• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gerakan Islam Indonesia Dalam Memperjuangkan Penggunaan Jilbab Pada Masa Orde Baru

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gerakan Islam Indonesia Dalam Memperjuangkan Penggunaan Jilbab Pada Masa Orde Baru"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masuknya Islam ke Indonesia pada abad 7 Masehi yang dibawa oleh para pedagang dari Arab, menjadi periode terpenting dalam sejarah Indonesia. Islam menyebar di Indonesia melalui berbagai macam cara di antaranya adalah melalui perkawinan, perdagangan yang dimotori oleh para saudagar-saudagar Arab, pendidikan (pesantren), budaya dan kesenian. Islam di Indonesia berpangkal pada kota-kota pelabuhan seperti Samudra Pasai, Malaka, dan kota-kota pelabuhan lain di pesisir utara Jawa.1

Posisi Islam menjadi lebih kuat saat Belanda datang ke Indonesia pada tahun 1602. Tokoh–tokoh Islam banyak melahirkan intelektual Islam yang dilindungi oleh penguasa (Raja-raja) pada saat itu, seperti Hamzah Fansuri, Syamsuddin, Nuruddin ar-Raniri dan Abdul Rauf Al-Sankili.

Pada abad 13 Islam menyebar di semua kalangan termasuk raja-raja yang mendirikan kerajaan-kerajaan, salah satunya kerjaan Islam yang pertama di Nusantara yaitu Samudra Pasai, sedangkan di Jawa perkembangan Islam muncul setelah kerajaan Demak menggantikan kerajaan Majapahit dan Mataram.

2

1

Abdul Azis Thaba. 1996. Islam Dan Negara Dalam Politik Orde Baru. Jakarta: Gema Insani Press. Hal. 120.

2

Ibid. Hal. 121.

▸ Baca selengkapnya: jelaskan tentang krisis hukum yang terjadi pada masa pemerintahan orde baru

(2)

penyamaran sebagai orang Islam yang bertujuan untuk menghapuskan ajaran Islam dari gerakan politik yang menentang penjajah.3

Sikap politik Belanda terhadap Islam dilandasai oleh kecurigaan, kewaspadaan dan mengawasi segala sesuatu yang berhubungan dengan Islam. Belanda juga berusaha untuk membatasi penyebaran Islam dan menghalangi pemeluk Islam untuk melakukan ibadah seperti rukun Islam yang kelima yaitu menunaikan ibadah Haji.Mereka beranggapan orang yang pulang dari Ibadah Haji lalu kembali ke Indonesia akan membawa pemikiran-pemikiran baru dari Mekah yang membahayakan bagi kedudukan pemerintahan Belanda di Indonesia.4

Umat Islam pada saat itu mengalami berbagai tantangan seperti, pembuangan berbagai pemuka Islam yang dapat membahayakan kedudukannya di Indonesia seperti Haji Yahya dari Simabu, Minangkabau yang dibuang ke Ambon pada tahun 1904, Haji Abdul karim amrullah (ayah Hamka) dibuang ke Sukabumi pada tahun 1941 dan pangeran Diponegoro yang dibuang ke Makasar pada tahun 1830.

Belanda takut akan adanya pemberontokan di Indonesia yang dipimpin oleh mereka yang sudah melakukan Ibadah Haji di Mekah.

5

Dari sikap-sikap Belanda ini, sehingga menimbulkan reaksi perlawan di berbagai daerah di Nusantara seperti Perlawanan Rakyat Aceh, Perang Padri di Sumatra Barat dan Perang di Ponegoro.6

3

Husnul Aqib Suminto. 1986. Politik Islam Hindia Belanda. Jakarta: LP3ES. Hal 40.

4

Delia Noer.1988. Gerakan Moderen Islam Di Indonesia 1900-1942. Jakarta :LP3S. Hal. 32.

5

Kemerdekaan Dan Jejak Umat Islam dalam Ishlah, Edisi 64 Tahun, 1996. Hal. 12-13.

6

Ibid.

(3)

Perlawan-perlawanan yang terjadi di Aceh, Sumatra Barat dan Ponegoro membuat Belanda kehilangan 8000 tentara yang tewas dan kerugian yang membuat kas Belanda habis sebesar 20.000.000 gulden, kemudian Belanda merubah sikap politik kolonialnya dengan pendekatan “welfere politiek” (politik kemakmuran).7Dengan kerugiaan ini, Belanda mengubah strategi politiknya dengan membuat strategi balas budi untuk menyekolahkan orang-orang Islam. Dengan tujuan mensosialkan ilmu-ilmu barat yang jauh dari Al-quran dan Hadist sehingga menghilangkan pengaruh Islam di Indonesia.8 Ternyata ini menjadi bumerang sendiri untuk Belanda, karena langkah ini melahirkan tokoh-tokoh penting dalam pergerakan Nasional Indonesia sehingga bermunculnya gerakan organisasi-organisasi yang melakukan perjuangan melawan Belanda.9

Pada masa kebangkitan nasional dalam pergerakan kebangsaan Indonesia bermunculan gerakan-gerakan formal seperti Serikat Islam (SI) merupakan organisasi pergerakan yang pertama pada tahun 1905 dan muncul Budi Utomo tahun 1908 yang bersifat kedaerahan dan nasional. Serikat Islam merupakan awal kemunculan gerakan politik di Indonesia.10 SI menyadarkan lapisan masyarakat untuk menuntut kemerdekaan Indonesia dengan Ideologi Perjuangan Islam.11

7

Husnul Aqib Suminto. Op.Cit. Hal. 127.

8

Ibid.

9

Abdul Azis thaba.Op.cit. Hal. 127.

10

Deliar Noer. Op.Cit. Hal. 114.

11

Ibid.

(4)

Pada tahun 1942 Belanda keluar dari Indonesia karena adanya perpecahan perang pasifik, posisi Belanda di Indonesia digantikan oleh Jepang.12 Jepang mendekati golongan Islam dengan memberikan prioritas untuk mendirikan organisasi seperti MASYUMI (Majelis Syura Muslim Indonesia) dengan didukung oleh Muhamadiyah dan Nadhatul Ulama.13 Jepang membentuk Masyumi dengan tujuan merangkul rakyat Indonesia, khususnya pemimpin Islam, tetapi usaha Jepang gagal, sentimen anti Jepang tetap tinggi14

Pada tanggal 7 September 1944 Jepang semakin terdesak dalam perang Pasifik, sehingga Jepang menjanjikan kemerdekaan untuk Indonesia dengan memberikan fasilitas kemerdekaan Indonesia melalui pembentuk BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) tanggal 9 April 1945. BPUPKI beranggotakan 68 orang, terdiri dari 8 orang dari Jepang, 15 orang dari Golongan Islam, selebihnya dari golongan nasional sekuler dan priayi Jawa.

.

15

Dalam sidang BPUPKI terjadi perdebatan ideologis yang sengit antara golongan Islam dan golongan nasional sekuler tentang dasar negara yang akan diberlakukan. Akhirnya dibentuklah panitia sembilan disebut Panitian Persiapan Kemerdekan Indonesia (PPKI) yang terdiri dari lima orang dari golongan nasional sekuler yaitu Soekarno, Mohammad Hatta, Achmad Subarjo, Muhammad Yamin dan AA Maramis, dan empat orang dari golongan Islam yaitu H.Agus Salim, Kyai Wahid Hasyim, Abikusno dan Abdul Kahar Muzajir.16 Hasil dari PPKI adalah piagam Jakarta untuk merumuskan sila pertama pancasila yaitu “kewajiban menjalankan syariat Islam bagi para pemeluknya” diganti dengan Ketuhanan yang Maha Esa. 17

12

Abdul Azis thaba.Op.cit. Hal. 146.

13

(5)

menerima hasil Piagam Jakarta sebagai bentuk mempersatukan bangsa. Akhirnya perwakilan Islam menyetujui hasil dari Piagam Jakarta.

Dimasa demokrasi terpimpin, Soekarno mencetuskan ide NASAKOM (Nasionalis, Agamis dan Komunis) merupakan suatu pemikiran yang ingin menyatukan nasionalis sekular, Islam dan komunis untuk meredam gejolak politik.18 Dengan ide ini kondisi partai politik mengalami kemerosotan tetapi berbeda dengan PKI yang tetap memainkan peranan penting yang dominan. Keadaan ini menimbulkan ketegangan antara PKI dengan kelompok nasionalis sekuler didukung oleh kelompok Islam dan angkatan bersenjata. PKI melakukan pemberontakan yang dikenal dengan Gerakkan 30 September pada tahun 1965 yang menimbulkan kerusuhan di masyarakat. Dengan adanya peristiwa ini, memunculkan kerjasama antara Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) dan kelompok-kelompok Islam seperti Kesatuan Aksi Penggayangan (KAP Gestapu), Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dan Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI) termasuk didalamnya Gerakan HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) dan PII (pelajar Islam Indonesia) untuk melawan PKI.19

Gerakkan-gerakkan ini dimotori dan dipimpin oleh pemimpin-pemimpin Islam yang melakukan aksi demonstrasi selama empat hari yang digelar di Jakarta dan diikuti ribuan mahasiswa dengan teriakkan Allahu Akbar.20

18

Ibid. Hal. 160.

19

Din Syamsuddin. 2001. Islam Dan Politik Era Orde Baru. Jakarta: PT Logos Wacana Ilmu. Hal.33.

20

Ibid. Hal. 35.

(6)

Krisis yang terjadi pada penghujung masa Orde Lama pada tahun 1965 membuat para pemegang kekuasan pada saat itu harus berbesar hati untuk turun dari jabatannya dan digantikan oleh penguasa yang baru yaitu Rezim Orde Baru dengan tampuk kekuasaanya di pegang oleh Jendral Soeharto. Orde Baru lahir memberikan harapan baru bagi masyarakat Indonesia akan perubahan dan kemajuan atas kegagalan yang pernah dilakukan oleh penguasa pada masa Orde Lama, termasuk kegembiraan yang juga dirasakan di kalangan aktivis Islam dan optimisme timbul dari mereka untuk kembali memainkan peranan dominan dalam politik Nasional, mengingat sumbangan yang pernah mereka lakukan dalam meruntuhkan rezim Orde Lama.

Keikut sertaan kelompok Islam dalam menjatuhkan Orde Lama menunjukkan bahwa Islam telah memberikan pengaruh yang besar bagi munculnya kekuasaan Orde Baru dan mendapatkan legitimasi dalam peran politiknya. Dengan turunnya Soekarno memberikan peluang bagi Soeharto untuk menjadi presiden dan menjalankan kekuasaan di Indonesia. Dalam pemerintahan baru yang dipegang Soeharto, dia harus menyingkirkan krikil-krikil kecil yang akan mengancam jabatan dan kekuasaan yang baru didapatkannya. Pemerintah Orde Baru menganggap kekuatan politik Islam sebagai krikil-krikil dalam pemerintahannya, dikarenakan politik Islam dan kelompok-kelompok Islam mempunyai kekuatan-kekuatan yang besar, terbukti dari peristiwa pada masa penjajahan sampai peristiwa menghancurkan PKI dan menurunkan Soekarno, inilah yang dianggap oleh Rezim Soeharto sebagai ancaman bagi kekuasaan yang baru dikuasainya.

(7)

satu-satunya asas bagi semua organisasi sosial politik maupun organisasi masyarakat.21 Semua ini menimbulkan kekhawatiran bagi kalangan Islam, penerimaan asas tunggal ini akan mengarahkan pada keadaan dimana Ormas dilarang menggunakan lambang Islam dalam setiap kegiatan yang membangun masyarakat. Bahkan berujung pada penerimaan pancasila sebagai Agama atau agama “dipancasilakan”.22 Dengan penetapan Pancasila sebagai asas sosial dan politik di Indonesia, menimbulkan penolakan dari sebagian organisasi-organisasi pemuda, terutama Organisasi Islam seperti23 Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Pelajar Islam Indonesia (PII), Organisasi-organisasi tersebut dinyatakan sebagai organisasi terlarang oleh Pemerintah, tetapi mereka tetap melakukan gerak-gerakkan sosial maupun politik sebagai gerakan bawah tanah, salah satunya dengan membuat kegiatan ‟training dan pembinaan bagi pemuda -pemuda Islam”.24

Kebijakan yang bersifat represif juga dikeluarkan sampai kepada ranah pendidikan, dimana pemerintah Rezim Orde Baru mengeluarkan sebuah kebijakan berupa Surat Keputusan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan nomer 052 pada tanggal 11 Maret 1982 yang mengatur bentuk dan Penggunaan Seragam Sekolah Di sekolah-sekolah negeri.25

21

Ibid. Hal.262.

22

Din Syamsuddin.Op.cit. Hal 61.

Sebelum keluarnya SK tersebut, peraturan seragam sekolah ditetapkan oleh masing-masing Sekolah Negeri secara terpisah. Dengan adanya SK tersebut, maka peraturan seragam sekolah menjadi bersifat nasional dan diatur langsung oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Akibatnya, kebijakan pemerintah ini segera berbenturan dengan keinginan beberapa pelajar Muslim disekolah-sekolah negeri untuk menutup auratnya sesuai dengan syari’at Islam yang mereka yakini. Setelah keluar kebijakan ini, maka bermunculan kasus pelarangan Jilbab bagi wanita Muslim

23

Intan Maenati. 2014. Gerakan Pelajar Dan Mahasiswa Islam Terhadap Pelarangan Jilbab Di Sekolah Negri Tahun 1982-1991.[Skripsi]. Hal. 3. Diakses pada tanggal 29 Oktober 2016 pada pukul 14.00 WIB di

24

Ali Said Damanik. Op.cit. Hal. 54.

25

(8)

Indonesia yang memperoleh teguran, pelarangan, dan tekanan dari pihak sekolah.26

Pelarangan Jilbab bukannya hanya terjadi dikalangan pelajar tetapi di kalangan Mahasiswi pun mendapatkan tekanan untuk tidak menggunakan Jilbab pada saat pengambilan photo untuk ijazahnya. Terdapat banyak kasus mengenai pelarangan Jilbab seperti, pada tahun 1988 adanya pengaduan 4 siswi SMA 1 Bogor kepengadilan berkaitan dengan sikap Kepala Sekolah SMA 1 Bogor yang tidak memperbolehkan mereka memakai kerudung.

Bahkan bagi siswi yang tetap mengenakan Jilbab di sekolah, ia harus keluar dari sekolah negri dan pindah ke sekolah swasta.

27

Dipicu dari surat pemberitahuan kepala sekolah yang diberikan kepada para orang tua dari keempat murid tersebut bahwa nama anak-anak mereka telah dicoret dari daftar hadir. Tidak hanya Absen, pekerjaan rumah, ulangan, dan tugas juga tidak diperiksa oleh guru, dengan begitu status dari keempat siswa ini menjadi mengambang.28 Pelaranga Jilbab tidak hanya di rasakan di daerah Ibu Kota, tetapi juga memasuki Profinsi Sumatra Utara. Pelarangan Jilbab dirasakan oleh siswi SMA N1 Tebing Tinggi yang bernama Riris, yang tetap istiqamah menggunakan Jilbab dengan harus menjalani berbagai hukuman seperti di jemur di tengah lapangan sambil hormat bender, tugas dari Riri tidak di Periksa dan bahkan Riri hampir dikeluarkan dari Sekolah.29

Pelarangan untuk menggunakan Jilbab pada saat itu dianggap masyarakat Indonesia sebagai tradisi orang Arab, selain itu sebagai perwujudan gerakan politik yang mengancam pihak pemerintah karena Jilbab dianggap sebagai kebudayaan dari Negara Arab. Semangat bagi wanita Muslim Indonesia dalam menggunakan Jilbab di pengaruhi oleh Revolusi Iran yang terjadi pada tahun

26

Alwi Alatas. 2001. Kasus Jilbab di Sekolah-sekolah Negri di Indonesia Tahun 1982-1991. Hal. 23. Diakses melalui

27

Lihat Abu Al-Ghifar. 2005. Jilbab Seksi. Bandung: Media Qalbu. Hal.153.

28

Ibid.

29

(9)

1979.30

Kasus-kasus pelarang Jilbab ini bertambah banyaksehingga menumbuhkan semangat perjuangan untuk menggunakan Jilbab yang didukung oleh gerakkan-gerakkan Islam yang dilakukan mahasiswa-mahsiswaseperti HMI yang bergerak di lingkungan Kampus, PII (Pelajar Islam Indonesia) bergerak di lingkungan sekolah menengah atas dan gerakkan Tarbiyah. Mengingat perjuangan dari gerakan PII dan HMI yang telah berjuang dari tahun 1947 serta ikut dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia serta menjadi organisasi yang berlandaskan Islam. Sedangkan Gerakan Tarbiyah merupakan gerakan yang baru muncul pada tahun 1980 yang dipengaruhi oleh pemikiran pemikiran organisasi

Al-Ikhwan Al-Muslimin dari Mesir. Tarbiyah mempunyai Tujuan dari gerakan

tarbiyah adalah syakhshiyyah islāmiyyah da‘iyyah (kepribadian da‘i yang Islami).

Selain itu semangat menggunakan Jilbab juga disebabkan adanya pemikiran Al-Ikhwan Al-Muslimin yang masuk ke Indonesia melalui buku-buku para tokohnya yang banyak diterjemahkan sejak tahun 1970-an.

31

HMI berdiri pada tanggal 5 Febuari 1947 yang memiliki tujuan untuk terbinanya insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah.32 Sedangkan PII terbentuk 4 Mei 1947 memiliki tujuan dari PII adalah kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan yang sesuai dengan Islam bagi segenap bangsa Indonesia dan umat Islam.33

Ketiga gerakan Islam ini berusaha melakukan berbagai cara-cara agar syiar penggunaan Jilbab tetap sampai kepada pelajar, mahasiswa dan bahkan di lingkungan masyarakat. Serta menghilangkan rasa ketakutan akan

ancaman-30

Abdul Ghofar. 1989. Revolusi Islam Iran. Lihat Di Digilib.Uinsby.Ac.Id. diakses Kamis,13 Oktober 2016 Pukul 21.00 Wib

31

Febrian Taufig Sholeh.2015. Manhaj Trabiyah Dalam Pendidikan Politik Kader Partai Keadilan Sejahtera(PKS).jurnal Salam.Volume 18 No.1.Hal 61

32

Alfan alfian.2013.HMI (Himpunan Mahasiswa Islam) 1963-1966 Menegakkan Pancasila di tengah Prahara. Jakarta: PT.Kompas Media Nusantara. Hal.83.

33

(10)

ancaman dan tantang bagi perempuan muslim yang berniat untuk menggunakan Jilbab. Perjuangan Jilbab tidak hanya dilakukan oleh gerakan PII, HMI dan Tarbiyah di Jakarta tetapi perjuangan juga dilakukan oleh HIM, PII dan Tarbiyah di Sumatra Utara. Gerakan PII, HMI dan Tarbiyah yang berada di Sumatra Utara juga tidak kalah dalam menyusun pola-pola gerakan dalam memperjuangkan Jilbab.

Tiga gerakkan ini sama-sama berjuang, sebagai wujud dari respon terkait kasus-kasus pelarangan Jilbab yang semakin banyak di jumpai dari tahun 1983 sampai tahun 1993. Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk mengkaji mengenai “Gerakan-gerakan organisasi kemahasiswaan Islam Indonesia Terhadap Perjuangan Jilbab pada Masa Orde baru”.

B. Rumsan Masalah

Berdasarkan pokok-pokok uraian di atas, terdapat permasalahan yang akan menjadi kajian peneliti yaitu “Bagaimana pola Gerakkan organisasi kemahasiswaan Islam dalam Perjuangan Jilbab Pada Masa Orde Baru?”.

C. Batasan Masalah

Pembatasan masalah ini dibuat dengan tujuan untuk memperjelas ruang lingkup penelitian dan untuk menghasilkan uraian yang sistematis. Batasan-batasan masalah dalam penelitian ini adalah kajian dibatasi pada:

1. Bagaimanakah hubungan pemerintah Orde Baru dengan Kelompok Islam Indonesia pada masa Orde Baru ?

2. Bagaimakah pola-pola dari Gerakan organisasi kemahasiswaan Islam dalam memperjuangkan Jilbab pada masa Orde Baru?

(11)

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hubungan pemerintah Orde Baru dengan Kelompok Islam di Indonesia.

2. Untuk mengetahui pola-pola dari gerakan organiasasi kemahasiswaan Islam dalam memperjuangkan Jilbab.

3. Untuk mengetahui hambatan yang dialami gerakan Islam Indonesia dalam memperjuangkan Jilbab pada masa Orde Baru.

E. Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat, baik kepada Institusi masyarakat maupun penelitian:

1. Secara teoritis, penelitian ini ditujukan untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan peneliti tentang perjuangan gerakan-gerakan Islam terhadap larangan Jilbab pada masa Orde Baru

2. Secara akademis, penelitian ini dapat menjadi sumbangsih untuk Departemen Ilmu Politik FISIP USU beserta praktisi dalam kajian Gerakkan Sosial Islam

3. Secara individual, penelitian ini menjadi tugas akhir peneliti untuk syarat menyelesaikan pendidikan strata satu.

F. Kerangka Teori

F.1. Teori Gerakkan Sosial

(12)

alienasi dengan para tokoh atau kelompok yang memiliki pengaruh besar dalam suatu negara, mereka bersama-sama bergerak untuk melakukan suatu perlawanan terhadap para pemegang kekuasaan atau para elit politik, terhadap suatu kebijakan dirasa tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.34

Tipologi Gerakan sosial menurut Horton dan Hunt dibedakan menjadi enam, yaitu35

1. Gerakan perpindahan (migratory movement), :

yaitu arus perpindahan ke suatu tempat yang baru. Individu-individu dalam jenis gerakan ini umumnya tidak puas dengan keadaan sekarang dan bermigrasi dengan harapan memperoleh masa depan lebih baik.

2. Gerakan ekspresif (expresive movement)

Yaitu gerakan yang merupakan ekspresi, sikap atau reaksi terhadap kenyataan dan bukan merubah kenyataan itu sendiri.

3. Gerakan utopia (utopian movemet)

yaitu gerakan yang bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat sejahtera dalam skala terbatas.

4. Gerakan reformasi (reform movement)

yaitu gerakan yang berupaya memperbaiki beberapa kepincangan atau aspek tertentu dalam masyarakat tanpa memperbarui secara keseluruhan. 5. Gerakan revolusioner (revolutionary movement) yaitu gerakan sosial yang

melibatkan masyarakat secara tepat dan drastis dengan tujuan mengganti sistem yang ada dengan sistem baru.

6. Gerakan perlawanan (resistance movement)

yaitu gerakan yang bertujuan untuk melawan atau menghambat perubahan sosial tertentu. Contohnya gerakan anti (pornografi, narkoba, seks bebas) atau gerakan pemurnian (kembali kepada ajaran agama, tradisi moralitas).

34

Abdul Wahib. 2007.Gerakan Sosial Studi Kasus Beberapa Perlawanan. Yogyakarta: Pustaka Belajar. Hal.3.

35

(13)

Dalam studi Henselin dikemukakan terdapat beberapa tahapan dari gerakkan sosial36

1. Tahap kerusuhan dan agiatif. :

Bermula dari sekelompok orang yang merasa terganggu oleh kondisi tertentu dan hendak mengubahnya.

2. Tahapan mobilisasi sumber daya.

Tahapan pertama gerakkan biasa di lalui jika mampu memobilisasi sumber daya seperti waktu, dana, keterampilan orang, dan untuk mendapatkan perhatian media massa.

3. Tahapan pengorganisasian.

Tahapan ini ditandai dengan adanya pembagian kerja. Pemimpin memutuskan suatu kebijakan, sedangkan perangkat struktur yang ada melaksanakan tugas sehari-hari yang berlaku agar tetap berjalan.

4. Tahap institualisasi.

Pada tahap ini gerakkan telah mengembangkan suatu birokrasi. Kontrol berada di tangan pejabat karier, yang mungkin lebih mementingkan kepentingan atau possisi mereka sendiri ketimbang pencapaian tujuan pergerakkan itu sendiri

5. Tahap kemunduran dan kemungkinan kebangkitan kembali.

Manajemen kegiatan sehari-hari mendominasi kepemimpinan. Juga di tandai dengan perubahan sentiment politik, tidak ada lagi kelompok orang yang mempunyai komitmen kuat dan berbagi tujuan bersama.

Gerakan sosial dibangun berdasarkan kepada tujuan yang ingin dicapai. Untuk mencapai tujuan itu, gerakan sosial melakukan berbagai pola-pola yang dilakukan sebagai strategi dalam mencapai tujuan yang diinginkan oleh gerakan tersebut. Pengertian pola didalam kamus Besar Bahasa Indonesia adalah bentuk

36

(14)

atau model yang bisa dipakai untuk membuat atau untuk menghasilkan suatu atau bagian dari sesuatu.37 Pola juga bisa diartikan sebagai sistem dan cara kerja. Didalam buku Pengantar Sosiologi Politik karangan Prof. Dr.Damsar mengemukakan gerakan sosial memiliki beragam cara untuk merealisasikan tujuan yang dimilikinya, antaralain:38

1. Kekerasan meliputi demonstrasi anarkis, pembajakan, penyaderaan, penculikan, pembunuhan, teror fisik, psikis dan budaya serta perang. 2. Non kekerasan meliputi mogok, demonstrasi damai, pemberdayaan,

advokasi dan sebagainya.

F.2. Konsep Hak Asasi Manusia

Menurut G.J. Wolhoff, hak asasi manusia adalah sejumlah hak yang seakan-akan berakar dalam tabiat setiap oknum pribadi manusia justru karena kemanusiaannya, yang tak dapat dicabut oleh siapapun juga, karena bila dicabut hilang juga kemanusiaannya.39Hak Asasi Manusia (HAM) merupakan hak yang melekat dalam diri manusia secara kodrati, universal, dan abadi sebagai anugerah Tuhan Yang Mahadan berfungsi untuk kelangsungan hidup, kemerdekaan, yang tidak boleh diabaikan, dirampas, atau diganggu gugat oleh siapapun.40 Undang-undang Dasar 1945 yang lahir sebelum adanya Universal Declaration of Human Right tahun 1948, dengan tegas menjamin adanya hak-hak dan kewajiban asasi di pasal-pasalnya. Hal ini terlihat dalam pasal UUD 1945 yaitu:41

37

Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI. Diakses di htttp://kbbi.web.id/pola pada tanggal 1 Febuari 2017.

38

Damsar. 2010. Pengantar sosiologi Politik. Jakarta: kencana. Hal. 136.

39

Herlambang Perdana Wiratraman1.2005. KONSTITUSIONALISME & HAK-HAK ASASI MANUSIA Konsepsi Tanggung Jawab Negara dalam Sistem Ketatanegaraan Indonesia. Jurnal Ilmu Hukum YURIDIKA Vol. 20, No. I Januari 2005. Hal.4.

40

Christine kansil. 2003.Sekitar Hak asasi manusia dewasa ini. Jakarta:Djambatan. Hal.26.

41

Ibid. Hal. 27.

(15)

ketuhanan yang maha Esa, Pasal 29 ayat (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaanya itu. Pasal 30 menegenai hak dan kewajiban pembelaan negara. Pasal 31 mengenai hak pendapat pengajaran. Pasal 32 mengenai kebudayaan nasionaI ndonesia dan pasal 33 dan 34 mengenai kesejahteraan Sosial.

Hak asasi manusia memiliki prinsip-prinsip utama dan menjadikannya sebagai bagian penting dalam kehidupan umat manusia. Ada delapan prinsip hak asasi manusia yaitu42

1. Prinsip universalitas. :

Prinsip universalitas adalah prinsip yang dimiliki dalam nilai-nilai etika dan moral yang tersebar di seluruh wilayah di dunia, dan pemerintah termasuk masyarakatnya. Hak-hak asasi manusia itu ada dan harus dihormati oleh seluruh umat manusia di dunia manapun, tidak tergantung pada wilayah atau bangsa tertentu. Ia berlaku menyeluruh sebagai kodrat lahiriah setiap manusia.

2. Prinsip pemartabatan terhadap manusia (human dignity).

Prinsip ini menegaskan perlunya setiap orang untuk menghormati hak orang lain, hidup damai dalam keberagaman yang bisa menghargai satu dengan yang lainnya, serta membangun toleransi sesama manusia.

3. Prinsip non-diskriminasi.

Prinsip non-diskriminasi sebenarnya bagian integral dengan prinsip persamaan, dimana menjelaskan bahwa tidak ada perlakuan yang membedakan dalam rangka penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak seseorang. Pembedaan, baik berdasarkan kelas atau bangsa tertentu, agama, suku, adat, keyakinan, jenis kelamin, warna kulit dan sebagainya, adalah praktek yang justru menghambat realisasi hak-hak asasi manusia.

4. Prinsip equality atau persamaan.

42

(16)

Persamaan, merupakan hak yang dimiliki setiap orang dengan kewajiban yang sama pula antara yang satu dengan yang lain untuk menghormatinya. Salah satu hal penting dalam negara hukum, adalah persamaan di muka hukum, merupakan hak untuk memperoleh keadilan dalam bentuk perlakuan dalam proses peradilan.

5. Prinsip indivisibility

Suatu hak tidak bisa dipisah-pisahkan antara yang satu dengan yang lainnya. Pemahaman prinsip atas hak yang tidak bisa dipindahkan, tidak bisa dirampas atau dipertukarkan dengan hal tertentu, agar hak-hak tersebut bisa dikecualikan

6. Prinsip interdependency (saling ketergantungan).

Prinsip ini juga sangat dekat dengan prinsip indivisibility, dimana setiap hak hak yang dimiliki setiap orang itu tergantung dengan hak-hak asasi manusia lainnya dalam ruang atau lingkungan manapun, di sekolah, di pasar, di rumah sakit, di hutan, desa maupun perkotaan.

7. Prinsip responsibilitas atau pertanggungjawaban (responsibility).

Prinsip pertanggungjawaban hak-hak asasi manusia ini menegaskan bahwa perlunya mengambil langkah atau tindakan tertentu untuk menghormati, melindungi dan memenuhi hak-hak asasi manusia, serta menegaskan kewajiban-kewajiban paling minimum dengan memaksimalkan sumber daya yang ada untuk memajukannya.

8. Prinsip inalienability.

(17)

F.3. Konsep Jilbab

Pakaian sejenis Jilbab pernah menjadi bagian dari tradisi dan ajaran agama besar di dunia, diantaranya Jilbab sudah dikenal sebelum adanya agama-agama Samawi (Yahudi dan Nasrani) sebagai penutup kepala (veil) sampai keseluruh tubuh yang digunakan oleh lelaki atau perempuan dan pemuka agama sebagai pakaian kebesaran dari mereka, misalnya Code Bilalama (3.000 SM), kemudian berlanjut di dalam Code Hammurabi (2.000 SM) dan Code Asyiria (1.500 SM).43 Ketentuan penggunaannya juga sudah dikenal di beberapa kota tua seperti Babilonia, Mesopotamia (Mediterania) dan Asyiria.44 Sebelum masuknya Islam, Jilbab wajib digunakan bagi perempuan terhormat di ruang publik, sedangkan bagi seorang “budak atau hamba wanita dan pelacur dilarang menggunakannnya. Jika para hamba dan pelacur ini ketahuan memakai Jilbab akan dikenakan hukuman menggunting telinga hamba dan memukul pelacur tersebut 50 kali pukulan serta menuangkan aspal panas di atas kepalanya.45

Perkembangan selanjutnya Jilbab menjadi simbol kelas menengah atas masyarakat di zaman Romawi dan Yunani juga sudah menggunakan kostum yang menutupi seluruh tubuh wanita.46 Sedangkan Bagi orang yahudi, Jilbab yang digunakan sebagai pertanda atau simbol yang menunjukan wanita yang sedang menstruasi, karena perempuan yang sedang mengalami menstruasi dianggap sedang berada dalam suasana tabu.47

43

Fathonah K.Daud. 2013.Jilbab, Hijab Dan Aurat Perempuan (Antara Tafsiran Klasik, Tafsir Kontemporer, Dan Pandangan Muslim Feminis. Jurnal Al-Hikmah Studi Keislaman, Volume 3 No 1. Hal. 6.

44

Ibid.

45

Ibid.Hal.7.

46

Ibid. Hal 8.

47

Ibid. Hal.9.

(18)

Jilbab masuk ke negara Arab, disaat Arab menaklukkan wilayah Romawi Timur,48 dimana wilayah-wilayah taklukan Islam ini masyarakat sudah menggunakan Jilbab, sehingga Jilbab menjadi sesuatu yang sudah lumrah di kalangan masyarakat kelas atas, kelompok masyarakat kaya. Jilbab yang tadinya merupakan pakaian pilihan mendapatkan kepastian hukum menjadi pakaian bagi perempuan Islam.49

Jilbab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kerudung lebar yang dipakai muslimah untuk menutupi kepala dan leher sampai dada, sedangkan arti Jilbab dalam surat Al-Ahzab 59 yang disebutkan didalam ayat dengan kata al-jalabib yang merupakan bentuk jamak dari Jilbab, yaitu baju kurung yang meliputi

seluruh tubuh wanita, lebih dari baju biasa dan kerudung.

Dengan adanya dasar hukum dari Al-quran dan Hadist. Budaya dengan pakaian tertutup dari kepala hingga kaki ini kemudian diterima secara baik oleh masyarakat Arab dan dipandang lebih sopan dan terhormat untuk dipakai kaum Hawa.

50

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan

isteri-isteri orang mu'min: ‘Hendaklah mereka mengulurkan Jilbabnya ke Istilah Jilbab berbeda-beda di setiap negara antara lain Purdah di Mesir dan Maroko, Chador di Iran, Burqa di Pakistan, Parde di India dan Pakistan, Milayat di Libiya, Abaya di Irak,

Charshaf di turki, Tudung untuk Malaysia, dan Hijab bagi negara Arab-Afrika.

Landasan Dasar tentang perintah memakai Jilbab terdapat di dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits. Adapun ayat-ayat dan hadits yang berhubungan dengan perintah memakai Jilbab adalah sebagai berikut:

a. Dasar Al-Qur’an

Ayat Al-Qur’an yang menerangkan perintah memakai jilbab terdapat dalam surat Al-Ahzab ayat 59 , yang artinya:

48

Ibid.

49

Ibid.

50

(19)

seluruh tubuh mereka’. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk

dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun

lagi Maha Penyayang.”

Ayat lain yang berkenaan dengan perintah memakai Jilbab adalah surat An-Nur ayat 31 yang artinya:

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan

perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka

menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya

kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau

putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara

laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka,atau putera-putera

saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang

mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan

(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.

Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang

mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah,

haiorang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.”

b. Dasar Hadits

1. Hadits Riwayat Muslim

(20)

surga bisa dicium dari kejauhan perjalanan tertentu (perjalanan lima ratus tahun)” (HR. Muslim).51

“Pada Idul Fitri dan Idul Adha, kami diperintahkan Rasulullah SAW agar mengajak keluar mereka (kaum wanita, para perawan, wanita-wanita yang sedang haid dan wanita-wanita yang jarang keluar dari rumahnya. Adapun wanita yang sedang haid tidak mengerjakan sholat, bersandar kepada kebaikan dan dakwah pada kaum muslim, akupun berkata:‘wahai Rasulullah SAW diantara kami ada yang tidak memakai Jilbab.’beliau menjawab: “hendaknya saudaranya memakaikan Jilbab untuknya).”(HR. Bukhori)

2. Hadits Riwayat Bukhori

52

G. Metodologi Penelitian

Dari hadits ini dapat diketahui, memakai Jilbab adalah sesuatu yang harus dilaksanakan oleh setiap muslimah, sampai-sampai Rasulullah juga menyuruh meminjamkan Jilbab pada wanita yang tidak memiliki Jilbab.

Berangkat dari uraian serta penjelasan tujuan penelitian maupun kerangka pemikiran yang telah dipaparkan, penelitian ini akan menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif berusaha mendeskripsi dan menginterpretasi yang berkaitan mengenai kondisi atau hubungan, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang dilakukan, akibat atau efek yang terjadi, atau kecenderungan yang tengah berkembang.53

G.1. Jenis Penelitian

Metode deskriptif pada penilitian ini digunakan untuk mendiskripsikan Pola-pola yang berkaitan dengan gerakan-gerakan Islam dalam memperjuangkan Jilbab pada masa Orde Baru.

51

Aba Firdaus Al-Hawani. 1995. Selamatkan Dirimu Dari Tabarruj. Yogyakarta: Mitra Pustaka. Hal.109.

52

Jahrah Ahmad A.1994. Wahai Putriku Tutuplah Auratmu. Jakarta: Granada Nadia. Hal. 57.

53

(21)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif akan menggunakan data yang diambil melalui wawancara, dan mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan kasus-kasus pelarangan Jilbab. Penelitian ini bermaksud untuk mengungkapkan bagaimana pola dari gerakan Islam Indonesia terhadap memperjuangkan Jilbab pada masa Orde Baru.

G.2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data dan informasi yang dibutuhkan maka penulis melakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

Data Primer

Pengumpulan data primer dalam penelitian ini yakni melaului metode wawancara (interview). Teknik pengumpulan data melalui wawancara ialah dengan bertanya langsung kepada informan ataupun narasumber yang dianggap sesuai dengan objek penelitian serta melakukan tanya jawab secara langsung kepada informasi yang terkait dengan penelitian ini. Dalam hal ini peneliti mengambil informasi yang berkaitan dengan gerakan-gerakan muslim terhadap pelarangan Jilbab pada masa Orde Baru. Sebagai key informan dalam penyusunan skripsi ini yaitu :

1. Informan kunci dari Gerakan Tarbiyah yaitu:

Ibu Wilda Angraini (Bendahara DPC PKS Deli Serdang). Ibu Siti Aminah (anggota DPRD Kota medan tahun 2009-2014) 2. Informan Kunci dari Gerakan Pelajar Islam Indonesia yaitu:

Ibu Siti Hajar ( bendahara Kordinator Wilayah PII WatiSumatra Utara tahun 1985)

Bapak Satiman (Seketaris PW PII Sumatra Utara tahun 1985) 3. Informan Kunci dari Gerakan Himpunan Mahasiswa Islam

Bapak Drs.Ahmad Taufan Damanik,MA (Ketua HMI Komesariat Fisip USU tahun 1984)

(22)

4. Informasi tambahan

• Korban dari Pelarangan Jilbab pada masa Orde Baru yaitu Ibu Suryah

Nisa

• Bapak Alwi Alatas merupakan penulis buku “Revolusi Jilbab : kasus

pelarangan Jilbab di SMA Negri se-Jabotabek tahun 1982-1991”. • Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatra Utara oleh Drs. Ir. Masri

Sitanggang.

Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini adalah mencari data dan informasi melalui buku-buku, e-book, jurnal, artikel dan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Nantinya teori-teori dan referensi dari sumber-sumber data sekunder tersebut dapat dijadikan panduan dalam melakukan penelitian ini.

G.3. Teknik Analis Data

Analisi data merupakan proses pencarian dan perencanaan secara sistematik dari semua data dan bahan yang telah terkumpul sehingga peneliti mengerti makna yang telah dikemukakan dan dapat menyajikan kepada orang lain dengan benar. Dalam penelitian ini teknik yang digunakkan dalam menganalisis data ialah model analisi Mils dan Huberman. Dalam hal ini analisis data kualitatif dapat dilakukan melalui langkah-langkah reduksi data, penyajian data, mengambil kesimpulan dan verifikasi.54

54

Miles Dan Gabermas. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Ui Press. Hal.20

(23)

maka informasi yang tidak di perlukan dibuang atau direduksi agar tidak menganggu proses analisis.

Tahapan selanjutnya ialah penyajian data. Pada tahap ini data yang direduksi, data yang didapat diolah menjadi teks naratif yang ditampilkan atau disajikan sebagai sekumpulan informasi yang memberi penarikan kesimpulan yang tersusun secara sistematis kedalam bagian-bagian penting. Mengambil kesimpulan dan verifikas dilakukan dengan melanjutkan analisa dari reduksi data dan penyajian data, pada tahap ini data disimpulkan tetapi masih berpeluang untuk menerima masukan. Setelah hasil penelitian diuji kebenarannya maka peneliti dapat memberikan kesimpulan berbentuk deskripsi.

H. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini yaitu: BAB I : Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : Sejarah Jilbab di Indonesia dan sejarah Gerakan-Gerakkan Islam Indonesia (PII, HMI dan Tarbiyah).

BAB III : Bab ini menjelaskan Hubungan pemerintah Orde Baru dengan kelompok-kelompok Islam, pola-pola dari gerakan organisasi kemahasiswaan Islam (PII, HMI dan Tarbiyah) dalam memperjuangkan Jilbab serta hambatan-hambatan apa saja yang dialami dari gerakan-gerakan ini dalam perjuangan Jilbab.

BAB IV : Penutup

Referensi

Dokumen terkait

Model belajar Hebb disebut sebagai Hebbian Learning dengan cara pengulangan stimulus yang sama sehingga respon otak akan semakin cepat dalam

merupakan komunikasi dua arah antara pengguna (user) dengan sistem komputer yang saling mendukung untuk mencapai suatu tujuan tertentu.  Interaksi manusia dan

Berdasarkan hasil wawancara terhadap 98 pengunjung diperoleh bahwa: (a) sebagian besar pengunjung berasal dari luar DIY, berusia 15-25 tahun, telah menempuh pendidikan selama 16

Bahwa benar selanjutnya setelah situasi aman Saksi-III dan Saksi-IV menyusul Saksi-I dan Saksi-II yang telah berangkat ke Puskesmas dan disana Saksi-I, Saksi-II, dan

Jika kecepatan kapal itu tetap 18 km/jam, maka berapa kecepatan awal peluru jika harus mengenai sasaran di titik puncak lintasannya.. Sebuah mobil dengan massa 1500 kg menaiki

Total phenolicic content of the six seeded pummelo cultivars were 1.24 to 2.28 mg GAE ml -1 , Banyuwangi cultivar had the highest total phenolic content followed

Selain untuk memperingati berdirinya Jurusan Psikologi FIP Unnes, kegiatan ini juga bertujuan untuk memperkenalkan dan mempromosikan Jurusan Psikologi kepada pihak diluar

Terdapat perbe- daan yang nyata (P<0,05) pada panjang kepala, panjang midpiece, dan panjang ekor utama antara anoa dewasa (A) dan anoa muda (B) pada pewarnaan W (Tabel 4),