• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Ayah Dalam Novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir Karya Kirana Kejora : Analisis Psikologi Sastra Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peran Ayah Dalam Novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir Karya Kirana Kejora : Analisis Psikologi Sastra Chapter III V"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara untuk memperoleh pengetahuan mengenai objek

tertentu danharus sesuai dengan kodrat keberadaan objek itu sebagaimana yang yang

dinyatakan oleh teori (Faruk, 2015:55). Penelitian ini menggunakan metode kualitatif.

Metode kualitatif adalah metode yang berhubungan dengan nilai atau kesan dari objek

(Tantawi, 2014:61).

3.2 Teknik Pengumpulan Data

Setiap karya ilmiah sudah tentu memerlukan data-data yang dapat dipercaya

untuk membantu pembahasan dan pengambilan suatu keputusan. Jenis penelitian yang

digunakan adalah penelitian kepustakaan yang akan menggunakan data primer dan data

▸ Baca selengkapnya: pendeskripsian watak tokoh ayah juga seorang pendiam dalam kutipan novel tersebut adalah ...

(2)

diambil dari buku-buku yang mencakup tentang Peran Ayah, Sastra, Psikologi Sastra, dan

Psikologi Kepribadian.Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui metode

membaca heuristik dan hermeneutik. Membaca karya sastra sebagaimana yang dikemukakan

oleh Riffatere ( dalam Jabrohim, 2001:12) yakni: dimulai dengan langkah-langkah heuristik,

yaitu membaca dengan jalan meniti tataran gramatikalnya dari segi mimetisnya dan

dilanjutkan dengan pembacaan retroaktif, yaitu bolak balik sebagaimana yang terjadi pada

metode hermeneutik untuk menangkap maknanya.

Metode ini dianggap tepat untuk memahami karya sastra, Karena selain menggunakan

bahasa sebagai mediumnya, sastra merupakan kebenaran imajinasi di mana pengumpulan

data dilakukan dengan teknik yakni data-data diperoleh dari pembacaan heuristik dan

hermeneutik tentang konflik sosial yang dihubungkan dengan psikologi sastra dipindahkan

langsung ke bahan proposal.

3.3 Bahan Analisis

Adapun yang menjadi sumber data primer penelitian adalah:

Judul Novel : Ayah Menyayangi Tanpa Akhir.

Pengarang : Kirana Kejora

Tahun Terbit : 2013

Tebal Buku : 372 Halaman

Penerbit : Zettu

Warna Sampul : Putih dan Biru

Gambar Sampul : Sampul bergambar seorang anak kecil yang dipayungi dengan

payung berwarna biru dan setengah badan memegang payung itu.

Desain Sampul : Usman Muhammad

sedangkan yang menjadi data sekunder akan diperoleh daribuku-buku yang

berhubungan dengan peran ayah, orang tua tunggal, Sastra, dan Psikologi, serta buku-buku

(3)

3.4 Teknik Analisis Data

Analisis data pertama-tama adalah penganalisisan sumber-sumber di atas sesuai

dengan teori-teori yang digunakan (Faruk, 2015: 56).

Teknik yang digunakan untuk menganalis data dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa

Akhir karya Kirana Kejora adalah teknik analisis isi. Analisis isi yaitu metode penelitian

yang memanfaatkan seperangkat prosedur untuk menarik kesimpulan dari sebuah buku dan

dokumen.

Penganalisisan data penelitian ini dilakukan dengan cara:

1. Membaca novel berulang-ulang.

2. Mengumpulkan data mengenai tokoh Juna sebagai orang tua tunggal dan peran ayah

serta aspek psikologi seorang ayah dalam novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir karya

Kirana Kejora yang berhungan dengan unsur psikologi dalam konteks psikologi

sastra.

3. Mengklasifikasikan data-data struktur dan psikologi sastra.

4. Menganalisis data yang telah diklasifikasikan dari membaca.

5. Mendeskripsikan hasil analisis data mengenai peran ayah sebagai orang tua tunggal

dan gambaran psikologi seorang ayah pada novel Ayah Menyayangi Tanpa Akhir

karya Kirana Kejora.

6. Menarik kesimpulan dari data yang diteliti.

Data yang telah terkumpul kemudian diinterpretasikan sehingga terjalin antarstruktur

yang saling berkaitan. Hasil yang diperoleh berupa uraian penjelasan karena penelitian ini

(4)

BAB IV

PERAN AYAH DALAM NOVEL AYAH MENYAYANGI TANPA AKHIR

KARYA KIRANA KEJORA

4.1 Gambaran psikologis seorang ayah dalam novel AMTA

Ayah sebagai orang tua tunggal dalam novel AMTA merupakan suatu kondisi yang

dialami seorang laki-laki dewasa yang memiliki anak dan bertanggung jawab penuh untuk

memelihara anak-anak seperti menjaga dan merawat anak baik secara fisik maupun

psikologis. Dalam hal ini, keterlibatan ayah untuk memelihara anak-anak lebih dari

melakukan interaksi yang positif dengan anak-anak mereka, akan tetapi juga ikut

memperhatikan perkembangan anaknya.

Pada masa ini ayah menghadapi banyak tanggung jawab. Biasanya ayah

memandang dirinya sebagai pemberi nafkah utama dan mengurus anak (Setiono: 2011, 67).

Selain itu, ayah yang berperan sebagai orangtua tunggal juga berkewajiban untuk

memberikan pendidikan yang formal ataupun nonformal, hingga melakukan interaksi yang

positif seperti memiliki kelekatan yang baik tanpa adanya peran serta dari pasangan atau

seorang istri karena meninggal dunia.

Dalam kehidupannya sebagai orang tua tunggal, para ayah mengalami beberapa

kondisi yang tentunya menjadi tekanan bagi dirinya. Beberapa gambaran psikologis ayah

tunggal yang sering timbul antara lain :

4.1.1 Kecemasan dan Konflik

Kecemasan berasal dari takut dan tak berdaya dalam dunia penuh ancaman

(5)

bagaimana seorang tokoh itu menjalankan perannya. Dalam novel AMTA terdapat beberapan

gambaran yang menunjukkan bahwa tokoh ayah mengalami kecemasan dan konflik.

Perhatikan kutipan novel berikut.

“Sifat tak ingin melukai, membuka duka kembali, membuat Juna jarang sekali bicara tentang Solo dengan ceritanya” (AMTA, 299).

Dapat kita lihat pada kutipan tersebut, ada sebuah kecemasan jika Juna disinggung

tentang Solo, sebuah konflik masa lalu peyebabnya. Saat Juna memutuskan untuk

meninggalkan Keraton Solo dengan segala resiko yang dihadapinnya. Perhatikan kutipan

novel berikut.

“Mada menekan lirih kalimat terakhirnya. Karena selama ini ia selalu takut untuk mengutarakan hal sensitive yang akan membuat ayahnya tersinggung jika bicara tentang Solo” (AMTA, 216).

Kecemasan muncul disebabkan oleh konflik, baik itu konflik yang berasal dari

dalam maupun luar lingkungn, konflik berbahaya dampaknya terhadap fungsi fisik mental.

Hal tersebut terlihat dalam kutipan novel, ketika membahas tentang asal usul keluarganya di

Solo, Juna langsung memberikan sikap merasa tertekan. Perhatikan kutipan novel berikut.

“Juna menarik nafas begitu dalam dan panjang. Lalu kedua tangannya mengusap wajah lelahnya. Juna merasa bersalah membuat Mada larut dalam kesedihan yang tak seharusnya ia perlihatkan” (AMTA, 217).

Dalam kutipan itu tergambar jelas bagaimana Juna mendapat tekanan yang begitu

dalam terhadap konflik di masa lalunya.

4.1.2 Tekanan

Tekanan adalah bentuk penentu tingkah laku yang berasal dari lingkungan

(Alwisol, 2007: 187). Lingkungan berpengaruh dalam pembentukkan psikologis seseorang.

Seorang ayah tunggal biasanya mengalami tekanan yang lebih besar. Selain mencari nafkah

untuk anaknya, seorang ayah tunggal juga berperan dalam mendidik anaknya menjadi orang

(6)

perannya. Perhatikan kutipan novel berikut.

“Ayah akan membawa kamu ke keluarga besar di Solo kalau ayah sudah bisa menjadikanmu orang sukses. Hebat dengan karya besar” (AMTA, 217).

Hal semacam itu yang membuat seseorang merasa tertekan karena adanya suatu

janji yang belum tertepati dan akan terus membebaninya sehingga seseorang akan selalu

merasa tertekan. Ada lagi kutipan novel yang menunjukan tekanan yang dihadapi Juna, saat

Mada sangat ingin ketemu ibunya, perhatikan kutipan novel berikut.

“Tangis Mada kembali meledak, membuat Juna hampir pingsan. Kepalanya berat sekali, semacam ada godam besar dengn berat ribuan ton menghantamnya. Ia peluk Mada dengan erat. Ia benamkan wajahnya ke punggung Mada, menahan air matanya keluar” (AMTA, 123).

Perasaan tertekan yang tidak bisa dikendalikan dapat berakibat fatal, seperti yang

diungkapkan Alwisol, tekanan menimbulkan gangguan psikologis. Seperti menangis,

menangis merupakan luapan seseorang saat tidak mampu menahan beban yang mereka

hadapi.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya tekanan :

1. Masalah pengasuhan anak

2. Masalah ekonomi

4.1.2.1 Masalah Pengasuhan Anak

Masalah pengasuhan anak merupakan masalah yang juga dialami oleh para orang

(7)

1. Mengatasi proses kehilangan yang dialami oleh anak, dalam novel AMTA hal ini

terjadi pada tahap awal ketika Juna menjadi ayah tunggal, saat itu anaknya protes kenapa dia

tidak memiliki ibu seperti teman-temannya yang lain. Perhatikan kutipan novel berikut.

“Mada bisa… mimpi… ketemu ibu… kata nesssaaa… ibu akan datang” (AMTA, 123).

Hal seperti ini tentu tidak mudah untuk Juna terlebih dia belum mempunyai banyak

cara untuk mengatasi protesnya Mada yang rindu ibunya.

2. Mengatasi penyesuaian diri dan bagaimana pola asuh yang tepat. Laki-laki selama ini

tidak dituntut untuk mengembangkan kemampuan nurturing. Dalam novel AMTA tokoh

Arjuna dinilai mampu menyesuaikan dirinya dan memberikan pengasuhan yang baik kepada

anaknya Mada, namun hal ini menjadi kendala sendiri bagi Juna sehingga ada beberapa

tekanan yang harus di hadapinnya. Ayah dalam novel AMTA tidak terlalu mempunyai

masalah psikologis saat memberikan asuhan kepada anaknya. Hanya saja ada beberapa hal

yang tidak bisa diatasi oleh Juna, teruma saat Mada berusaha mencari tau dari mana asal-usul

keluarganya, hal seperti ini membuat Juna merasa tertekan dan membuatnya sedih, sebab

tidak bisa memberikan keluarga yang sempurna untuk anaknya.

Namun dalam novel AMTA, Juna berusaha membesarkan Mada dan

memberikannya pelajaran sendiri, Juna dia angaap mampu menjadi orang tua tunggal yang

baik tanpa bantuan siapapun.

4.1.2.2 Masalah ekonomi

Masalah ekonomi rentan terhadap gangguan psikologis seseorang, terlebih

bagi seorang ayah tunggal yang harus memenuhi kebutuhan sehari-hari anaknya. Pada awal

cerita dalam novel AMTA, Juna yang harus menikah dini dihadapkan dengan masalah

perekonomian. Juna yang saat itu harus hidup hemat, dengan sigap mencari pekerjaan

(8)

Masalah ekonomi merupakan hal yang berkaitan dengan kesukaran dalam

membiayai kehidupan. Selain itu sebagai seorang apoteker dalam novel AMTA, Juna tidak

mempunyai masalah perekonomian yang sangat mendalam, ayah dalam novel AMTA sangat

bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan keluarganya, baik jasmani maupun rohani

dan hidup dalam kondisi yang serba berkecukupan dan membuat Juna tidak merasa terbebani.

4.1.3 Perasaan bersalah dan tidak mampu menjadi orang tua yang baik

Ayah dalam novel AMTA berasa dirinya gagal dalam menjalankan perannya

sebagai seorang suami dan ayah untuk anaknya, pertama, saat dia gagal menjadi suami yang

menyebabkan istinya meninggal dunia. Kedua, saat Juna juga harus kehilangan anaknya

karena sakit. Ada perasaan yang sangat sakit dialami oleh juna, perasaan selalu merasa

bersalah dan tidak mampu menjadi orang tua yang baik. Perhatikan kutipan novel berikut.

“I’m a stupid dad! Mada.. Keisha.. I’m sorry, gomen na sai…. Aishiteru” (AMTA, 14).

Dari kutipan novel diatas dapat kita lihat betapa merasa bersalah menghantui Juna,

dan membuat dirinya tidak mampu mengendalikan emosinya, ada lagi kutipan yang

menunjukkan perasaan bersalah Juna, saat Mada dinyatakan sakit dan umurnya tidak akan

lama. Perhatikan kutipan novel berikut.

“My son is fine! Mada is fine! You lied to me! Liar!"

Juna mendorong tubuh Dean, bergegas keluar dari ruangan, dan membanting pintu ruang putih itu. Dean hanya bisa menatap Juna yang melajukan mobilnya dengan kencang. (AMTA: 331).

Dari kutipan novel di atas, Juna yang selama ini tangguh menjalankan perannya

harus rapuh dan tidak terima dengan apa yang dihadapinnya. Hal ini di dukung dengan

kutipan novel berikut.

“Kamu tahu apa yang ku rasa kan?”

(9)

Jelas terlihat bahwa Juna sangat terpukul dengan apa yang dialami anak semata

wayangnya, dia tidak mau gagal menjadi kepala keluarga setelah kehilangan Keisha beberapa

tahun lalu, kondisi seperti ini sangat memicu terjadinnya depresi dan perubahan prilaku yang

mendalam dan mampu membuat seseorang menjadi apatis, pada awalnya dalam novel

AMTA, Juna mengalami kondisi psikologis yang baik walaupun ada sedikit tekanan, namun

dia mampu mengendalikan setiap emosinya dengan baik dan mendidik anaknya secara

sempurna, memberikan anaknya pengetahuan yang tidak didapatkan disekolah manapun.

Namun kondisi psikologisnya memburuk saat dia harus kehilangan anaknya,

hatinya merasa hancur dan kecewa. Janji kepada keluarga besar yang belum terwujud namun

harus kehilangan anaknya pada saat yang belum tepat.

4.2 Peran Ayah Dalam Novel AMTA

Setiap keluarga terdiri dari anggota keluarga yang sekaligus menjadi anggota

masyarakat. Maka setiap anggota keluarga turut mengambil peran dalam upaya membentuk,

mencapai, dan memelihara kesejahteraan (Gunarsa, 2002:42). Lalu bagaimana jika anggota

(10)

Aggota keluarga yang tidak lengkap menjalankan perannya sekaligus atau peran ganda,

seperti ayah tunggal yang menjalankan berbagai perannya. Terdapat empat peran yang dapat

dijalankan oleh seorang ayah tunggal.

Menurut Setiono ( 2011: 52) peran ayah pada umumnya dalam perkembangan

anaknya dibagi menjadi sepuluh yaitu :

1. Memecahkan masalah konflik peran.

2. Menemukan jalan untuk mengatasi tekanan sebagai ayah tunggal.

3. Belajar merawat anaknya.

4. Mendorong perkembangan anak.

5. Menyesuaikan dengan kesehatan seluruh keluarga.

6. Mempertahankan kebersamaan dengan anaknya.

7. Memikul tanggung jawab sebagai pencari nafkah utama.

8. Mempertahankan rasa sebagai pribadi seorang pria.

9. Mewakili keluarga dalam masyarakat luas.

10.Menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab.

Berdarkan kesepuluh poin tersebut maka peneliti membaginya kedalam gambaran

psikologis ayah tunggal dan peran ayah tunggal .

4.2.1 Ayah Sebagai Ibu

Psikologi merupakan ilmu yang dapat memperliatkan hubungan yang erat antara

perilaku individu (Ibrahim, 2005:15). Bisakah seorang ayah menjalankan perannya sebagai

ibu? Tentu bisa, sifat keibuan merupakan akibat komulatif dari berbagai persyaratan

hormonal, fisiologis dan instrik. Seperti yang dikemukakan Ibrahim, sifat keibuan merupakan

satu fenomena kualitatif yang mengandung berbagai unsur sentiment tertentu. Jadi setiap

(11)

Dalam novel AMTA sendiri, naluri seorang ibu sudah mucul pada diri Juna sejak

anaknya masih kecil, novel ini menceritakan berbagai kisah tentang Juna yang menjadi ayah

tunggal, Juna membesarkan dan mendidik anaknya sendirian membuatnya harus bisa

memutar otak agar anaknya Mada tidak kekurangan kasih sayang, selain menjadi ayah, Juna

juga harus menjalankan perannya sebagai ibu, bahkan nalurinya sebagai ibu sudah muncul

ketika menghadapi Mada yang saat itu masih kecil dan Mada tengah panas tinggi sementara

persediaan obat dirumahnya sedang tidak ada, dengan sigap Juna melepaskan bajunya dan

meletakkan Mada di dadanya.

Dapat kita lihat pada kutipan novel berikut yang menjelaskan bagaimana naluri

seorang ibu mengalir dalam diri Juna.

“ini baru salah satu sensasi menjadi ayah dan ibu! Ia menghibur diri sendiri sambil mengusap air kencing Mada yang sukses membasahi seluruh wajahnya.” (AMTA, 17).

Dari kutipan tersebut dapat kita lihat, bahwa naluri seorang ibu sudah mengalir di

tubuh Juna dan naluri itu semakin kuat saat buah hatinya jatuh sakit. Perhatikan kutipan novel

berikut.

“Mata Juna berbinar, diciumnya dahi Mada yang tiba-tiba sembuh karena pelukannya.Entah darimana logika ilmiahnya, yang jelas ia spontan melakukannya karena naluri seorang IBU!”(AMTA, 18).

Berdasarkan kutipan novel diatas dapat disimpulkan bahwa seorang ayah juga

dapat memiliki naluri layaknya seorang ibu, seorang ayah bahkan ayah tunggal sekalipun

mampu menjalankan peran yang bukan di kodratkan untuknya

Dalam hubungan orang tua dengan anaknya sebaiknya lebih terlihat adanya

kehangatan (Gunarsa, 2002: 45).

Bahkan dalam novel AMTA ini banyak yang menunjukkan bahwa juna memiliki

naluri seorang ibu bahkan anaknya sendiri menganggap juna sebagai ibunya. Perhatikan

(12)

“Hikmah besar dipetiknya, kehadirannya sebagai seorang ayah dan ibu begitu penting bagi Mada” (AMTA, 20).

Adapun kutipan lainnya yang menunjukkan peran ayah sebagai ibu.

“Ayo ke sekolah!Ayah… juga ibu Mada kan?” Juna kembali mati kata, dengan langkah gontai ia menuruti jejak kaki kecil Mada meninggalkan rumah teh, menuju sekolah Mada dengan sekian ratus ibu-ibu merayakan Hari ibu (AMTA, 25).

Dari kutipan diatas dapat dilihat bahwa Juna dapat menjalankan perannya sebagai

ibu, dan membuat anaknya merasa memiliki ibu didepan teman-temannya. Hal ini

membuktikan bahwa Juna sangat memberikan perhatian lebih kepada Mada yang saat itu

masih duduk disekolah dasar bahkan mampu membuat Mada menjadi anak yang berprestasi

dan membanggakan.

4.2.2 Ayah Sebagai Teman

Tahapan perkembangan anak merupakan suatu rangkaian yang berkesinambungan

(Gunarsa, 2002: 57). Seorang anak biasanya membutuhkan teman sebagai pembentukkan

jiwanya.

Anak laki-laki lebih senang bergabung dengan tujuan kegiatan petualangan yang

menggelorakan (Gunarsa, 2002: 54). Disinilah peran orang tua berpengaruh untuk

mengurangi konflik dan kecemasan terhadap anak.

Sebagai orang tua tunggal, Arjuna digambarkan sebagai ayah yang sangat peduli

akan kebutuhan anaknya, baik itu hanya sebatas liburan kecil. Terkadang Juna tidak

memposisikan dirinya sebagai orang tua, tetapi sebagai teman agar anaknya berkembang

seperti anak-anak yang lain, Juna tidak ingin anaknya kekurangan kasih sayang, dengan

menjadi teman bagi anaknya. Tentu Juna akan semakin dekat dan mengetahui apa yang

diperlukan anaknya. Hal itu tergambar pada kutipan novel berikut.

(13)

Dari kutipam di atas sosok Juna tergambar sebagai orang tua yang tau akan

segalanya, sehingga saat berbagi cerita dengan anaknya, Juna dinilai mampu menjadi teman

yang baik untuk anaknya. Hubungan mereka terjalin sangat baik, bahkan saat Mada berusaha

menghibur ayahnya yang sedang sedih, mereka seolah mempunyai kontak batin, tidak hanya

sebagai orang tua, namun sebagai seorang sahabat. Perhatikan kutipan berikut.

“good son. Thanks Mada. Kamu rajin kumpulkan semua foto-foto

yang berserakan di dalam lemari ayah. Kamu merajut kembali kepingan-kepingan hati ayah yang berantakan…” (AMTA, 54)

Setiap manusia memerlukan sahabat dalam kehidupannya. Bukan hanya orang

dewasa, anak-anak juga memerlukan sahabat. Bukan hanya anak-anak yang sehat dan

normal, bahkan pada anak-anak autis sekalipun, ternyata mereka lebih responsif terhadap

orang yang bersikap sebagai sahabat. .

Hal ini disebabkan karena manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan

sehari-hari, manusia selalu memerlukan orang lain, memerlukan lingkungan untuk mengekspresikan

kebutuhan sosial dalam dirinya.

Bermain merupakan naluri seorang anak yang harus terpenuhi agar iya tidak merasa

kesepian dan bahagia, sahabat bisa membuat anak lebih terbuka karena posisi mereka sejajar,

bisa saling mengisi, lebih betah dan asyik sekalipun sesekali diselingi pertengkaran. Karena

itu, kehadiran sahabat sangat penting bagi anak karena membuat mereka bersedia saling

belajar dan selalu diliputi rasa senang.

Sebagai orang tua tunggal, Juna sangat mengetahui apa yang di butuhkan anaknya,

sesekali mereka bermain hanya untuk menghabiskan waktu bersama. Perhatikan kutipan

novel berikut.

“Kita ke Cibubur Plaza ya. Ada lomba tamiya di sana.”(AMTA, 137).

(14)

Tamiya. Kadang Juna menang, Kadang Mada menang. Senyum bahagia, itu akhir dari setiap even yang mereka ikuti” (AMTA, 140).

Walaupun hanya mengikuti lomba Tamiya, Juna menganggap hal itu sangat berharga

untuknya, selain bisa membuat hubungan mereka makin dekat, mereka juga saling mengisi

satu sama lain. Hal ini dapat dianalogikan dengan interaksi ayah dengan anak, yang penting

bukan jumlah waktu ayah bersama anaknya, tetapi apa dan bagaimana yang dilakukan ayah

pada saat bersama anaknya

Hubungan mereka layaknya seorang teman sangat tegambar dibeberapa kutipan,

seperti saling ejek yang biasanya dilakukan oleh seorang yang seumuran dengan kita, tapi di

dalam novel ini Juna mampu memposisikan dirinya sebagai teman bagi Mada layaknya

seorang sahabat yang seumuran. Perhatikan kutipan novel berikut.

“Juna langsung turun mengejar Mada.Mereka saling berkejaran, naik turun ke air dan batu hingga tak terasa matahasi mulai tersembunyi (AMTA, 151).

Layaknya seorang remaja yang memiliki sahabat yang sedang sedih, hal ini juga

tergambar dalam beberapa kutipan, perhatikan kutipan berikut.

“Aduh!”Juna menjitak kepala Mada yang sukses meledeknya, lalu mereka segera berjalan menuju studio yang terletak di lantai dua di rumah megah dengan pilar-pilar ala Romawi-nya itu (AMTA, 218).

Namun mereka selalu menyelipkan candaan yang dianggap mampu memecahkan

kesedihan yang sedang melanda.Juna bukan merupakan orang tua yang harus di hormati,

terkadang Juna memposisikannya sebagai teman, tak hayal Mada sering berkata-kata

layaknya anak remaja kepada sahabat seumurannya. Perhatikan kutipan novel berikut.

“Garing ah!Mana angkringannya yah? Lama banget sampainya?” (AMTA, 272).

Bahkan Mada sering menggunakan bahasa gaul yang pada umumnya di ujarkan oleh

(15)

dan anak yang sehat.

Berlibur kini sudah bukan lagi jadi kebutuhan tersier ataupun sekunder, namun sudah

jadi kebutuhan primer bagi masyarakat Indonesia. Liburan tidak hanya menjadi sekadar

bepergian saja namun ada nilai-nilai kebahagiaannya disana. Juna sangat tau sudah pasti

anaknya pun butuh liburan. Walau memang pemenuhan kebutuhan itu bisa ditunda, tidak

seperti kebutuhan terhadap makanan atau minuman. Namun bila keadaan dan kemampuan

sudah ada, kebutuhan ini dapat dipenuhi Juna. Sebagai ayah tunggal Juna tidak mau anaknya

kehilangan waktu berlibur untuk mereka berdua. Layaknya seorang sahabat yang sedang

berlibur berdua, mereka menjelajah keseluruh tempat. Perhatikan kutipan berikut.

“Mada nampak memotret dari jauh kemegahan Keraton Solo. Ia bangga sekali dengan keberhasilannya membujuk sang ayah untuk bisa bertandang dan dengan jelas memandang istana itu.” (AMTA, 301).

Mengabadikan momen sepertinya merupakan agenda penting agar dapat

mengenangnya beberapa tahun kemudian.

“Kedua lelaki beda generasi itu bergegas menuju mobil yang berada tidak jauh dari pohon beringin tempat mereka berdiskusi, mencerca pikiran dari hati ke hati (AMTA, 308).

Bahkan mereka sering berpergian hanya untuk meluangkan waktu bersama dan

menambah pengalam mereka serta memberikan kebahagiaan batin untuk anaknya. Juna

senang bisa menghabiskan waktunya untuk Mada, sekedar untuk merasa lebih dekat dengan

anaknya, sehingga ikatan batin antara ayah dan anak semakin kuat.

Peran ayah tunggal lebih kompleks dan ayah lebih terlibat terhadap anaknya,

berbeda dengan peran ayah pada umumnya yang hanya memberikan nafkah tanpa ikut

berperan sebagai teman bermain, hal ini dikarenakan ayah pada umumnya hanya fokus

sebagai pencari nafkah bukan sebagai teman bermain, namun pada ayah tunggal, ayah harus

ikut serta dalam keseharian anaknya agar anaknya tidak kesepian dan berlimpah kasih

(16)

4.2.3 Ayah Sebagai Guru yang baik

Menurut Setiono (2011: 136) sebagai orang tua tunggal, secara terperinci

diungkapkan seni mendidik anak, terdapat 14 seni mendidik anak dalam islam, yaitu :

1. Pendidikan dengan keteladanan.

2. Pendidikan dengan adat kebiasaan.

3. Pendidikan dengan nasihat, perhatian atau pengawas.

4. Perhatian terhadap keimanan anak.

5. Perhatian terhadap moral anak.

6. Perhatian terhadap mental dan intelektual anak.

7. Perhatian terhadap kejiwaan anak.

8. Perhatian dari segi sosial anak.

9. Pendidikan dengan hukuman.

10.Menanamkan kebiasaan baik.

11.Memberikan latihan praktis.

12.Menimbulkan rasa percaya diri.

13.Memberikan pujian.

14.Memberikan hadiah.

Perubahan nilai dalam masyarakat akan menimbulkan masalah bagi orang tua,

terutama dalam membentuk karakter anak.

Tujuan pendidikan manakah yang harus dikejar dan cara-cara manakah yang harus

dikembangkan agar anak dapat berkembang dengan sempurna (Gunarsa, 2002: 44).

Orang tua adalah guru pertama dan utama peranan orangtua dalam kehidupan

keluarga, khususnya dalam kaitan dengan anak-anak tidak hanya sebatas memberikan makan

(17)

serta memadai, baik pendidikan yang sifatnya formal maupun pendidikan non formal.

Dengan memberikan keteladanan yang baik merupakan metode pendidikan yang

terbaik dan membekas pada anak (setiono, 137). Orangtua sungguh mempunyai peranan

sangat penting yang tidak dapat diwakilkan kepada pihak manapun sebab orangtua adalah

pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya.

Juna mungkin dianggap sebagai orang tua tunggal yang sempurna, dia

mengetahui segalanya. Juna juga sering memberikan pengetahuan diluar dari sekolah Mada.

“Mada, mobil balap adalah mahakarya yang dirancang guna melakukan hanya satu hal, yaitu untuk menang!”(AMTA, 29).

Sekedar memberikan pengetahuan tentang mobil balap yang sangat digemari

anaknya, Juna juga menyelipkan pesan moral agar apa yang disampaikannya kepada Mada

bermanfaat.

Seperti memberikan pengetahuan tentang tanaman yang memiliki filosofi.

Perhatikan kutipan berikut.

“Bonsai tanaman favorit semua orang yang melambangkan kesabaran dan kreatifitas yang tinggi dari pemiliknya.”(AMTA, 37).

Juna memberikan pengetahuan yang tidak didapatkan oleh Mada di sekolah.Juna

mengharapkan Mada mampu menjadi anak yang memiliki kesabaran dan kreatifitas yang

tinggi.

Juna sering mengenalkan budaya pada Mada, yang dianggapnya harus di mulai

sejak dini. Selain agar Mada lebih mengetahui keanekaragaman budaya yang ada di

Indonesia, agar Mada dapat mengerti bagaimana perjuangan, kemenangan dan sejarah dari

berbagai suku. Namun bukan hanya dengan cara membaca saja Juna dapat mengenalkan

(18)

Indonesia.

Dengan mengenalkan budaya daerah dan budaya nasional serta menanamkan nilai

budaya bangsa dapat membuat anak lebih mencintai tanah air (setiono, 132). Perhatikan

kutipan berikut.

“Gatotkaca adalah seorang tokoh dalam wiracarita Mahabharata yang dikenal sebagai putra Bimasena atau werkudara dari keluarga pandawa. Ibunya bernama Arimbi, berasal dari bangsa raksasa” (AMTA, 52).

Juna juga memberikan pengetahuan tentang baju adat dan nilai-nilai yang

terkandung di dalamnya, perhatikan kutipan berikut.

"Iri hati hanya akan menimbulkan rasa emosional,grusa-grusu dalam menanggapi segala masalah. Bebed atau jariknya laki-laki ini artinya manusia harus ubed yakni tekun dan rajin dalam bekerja mencari rezeki.” (AMTA, 44).

Karena hati nurani yang terpupuk baik akan memudahkan perilaku dengan prinsip

moral dan nilai-nilai manusiawi (Gunarsa, 2002:56).

Juna juga berperan sebagai guru agama yang selalu menanamkan nilai-nilai

keagamaan, hal ini tergambar dalam novel, saat Mada sedang rindu dengan ibunya dan

berusaha mengirim surat melalui kantor pos namun tak kunjung mendapatkan balasan,

disini peran Juna sebagai orang tua tunggal memberikan siraman rohani kepada Mada,

perhatikan kutipan novel berikut.

“Mada mau suratnya sampai kan? Mada bisa baca surat Al-Fatihah, Al-Ikhlas, dan surat-surat yang lain dari Al-Qur’an. Surat itu pasti akan sampai ke ibu. (AMTA, 129).

Sebagai guru untuk anaknya, Juna juga menanamkan nilai-nilai agama untuk

mempersiapkan anaknya memiliki moral yang mengacu pada norma-norma Islam dan

membuat anaknya selalu mengingat penciptnya. Contoh-contoh dari Al-Qur’an tersebut dapat

(19)

kebaikan dan tertanam akhlak yang mulia. Seperti kutipan berikut.

Setelah sampai di depan mesjid, tanpa banyak bicara lagi Juna dan Mada sama-sama turun dari mobil. Mereka bergegas menuju tempat wudhu dan sholat (AMTA, 264).

Dari kutipan di atas, walaupun mereka sering berpergian, tetapi mereka tetap tidak

lalai dalam menjalankan perintahnya, begitulah yang diajarkan Juna kepada Mada. Juna juga

memanggil guru ngaji untuk Mada agar anaknya memiliki moral yang baik. Perhatikan

kutipan novel berikut.

Mada hafal beberapa surat di Al-Qur’an dan tahu benar apa artinya nyekar, tata cara mendoakan ibunya dari guru ngajinya yang setiap kamis malam mengajarinya mengaji (AMTA, 251).

Juna juga merupakan orang tua yang tidak menyukai anaknya mengeluh akan

hidup yang ditakdirkan untuk mereka. Namun Juna tidak marah, ia memberikan nasihat

kepada Mada agar menjadi anak yang tidak suka mengelur. Perhatikan kutipan novel berikut.

“Jangan suka mengeluh. Karena hidup masih jadi pilihan!” ( AMTA, 136).

Juna juga mengajarkan apa itu arti kemenangan kepada anaknya, kemenangan

sesungguhnya bukan saat kita mengalahkan semua orang, tetapi saat kita bias menerima

kekalahan, itulah pemenang sesungguhnya. Seperti dalam kutipan novel berikut ini.

“Kalah menang itu hal biasa dalam setiap lomba! Yang penting kamu sudah berusaha untuk menang! Sportif menerima hasil perlombaan, itulah pemenang sejati” (AMTA, 140).

Terkadang Juna juga harus berperan seperti guru biologi saat anaknnya memasuki

masa pubertas dan memberikannya pengetahuan.

Perhatikan kutipan novel berikut.

“Mimpi basah, emisi nocturnal, pengeluaran cairan semen, air mani di waktu tidur. Mimpi basah serinng dialami oleh remaja laki-laki, yang sekaligus menjadi tanda bahwa ia telah memasuki masa pubertas.”(AMTA, 144).

(20)

memberikan pengetahuan merupakan kewajiban untuknya. Juna juga mengajarkan kepada

Mada arti berbagi kepada sesama. Perhatikan kutipan novel berikut.

Setelah makan di restoran atau jalan-jalan di mall, mereka berusaha luangkan waktu untuk berbagi. Memberi makan anak-anak jalanan dengan berjalan dari satu tempat ke tempat lain” (AMTA, 152).

Manusia adalah makhluk sosial, jadi manusia saling membutuhkan satu sama lain,

kita membutuhkan orang lain, dan orang lain membutuhkan kita juga. Berbagi kepada sesama

adalah hal penting untuk Juna karena tanpa berbagi Juna sebagai manusia kehilang arah dan

arti dari makhluk sosial itu sendiri. Juna sangat paham sakitnya hidup dijalanan.

Sebagai mahkluk sosial sudah kewajiban Juna untuk berbagi dan memberikan

contoh kepada Mada anaknya agar senantiasa berbagi.

Juna tidak ingin anaknya sombong dengan hidup mereka yang serba ada, hal

seperti ini dapat membuat anaknya peduli terhadap lingkungan sekitar dan menjadikan

anaknya memiliki karakter yang baik, sehingga Juna dapat membuktikan bahwa dirinya

mampu mendidik anaknya seorang diri.

4.1.4 Ayah Sebagai Teman Bertengkar

Pengaruh orang tua dan keluarga, bersama-sama membentuk sikap dan minatnya.

Seharusnya antara orang tua dan anak saling mendukung tetapi sering kali keduanya justru

bentrok dan mengakibatkan timbulnya konflik dan kecemasan pada anak (Gunarsa, 2002:55).

Perselihan antara orang tua dan anak sudah menjadi hal yang lumrah, terlebih lagi

pada anak remaja yang emosinya sedang meluap. Perselisihan dengan anak dapat terjadi

karena adanya pengendalian yang berlebihan, perbedaan pemahaman, perbedaan pribadi,

(21)

Dalam novel AMTA ditemukan perselihan antara Juna dan anaknya Mada.

Perhatikan kutipan berikut.

Tanpa bicara mereka jalan, tanpa berhenti mereka terus melajukan segala pikiran. Juna dengan sekian perasaan antara marah, kecewa, dan sedih. Sedang Mada kelu lidahnya, diam dengan perasaan menyesal, malu dan kesal (AMTA, 191).

Dari kutipan novel di atas, Juna bertengkar dengan Mada karena salah paham dan

dapat mereka selesaikan dengan baik. Pertengkaran mereka sering terjadi karena salah

paham. Namun dengan pengendalian emosi yang baik serta hubungan anatara ayah dan anak

yang begitu dekat, maka setiap masalah yang terjadi dapat diselesaikan dengan cepat. Itulah

pentingnya peran orang tua sebagai guru agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap anak,

dengan memberikan latihan praktis. Hal ini bisa dipraktikkan pada beberapa perbuatan anak.

Misalnya anak akan menceritakan sesuatu tetapi tidak tahu caranya, maka orang

tua menunjukkan dan mempraktikkannya (Setiono, 2011: 141).

Seperti dalam kutipan novel berikut.

“sejak kapan kamu berani bawa mobil? Tanpa SIM! Kalau tiba waktunya ayah akan ijinkan! Kamu bawa setiap saat pun boleh! Tapi tidak untuk sekarang! Paham?!” (AMTA, 192).

Dengan begitu mak akan berkurangnya potensi konflik pada anak dan orang tua.

Dalam novel terkadang perlu adanya konflik untuk menghidupkan suasana dalam cerita dan

membawa pembaca ikut merasakan apa yang dialami dalam novel tersebut.

Bahkan saat memilih wanita idaman.Perhatikan kutipan novel berikut.

"Karena ayah, Mada gagal." "Lho kok ayah?"

"Sudahlah. Ayah saja yang pacaran! Yang Mada kesal, seperti nggak ada wanita lain saja. (AMTA, 201).

Masalah percintaan juga menimbulkan terjadinya konflik antara anak dan orang

(22)

terjadinya konflik.

Namun dalam novel AMTA setiap masalah yang mereka hadapi pasti bisa

terselesaikan dengan cepat, karena Juna tidak ingin anaknya memiliki sifat marah kepada

ayahnya sendiri. Karena hal itu bisa memicu terjadinya beberapa konflik, dengan mengalah

dan tidak memperpanjang masalah, hubungan antara Juna dan anaknya dapat berjalan dengan

baik, layaknya keluarga pada umumnya.

Pada umunya setiap novel memiliki konfliknya masing-masing, konflik bisa

sebagai awal terselesainya cerita, namun bisa juga sebagi akhir cerita. Konflik dalam novel

biasa disebut klimaks dan antiklimaks.

Dalam novel AMTA konflik yang tergambar begitu kompleks dan memiliki

penyelesaian yang tepat serta membuat pembaca novel ikut merasakan setiap konflik yang

(23)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

AMTA merupakan novel yang ditulis berdasarkan kisah nyata tentang seorang ayah

yang menjalani hidupnya berdua dengan anaknya. Novel ini mengajarkan kita tentang arti

mensyukuri, dan menikmati arti kesepian, kesenyapan dan kehilangan. Karena pada saatnya

kita memang harus sendiri. Menjadi orang tua tunggal yang saat ini masih menjadi hal yang

tabu pada kalangan masyarakat dan mengganggap menjadi orang tua tunggal merupakan

tugas yang berat dan memiliki tekanan yang besar, banyak para orang tua tunggal akhirnya

memilih mencari pendamping baru untuk mengurus anaknya. Dalam novel AMTA kita di

ajak untuk menikmati setiap peran yang dijalankan tokoh ayah, seperti menjadi orang tua

tunggal dan merasakan kehilangan anak tercinta.

Dalam novel AMTA kita dapat melihat bagaimana gambaran psikologis seorang ayah

tunggal yang mengasuh anaknya seorang diri dan memberikan pengetahuan melebihi orang

tua yang utuh pada umumnya.

Menjadi ayah tunggal dalam AMTA sepertinya bukan hal yang menyedihkan, bahkan

dalam novel AMTA menjadi ayah tunggal digambarkan seperti hal yang menyenangkan

dengan beberapa tekanan yang dihadapinya.

Novel AMTA merupakan sepenggal cerita yang mengajarkan kita unuk kuat

menjalani hidup dan tidak ada yang perlu ditakutkan untuk menjadi orang tua tunggal.

Menjadi orang tua tunggal dalam sebuah rumah tangga tentu saja tidak mudah,

terlebih bagi seorang ayah yang harus mengasuh anaknya seorang diri. Hal tersebut

membutukan perjuangan berat untuk membesarkan anak, ada berbagai permasalahan yang

(24)

sebagai ayah tunggal.

Bagaimana ayah mengalami tekanan saat berperan mengurus anaknya seorang diri,

dan tekanan saat anaknya merindukan ibunya. Tentang bagaimana rumitnya menjadi ayah

tunggal.

Memang, ayah berperan penting dalam perkembangan anaknya. Ayah dapat

membelai, mengadakan kontak bahasa, pembicara, atau bercanda dengan anaknya. Dilain

pihak peran ayah juga sangat penting dalam memberikan dukungan untuk perkembangan

anaknya.

Dalam novel AMTA ayah sangat terlibat dengan anaknya dan menjadikan anaknya

memiliki karakter yang baik dengan menanamkan nilai-nilai agama agar anaknya mampu

menginternalisasikan iman mereka dan mewujudkannya dalam perilaku sehari-hari. Hal ini

sukses dilakukan juna dan membuat anaknya taat pada perintah agama.

Tokoh ayah dalam novel AMTA mampu memberi gambaran yang baik untuk menjadi

seorang ayah yang bisa dekat dengan anaknya tanpa harus ada jarak, berbeda dengan anak

yang memiliki ibu, pada umunya mereka akan takut untuk sekedar berbicara dengan ayahnya,

karena tidak adanya kedekatan antara ayah dan anak. Berbeda dengan ayah dalam novel

AMTA. selain itu ayah dalam novel AMTA juga menunjukkan arti pengorbanan seorang

ayah untuk anaknya.

Penelitian ini meneliti tentang gambaran psikologis ayah tunggal dan peran ayah

tunggal dalam novel AMTA.

Gambaran psikologis seorang ayah dalam novel AMTA

1) Kecemasan dan konflik

2) Tekanan

(25)

Adapun peran ayah dalam novel AMTA antara lain :

1) Ayah sebagai Ibu

2) Ayah sebagai teman

3) Ayah sebagai guru yang baik

(26)

5.2 Saran

Ada beberapa saran yang perlu diperhatikan dalam skripsi ini antara lain :

1. Penelitian ini khusus membahas Peran ayah sebagai orang tua tunggal dalam novel

AMTA . Oleh sebab itu, penulis menyarankan untuk penelitian selanjutnya

meneliti novel AMTA dalam ruang lingkup yang lebih luas lagi.

2. Saya sarankan penelitian ini sebaiknya diteliti dengan sudut pandang yang

Referensi

Dokumen terkait

Maya Ruhtiani, Perlindungan Hukum Pasien Sebagai Konsumen Jasa Dalam Pelayanan Kesehatan Dirumah Sakit Umum Daerah Tasikmalaya, Skripsi. Universitas Jenderal Sudirman,

Kedua , penyelesaian kedua kasus tersebut dilakukan melalui proses hukum represif yang dapat membuktikan bahwa kedua terdakwa telah secara sah dan meyakinkan melakukan tindak

Syahrul Machmud, Penegakan Hukum dan Perlindungan Hukum Bagi Dokter Yang Diduga Melakukan Medikal Malpraktek, Bandung, Mandar Maju, 2008, hal 30.. Perlindungan dan keselamatan

Instansi pemerintah yang memerlukan tanah, termasuk Panitia Pengadaan Tanah, memaknai ganti kerugian yang layak secara formal berdasarkan ketentuan Perundang-undangan yang

Ketiga , perspektif transformasi jaminan kebendaan (fixed collateral) menjadi jaminan tunai (cash collateral) dalam penjaminan Kredit Sindikasi Internasional bagi pengembangan

Bangsa Indonesia memutuskan untuk tidak memihak kepada Blok Barat maupun Blok Timur sekaligus menentapkan prinsip bebas aktif sebagai prinsip politik luar negerinya

berkembang menjadi sentra industri kerajinan marner dan onix.. 2 Contoh potensi marmer yang dimiliki oleh Kabupaten Tulungagung.. Sumber :

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar. Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu