• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggungjawab Antara Dokter dengan Pasien Ditinjau dari Aspek Hukum Perdata (Studi pada Rumah Sakit Permata Bunda Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tanggungjawab Antara Dokter dengan Pasien Ditinjau dari Aspek Hukum Perdata (Studi pada Rumah Sakit Permata Bunda Medan)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PENGATURAN PELAYANAN KESEHATAN MENURUT UNDANG-UNDANG

KESEHATAN NOMOR 36 TAHUN 2009

E. Pengertian Pelayanan Kesehatan

Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia di samping

sandang pangan dan papan, tanpa hidup yang sehat, hidup manusia menjadi tanpa

arti, sebab dalam keadaan sakit manusia tidak mungkin dapat melakukan kegiatan

sehari-hari dengan baik. Selain itu orang yang sedang sakit (pasien) yang tidak

dapat menyembuhkan penyakitnya sendiri, tidak ada pilihan lain selain meminta

pertolongan dari tenaga kesehatan yang dapat menyembuhkan penyakitnya dan

tenaga kesehatan tersebut akan melakukan apa yang dikenal dengan upaya

kesehatan dengan cara memberikan pelayanan kesehatan.21

Pelayanan kesehatan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia

2009 adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama

dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah

dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga,

kelompok dan ataupun masyarakat. Sesuai dengan batasan seperti di atas, mudah

dipahami bahwa bentuk dan jenis pelayanan kesehatan yang ditemukan banyak

macamnya.22

Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik kedokteran,

menimbang poin b mengatur bahwa: kesehatan sebagai hak asasi manusia harus

diwujudkan dalam bentuk pemberian berbagai upaya kesehatan kepada seluruh

masyarakat melalui penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang berkualitas

21

Wila Chandrawila Supriadi, Hukum Kedokteran, Bandung, Mandar Maju, 2001, hal . 35.

22

(2)

dan terjangkau oleh masyarakat. Poin c mengatur bahwa: penyelenggaraan

praktik kedokteran yang merupakan inti dari berbagai kegiatan dalam bentuk

penyelenggaraan upaya kesehatan harus dilakukan oleh dokter dan dokter

gigi yang memiliki etik dan moral yang tinggi, keahlian dan kewenangan yang

secara terus menerus harus ditingkatkan mutunya melalui pendidikan, pelatihan

berkelanjutan, sertifikasi, registrasi, lisensi, dan pembinaan pengawasan serta

pemantauan agar penyelenggaraan praktik kedokteran sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Menurut Abdul Bari Syaifudin, menyatakan bahwa pelayanan kesehatan

merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan derajat

kesehatan baik perorangan maupun kelompok atau kelompok masyarakat secara

keseluruhan.23 Sedangkan Menurut Hendrojono Soewono menyatakan bahwa

pelayanan kesehatan adalah setiap upaya baik yang diselenggarakan sendiri atau

bersama-sama dalam suatu organisasi untuk meningkatkan dan memelihara

kesehatan, mencegah penyakit, mengobati penyakit dan memulihkan kesehatan

yang ditujukan terhadap perorangan, kelompok/masyarakat.24 Sedangkan menurut

Soekidjo Notoatmojo pelayanan kesehatan adalah sebuah sub sistem pelayanan

kesehatan yang tujuan utamanya adalah pelayanan preventif (pencegahan) dan

promotif (peningkatan kesehatan) dengan sasaran masyarakat.25

Pelayanan kesehatan merupakan hal yang penting yang harus dijaga

maupun ditingkatkan kualitasnya sesuai standar pelayanan yang berlaku. Pada

23

Abdul Bari Syaifudin, Buku acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta, Yayasan Bina Pustaka, 2002, hal. 17.

24

Soewono Hendrojono, Batas Pertanggungjawaban Hukum Malpraktik Kedokteran dalam Transaksi Teurapetik, Surabaya, Srikandi, 2007, hal 100-101.

25

(3)

hakikatnya pelayanan merupakan suatu usaha untuk membantu menyiapkan

segala sesuatu yang diperlukan orang lain serta dapat memberikan kepuasan

sesuai dengan keinginan yang diharapkan oleh konsumen/pemakainya.

Menurut Gronroos, suatu pelayanan dikatakan mempunyai kualitas yang

baik jika memenuhi kriteria sebagai berikut: profesionalisme dan keterampilan

(profesionalisme and skill), sikap dan perilaku (attitudes and behaviour), mudah

dicapai dan fleksibel (accessibility and flexibility), reliabel dan terpercaya

(reliability and trustwothiness), perbaikan (recovery) reputasi dan kredibilitas

(reputations and credibility).26

F. Asas-asas Pelayanan Kesehatan

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pelayanan

kesehatan merupakan hak setiap orang yang dijamin dalam Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 untuk melakukan upaya

peningkatkan derajat kesehatan baik perseorangan, maupun kelompok atau

masyarakat secara keseluruhan.

Bilamana ditinjau dari kedudukan para pihak di dalam pelayanan

kesehatan, dokter dalam kedudukannya selaku profesional di bidang medik yang

harus berperan aktif, dan pasien dalam kedudukannya sebagai penerima layanan

kesehatan yang mempunyai penilaian terhadap penampilan dan mutu pelayanan

kesehatan yang diterimanya. Hal ini disebabkan dokter bukan hanya

melaksanakan pekerjaan melayani atau memberi pertolongan semata-mata, tetapi

juga melaksanakan pekerjaan profesi yang terkait pada suatu kode etik

kedokteran. Dengan demikian dalam kedudukan hukum para pihak di dalam

pelayanan kesehatan menggambarkan suatu hubungan hukum dokter dan pasien,

26

(4)

sehingga di dalam pelayanan kesehatan pun berlaku beberapa asas hukum yang

menjadi landasan yuridisnya.27

Hubungan hukum antara dokter dan pasien atau dengan istilah lain

transaksi terapeutik yang menghasilkan apa yang disebut dengan pelayanan medik

atau tindakan medik. Beberapa asas hukum yang harus dipedomani oleh dokter

atau dokter gigi dalam melakukan kesehatan kepada pasiennya. Asas-asas tersebut

sebagaimana diatur dan termuat dalam Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004

Tentang Praktik Kedokteran yaitu pada Bab II Pasal 2. Dengan demikian secara

hukum, asas-asas tentang hukum positif bagi para dokter atau dokter gigi

Indonesia28

1. Nilai ilmiah adalah, praktek kedokteran harus didasarkan pada ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperoleh baik dalam pendidikan termasuk pendidikan berkelanjutan maupun pengalaman serta etika profesi.

Pasal 2 yang mengatur tentang asas dimaksud menyatakan bahwa

penyelenggaraan praktek kedokteran dilaksanakan berasaskan Pancasila dan

didasarkan pada nilai ilmiah, manfaat keadilan, kemanusiaan, keseimbangan serta

perlindungan keselamatan pasien. Penjelasan Pasal 2 pengertian asas-asas tersebut

diuraikan sebagai berikut:

2. Manfaat adalah, penyelenggaraan praktek kedokteran harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kemanusiaan dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

3. Keadilan adalah, bahwa penyelenggaraan praktek kedokteran harus mampu memberikan pelayanan yang adil dan merata kepada setiap orang dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat serta pelayanan yang bermutu.

4. Kemanusian adalah, bahwa dalam penyelenggaraan praktek kedokteran memberikan perlakuan yang sama dengan tidak membedakan suku, bangsa, status sosial dan ras.

5. Keseimbangan adalah, bahwa dalam penyelenggaraan praktek kedokteran tetap menjaga keserasian serta keselarasan antara kepentingan individu dan masyarakat.

27

Maya Ruhtiani, Perlindungan Hukum Pasien Sebagai Konsumen Jasa Dalam Pelayanan Kesehatan Dirumah Sakit Umum Daerah Tasikmalaya, Skripsi. FH. Universitas Jenderal Sudirman, Purwokerto, 2030, hal 30

28

(5)

6. Perlindungan dan keselamatan pasien adalah, bahwa penyelenggaraan praktek kedokteran tidak hanya memberikan pelayanan kesehatan semata, tetapi harus mampu memberikan peningkatan derajat dengan tetap memperhatikan perlindungan dan keselamatan pasien.29

Menurut Komalawati, asas yang harus dipedomani dan dijadikan dasar

oleh para dokter dan dokter gigi dalam melakukan perjanjian atau transaksi

terapeutik dengan pasien. Asas-asas hukum yang dimaksud, yaitu:

a. Asas legalitas

Asas ini pada dasarnya tersirat di dalam Pasal 23 ayat (1), (2) dan (3)

Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa ;

1) Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan.

2) Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang

dimiliki.

3) Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan tenaga kesehatan wajib

memiliki izin dari pemerintah. Berdasarkan pada ketentuan di atas, maka

pelayanan kesehatan hanya dapat diselenggarakan apabila tenaga kesehatan

yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan dan perizinan sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

b. Asas keseimbangan

Fungsi hukum memberikan kepastian hukum dan perlindungan terhadap

kepentingan manusia, hukum juga harus dapat memulihkan keseimbangan tatanan

masyarakat yang terganggu pada keadaan semula. Asas keseimbangan ini

merupakan asas yang berlaku umum tidak hanya berlaku untuk transaksi

terapeutik. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan harus diselenggarakan secara

29

(6)

seimbang antara kepentingan individu dan antara tujuan dan sarana, antara sarana

dan hasil antara manfaat dan risiko yang ditimbulkan dari upaya medik yang

dilakukan.

c. Asas tepat waktu

Asas tepat waktu ini, merupakan asas yang sangat penting diperhatikan

oleh para pelayanan kesehatan khususnya pada dokter. Karena keterlambatan

penanganan seorang pasien akan dapat berakibat fatal yaitu kematian pasien.

Penanganan yang terkesan lambat dan asal-asalan terhadap pasien sangat tidak

terpuji dan bertentangan dengan asas tepat waktu. Kecepatan dan ketetapan

penanganan terhadap pasien yang sakit merupakan salah satu faktor yang dapat

berakibat terhadap kesembuhan pasien.

d. Asas itikad baik

Asas ini bersumber pada prinsip etis berbuat baik (beneficence) yang perlu

diterapkan dalam pelaksanaan kewajiban dokter terhadap pasien. Sebagai

professional seorang dokter dalam menerapkan asas iktikad baik ini akan

tercermin dengan penghormatan terhadap hak pasien dan pelaksanaan praktek

kedokteran yang selalu berpegang teguh pada standar profesi.

e. Asas kejujuran

Kejujuran antara dokter dan pasien merupakan salah satu hal penting

dalam hubungan dokter dan pasien. Selain asas-asas hukum yang menjadi dasar

dalam transaksi terapeutik. 30

(1) Asas otonomi

Menurut Munir Fuady, asas dalam etika modern dari praktek kedokteran :

30

(7)

Asas otonomi ini (outonomy) menghendaki agar pasien yang mempunyai

kapasitas sebagai subjek hukum yang cakap berbuat, diberikan kesempatan

untuk menentukan pilihannya secara rasional, sebagai wujud penghormatan

terhadap hak asasinya untuk menentukan nasib sendiri (self determination).31

(2) Asas murah hati

Istilah atau kata lain dari asas murah hati ini adalah beneficence, adalah suatu

asas yang sangat menekan kepada para pemegang profesi kedokteran agar

dalam upayanya melakukan pelayanan kesehatan terhadap pasien atau

masyarakat agar mengutamakan asas murah hati ini.

(3) Asas tidak menyakiti atau non maleficence mengandung makna bahwa sejauh

mungkin dalam upaya melakukan pelayanan kesehatan atau tindakan medis

kepada pasiennya, dokter atau dokter gigi

(4) Asas keadilan

Dokter atau dokter gigi dalam melakukan pelayanan kesehatan tidak

dibenarkan membedakan status ekonominya ataupun status sosial dari pasien.

Dokter atau dokter gigi harus tetap memberikan penghormatan yang sama

kepada seluruh pasiennya dan juga memberi penghargaan sama atas hak-hak

pasien seperti hak atas kerahasiaan atau privacy pasien.

(5) Asas kesetiaan

Asas kesetian ini merupakan terjemahan dari fidebility yang terkandung

makna bahwa harus dapat dipercaya dan setia terhadap amanah yang

diberikan pasien kepadanya. Seseorang pasien datang kepada dokter atau

dokter gigi karena dia percaya bahwa dokter atau dokter gigi tersebut akan

31

(8)

dapat memberikan kesembuhan dari penyakit yang dideritanya. Kepercayaan

yang besar ini merupakan suatu amanah bagi dokter atau dokter gigi dan oleh

karenanya dokter atau dokter gigi harus berupaya semaksimal mungkin

berdasarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan menyembuhkan atau

menyelamatkan pasien.

(6) Asas kejujuran

Kejujuran atau veracity merupakan satu asas yang harus sama-sama dijunjung

tinggi baik oleh dokter atau dokter gigi maupun pasien. Pasien harus jujur

menceritakan riwayat penyakitnya tanpa harus ada disembunyikan kepada

dokter atau dokter giginya, dokter/dokter gigi harus secara jujur

menginformasikan hasil pemeriksaan, penyakit dan langkah-langkah yang

harus yang akan dilakukannya tentu dengan cara-cara yang bijaksana.32

G. Syarat-syarat Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kedokteran berbeda dengan pelayanan kesehatan masyarakat,

untuk dapat disebut sebagai suatu pelayanan yang baik, keduanya harus memiliki

berbagai persyaratan pokok. Syarat pokok pelayanan kesehatan yaitu:33

1. Tersedia dan berkesinambungan (available and continous)

Syarat pokok pertama pelayanan kesehatan adalah harus tersedia di

masyarakat (available) serta bersifat berkesinambungan (continuous), artinya

semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit untuk

ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat pada setiap dibutuhkan.

2. Dapat diterima dan wajar (acceptable and appropriate)

Pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan dan

kepercayaan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan adat

32

Ibid, hal 39

33

(9)

istiadat, kebudayaan, dan kepercayaan masyarakat, serta bersifat tidak wajar

bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik.

3. Mudah dicapai (accessible)

Ketercapaian adalah dari sudut lokasi. Pengaturan distribusi sarana kesehatan

menjadi sangat penting untuk mewujudkan pelayanan kesehatan yang baik.

Pelayanan kesehatan dianggap tidak baik apabila terlalu terkonsentrasi di daerah

perkotaan saja dan tidak ditemukan di pedesaan.

4. Mudah dijangkau (affordable)

Keterjangkauan terutama dari sudut biaya. Biaya pelayanan kesehatan harus

sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat.

5. Bermutu (quality)

Mutu menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang

diselenggarakan, disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan

di pihak lain tata cara penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar

yang telah ditetapkan.

D. Dasar Hukum Pelayanan Kesehatan

Hukum mengatur hubungan hukum yang terdiri dari ikatan-ikatan antara

individu dan masyarakat dan antara individu itu sendiri. Ikatan itu tercermin

adanya hak dan kewajiban. Hukum sebagai kumpulan peraturan atau kaidah

mempunyai isi yang bersifat umum dan normatif. Umum karena berlaku bagi

setiap orang dan normatif karena menentukan apa yang seyogyanya dilakukan,

apa yang tidak boleh dilakukan atau harus dilakukan serta menentukan

bagaimana caranya melaksanakan kepatuhan pada kaidah-kaidah.34

34

(10)

Semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan,

maka semakin berkembang juga aturan dan peranan hukum dalam mendukung

peningkatan pelayanan kesehatan, alasan ini menjadi faktor pendorong

pemerintah dan institusi penyelenggara pelayanan kesehatan untuk menerapkan

dasar dan peranan hukum dalam meningkatkan pelayanan kesehatan yang

berorientasi terhadap perlindungan dan kepastian hukum pasien.35

1. Pelayanan kesehatan perseorangan ditujukan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga.

Dasar hukum pemberian pelayanan kesehatan diatur dalam Pasal 53

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, yaitu:

2. Pelayanan kesehatan masyarakat ditujukan untuk memelihara, meningkatkan kesehatan dan mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat.

3. Pelaksanaan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mendahulukan pertolongan keselamatan nyawa pasien dibanding kepentingan lainnya.

Kemudian dalam Pasal 54 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

Tentang Kesehatan juga mengatur pemberian pelayanan kesehatan, yaitu:

a. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara bertanggung jawab, aman, bermutu, serta merata dan non diskriminatif kepada seluruh pasien.

b. Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

c. Pengawasan terhadap penyelenggaraan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

Pelayanan kesehatan itu sebenarnya juga merupakan perbuatan hukum,

yang mengakibatkan timbulnya hubungan hukum antara pemberi pelayanan

kesehatan dalam hal ini rumah sakit terhadap penerima pelayanan kesehatan, yang

meliputi kegiatan atau aktivitas professional di bidang pelayanan prefentif dan

kuratif untuk kepentingan pasien. Secara khusus dalam Pasal 29 ayat (1) huruf (b)

35

(11)

Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, rumah sakit

mempunyai kewajiban memberikan pelayanan kesehatan aman, bermutu, anti

diskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit. Peraturan atau dasar hukum dalam setiap

tindakan pelayanan kesehatan di rumah sakit wajib dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan Pasal 53 dan Pasal 54 UU Kesehatan sebagai dasar dan ketentuan

umum dan ketentuan Pasal 29 ayat (1) huruf (b) Undang-Undang Nomor 44

Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit dalam melakukan pelayanan kesehatan. Dalam

penyelenggaraan kesehatan di rumah sakit mencakup segala aspeknya yang

berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan.36

Peraturan atau dasar hukum dalam setiap tindakan pelayanan kesehatan di

rumah sakit wajib dilaksanakan sesuai dengan Pasal 53 dan Pasal 54

Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan sebagai dasar dan ketentuan umum Ketentuan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dan

Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dalam hal ini

pemerintah dan institusi penyelenggara pelayanan kesehatan yakni rumah sakit,

memiliki tanggung jawab agar tujuan pembangunan di bidang kesehatan

mencapai hasil yang optimal, yaitu melalui pemanfaatan tenaga kesehatan, sarana

dan prasarana, baik dalam jumlah maupun mutunya, baik melalui mekanisme

akreditasi maupun penyusunan standar, harus berorientasi pada ketentuan hukum

yang melindungi pasien, sehingga memerlukan perangkat hukum kesehatan yang

dinamis yang dapat memberikan kepastian dan perlindungan hukum untuk

meningkatkan, mengarahkan, dan memberi dasar bagi pelayanan kesehatan.

36

(12)

dan ketentuan Pasal 29 ayat (1) huruf (b) Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009

Tentang Rumah Sakit dalam melakukan pelayanan kesehatan. Penyelenggaraan

kesehatan di rumah sakit mencakup segala aspeknya yang berkaitan dengan

pemeliharaan kesehatan. Ketentuan Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan dan Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit dalam

hal ini pemerintah dan institusi penyelenggara pelayanan kesehatan yakni rumah

sakit, memiliki tanggung jawab agar tujuan pembangunan di bidang kesehatan

mencapai hasil yang optimal, yaitu melalui pemanfaatan tenaga

dan prasarana37

37

Referensi

Dokumen terkait

Although majority of Besemah people are moslems, the inluence of customs on inheritance is strong, as there are two legal systems relating to inheritance of Besemah

dengan menggunakan media audio-visual, materi yang diajarkan menjadi lebih konkrit dan memberikan pengalaman yang mendekati pengalaman nyata pada diri siswa

Partikulat (Pm10) Udara Rumah Tinggal Yang Mempengaruhi Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Pada Balita (Penelitian di Kecamatan Mampang Prapatan,

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan mengenai gambaran penyebab kejadian penyakit pneumonia pada balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pabelan Kabupaten Semarang

Subsistem usahatani ayam ras petelur merupakan kegiatan usaha di tingkat peternak yang berupaya mengelola input-input (lahan, tenaga kerja, modal, teknologi, dan

NURUL TRI RAHMADHANI : Penentuan nilai koefisien tanaman dari beberapa spesies tanaman hortikultura pada tanah inceptisol dengan pembenahan kompos, dibimbing oleh SUMONO

Hasil penelitian menunjukan bahwa Jaringan syaraf tiruan untuk Pengenalan pola menggunakan metode LVQ dan wavelet haar , wavelet daubechies , wavelet symlet , dan

Sebelum adanya sistem kesultanan yang diperkenalkan oleh Islam di Kesultanan Tenate, Tidore, Bacan, Jailolo, maka Jazirah Bomberay (fakfak dan kaimana) serta