sebagainya. Peralatan yang disebutkan tidak mutlak harus ada

seluruhnya, namun disediakan sesuai dengan kebutuhannya, serta peralatan yang

diinginkan bahwa penyediaan fasilitas tidak harus mewah tetapi memadai.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa seorang

petugas dapat menentukan peralatan penyimpanan arsip yang akan digunakan

untuk pengelolaan arsip dengan mempertimbangkan kriteria pemilihan

pemeliharaan peralatan kearsipan, sehingga peralatan yang dipilih tidak

menimbulkan pemborosan dan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas dalam

(19)

2.5.2 Prosedur Penyimpanan Arsip Dinamis

Prosedur penyimpanan arsip dimulai sejak surat diterima di kantor,

sebelum melakukan penyimpanan pihak pengelola arsip harus melakukan

penyortiran terlebih dahulu untuk memudahkan pengelompokkan.

Menurut Sugiarto (2005, 34) “Prosedur sistem penyimpanan arsip dinamis yaitu: langkah-langkah pekerjaan yang dilakukan sehubungan dengan akan disimpannya suatu dokumen. Langkah atau prosedur penyimpanan arsip adalah: pemeriksaan arsip (inspecting), pengindeksan arsip (indexing), memberi tanda, penyortiran, dan penyimpanan atau peletakan”.

Sistem penyimpanan arsip yang baik dan benar itu menurut Amsyah

(2003, 71) adalah :sistem yang digunakan pada penyimpanan warkat agar

kemudahan penyimpanan dapat diciptakan dari penemuan warkat yang sudah

disimpan dapat dilakukan dengan cepat jika diperlukan”.

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa adanya prosedur dalam

penyimpanan arsip dalam suatu wadah bertujuan untuk memudahkan penemuan

kembali saat dibutuhkan.

2.5.3 Pemeliharaan Arsip Dinamis

Pemeliharaan arsip adalah usaha penjagaan arsip agar kondisi fisiknya

tidak rusak selama masih mempunyai nilai guna. Menurut Suparjati (2004, 30)

mengatakan bahwa penyebab kerusakan arsip ada 2 (dua) yaitu faktor instrinsik

(20)

a) Faktor instrinsik adalah penyebab kerusakan arsip yang berasal dari arsip itu sendiri, seperti kualitas kertas, pengaruh tinta, pengaruh lem perekat dan sebagainya.

b) Faktor ekstrinsik adalah penyebab kerusakan yang berawal dari luar benda arsip, yakni lingkungan fisik, organisme perusak dan kelalaian manusia.

a) Faktor lingkungan fisik yang berpengaruh besar terhadap kondisi arsip antara lain: temperature, kelembaban udara, sinar matahari, polusi udara dan debu

b) Organisme perusak yang sering merusak arsip antara lain jamur, kutu buku, ngengat, rayap, kecoa dan tikus.

c) Selain dari kedua hal tersebut, arsip dapat rusak karena kelalaian dari pengelola arsip itu sendiri, misalnya percikan bara rokok, cipratan minuman dan sebagainya.

Setelah mengetahui beberapa penyebab kerusakan arsip, maka langkah

selanjutnya adalah melakukan upaya atau usaha untuk mengadakan pencegahan

terhadap kerusakan. Pencegahan dari faktor instrinsik arsip hendakanya surat atau

dokumen menggunakan kertas, tinta, lem dan bahan-bahan lain yang bermutu baik

sehingga lebih awet. Penjepit kertas (paper clip) yang terbuat dari plastik lebih

baik dari pada yang terbuat dari logam yang mudah berkarat. Seluruh arsip yang

dimiliki suatu lembaga harus dipelihara dan dijaga keamanannya dari

kemungkinan kehilangan, kerusakan maupun kebakaran baik itu arsip statis atau

arsip dinamis. Hal ini penting, karena arsip memuat informasi yang bernilai tinggi

bukan saja bagi lembaga yang bersangkutan tetapi juga berguna bagi pihak lain

baik lembaga maupun perorangan. Arsip harus dijaga keamananya, baik dari segi

kuantitas (tidak ada yang tercecer hilang), kualitas (tidak mengalami kerusakan),

(21)

Pemeliharaan arsip menurut Mulyono (1985: 49) dapat dilakukan

dengan cara sebagai berikut:

a. Pengaturan ruangan

Ruangan penyimpanan arsip harus dijaga agar tetap kering (tidak terlalu lembab), terang (dengan sinar matahari meskipun jangan sampai terkena sinar matahari secara langsung). Ruangan harus kuat dan mempunyai fentilasi yang memadai, terhindar dari kemungkinan serangan api, air maupun serangan serangga pemakan kertas.

b. Pemeliharaan tempat penyimpanan

Sebaiknya arsip disimpan di tempat-tempat terbuka, misalnya dengan menggunakan rak-rak arsip. Apabila harus disimpan di tempat tertutup (di lemari), maka lemari tempat penyimpanan itu juga harus sering dibuka untuk menjaga tingkat kelembapan.

c. Penggunaan bahan-bahan pencegah

Untuk menjaga keutuhan arsip (tetap baik) dapat dilakukan secara preventif, yaitu dengan memberikan bahan-bahan pencegah kerusakan. Baik mencegah serangan serangga maupun kemungkinan-kemungkinan yang lain.

d. Larangan-larangan yang tidak boleh dilanggar

Tempat penyimpanan arsip harus dijaga sedemikian rupa supaya tetap terjamin keutuhannya, keamanannya, kebersihannya, kerapiannya dan sebagainya.

e. Kebersihan

Keutuhan arsip salah satu cara pemeliharaannya adalah menjaga kebersihannya. Ruangan maupun arsip hendaknya senantiasa bersih dari segala macam debu. Cara membersihkan ruangan maupun arsip dari debu sebaiknya dengan menggunakan alat yang cukup memadai.

Ruangan penyimpanan arsip hendaknya diatur dan dibangun sebaik

mungkin sehingga mendukung keawetan arsip. Lokasi ruangan penyimpanan

hendaknya luas, sehingga cukup untuk penyimpanan arsip yang telah diperkirakan

sebelumnya. Pendapat dari Suparjati, (2004, 32) yang mengatakan bahwa “ruang penyimpanan arsip hendaknya terpisah dari keramaian aktifitas kantor lain dan

tidak dilalui oleh saluran air. Ruang penyimpnan hendaknya dilengkapi dengan

(22)

itu, ruang penyimpnan arsip harus selalu bersih dari debu, kertas bekas, putung

rokok, maupun dari sisa makanan.

Menurut Suparjati (2004, 32) alat-alat pemeliharaan antara lain mesin

penghisap debu (vacuum cleaner), thermohigrometer (alat pengukur temperatur

dan kelembaban udara), alat pendeteksi api/asap (fire and sinoce detecto),

pemadam kebakaran dan lain-lain. Upaya yang dilakukan untuk mencegah adanya

organism perusak, setiap enam bulan ruangan hendaknya disemprot dengan racun

serangga. Tempat-tempat seperti laci almari, rak dan sudut-sudut tumpukan kertas

yang gelap diberi kapur barus untuk mencegah tikus, kecoa, dan serangga lainnya.

Pencegahan adanya rayap digunakan sodium arsenit yang dituangkan

kecelah-celah lantai, sedangkan untuk membunuh kutu buku dilakukan dengan jalan

fumigasi yaitu memasukkan berkas arsip ke dalam suatu ruangan tertutup,

kemudian disemprotkan bahan kima selam 3 jam.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa usaha

pemeliharaan arsip meliputi usaha melindungi, mengatasi, mencegah, dan

mengambil langkah-langkah, tidakan-tindakan yang bertujuan untuk

menyelamatkan arsip berikut informasinya serta menjamin kelangsungan hidup

arsip dari pemusnahan yang sebenarnya tidak diinginkan. Mengingat begitu

pentingya peranan arsip bagi suatu lembaga, maka pemeliharaan arsip ini harus

(23)

2.5.4 Penyusutan Arsip Dinamis

Tidak semua arsip memiliki nilai guna yang abadi, dengan demikian

tidak semua arsip harus disimpan terus-menerus karena ada sebagian arsip yang

harus dipindahkan dan dimusnahkan.

Menurut Barthos (2009, 101) “penyusutan arsip adalah kegiatan

pengurangan arsip dengan cara: (a) memindahkan arsip inaktif dari Unit

Kearsipan dalam lingkungan lembaga-lembaga Negara atau badan Pemerintahan

masing-masing; (b) memusnahkan arsip sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang

berlaku; (c) menyerahkan asip statis oleh Unit Kearsipan kepada Arsip Nasional”.

Menurut Sedarmayanti (2003, 105) ada 2 macam penyusutan adalah :

(a) metode berkala, merupakan suatu mode penyusutan yang dilakukan dalam

jangka waktu tertentu, setelah masa penimpanan yang telah berakhir, maka arsip

aktif disusutkan sekaligus pada periode tersebut ( metode berkala 1 kali dalam

jangka waktu tertentu, metodeberkala 2 alam jangka waktu tertentu, metode

berkala atas dasar waktu minimum-maksimum); (b) metode berulang-ulang

terus-menerus, merupakan suatu metode penyusutan yang dilakukan secara langsung,

tanpa menunggu periode tertentu.

Dari uraian diatas, dapat diketahui bahwa penyusutan arsip sangat

penting di dalam suatu organisasi karena bertujuan untuk mengurangi terjadinya

(24)

2.5.5 Jadwal Retensi Arsip

Yang dimaksud dengan Jadwal Retensi Arsip (JRA) adalah suatu daftar

yang memuat kebijaksanaan seberapa jauh sekelompok arsip dapat disimpan atau

dimusnahkan. Penentuan JRA ditentukan atas dasar nilai kegunaan tiap-tiap

berkas (Sedarmayanti, 2003 : 103).

Menurut Sedarmayanti Jadwal Retensi Arsip (JRA) merupakan suatu

daftar yang menunjukkan :

a) Lamanya masing-masing arsip disimpan pada file arsip aktif, sebelum dipindahkan ke pusat penyimpanan arsip;

b) Jangka waktu penyimpanan masing-masing arsip sebelun dimusnahkan ataupun dipindahkan ke Arsip Nasional.

Menurut Sedarmayanti dalam bukunya Tata Kearsipan Dengan

Memanfaatkan Teknologi Modren menyatakan bahwa tujuan JRA :

a) Untuk memisahkan antara arsip aktif dengan arsip in-aktif b) Memudahkan penyimpanan dan penemuan kembali arsip aktif c) Menghemat ruangan, perlengkapan dan biaya

d) Menjamin pemeliharaan arsip in-aktif yang bersifat permanen e) Memudahkan pemindahan arsip ke Arsip Nasional

2.6 Temu Kembali Arsip

Penemuan kembali arsip atau dokumen adalah cara bagaimana sesuatu

dokumen atau arsip dapat dengan mudah ditemukan dalam waktu cepat dan tepat,

Hal ini sangat berhubungan dengan penataan dan penyimpanan arsip. Penemuan

kembali arsip dapat dilakukan secara manual ataupun secara mekanik. Penemuan

kembali secara manual berarti penemuan kembali dilakukan melalui kemampuan

manusia tanpa tenaga mesin. Sedangkan penemuan kembali dengan alat

(25)

Menurut Wiidjaja (1993, 177) “penemuan kembali dokumen dalam

pusat penyimpanan adalah tidak langsung, karena melalui kartu kendali, akan

tetapi fungsi kartu kendali tersebut bukanlah semata-mata untuk keperluan

penemuan kembali, karena tanpa kartu kendali pun dokumen dalam filing kabinet

sudah cukup memudahkan penemuan kembali dokumen yang

diperlukan”.Menurut Sedarmayanti (2003, 79) “menyimpan arsip pada tempat

yang teratur, belum dapat menjamin bahwa arsip dapat ditemukan dengan mudah.

Penemuan kembali arsip sangat erat hubungannya dengan sistem penataan atau

penyimpanan yang dipegunakan, serta tergantung kecekatan petugas arsip”.

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa arsip ada tidak boleh

disimpan sembaranga, arsip harus disimpan menggunakan sistem pengelolaan

arsip yang baik dan benar sehingga arsip tersebut dapat dengan mudah ditemukan

Gambar

Gambar 1. Model Siklus Hidup Arsip

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan perbedaannya yaitu daerah yang dijadikan tempat penelitian, pada penelitian yang sebelumnya tempat penelitiannya yaitu perairan di Ranu Pani dan Ranu Regulo

Di sini, Popper “menyelamatkan” agama sebagai pengetahuan yang “sah” dalam pencarian makna, karena menurutnya, pernyataan-pernyataan yang tidak bisa

[r]

Masyarakat Desa Suak Pandan sangat antusias dalam kegiatan posyandu terutama ibu-ibu rumah tangga yang sangat ingin membawa anak-anaknya untuk dilakukan penimbangan dan

Dengan menggunakan data empiris yang diperoleh dari kuesioner yang disebarkan kepada responden mahasiswa Prodi S1 Keperawatan FIKKES UNIMUS dapat dibuktikan bahwa

Kenyataan ini tampaknya sesuai dengan pendapat Burton (dalam Kraus 1977) bahwa proses pembelajaran tari menekankan pada kesadaran tubuh dan diri siswa, penguasaan

(Dery bukan kah kamu perlu berlibur? Satu atau dua hari akan bagus bagi mu) Dery : There’s no way. There’s too

Anda menikah dengan baik-baik di penghulu dan dirayakan dengan meriah pula, tetapi bertahun-tahun sudah lewat namun Anda tidak mendapat anak juga, padahal tetangga Anda yang