• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penggunaan Kafein Terhadap Kualitas Tidur Mahasiswa Fk Usu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Penggunaan Kafein Terhadap Kualitas Tidur Mahasiswa Fk Usu"

Copied!
4
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kafein merupakan zat psikoaktif yang banyak digunakan pada masyarakat

(Daswin, 2013). Kafein banyak terkandung dalam kopi, teh, minuman cola,

minuman berenergi, coklat, dan bahkan digunakan juga untuk terapi. Kafein yang

terdapat dalam minuman, obat, suplemen, dan permen adalah stimulan yang

paling banyak digunakan di dunia (Snel & Lorist, 2011 dalam Purdiani, 2014).

Kafein adalah senyawa alkaloida turunan xantine (basa purin) yang

berwujud kristal berwarna putih. Kafein bersifat psikoaktif, digunakan sebagai

stimulan sistem saraf pusat, mempercepat metabolisme, dan diuretik. Konsumsi

kafein berguna untuk meningkatkan kewaspadaan, menghilangkan kantuk, dan

menaikkan mood (Daswin, 2013). Selain itu, kafein juga telah terbukti dapat

meningkatkan kinerja dan fungsi kognitif (Smith, Maben, & Brockman, 1993

dalam Daswin, 2013). Namun, penelitian yang lain menunjukkan bahwa kafein

memiliki efek negatif yang signifikan terhadap suasana hati dan performa kerja

ketika digunakan terus menerus/berkelanjutan (James & Keane, 2007; Raogers,

2005 dalam Purdiani, 2014). Menurut Glade (2010) dalam Purdiani (2014),

konsumsi kafein juga telah terbukti berdampak negatif pada pola tidur dan

mengakibatkan rasa kantuk di siang hari.

Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus

terpenuhi. Tidur berfungsi untuk mempertahankan status kesehatan yang optimal

melalui periode istirahat untuk menyimpan dan menyiapkan energi untuk kegiatan

berikutnya (Arifin, 2011). Tidur sangat penting untuk menjaga baik kesehatan

fisik, mental, dan kesehatan emosional (Purdiani, 2014). Secara fisiologis periode

tidur terdiri dari periode terjaga, tidur Non Rapid Eye Movement (NREM) dan

(2)

Menurut Cauter (1997) dalam Arifin (2011), kualitas tidur merupakan

gambaran secara subyektif yang menjelaskan tentang kemampuan untuk

mempertahankan waktu tidur serta tidak adanya gangguan yang dialami selama

periode tidur yang secara subyektif diukur dengan menggunakan kuesioner

standar dan pengukuran secara obyektif dengan menggunakan polygraph atau

berdasarkan observasi.

Pengkajian tentang kualitas tidur dapat dilakukan dengan menggunakan

kuesioner The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang terdiri dari tujuh

komponen meliputi waktu yang diperlukan untuk dapat memulai tidur (sleep

latency), lamanya waktu tidur (sleep duration), presentase antara waktu tidur

dengan waktu yang dihabiskan pasien diatas tempat tidur (sleep efficiency),

gangguan tidur yang sering dialami sewaktu malam hari (sleep disturbance),

kebiasaan penggunaan obat-obatan untuk membantu tidur, gangguan yang sering

dialami saat siang hari dan kualitas tidur secara subyektif (subyective sleep

quality) (Buysse, 1989 dalam Arifin, 2011). Kuesioner PSQI adalah salah satu

yang paling banyak digunakan untuk menilai kualitas tidur (Lesher, 2014).

Kualitas tidur yang baik dapat memberikan perasaan tenang di pagi hari, perasaan

energik, dan tidak mengeluh ganguan tidur. Dengan kata lain, memiliki kualitas

tidur baik sangat penting dan vital untuk hidup sehat semua orang (Daswin, 2013).

Penelitian oleh Brezinova (1974), membuktikan pemberian kafein sebelum

tidur dapat mengurangi jumlah tidur selama 2 jam, menunda onset tidur selama 66

menit serta meningkatkan frekuensi terjaga pada waktu malam (Margolis, 2009

dalam Daswin, 2013). Menurut penelitian Smith (1993) mengkonsumsi kopi 2

gelas/hari menyebabkan seseorang membutuhkan waktu yang lama untuk dapat

memulai tidur, tidur dalam waktu yang singkat, dan keluhan kualitas tidur yang

buruk (Margolis, 2009). Menurut penelitian yang dilakukan Purdiani (2014) pada

mahasiswa/i Universitas Surabaya, sebanyak 39,17% mengkonsumsi kopi dengan

kualitas tidur yang buruk. Menurut Lesher (2014), asupan kafein yang tinggi

dapat mengurangi jumlah tidur di malam hari dan meningkatkan tidur di siang

(3)

kafein dapat menyebabkan perasaan gelisah yang biasanya dikaitkan dengan

kecemasan.

Mahasiswa, khususnya mahasiswa Fakultas Kedokteran memiliki aktivitas

dan tugas yang banyak. Sehingga memungkinkan mahasiswa untuk menunda

waktu tidurnya dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh kampus.

Mahasiswa merupakan golongan yang sering memanfatkan kafein dalam

kehidupan sehari-hari. Golongan ini sering menggunakan kafein sebagai

penghilang rasa kantuk terutama untuk tetap terjaga hingga lewat malam. Ini

dapat mempengaruhi kualitas tidur dari mahasiswa tersebut (Daswin, 2013).

Tetapi tidak semua mahasiswa menggunakan kafein untuk membantu

menghilangkan rasa kantuk untuk tetap terjaga. Apakah ada pengaruh penggunaan

kafein terhadap kualitas tidur mahasiswa FK USU yang tidak sering

menggunakan minuman bekafein?

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian dilakukan untuk

mengetahui apakah penggunaan kafein akan mempengaruhi kualitas tidur

mahasiswa FK USU?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh penggunaan kafein terhadap kualitas tidur

mahasiswa FK USU.

3. Mengetahui tentang perbedaan kualitas tidur antara mahasiswa FK

(4)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Masyarakat

Dapat memberikan pengetahuan tambahan tentang pengaruh minuman

berkafein seperti kopi terhadap kualitas tidur pada remaja terutama

mahasiswa

2 Bagi Peneliti

Dapat memberikan pengetahuan, wawasan apakah penggunaan kafein

mempengaruhi kualitas tidur

3 Bagi Institusi Pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Dampak Portofolio Aset Teknologi Informasi

Nah Sahabat MQ/ Apa saja harapan kaum buruh seiring dengan peringatan hari buruh internasional?// Seberapa jauhkah peran pemerintah dalam memperhatikan nasib dari

The conducted studies showed that pixel-by-pixel stochastic gradient estimation of inter-frame shift vectors of all points of the reference image corresponding to

Dengan mengamati gambar, siswa mampu menyajikan informasi hasil identifikasi karakteristik dataran tinggi, dataran rendah, dan pantai serta pemanfataan sumber

Penagihan Aktif Dalam Proses ………... SEKSI PENGOLAHAN DATA DAN

We introduce here a neа procedure of edge-preserving denoising for medical images, that combines the fleбibilitв in prior assumptions, and computational effectiveness

Dengan Setelah berdiskusi, siswa mampu mengidentifikasi hak dan kewajiban sebagai warga masyarakat dalam memanfaatkan tumbuhan dengan benar3. Setelah berdiskusi,

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antar Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan