EVALUASI PENERAPAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN
INTEGRASI PUSKESMAS
Puspa Setia Pratiwi1, Sri Puji Utami2
1
Teknik Informatika Universitas YARSI
Jl. Letjen Suprapto, Cempaka Putih , Jakarta 10510 Indonesia Email :puspa.setia@yarsi.ac.id
2
Teknik Informatika Universitas YARSI
Jl. Letjen Suprapto, Cempaka Putih , Jakarta 10510 Indonesia Email : puji.atmoko@yarsi.ac.id
ABSTRAK
Sistem informasi kesehatan merupakan salah satu dari empat strategi utama pembangunan kesehatan di Indonesia Informasi kesehatan yang disajikan harus akurat, tepat waktu dan lengkap sehingga mampu menjadi bagian utama dari pengambilan keputusan yang tepat dengan mendayagunakan teknologi informasi dan telekomunikasi. Perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi menyebabkan perubahan-perubahan peran dari sistem teknologi informasi dalam membantu operasi organisasi menjadi lebih efisien. Sistem informasi merupakan bagian dari sistem organisasi yang dapat memanfaatkan informasi untuk memenuhi kebutuhan dan memecahkan problem yang dihadapi. Penerapan sistem informasi kesehatan sudah dimulai sejak awal tahun 1970-an,sampai dengan saat ini sudah ada beberapa jenis aplikasi Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang dibuat seperti SIMPUS (Sistem Informasi Manajemen Puskesmas), SPRS (Sistem Pengelolaan Rumah Sakit), Sistem Informasi Surveilance, Sistem Informasi Kesehatan Integrasi Puskesmas. Penelitian ini bertujuan untuk merencanakan, menganalisa dan membuat model sebuah sistem informasi manajemen Puskesmas yang mendukung sistem informasi kesehatan nasional. Perencanaan dan perancangan yang dihasilkan merupakan tahap awal dalam pemgembangan sebuah sistem informasi manajemen puskesmas (SIMPUS) yang sesuai dengan kebutuhan saat ini dan mengantisipasi tantangan di masa mendatang. Perencanaan sistem informasi ini membutuhkan analisis pada Sistem Informasi yang digunakan saat ini. Fokus penelitian ini adalah pada analisis dan perencanaan sistem informasi menajemen puskesmas. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah secara kualitatif pada Dinas Kesehatan DKI Jakarta dengan melakukan wawancara dan observasi sistem sebagai metode pengumpulan data.
Kata kunci: Sistem Informasi Manajemen, Evaluasi Sistem, Puskesmas
1. PENDAHULUAN
Gambar 1.
Pengelolaan sistem informasi k program dan pemangku kepentingan informasi yang “stand alone” serta dita kepentingan Kementerian lainnya di program bantuan donator. Hal ini m pelaporan yang dilakukan petugas Dinas Kesehatan Provinsi harus melapor (aplikasi software) yang berbeda [1].
Berdasarkan hasil evaluasi SIK unit lain di Kementerian Kesehatan, kelemahan, peluang, dan ancaman d ini selanjutnya dijadikan sebagai ba pengembangan dan penguatan SIK.
STRENGTH/KEKUATAN
• Indonesia telah memiliki beberapa legislasi terkait SIK (UU Kesehatan, SKN,
strategi pengembangan SIKNAS dan SI • Tenaga pengelola SIK sudah mulai tersedia
pada tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota.
• Infrastruktur teknologi informasi
komunikasi tersedia di semua Provinsi dan hampir seluruh Kabupaten/kota
• Indikator kesehatan telah tersedia.
• Telah ada sistem penggumpulan data secara rutin yang bersumber dari fasilitas kesehatan pemerintah dan masyarakat.
• Telah ada inisiatif pengembangan SI beberapa fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit, Puskesmas dan Dinas Kesehatan, untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.
• Diseminasi data dan informasi telah dilakukan, contohnya hampir semua Provinsi d
Kabupaten/kota dan Pusat menerbitkan profil kesehatan.
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu Universitas Budi Luhu
Gambar 1.Hasil Evaluasi SIK Tahun 2007
asi kesehatan nasional saat ini masih terfragmentasi an mempunyai sistem informasi yang tersendiri. Ban ditambahkan dengan sistem informasi yang dibangun di luar Kementerian.Kesehatan, Pemerintah da ini mengakibatkan banyaknya duplikasi kerja dalam
as di lapangan sehingga berdasar hasil penilaian
Tabel 1. Strength dan Weakness SIK
KEKUATAN WEAKNESSES/KELEMAHAN
memiliki beberapa legislasi esehatan, SKN, Kebijakan dan
S dan SIKDA) sudah mulai tersedia pada tingkat Pusat, Provinsi dan
dan semua Provinsi dan
kesehatan telah tersedia.
an data secara ang bersumber dari fasilitas kesehatan
f pengembangan SIK oleh beberapa fasilitas kesehatan seperti Rumah
esehatan, untuk endiri.
Diseminasi data dan informasi telah dilakukan, Provinsi dan
abupaten/kota dan Pusat menerbitkan profil
• SIK masih terfragmentasi (belum terintegrasi) dan dikelola berbagai pihak sehingga terdapat “pulau-pulau informasi”.
• Legislasiyang ada belum kuat untuk mendukung integrasi SIK.
• Tidak terdapatnya penanggung jawab khusus SIK (petugas SIK umumnya masih rangkap jabatan).
• Tenaga Pengelola SIK umumnya masih kurang diakui perannya, pengembangan karir tidak jelas dan belum ada jabatan fungsiona • Terbatasnya anggaran untuk teknologi
informasi dan komunikasi khususny pemeliharaan.
• Indikator yang digunakan sering
kurangmenggambarkan “subjek” yang diwakili. • Belum terbangunnya mekanisme aliran data
kesehatan baik lintas
program(Pusat,Provinsi,Kabupaten/ maupun lintas sektor.
• Masihlemahnya mekanisme monitoring, evaluasi dan audit SIK.
• Kualitas data masih bermasalah (tidak: akurat,lengkap, tepat waktu)
• Penggunaan data/informasi oleh p keputusan dan masyarakat masih sang
Tabel 2. Oppotunity dan Threat SIK
Nasional Multidisiplin Ilmu Luhur, Jakarta 10 Mei 2014 ISSN :2087 - 0930
entasi dimana pengelola iri. Banyaknya sistem
rikut. Hasil analisis cana jangka menengah
WEAKNESSES/KELEMAHAN
masih terfragmentasi (belum terintegrasi) dan dikelola berbagai pihak sehingga terdapat
g ada belum kuat untuk
informasi dan komunikasi khususnya untuk
manfaat eHealth mulai meningkat pada semua pemangku kepentingan terutama pada tingkat manajemen Kementerian Kesehatan.
• Telah ada peraturan perundang-undangan terkait informasi dan TIK.
• Terdapatnya kebijakan perampingan struktur dan pengkayaan fungsi, memberikan peluang dalam pengembangan jabatan fungsional pengelolaan SIK.
• Terdapat jenjang pendidikan informasi kesehatan yang bervariasi dari diploma hingga sarjana di perguruan tinggi.
• Para donor menitik beratkan program pengembangan SIK.
• Registrasi vital telah dikembangkan oleh Kementerian Dalam Negeri dan telah mulai dengan proyek percobaan di beberapa Provinsi. • Adanya inisiatif penggunaan nomor identitas
tunggal penduduk oleh Kementerian Dalam Negeri yang merupakan peluang untuk memudahkan pengelolaan data sehingga menjadi berkualitas.
• Kebutuhan akan data berbasis bukti meningkat khususnya untuk anggaran (perencanaan) yang berbasis kinerja.
pengembangan SIK tidak menjadi prioritas. • Rotasi tenaga SIK di fasilitas kese-hatan
Pemerintah tanpa perencanaan dan koordinasi dengan Dinas Kesehatan telah menyebabkan hambatan dalam pengelolaan SIK.
• Sebagian program kesehatan yang didanai oleh donor mengembang-kan sistem informasi sendiri tanpa dikonsultasikan atau
dikoordinasi-kan sebelumnya dengan Pusat Data dan Informasi dan pemangku kepentingannya.
• Komputerisasi data kesehatan terutama menuju data individu (disaggregate) meningkatkan risiko terhadap keamanan dan keraha-siaan sistem TIK.
• Kondisi geografis Indonesia yang sangat beragam dimana infrastruktur masih sangat lemah di daerah terpencil sehingga menjadi ham-batan modernisasi SIK.
Departemen Kesehatan sudah sejak lama mengembangkan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS), yaitu semenjak diciptakannya Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas (SP2TP) pada awal tahun 1970-an. Pengembangan SIKNAS ini semakin ditingkatkan dengan dibentuknya Pusat Data Kesehatan pada tahun 1984. Rancangan arsitektur jaringan online SIKNAS dapat dilihat pada gambar 1. Namun demikian, walau sudah terjadi banyak kemajuan, pengembangan SIKNAS ini masih menghadapi hambatan-hambatan yang bersifat klasik, yang akhirnya menimbulkan masalah-masalah klasik pula, yaitu kurang akurat, kurang sesuai kebutuhan, dan kurang cepatnya data dan informasi yang disajikan (Departemen Kesehatan RI, 2007).
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang ada saat ini masih jauh dari kondisi ideal, serta belum mampu menyediakan data dan informasi kesehatan yang evidence based untuk pembangunan kesehatan yang efektif. Berbagai masalah klasik masih dihadapi dalam penyelenggaraan SIK. Di antaranya adalah kegiatan pengelolaan data dan informasi belum terintegrasi dan terkoordinasi dalam satu mekanisme kerjasama yang baik. Adanya “overlapping” kegiatan dalam pengumpulan dan pengola-han data, di mana masing-masing unit mengumpulkan datanya sendiri-sendiri dengan berbagai instrumennya di setiap unit kerja baik di pusat maupun di daerah. Penyeleng-garaan SIK sendiri masih belum dilakukan secara efisien, masih terjadi “redundant” data, duplikasi kegiatan, dan tidak efisiennya penggunaan sumber daya. Hal ini seba-gai akibat dari adanya SIK yang ada saat ini masih terfragmentasi. (Roadmap Sistem Informasi Kesehatan, 2012).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengidentifikasi kebutuhan sistem informasi manajemen Puskesmas dalam menunjang mutu pelayanan kesehatan di Puskesmas
2. Merencanakan, menganalisa dan membuat model sebuah sistem informasi manajemen Puskesmas yang mendukung sistem informasi kesehatan nasional (SIKNAS)
2. STUDI PUSTAKA
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) ada dari tingkat paling bawah dan meng pada bidang kesehatan (Depkes RI, 2001). rangkaian kegiatan pokok, yaitu pelaporan informasi kesehatan, dan pem
1. Pengumpulan dan pengolahan informasi Pengumpulan data ditingkat Kabupa Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS), upaya penyediaan data yang komprehensif. sumber informasi di tingkat kabupate sendiri secara terpisah dan sering kali sistem rutin yang berjalan. Pendek informasi kesehatan yang resmi adalah metode yang dikembangkan oleh pada berbagai faktor kepercayaan, perilaku,
Sumber informasi kesehatan lainnya umum, laboratorium, dan penyelidikan di tingkat kabupaten/kotamadya untu pengambilan keputusan manajerial. Pen yang essensial dalam pengembangan S dan pengolahan data dalam jumlah mampu dikelola. Walaupun ko teratasinya kelemahan dari sistem infor pengumpulan data yang masing-signifikan, yaitu :
a. Surveilans
b. Pencatatan dan pelaporan data Kabupaten/Kotamadya.
c. Pencatatan dan pelaporan pro pemberantasan malaria, dll
d. Pencatatan dan pelaporan sumber ketenagaan kesehatan.
e. Survey dan penelitian untuk meleng meliputi baik yang berskala nasional
2. Analisa, penyajian, dan pelaporan informasi k Kabupaten/kotamadya seharusnya me
dikumpulkan secara rutin, akan tetap indikator-indikator yang sangat ber tingkat kabupaten/kotamadya untuk m pengamatan antara situasi yang diin perbandingan tersebuta dapat membantu prioritas program dan langkah-langkah yang sedang berjalan, termasuk menentu pemanfaatan informasi kesehatan ak Misalnya, penyajian data dengan me daripada dalam bentuk tabel. Teknik mikrokomputer seperti EPI-INFO. Setelah dikomunikasikan kepada para pengam untuk memperluas pemanfaatan inform
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu Universitas Budi Luhu
adalah sistem informasi yang dapat secara selektif engelolanya untuk mendukung pengambilan keputusan 2001). Sistem Informasi Kesehatan pada pelaksanaann
pengumpulan dan pengolahan informasi, analisa, an pemanfaatan/penggunaan informasi kesehatan.
formasi
Kabupaten/Kotamadya biasanya diorganisir sebagai ba KNAS), yang dibanyak negara merupakan satu-satuny prehensif. Para pelaksana program dapat juga men abupaten/kotamadya. Mereka biasanya melakukan pen kali lebih action oriented, tepat waktu, dan dipakai endekatan-pendekatan yang dilakukan antara lain untu
adalah survey sederhana yang baku, pendekatan ada sosial sains untuk mengumpulkan informasi ku, kepuasan, dan persepsi masyarakat.
a dapat diperoleh melalui sistem registrasi pendu elidikan KLB. Pengetahuan yang memadai dari pen
untuk melakukan interpretasi informasi yang Penggunaan komputer biasanya dipandang sebagai
an SIK dibidang informasi dan manajemen kesehatan. lah yang besar dikumpulkan dari sistem informasi
komputer dapat mempercepat pengolahan, tetapi informasi. Selain itu ada pendapat yang menyatak -masing-masing memiliki kekhasan dan kepentin
ata rutin dari UPT kabupaten/kotamadya ke
rogram-program kesehatan khusus yang ada,
ber daya serta administrasi kesehatan yang suda
elengkapi data dan informasi dari pengumpulan nal maupun provinsi dan kabupaten
ran informasi kesehatan
empunyai peranan yang lebih besar dalam meng tetapi yang terjadi seringkali data yang dikumpulkan
bermanfaat untuk mengarahkan keputusan-keputusan k melengkapi dasar-dasar dalam melakukan suatu p
diinginkan dengan situasi yang sebenarnya terjad bantu pengambilan keputusan di tingkat kabupaten da gkah manajemen yang perlu diambil untuk melak enentukan target untuk tahun berikutnya. Hal pentin akan lebih luas jika disajikan dengan jelas dan
menggunakan histogram, grafik, charts, akan lebih m nik penyajian ini dilakukan dengan menggunakan Setelah dianalisa dan disajikan, maka informasi
ambil keputusan, masyarakat umum, dan kepada rmasi tersebut. Informasi yang terlambat dipakai kuran
Nasional Multidisiplin Ilmu Luhur, Jakarta 10 Mei 2014 ISSN :2087 - 0930
selektif menjaring data eputusan ditingkat atas sanaannya meliputi tiga
alisa, penyajian dan untuk pengumpulan atan lainnya adalah asi kualitatif tentang
penduduk, surveilens pengelola kesehatan g tersedia untuk epentingan yang sangat
e Dinas Kesehatan
ada, seperti program
sudah berjalan seperti
pulan data rutin yang
enganalisa data yang an sedikit. Adapun utusan manajemen di
tu perbandingan atau terjadi.
Perbandingan-dalam menentukan elaksanakan program epada organisasi lokal
3. Pemanfaatan/penggunaan informasi
Pemanfaatan informasi di tingkat kabupaten sering dapat dikatakan rendah. Oleh karena itu perlu dikembangkan cara-cara baru untuk mendorong penggunaan informasi tersebut. Informasi kesehatan tersebut dimanfaatkan dalam hal perencanaan dan pemantauan kegiatan program di tingkat kabupaten. Ada beberapa faktor yang perlu mendapat perhatian untuk rendahnya pemanfaatan informasi, sebagai berikut : a. Kualitas data tidak memadai : data tidak lengkap, tidak sesuai, tidak tepat waktu, tidak akurat b. Desentralisasi autoritas : Penyerahan wewenang tidak memadai kepada pengguna informasi. c. Insiatif manajemen rendah : Manajer mempunyai waktu yang pendek, merasa ragu untuk
menggunakan informasi yang ada.
d. Kurang sumber daya : Manajer tidak yakin bahwa mobilitas sumber daya dapat membuat sistem informasi efektif bila sumber daya kesehatan terbatas, tenaga kurang, peralatan tidak memadai, dan dukungan dari pusat kurang.
Sistem informasi kesehatan pada hakikatnya harus dapat mengupayakan dihasilkannya informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan di berbagai tingkat Sistem Kesehatan. Sesuai dengan pembagian wilayah di Indonesia yang berlaku saat ini, tingkat-tingkat Sistem Kesehatan dibagi menjadi:
1. Tingkat Kecamatan, dimana terdapat Puskesmas dan pelayanan kesehatan dasar lain.
2. Tingkat Kabupaten/kotamadya, dimana terdapat Dinas kesehatan Kabupaten/Kota, Rumah Sakit Kabupaten/Kota, dan rujukan primer lain.
3. Tingkat Propinsi, dimana terdapat Dinas Kesehatan Propinsi, Rumah Sakit propinsi, dan rujukan sekunder lainnya.
4. Tingkat Pusat, dimana terdapat Departemen Kesehatan, Rumah Sakit Pusat, dan pelayan kesehatan rujukan tersier lain.
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan rancangan studi kasus. Obyek penelitian adalah aplikasi pengelolaan sistem informasi kesehatan yaitu SIKIP di Wilayah DKI Jakarta. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 1 orang dari pengelola sistem informasi Dinas Kesehatan Provinsi.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Modul-modul yang terdapat pada SIKIP diantaranya entri pendaftran, entri rekam medis, entri pembayaran, entri obat, koreksi pembayaran, modul informasi/report, modul administrasi sistem.
Pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan SIKIP terdiri atas
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dan Pihak Ketiga (konsultan IT), puskesmas pada saat awal implementasi.
Kemungkinan terjadi kesalahan pada pengisian input SIKIP seperti kemungkinan human error masih dapat terjadi
Pemantauan dari pusat terhadap penggunaan sistem tidak secara rutin dilakukan, pemantauan bersifat pemeliharaan software aplikasi dan jika terdapat laporan kerusakan/masalah oleh puskesmas dimana akan ditindaklanjuti dengan perbaikan atau instalasi ulang dengan memperhatikan kondisi yang ada.
SIKIP hanya sebatas membantu intern dari proses pencatatan dan pelaporan yan Pada setiap puskesmas ditunjuk oleh kepala p bertanggung jawab terhadap pemelihar secara umum yang memiliki kapasitas y semua) akan merekrut pegawai tidak te software SIKIP, Dinkes DKI selalu berk software tersebut, untuk pemeliharaan dan yang menjadi technical support dari SIKI Laporan yang dihasilkan oleh sistem ini puskesmas diluar gedung (KESMAS), lapo stok obat, laporan sarana prasarana (tahu Tidak semua laporan yang dihasilkan ber tingkat akurasi dari SIKIP jika ditinja (terkait transaksi pendaftran) sudah cuk Dalam hal kunjungan puskesmas, kepal jumlah kunjungan pasien berdasarkan jenis obat yang dikeluarkan, dll
Informasi mengenai jumlah penyakit ter yang kemudian dapat membantu kepala melibatkan kepala daerah administrasi dan Data yang dikumpulkan dan dihasilkan laporan-laporan ini dikelola oleh masing
1. Kekurangan dan kelebihan SIKIP y
Tabel 3.Kekurangan dan Kelebihan SIKIP yang ada saat
No Kekurangan
1 Jika data pasien ban
2 Entri data mudah
kesalahan proses edit data tidak bisa
3 Tidak semua laporan berdasarkan format
4 Instalasi Software
kena virus harus Dinas Kesehatan
5 Tidak ada fitur analisa masyarakat
2. Prioritas pengembangan SIKIP dapat
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu Universitas Budi Luhu
internal puskesmas dalam mengelola sistem informasin n yang ada di puskesmas
oleh kepala puskesmasnya masing-masing satu orang Koor eliharaan sistem baik hardware maupun software. Koordi
as yang beragam dalam hal teknis IT, oleh karenanya k tetap/honorer yang memiliki pengetahuan IT lebih. erkoordinasi dengan puskesmas dalam hal perbaikan an dan perbaikan hardware puskesmas mengupayakann
IKIP berada di tingkat Dinkes provinsi
ini diantaranya laporan yang kaitannya dengan transa ), laporan spesifik yang menyangkut kebutuhan progra (tahunan), integrasi dengan system rujukan dan pen an berdasarkan format yang standar
njau dari segi akurasi dalam hal penghitungan pasien ah cukup baik
kepala puskesmas pada akhir pelayanan dapat lang an jenis pembayaran dan berapa retribusi pembayaran
it terbesar yang ada di wilayah kerja suatu puskesmas epala puskesmas untuk mengambil keputusan / intervensi inistrasi dan organisasi lintas sektor lainnya
dihasilkan oleh SIKIP dapat digunakan sebagai laporan asing-masing pengelola program di dinkes provinsi
P yang dipakai saat ini dapat dilihat pada tabel-tabel d Kekurangan dan Kelebihan SIKIP yang ada saat ini:
kurangan Kelebihan
anyak, komputer error Instalasi mudah dan tidak memerlukan hardware dengan spesifikasi tinggi mudah tetapi kalau ada
kesalahan proses edit data tidak bisa
Merupakan stand alone aplikasi tidak memerlukan hardware tambahan sebagai server
laporan yang dihasilkan berdasarkan format yang standar
Sudah cukup akurat dalam hal penghitungan pasien dan kunjungan (terkait transaksi pendaftran) kurang praktis, bila
harus menginstal ulang ke
Informasi mengenai jumlah penyakit terbesar yang ada di wilayah kerja suatu puskesmas dapat diketahui y kemudian dapat membantu kepala puskesmas untuk mengambil
keputusan / intervensi tertentu dengan melibatkan kepala daerah administrasi dan organisasi lintas sektor lainnya analisa data kesehatan Dapat menghasilkan laporan rekap
kunjugan, penyakit berdasarkan periode waktu tertentu
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Nasional Multidisiplin Ilmu Luhur, Jakarta 10 Mei 2014 ISSN :2087 - 0930
asinya yaitu sebagian
Koordinator SIK yang Koordinator tersebut ya puskesmas (tidak lebih. Untuk kerusakan an dan pemeliharaan annya sendiri. Pihak
transaksi data kegiatan program (kes), laporan penghitungan klaim.
pasien dan kunjungan
langsung mengetahui
nstalasi mudah dan tidak memerlukan fikasi tinggi
aplikasi tidak
pasien dan kunjungan
yakit rja suatu puskesmas dapat diketahui yang kemudian dapat membantu kepala
ntervensi tertentu dengan nistrasi
1 Perbaikan Proses Bisnis Fitur pengaturan wewenang dokter terhadap data rekam medis pasien diperbaiki
2 Integrasi Aplikasi Mengintegrasikan aplikasi tingkat kelurahan dan kecamatan
3 Perbaikan Database Tanpa mengubah fitur, melakukan reengineering
struktur database untuk mendukung pencatatan yang mudah
4 Perbaikan fitur pencatatan Fitur pencatatan data pasien dan rekam medis diperbaiki berdasarkan perubahan struktur database dan lebih user friendly
5 Perbaikan laporan Perbaikan fitur pembuatan laporan, adanya fasilitas pelaporan yang lebih mudah
6 Fitur Analisa Menambahkan fitur analisa data kesehatan, seperti epidemi atau wabah penyakit tertentu
7 Fitur Pemantauan dan Evaluasi
Menambahkan fitur pemantauan dan evaluasi setiap kegiatan pokok puskesmas
KESIMPULAN
Dari evaluasi sistem informasi yang telah dilakukan ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Puskesmas perlu melakukan inovasi secara berkelanjutan, dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
b. Dalam proses perancangan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas perlu melibatkan pengguna secara mendalam
c. Sistem Informasi Manajemen berbasis komputer akan membawa dampak perubahan dalam organisasi. yang diperoleh antara lain kemampuan menghasilkan informasi lebih baik, kemudahan operasional, proses pengolahan data yang lebih singkat, jumlah data yang diolah menjadi tidak terbatas, proses pencarian data yang cepat, penyimpanan data yang teratur dan tempat penyimpanan data yang tidak membutuhkan tempat luas.
DAFTAR PUSTAKA
[1] ______,"Roadmap SIK 2011-2014". Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 2012 [2] ______, “Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Nasional (SIKNAS)”,
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 2007
[3] ______, Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI No.7719/2004 tentang Juknis
Pelaksanaan SIK Integrasi di Dinkes PropinsiDKI Jakarta, Sudin Kesmas dan Yankes Kotamadya dan PuskesmasKecamatan dan Kelurahan
[4] ______ , Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI JakartaNo.6661/2004 tentang Kebijakan Perencanaan Dinas KesehatanPropinsi DKI Jakarta Tahun 2005.
[5] ______, Instruksi Kepala Dinas Kesehatan Propinsi DKI JakartaNomor 10/2004 tentang
Pengembangan SIK yang Terpadu danTerintegrasi di Lingkungan Dinas Kesehatan Propinisi DKI Jakarta.
[6] AbouZahrl, C., dan Boermal, T., 2005, Health Information System, The Foundation of Public Health in Bulletin of the Word Health Organization August 2005.
[7] Amsyah, Z.2007, Manajemen Sistem Informasi,PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta. [8] Azwar, Azrul. 1996, Dasar-dasar Perencanaan di Bidang Kesehatan, Badan IlmuKesehatan
Masyarakat dan Ilmu Kedokteran Pencegahan-FKUI, Jakarta
[10] Gondoputro, S., “Rekam Medis (Puskesmas)”, Bagian Ilmu Keseh Bandung, 2007
[11] Kushadiwijaya, “Sistem Informasi 2000
[12] McLeod, Jr, Raymond. 1996, Sistem
Penerjemah : Hendra Teguh, SE, Ak; Editor H Populer, Jakarta
[13] Pressman, Roger S.. 2007. “Rekay Pressman: Di Terjemahkan oleh LN Ha [14] Sutanta,E.2006, Sistem Informasi [15] Wiseman, C. and MacMillan, I.,
strategy 5:2 [1984] 42-49, 1985. [16] Yusof MM, Paul R. J. & Stergioulas L.
Evaluation. Proceeding of the 2006
Prosiding Seminar Nasional Multidisiplin Ilmu Universitas Budi Luhu
Medis dan Sistem Informasi Kesehatan di Pelayanan Kesehatan Primer esehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Pa
Informasi Kesehatan”, Cetakan Pertama, Raja Grafindo P
Sistem Informasi Manajemen Jilid I, Edisi Bahasa Indonesia, h, SE, Ak; Editor Hardi Sukardi MBA,MSc,SE (MM-UI)
“Rekayasa Perangkat Lunak : Pendekatan Praktisi (Bu an oleh LN Hamaningrum. Andi,Yogyakarta
rmasi Manajemen, Graha Ilmu, Yogyakarta.
n, I., Creating weapons from information systems, Jour 49, 1985.
J. & Stergioulas L. K.Towards a Framework for Health Inform of the 39th Hawaii International Conference on System
Nasional Multidisiplin Ilmu Luhur, Jakarta 10 Mei 2014 ISSN :2087 - 0930
esehatan Primer ersitas Padjajaran,
a Grafindo Persada, Jakarta,
sa Indonesia,
UI), PT Buana Ilmu
tisi (Buku II:)". Roger S
ournal of Business