• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Protokol Diskusi Refleksi Kasus (DRK) di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Protokol Diskusi Refleksi Kasus (DRK) di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1.1 Latar Belakang

Professionalisme perawat merupakan salah satu hal yang penting untuk

meningkatkan kinerja perawat. Depkes (2005) menjelaskan bahwapada tahun

2000 Direktorat Pelayanan Keperawatan Departemen Kesehatan bekerja sama

dengan World Health Organization(WHO)mengembangkan suatu program peningkatan professionalisme perawat yang dikenal dengan Sistem

Pengembangan Manajemen dan Kinerja Klinis (SPMKK) yang selanjutnya

berdasarkan Permenkes No.836/Menkes/SK-VI/2005 berubah menjadi

Pengembangan Manajemen Kinerja (PMK), kegiatan Diskusi Refleksi Kasus

(DRK) merupakan salah satu bagian dari PMK.

Menurut Depkes (2005) Diskusi Refleksi Kasus (DRK) adalahsuatu

metode pembelajaran dalam bentuk kelompok diskusi untuk berbagi pengalaman

klinik yang didasarkan atas standar yang telah ditetapkan. Tujuan dari DRK

adalah: 1) mengembangkan professionalisme, 2) meningkatkan aktualisasi diri,

3) membangkitkan motivasi belajar, 4) wahana untuk menyelesaikan masalah

yang mengacu pada standar yang telah ditetapkan, 5) belajar untuk menghargai

kolega agar lebih sabar, lebih banyak mendengarkan, tidak menyalahkan, tidak

memojokkan, dan meningkatkan keja sama.Langkah-langkah kegiatan DRK

terdiri dari:1) memilih/menetapkan kasus yang akan didiskusikan, 2) menyusun

jadwal kegiatan, 3) waktu pelaksanaan, 4) peran masing-masing personal dalam

(2)

Hennesy D, Hicks, Hilan & Kawonal (2006) menjelaskan DRK

merupakan salah satu bagian dari pengembangan staf berkelanjutan yang dikenal

dengan istilah Continous Professional Development (CPD), kegiatan inidibutuhkan agar perawat memiliki keterampilan/kompetensi tambahan selain

pelatihan dasar.Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun 2014 menjelaskan

bahwa pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat didasarkan pada

pengetahuan dan kompetensi dibidang ilmu keperawatan yang dikembangkan

sesuai dengan kebutuhan klien, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan

globalisasi.

Penelitian terkait kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) dipublikasikan

oleh Dube & Ducharme (2014)yang mengistilahkan kegiatan Diskusi Refleksi

Kasus (DRK) dengan Reflective Practice (RP). Duffy (2007 dalam Dube & Ducharme 2014) menjelaskan bahwa Reflective Practice (RP) merupakan kegiatan pembelajaran dan pengembangan lewat pengkajian dari praktek

professional yang meliputi pengalaman, pemikiran, emosi, tindakan dan

pengetahuan.Hasil penelitian ini menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan

dan sikap perawat terhadap asuhan keperawatan pada pasien lansia setelah

dilakukan kegiatan Reflective Practice (RP). Kegiatan ini dapat dilakukan salah satunya dengan mendiskusikan tentang situasi klinik dalam suatu kelompok

belajar.

Penelitian Asselin & Fain (2013) menjelaskan efek pelaksanaan program

pengembangan pengetahuan menggunakan praktek refleksi (reflective practice)

(3)

terstruktur menggunakan isyarat pertanyaan, menulis narasi tentang pengalaman,

dan diskusi refleksi kelompok. Hasil dari penelitian ini adalah

peningkatankemampuan befikir reflektif perawat terhadap praktek asuhan

keperawatan dan peningkatan kemampuan refleksi diri perawat. Program ini

disarankan untuk dilakukan oleh perawat pemula (novice).

Penelitian fenomenologi dari Peden-McAlpine, Tomlinson, Forneris,

Gencks & Meiers (2005) mengistilahkan kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK)

merupakan salah satu dari program Reflective Practice Intervention (RPI). Penelitian ini menjelaskan tentang pengalaman perawat anak dalam

melaksanakan pembelajaran lewat Reflective Practice Intervention (RPI)menghasilkan 3 tema yaitu: 1) pengetahuan tentang sikap perawat terhadap keluarga dengan pasien anak, 2) mengenal stress pada keluarga, 3) kerjasama

perawat dan keluarga dalam melakukan asuhan keperawatan.

Kegiatan pembelajaran lewat praktek reflektif (reflective practice) dalam

bidang keperawatan memiliki beberapa implikasi yaitu:1) membantu membawa

perubahan dalam praktik individu, dan memberi kontribusi inisiatif terhadap

perubahan kebijakan serta meningkatkan asuhan terhadap pasien, 2)memberikan

pendapat perawat dalam praktek klinis dalam kaitannya dengan hak mereka

sendiri dan juga sebagai respon terhadap kekuatan tim medis lain, 3) suatu

bentuk kontribusi diri dari pengalaman perawat, 4) proses pembelajaran

sepanjang hidup perawat professional,5) bagi para mahasiswa akan membantu

dalam proses belajar sesuatu yang dilakukan setiap saat bukan hanya didapatkan

(4)

Penelitian Walker, Cooke, Henderson & Creedy (2012) menjelaskan

kegiatan pembelajaran lewat diskusi refleksi dengan bentuk pembelajaran

berkelompok(learning circle) memberikan kesempatan pada para perawat, siswa perawat dengan bantuan fasilitator (supervisor dari rumah sakit) untuk

mendiskusikan pengalaman dan gagasan dalam melakukan praktik asuhan

keperawatan. Hasilnya adalah adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan

terhadap praktik asuhan keperawatan yang dilakukan setelah dilakukan kegiatan

ini.

Penelitian Oyamada (2012) tentang program refleksi kritis (critical reflection program)yang dilakukan pada 14 perawat yang ada di 3 rumah sakit di Jepang. Penelitian ini mengembangkan program pembelajaran lewat diskusi

refleksi kelompok. Hasil yang didapatkan dari 85% perawat klinik yang

mengikuti program pembelajaranlewat diskusi reflektif mengalami perubahan

pada sikap dan kemampuan berfikir kritis.

Penelitian tentang kegiatan reflektif sebagai pembelajaran pada perawat

juga dilakukan oleh Taylor, Holroyd,Edwards,Unwin danRowley (2005) dari

Australia. Penelitian action researchini menjelaskan bahwa praktek refleksi (reflective practice)lewat menulis pengalaman secara narasi dan diskusi refleksi

kelompok dapat meningkatkan kemampuan perawat untuk bekerja secara

sistematis lewat proses penyelesaian masalah (problem solving) sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan keperawatan menjadi lebih efektif serta

(5)

Pengetahuan terhadap tindakan keperawatan akan mempengaruhi asuhan

keperawatan yang diberikan perawat kepada pasien.Penelitian Wayurah,

Nurachmah & Mulyono (2011) yang dilakukan pada perawat di RSUD

Indramayu diperoleh hasil 50,8% perawat memiliki pengetahuan kurang baik

terhadap tindakan pemasangan infus menyebabkan kejadian phlebitis sebesar

40%. Penelitian ini menjelaskan adanya hubungan yang signifikan antara

pengetahuan perawat tentang terapi infus dengan kejadian phlebitis yang terjadi

di RSUD Indramayu.

Penelitian Paryanti, Haryati & Hartati (2007) menjelaskan hubungan

antara tingkat pengetahuan perawat dengan tingkat keterampilan melaksanakan

prosedur tetap suction di Ruang ICU RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. Penelitian ini menjelaskan pengetahuan perawat ICU terhadap

tindakansuction68,2% pada kategori baik sehingga keterampilan perawat 77,3% berada dalam kategori baik.

Kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) telah dilakukan di rumah sakit

yang ada di Indonesia. Penelitian Pamungkas dan Hasanbasri (2011) tentang

pelaksanaan DRK di RSUD Kota Yogyakarta menjelaskan pelaksanaan DRK

memberikan peningkatan pengetahuan perawat terhadap asuhan keperawatan

(73,3%), pembelajaran melalui pengalaman (73,3%), peningkatan

profesionalisme (87,7%), peningkatan keterampilan perawat (80%), peningkatan

aktualisasi diri perawat (80%), serta peningkatan mutu dan penerapan terhadap

pasien (93,3%). Penelitian ini juga menjelaskan pentingnya dukungan

(6)

Kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) telah dilaksanakan di RSUP Haji

Adam Malik Medan dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu instalasi yang rutin

melaksanakan DRK adalah Instalasi Cardiac Center. Wawancara yang dilakukan penulis dengan Kapokja Instalasi Cardiac Center RSUP Haji Adam Malik didapatkan hasil bahwa Penanggung jawab (PJ) kegiatan DRK ini langsung dari

Kapokja keperawatan Instalasi Cardiac Center. PJ menyusun jadwal kegiatan DRK untuk 1 tahun. Kegiatan DRK yang dilaksanakan dijadwalkan 2 kali dalam

sebulan.

Topik yang didiskusikan pada kegiatan DRK di RSUP Haji Adam Malik

di Instalasi Cardiac Center ini umumnya tentang perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam dunia medis yang berhubungan dengan

keperawatan serta diskusi tentang askep pada pasien, diskusi kadang bersifat

workshopberupa presentasi dari perawat yang baru mengikuti pelatihan diluar rumah sakit dan presentasi hasil penelitian perawat yang melanjutkan pendidikan.

Diskusi yang dilakukan belum sepenuhnya membahas tentang kasus pasien,

namun lebih bersifatupdate pengetahuan(transfer of knowledge). Kegiatan DRK ini dihadiri oleh beberapa kepala ruangandan para perawat pelaksana yang ada di

Instalasi Cardiac Center. Proses berlangsung lewat presentasi materi dan dilanjutkan dengan tanya jawab antara penyaji dan peserta diskusi. Hasil diskusi

terdokumentasiberupa absensi, materi diskusi dan proses berjalannya diskusi.

Penelitian Pengembangan Protokol Diskusi Refleksi Kasus (DRK) ini

dilakukan di Ruang Rawat Inap RS Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini

(7)

dari partisipan untuk bersama-sama merumuskan protokol kegiatan Diskusi

Refleksi Kasus (DRK). Kegiatan action research bertujuan agar peneliti dapat mengumpulkan informasi dan pengetahuan tentang situasi tertentu serta untuk

membantu memperbaiki situasi yang didapatkan di lapangan (Polit & Beck,

2012).

Penelitian Pengembangan Protokol Diskusi Refleksi Kasus (DRK) ini juga

dilakukan dengan pendekatan lewat teori Jean Watson tentang “Interpersonal

teaching learning (carative factor 7) yang merupakan salah satu komponen dari ten carrative factor. Kegiatan Interpersonal teaching learning ini merupakan proses pembelajaran dengan memberikan informasi dan saling berbagi

pengalaman (Watson, 2008).Penelitian ini nantinya akan menghasilkan protokol

kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) yang dapat meningkatkan mutu

pelayanan keperawatan.

1.2.Permasalahan

Undang-Undang Keperawatan No. 38 tahun 2014 menjelaskan bahwa

pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat didasarkan pada pengetahuan

dan kompetensi dibidang ilmu keperawatan yang dikembangkan sesuai dengan

kebutuhan klien, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan globalisasi.

Perawat di Indonesia dituntut untuk profesional dalam memberikan asuhan

keperawatan dengan meningkatkan kompetensinya. Data dari Badan

Pengembangan dan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan

(BPPSDMK) rasio perawat di Indonesia tahun 2013 adalah 119,2 per 100.000

(8)

memenuhi standar.Penelitian Wayurah, Nurachmah & Mulyono (2011) yang

dilakukan pada perawat di RSUD Indramayu diperoleh hasil 50,8% perawat

memiliki pengetahuan kurang baik terhadap tindakan pemasangan infus

menyebabkan kejadian phlebitis sebesar 40%. Penelitian ini menjelaskan adanya

hubungan yang signifikan antara pengetahuan perawat dengan asuhan

keperawatan yang dilakukan.Kegiatan Diskusi Refleksi Kasus (DRK) merupakan

salah satu metode pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi yang dimiliki

perawat dalam melakukan asuhan keperawatan. Berdasarkan latar belakang yang

telah dipaparkan, maka penting bagi Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara

untuk melaksanakan kegiatan DRK agar dapat meningkatkan kualitas asuhan

keperawatan pada pasien.

1.3.Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan ProtokolDiskusi Refleksi

Kasus (DRK) diRuang Rawat Inap Rumah Sakit Universitas Sumatera Utara.

1.4.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Rumah Sakit,

perawat administrator, pendidikan keperawatan, dan perkembangan riset

keperawatan.

1.4.1 Bagi Rumah Sakit

Penelitian inidapat menjadi acuan untuk pelaksanaan kegiatan Diskusi

Refleksi Kasus (DRK) yang dilaksanakan secara teratur dan terjadwal sehingga

mampu menumbuhkan profesionalisme perawat untuk meningkatkan mutu

(9)

1.4.2 Bagi perawat administrator

Penelitian ini dapat memberi kontribusi untuk mengembangkan

ProtokolDiskusi Refleksi Kasus (DRK) dan dapat diaplikasikan di Ruang Rawat

InapRumah Sakit Universitas Sumatera Utara. Pengembangan Diskusi Refleksi

Kasus (DRK) ini selain dapat meng-updatepengetahuan perawat pengetahuan dan

teknologi, juga dapat membantu perawat mengevaluasi pelaksanaan asuhan

keperawatan yang sesuai dengan SPO. Sehingga bisa dilakukan perbaikan sesuai

dengan standar yang ditetapkan di Rumah Sakit.

1.4.3 Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi positif bagi

Institusi Pendidikan Fakultas Keperawatan khususnya Magister Ilmu

Keperawatan Universitas Sumatera Utara, sebagai bahan referensi kepustakaan

sehingga dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik terkait konsep Diskusi

Refleksi Kasus (DRK).

1.4.4 Bagi perkembangan riset keperawatan

Referensi

Dokumen terkait

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Jaringan Sosial terus dan semakin berkembang seiring dengan perkembangan teknologi telekomunikasi internet dan dan

Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-136/PJ/2014 tentang Penetapan. Pengusaha Kena Pajak Yang Diwajibkan Membuat

Metode pohon keputusan yang digunakan dalam penelitian ini akan dihubungkan dengan logika Fuzzy untuk memudahkan dosen wali dalam masalah rekomendasi jumlah

Apabila membahas pengertian pajak, menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata cara perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir

Penelitian ini telah menghasikan prototipe aplikasi untuk menentukan jumlah pemesanan pada barang dengan pendekatan periodic review dan peramalan permintaan menggunakan

Menurut Wijaya (2004) sesungguhnya istilah virginitas lebih menampakkan masalah purity (kesucian), yaitu cara seseorang menjaga kemurnian dirinya dan

keragaman jenis yang tinggi menunjukkan bahwa suatu komunitas memiliki. kompleksitas yang tinggi karena terjadi interkasi yang tinggi antar

Dari penafsiran berbagai pendapat yang dikemukakan, dapat ditarik dua kesimpulan: (1) adanya “laba” kenangan menjadi sebuah nilai tambah yang penting bagi para murid