37
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan eksperimen semu dengan pendekatan One Group Pretest-Posttest.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II kota Lubuk Pakam Provinsi Sumatera Utara pada afdeling I.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan desember 2016 sampai selesai. 3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah tenaga kerja pada bagian penyemprot pestisida di Perkebunan Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II sejumlah 30 orang.
3.3.2 Sampel
Teknik penentuan sampel ini menggunakan cara total sampling yaitu sejumlah 30 orang.
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Data Primer
Data primer pada penelitan ini didapatkan dari responden secara langsung dengan metode wawancara mengenai karakteristik subjek, kebutuhan kalori dan data produktivitas kerja.
3.4.2 Data sekunder
Data sekunder diperoleh berupa data gambaran umum perusahaan dari kantor Perkebunan Kelapa Sawit Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II.
3.5 Variabel dan Defenisi Operasional
3.5.1 Variabel Penelitian
1. Variabel independen dalam penelitian ini adalah sarapan.
2. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah produktivitas tenaga kerja. 3.5.2 Defenisi Operasional
1. Sarapan adalah makanan yang mengandung 25% dari kebutuhan kalori perhari yaitu sejumlah 800 kalori dan mengandung zat gizi yaitu karbohidrat sejumlah 400 kalori (100 g), protein sejumlah 150 kalori (40 g) dan lemak sejumlah 250 kalori (60 g). Makanan diberikan pada pagi hari sebelum jam 10.00 WIB.
3.6 Metode Pengukuran
a) Asupan kalori dari sarapan dikategorikan sebagai berikut:
1. Baik (bila jumlah asupan kalori sarapan adalah 800 kalori kebutuhan kalori sarapan).
2. Tidak baik (bila jumlah asupan kalori sarapan adalah < 800 kalori kebutuhan kalori sarapan).
b) Produktivitas tenaga kerja diukur dengan menggunakan lembar observasi yaitu peneliti mengamati proses kerja sampai selesai sehingga dapat diketahui luasnya tanaman kelapa sawit yang dapat disemprot dan waktu yang digunakan pekerja dalam menyemprot pestisida.
Hasil ukur:
1. Ya (bila tenaga kerja penyemprot pestisida mencapai target yang ditetapkan oleh perusahaan yaitu 1 orang tenaga kerja dapat menyemprotkan pestisida seluas 0,8 ha dengan diameter tanaman kelapa sawit adalah 3 meter dalam waktu 4 jam kerja).
2. Tidak (bila tenaga kerja penyemprot pestisida tidak mencapai target yang diberikan oleh perusahaan yaitu 1 orang tenaga kerja tidak dapat menyemprotkan pestisida seluas 0,8 ha dengan diameter tanaman kelapa sawit adalah 3 meter dalam waktu 4 jam kerja).
3.7 Metode Analisa Data
3.7.1 Analisis Univariat
Analisis yang menggambarkan secara tunggal variabel independen (sarapan) dan dependen (produktivitas tenaga kerja) dalam bentuk distribusi
frekuensi. Analisis ini menghasilkan distribusi data dari tiap variabel yang meliputi distribusi frekuensi yaitu : umur, jenis kelamin, alamat, pendidikan, berat badan, tinggi badan, masa kerja dan sarapan.
3.7.2 Analisis Bivariat
41
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
4.1.1 Sejarah Perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara II (PTPN II) termasuk salah satu perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pada awalnya perusahaan ini dikuasai oleh satu maskapai milik negara Belanda yang ruang lingkup usahanya terbatas pada sektor perkebunan, yaitu perusahaan Veringe Deli My (VDM). VDM ini terkenal dalam mengusahakan Belanda kepada bangsa Indonesia, perusahaan ini berganti nama menjadi NV Deli maskapai (MOAT CHAPPY) yang berkantor pusat di Medan. Lalu, perusahaan ini diambil alih oleh pemerintah Indonesia sesuai dengan Peraturan Pemerintah dan diganti namanya menjadi Perusahaan Perkebunan Negara Tembakau Deli (PPN TD-I).
Pada tahun 1968 nama perusahaan ini diubah menjadi Perusahaan Perkebunan Negara (PPN-II) berdasarkan instruksi Presiden. PPN–II merupakan gabungan dari PPN TD-I dengan beberapa kebun TD-II dan TD-III. Pada tanggal 1 April 1974 terjadi peralihan dari PPN-II kepada PTP IX sekaligus diadakan keorganisasian berdasarkan dari tingkat direktur, staf dan karyawan. Karena produksi tembakaunya sangat rendah akibat tingginya derajat penyakit layu yang dapat menimbulakan kerugian yang besar, maka untuk Pagar Merbau dan Kwala Namu dialihkan menjadi tanaman kelapa sawit berdasarkan SK No.393/KPTS/UM/1970 tanggal 6 agustus 1970.
Perkebunan Tanjung Garbus Pagar Merbau memiliki 7 Afdeling tanaman Kelapa Sawit. Tanaman Menghasilkan (TM) Produktif seluas 3.666,78 ha dan Tanaman Belum Menghasilkan seluas 499,20 ha. Kebun TGP memberikan kontribusi 45% TBS ke PKS TGP dari kebun-kebun seinduk PTPN II dan trend produksi mengalami peningkatan dari tahun 2013 sebesar 40.925,560 kg, tahun 2014 sebesar 42.054.870 kg, tahun 2015 sebesar 44.535.890 kg dan RKAP tahun 2016 sebesar 50.500.000 kg.
Manajemen perkebunan Tanjung Garbus Pagar Merbau membawahi Tanaman dan juga PKS yang memiliki kapasitas terpasang (olah) 30 ton/jam, melaksanakan operasional olah dengan bahan baku bersumber dari Kebun Seinduk PTPN II dan pasokan TBS pembelian mitra Pihak-III/petani. Rencana TBS dipersiapkan RKAP tahun 2016 sebanyak : 200.117.000 kg dengan rendaman Minyak CPO : 21,52 % dan Inti : 4,54% akan diperoleh sasaran CPO : 43.006.304 kg dan inti : 9.08.947 kg.
4.1.2 Letak Geografis
Lokasi Perkebunan Tanjung Garbus Pagar Merbau terletak diantara di Kabupaten Deli Serdang dengan Ibu kota di kota Lubuk Pakam, disebelah Timur kota Medan, jarak Kebun Tanjung Garbus Pagar Merbau ke kota Medan ± 27 km. Kebun Tanjung Garbus Pagar Merbau meliputi 5 (lima) Wilayah Kecamatan : 1. Kecamatan Tanjung Morawa
2. Kecamatan Lubuk Pakam 3. Kecamatan Beringin 4. Kecamatan Galang
4.1.3 Jumlah Kekuatan Tenaga Kerja
Dalam pelaksanaan membantu Direksi mengelola Kebun Tanjung Garbus Pagar Merbau yang meliputi pengelolaan asset yang bergerak maupun yang tidak bergerak dan asset lainnya, sehingga memberikan kontribusi keuntungan yang maksimal kepada perusahaan dibentuk Struktur Organisasi yang efektif sesuai tugas, wewenang dan tanggung jawab berdasarkan susunan sesuai hirarki yang ada. Adapun susunan organisasi di Kebun TGP s/d bulan Juni 2016 sebagai berikut :
1. Karyawan Pimpinan ( 1 orang) 2. Kadistan (2 orang)
3. Kadis Tekhnik Pengolahan (1 orang) 4. KDTU/Ass.Admie (1 orang)
5. Ass. Tehnik/Transport (1 orang) 6. Ass. Tanaman (7 orang)
7. Ass. Umum (1 orang) 8. Ass. Maintenence (1 orang) 9. Ass. Pengolahan (2 orang) 10. Ass. Laboratorium (1 orang) 11. Ass. Terbarukan Bio Gas (1 orang) 12. Papam (1 orang)
13. Karyawan Pelaksana (460 orang) 14. PKWT (294 orang)
4.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi adalah bagian yang menggambarkan hubungan kerjasama antara dua orang atau lebih dengan tugas yang saling berkaitan untuk pencapaian suatu tujuan tertentu. Dengan adanya struktur organisasi dan uraian tugas yang telah ditetapkan akan menciptakan suasana kerja yang baik karena akan terhindar dari tumpang tindih dalam perintah dan tanggung jawab. Organisasi ditentukan atau dipengaruhi oleh badan usaha, jenis usaha dan besarnya usaha dan sistem produksi perusahaan.
Berikut struktur organisasi pada Afdeling I : STRUKTUR ORGANISASI
Gambar 4.1 Struktur Organisasi ASISTEN
H ARIFIN DAULAY S.P
KRANI AFDELING Irwansyah PPENYEBARAN
PANE
MANDOR I Kuisa Purba
PEMBANTU K R KRANI
M. PANEN Abd. Manan
M. M.
OPAS K PENERIMAAN
BUA KARYAWAN
KARYAWA
4.2 Karakteristik Pekerja
4.2.1 Umur
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Pekerja Penyemprot Pestisida Berdasarkan Kelompok Umur di Perkebunan Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II Tahun 2017
Berdasarkan Tabel 4.1 diatas, dapat diketahui bahwa frekuensi kelompok umur < 50 tahun yaitu berjumlah 19 orang (63,3%) dan frekuensi kelompok umur > 50 tahun yaitu berjumlah 11 orang (36,7%). Dari tabel diatas maka umur pekerja yag lebih banyak adalah dibawah 50 tahun.
4.2.2 Jenis Kelamin
Berdasarkan lembar pertanyaan yang telah dikumpulkan peneliti, dapat diketahui bahwa keseluruhan pekerja penyemprot pestisida di Perkebunan Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II berjenis kelamin laki-laki (100%). 4.2.3 Alamat
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Pekerja Penyemprot Pestisida Berdasarkan Kelompok Alamat di Perkebunan Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II Tahun 2017
Alamat Frekuensi
4.2.4 Pendidikan
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Pekerja Penyemprot Pestisida Berdasarkan Kelompok Pendidikan di Perkebunan Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II Tahun 2017
Pendidikan Frekuensi
Berdasarkan tabel 4.3 diatas, dapat diketahui bahwa pekerja penyemprot pestisida yang berpendidikan SD berjumlah 1 orang (3,3%), pekerja yang berpendidikan SMP berjumlah 11 orang (36,7%) dan pekerja yang berpendidikan SMA berjumlah 18 orang (60,0%).
4.2.5 Berat Badan
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pekerja Penyemprot Pestisida Berdasarkan Kelompok Berat Badan di Perkebunan Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II Tahun 2017
Berat Badan Frekuensi
Menurut Angka kecukupan Gizi Indonesia dengan jenis kelamin laki-laki berumur 30-60 tahun maka berat badan idealnya adalah 62 kg. Berdasarkan tabel 4.4 diatas, dapat diketahui bahwa pekerja yang mempunyai berat badan kurang atau sama dengan 62 kg berjumlah 13 orang (43,3%) dan pekerja yang mempunyai berat badan diatas 62 kg berjumlah 17 orang (56,7%)
. 4.2.6 Tinggi Badan
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Pekerja Penyemprot Pestisida Berdasarkan Kelompok Tinggi Badan di Perkebunan Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II Tahun 2017
Tinggi Badan
Menurut Angka kecukupan Gizi Indonesia dengan jenis kelamin laki-laki berumur 30-60 tahun maka tinggi badan idealnya adalah 162 cm Berdasarkan tabel 4.5 diatas, dapat diketahui bahwa pekerja yang memiliki tinggi badan kurang atau sama dengan 168 cm berjumlah 14 orang (46,7%) dan pekerja yang memiliki tinggi badan lebih dari 168 cm berjumlah 16 orang (53,3%).
4.2.7 Status Perkawinan
Berdasarkan dari lembar pertanyaan yang telah dikumpulkan peneliti, dapat diketahui bahwa keseluruhan pekerja penyemprot pestisida di Perkebunan Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II sudah kawin (100,0%).
4.2.8 Masa Kerja
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pekerja Penyemprot Pestisida Berdasarkan Kelompok Masa Kerja di Perkebunan Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II Tahun 2017
Masa Kerja Frekuensi
4.2.9 Sarapan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan selama penelitian, tenaga kerja penyemprot pestisida tidak sarapan selama ia bekerja. Hal itu terjadi karena jarak rumah dengan perkebunan sangat jauh dan tidak adanya kantin diperkebunan tersebut sehingga pekerja sulit mendapatkan makanan ketika memulai pekerjaan. 4.2.10 Produktivitas Tenaga Kerja
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Pekerja Penyemprot Pestisida Berdasarkan Kelompok Produktivitas Sebelum Diberi Sarapan di Perkebunan Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II Tahun 2017
Produktivitas dapat menyemprot tanaman kelapa sawit kurang dari 0,8 ha.
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Pekerja Penyemprot Pestisida Berdasarkan Kelompok Produktivitas Sesudah Diberi Sarapan di Perkebunan Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II Tahun 2017
Produktivitas menyemprot tanaman kelapa sawit seluas 0,8 ha adalah 30 orang (100,0%).
4.3 Hasil Uji Bivariat
4.3.1 Perbandingan Produktivitas Pekerja Yang Sebelum Diberi Sarapan
Dan Sesudah Diberi Sarapan
4.3.1.1 Sebelum diberi sarapan
Tabel 4.9 Produktivitas Sebelum Diberi Sarapan
Hari Sarapan Waktu bekerja Produktivitas
(ha)
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa pekerja yang tidak sarapan belum memenuhi target yang telah ditetapkan oleh perusahaan,sebab pada saat bekerja pekerja hanya dapat menyemprot 101-113 jumlah tanaman kelapa sawit dari 120 tanaman sebab 0,8 ha adalah 120 tanaman, maka hasilnya adalah pekerja menyemprotkan pestisida seluas 0,7 ha dan dengan rata-rata waktu yang digunakan adalah 4 jam 25 menit
4.3.1.2 Sesudah diberi sarapan
Tabel 4.10 Produktivitas Sesudah Diberi Sarapan
hasilnya adalah pekerja menyemprotkan pestisida seluas 0,8 ha dengan rata-rata waktu yang digunakan kurang dari 3 jam 43 menit.
4.3.2 Pengaruh Pemberian Sarapan Terhadap Peningkatan Produktivitas
Tenaga Kerja Di Perkebunan Tanjung Garbus PTPN II
4.3.2.1 Hasil Uji statistik
Tabel 4.11 Perbandingan Produktivitas Sebelum Sarapan Dan Sesudah Sarapan
Dari tabel diatas, pengertian TOTA adalah jumlah total produktivitas sebelum diberi sarapan dari hari pertama sampai dengan hari kelima dan TOTB adalah jumlah total produktivitas sesudah diberi sarapan hari kelima sampai dengan hari kelima.
Dari hasil uji wilcoxon diatas, dapat diketahui bahwa nilai Negative Ranks adalah 0 yang berarti bahwa nilai 0 menunjukkan nilai penurunan atau pengurangan dari nilai pretest ke posttest, nilai Positive Ranks yaitu selisih positif antara hasil produktivitas pada pretest-posttest terdapat 30 yang artinya 30 responden mengalami peningkatan hasil produktivitas dari pretest ke posttets dan mean rank atau rata-rata peningkatan tersebut adalah sebesar 15,50 sedangkan jumlah ranking positif atau sum of ranks adalah sebesar 465,00 kemudian ties adalah kesamaan nilai pretest-postest, hasil ties adalah nol sehingga dapat dikatakan bahwa data pretest-posttest tidak ada yang sama.
Tabel 4.12 Hasil Test Statistik Pengaruh Pemberian Sarapan Terhadap Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja
TOTB-TOTA
Z -4,868 (a)
Asymp.Sig. (2-tailed) ,000
53
PEMBAHASAN
5.1 Sarapan
Sarapan adalah makanan yang dimakan setiap hari atau suatu kegiatan yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan untuk mengisi lambung yang telah kosong selama 8-10 jam dan bermanfaat dalam meningkatkan kemampuan konsentrasi belajar dan kemampuan fisik (Martianto, 2006).
Melewatkan makan pagi akan menyebabkan tubuh kekurangan glukosa, sehingga dapat menyebabkan tubuh lemah dan kurang konsentrasi karena tidak tersedia suplai energi. Suplai energi yang tidak tersedia dapat menyebabkan tubuh akan membongkar persediaan tenaga yang terdapat di jaringan lemak tubuh dan apabila terjadi secara terus menerus akan mempengaruhi status gizi. Tidak sarapan akan menyebabkan lambung menjadi kosong selama 10 sampai 11 jam karena makanan yang terakhir masuk kedalam tubuh adalah makan malam pukul 19.00. Berpuasa selama 10 sampai 11 jam akan menyebabkan kadar gula (glukosa) menurun, kadang-kadang sampai dibawah normal sehingga menyebabkan terjadinya hipoglikemia (Khomsan 2004).
Sarapan penting bagi setiap orang untuk mengawali aktivitas sepanjang hari. Sarapan adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 untuk memenuhi sebagian (15-30%) kebutuhan gizi harian dalam rangka mewujudkan hidup sehat, aktif dan cerdas (Hardinsyah 2012).
Waktu sarapan merupakan hal penting yang menentukan ketersediaan sarapan. Waktu sarapan dibedakan menjadi tiga kategori waktu meliputi pukul 05.00-06.00; pukul 06.00-07.00; dan pukul 07.00-08.00 . Sarapan yang diberikan mengandung Karbohidrat, lemak, protein dan zat lainnya untuk menambah energi pada pekerja penyemprot pestisida di Perkebunan Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II yaitu 25% dari 3400 kal yaitu sejumlah 800 kalori dan jumlah karbohidratnya yaitu 400 (100 g), jumlah proteinnya adalah 150 kalori ( 40 g) dan lemak adalah 250 kalori (60 g). Sarapan diberikan selama 5 hari berturut-turut dengan waktu pemberian sarapan pada pukul 07.30 WIB. Kalori dari sarapan yang diberikan selama 5 hari kepada pekerja adalah sama dan jenis makanan yang diberikan beragam atau bervariasi selama pemberian sarapan.
5.2 Produktivitas Tenaga Kerja
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan Produktivitas adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu seperti daya produksi, atau keproduktifan sedangkan kerja adalah kegiatan melakukan sesuatu atau yang dilakukan (diperbuat) baik yang dilakukan untuk mencari nafkah atau mata pencaharian dengan menggunakan tenaga fisik. Produktivitas pada dasarnya merupakan sikap mental yang selalu mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini harus lebih baik dari hari kemarin, dan hari ini dikerjakan untuk kebaikan hari esok (Sodomo, 1991 dikutip dari DPNI).
jumlah luas tanaman yang dapat disemprot pekerja yang sudah diberi sarapan lebih luas dari jumlah luas tanaman yang dapat disemprot pada saat sebelum diberikan sarapan dengan waktu ≤ 4 jam. Target yang diberikan kepada pekerja adalah satu orang pekerja dapat menyemprotkan pestisida seluas 0,8 ha dalam waktu ≤4 jam. Luas 0,8 ha tanaman kelapa sawit sama dengan 120 jumlah tanaman kelapa sawit yang berarti jika pekerja dapat menyemprot 120 tanaman maka ia sudah menyemprot pestisida seluas 0,8 ha.
Terdapat peningkatan produktivitas pekerja dari sebelum diberi sarapan ke sesudah diberikan sarapan karena pada pekerja yang tidak diberikan sarapan mereka hanya dapat menyemprot 101-113 jumlah tanaman kelapa sawit dari 120 tanaman sebab 0,8 ha adalah 120 tanaman, maka hasilnya adalah pekerja menyemprotkan pestisida seluas 0,7 ha dan dengan rata-rata waktu yang digunakan ialah 282 menit atau 4 jam 25 menit, oleh karena itu pekerja belum dapat memenuhi target yang telah ditetapkan perusahaan.
Untuk produktivitas pada pekerja sesudah diberikan sarapan adalah pekerja dapat menyemprot 120 jumlah tanaman kelapa sawit sebab 0,8 ha adalah 120 tanaman, maka hasilnya adalah pekerja menyemprotkan pestisida seluas 0,8 ha dan dengan rata-rata waktu yang digunakan adalah 3 jam 43 menit, artinya adalah pekerja yang sudah diberi sarapan dapat mencapai target yang diberikan perusahaan. 5.3 Pengaruh Pemberian Sarapan Terhadap Peningkatan Produktivitas
Tenaga Kerja Diperkebunan Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II
Dari hasil uji wilcoxon dengan jumlah rangking yaitu pada selisih TOTA dengan TOTB pada negative ranksnya menunjukkan hasil produktivitas untuk
pretest-postest adalah 0, nilai 0 ini menununjukkan nilai penurunan atau pengurangan dari pretest ke posttest maka nilai penurunan dan pengurangnnya adalah 0, kemudian untuk positive ranksnya yaitu selisih positif antara hasil produktivitas untuk pretest-postest disini terdapat 30 data positif yang artinya 30 responden mengalami peningkatan hasil produktivitas dari pretest-postest. Mean rank atau rata-rata peningkatan tersebut adalah sebesar 15,50 sedangkan jumlah ranking positif atau sum of ranks adalah sebesar 465 dan Ties yaitu kesamaan nilai Pretest-Posttest adalah nol sehingga dapat dikatakan bahwa tidak ada yang sama data pretest dan potstest.
Berdasarkan output test statistic Asymp.Sig (2-tailed) bernilai 0.000 yang berarti jika nilai 0,000 < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa Ha diterima yang artinya ada perbedaan hasil produktivitas responden yang tidak sarapan sebelum bekerja (Pretest) dengan responden yang sudah sarapan sebelum bekerja (Postest) sehingga dapat disimpulkan pula ada pengaruh pemberian sarapan terhadap peningkatan produktivitas kerja diperkebunan tanjung garbus pagar merbau PTPN II dengan nilai OR = 5.
Menurut hasil penelitian Beta (2013), hasil analisis dengan chi square diketahui bahwa kebiasaan sarapan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja di CV Unggul Farm (OR = 5.40, p value = 0.03). Terdapat pengaruh kebiasaan sarapan terhadap produktivitas kerja CV Unggul Farm Sukoharjo. Untuk penelitian lebih lanjut perlu pengkajian terhadap faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kebiasaan sarapan dan produktivitas kerja.
Penelitian yang dilakukan oleh Elviana dan Sembiring (2005) menyatakan bahwa sebanyak 47,1 % pekerja wanita memiliki kekurangan sumbangan asupan dari sarapan. Penelitian tersebut membuktikan bahwa ada hubungan bermakna antara asupan kalori sarapan pagi dengan produktivitas tenaga kerja di unit pengolahan candy PT. Union Confectionery LTD Medan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada pekerja penyemprot pestisida di Perkebunan Tanjung Garbus Pagar Merbau PTPN II Tahun 2017 disimpulkan sebagai berikut:
1. Keseluruhan pekerja berjenis kelamin laki-laki 30 orang (100%)
2. Berpendidikan terbesar adalah SMA 18 orang (60,0%), berpendidikan SMP 11 orang (36,7%) dan berpendidikan SD (3,3%)
3. Pada produktivitas sebelum diberi sarapan, keseluruhan pekerja produktivitasnya 0,7 ha (100,0%) dengan waktu yang digunakan untuk menyemprot adalah 4 jam 25 menit.
4. Pada produktivitas sesudah diberi sarapan, keseluruhan pekerja produktivitasnya 0,8 ha (100,0%) dengan waktu yang digunakan untuk menyemprot adalah 3 jam 43 menit.
5. Adanya pengaruh yang bermakna antara pemberian sarapan dengan produktivitas tenaga kerja.
6.2 Saran
1. Disarankan agar pekerja sarapan setiap pagi sebelum bekerja.