Kolom Opini, Koran Fajar Makassar, 23 Juni 2012
INDONESIA LABORATORIUM PENGEMBANGAN EKONOMI ISLAM
Ali Rama
Pengurus Pusat Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI)
Negara-negara Eropa yang menjadi simbol kejayaan kapitalisme saat ini sedang meradang akibat krisis utang yang dideranya. Beberapa negara yang ada di kawasan ini sedang menuju menjadi negara gagal akibat tumpukan utang. Krisis utang di kawasan tersebut tentunya membutuhkan suntikan dana besar supaya tidak masuk jurang resesi yang parah. Yunani sudah di-bailout oleh IMF sebesar 130 miliar Euro. Spanyol juga baru saja mendapatkan bailout sebesar 100 miliar euro dari EFSF.
Di saat bersamaan, di kawasan lain khususnya di negara-negara Arab Timur Tengah sedang mengalami keberlimpahan petro-dolar akibat harga minyak dunia yang terus menaik. Jutaan dolar ini tentunya akan mencari tempat investasi. Beberapa investor Arab mensyaratkan adanya skim instrumen transaksi syariah jika ingin mendapatkan aliran dana investasi dari mereka. Tidak bisa dipungkiri adanya motif untuk mendapatkan keuntungan aliran dana dari Timur Tengah telah mendorong negara-negara maju berpenduduk Muslim minoritas untuk membuka instrumen keuangan berbasis syariah. Banyak negara berlomba-lomba menerbitkan sukuk internasional demi mengejar aliran petro dolar tersebut yang memang mencari tempat “persinggahan” tapi berbasis syariah.
Di sisi lain, populasi Muslim di dunia saat ini mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan, terdapat sekitar 1,7 miliar Muslim dari total 6 miliar manusia yang menghuni planet bumi ini. Bahkan pertumbuhan penduduk Muslim di negara-negara Eropa mengalami peningkatan yang cukup pesat. Gembiranya, penduduk Muslim di belahan dunia manapun saat ini mengalami peningkatan kesadaran untuk menjalankan segala aktivitasnya sesuai dengan tuntunan ajaran Islam. Indikator sederhananya misalnya adalah meningkatnya demand terhadap produk-produk yang berbasis syariah seperti perbankan dan keuangan, makanan halal, hiburan dan media nuansa Islami, fashion Muslim, dll.
Setidaknya tiga hal di atas yaitu kemunduran ekonomi sistem kapitalisme, boomingnya petro dollar di Timur Tengah dan potensi ekonomi populasi Muslim dunia berkontribusi dalam perkembangan ekonomi syariah saat ini. Apalagi ditambah dengan kehadiran institusi-institusi keuangan yang berbasis non riba sebagai salah satu bentuk instrumental dari sistem keuangan syariah semakin mempercepat pengembangan sistem ekonomi Islam. Pada tahun 1996 total aset perbankan syariah hanya sekitar 137 miliar dolar AS kemundian meningkat mencapai 1.3 triliun dolar AS pada tahun 2011. Aset perbankan syariah ini diperkirakan akan meningkat mencapai sekitar 5 triliun dolar AS pada tahun 2015. Dari total aset keuangan syariah global perbankan syariah mendominasi sekitar 69.5 persen dan sukuk sebesar 18.7 persen.
Tidak bisa dipungkiri saat ini bahwa ekonomi Islam diidentikkan dengan perbankan dan kuangan syariah dikarenakan lembaga inilah yang mengalami perkembangan cukup signifikan apalagi didukung oleh modal besar dari negara-negara Timur Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa keuangan Islam sulit tumbuh tanpa sokongan dana yang kuat.
Kolom Opini, Koran Fajar Makassar, 23 Juni 2012
Pemikiran-pemikiran atau pandangan-pandangan tentang persoalan ekonomi ini kemudian berkembang dan diterapkan dalam sebuah komunitas sampai kemudian diadopsi menjadi sistem ekonomi dalam sebuah negara. Wajah penerapan konsep ekonomi kapitalisme misalnya bisa dilihat pada perekonomian AS atau negara-negara Eropa lainnya. Begitupula dengan sistem ekonomi sosialisme dimana Uni Soviet, China, dan Korea Utara sebagai salah satu bentuk eksperimentasi riil dari konsep sistem ekonomi ini.
Ekonomi Islam yang nantinya akan berkembang menjadi sistem ekonomi atau sistem perekonomian suatu negara tentunya juga akan mencari komunitas atau negara yang akan menjadi eksperimentasi dari konsep ekonomi Islam. Jika konsep ekonomi Islam yang sangat kental dengan prinsip-prinsip normatif dan sejumlah aturan syariah bermetamorfosis menjadi perilaku ekonomi setiap individu ataupun diterapkan dalam konteks negara maka sebenarnya sistem ekonomi Islam berkembang menjadi ekonomi positif. Hal ini sebenarnya sudah pernah terjadi pada Zaman Rasulullah dan Pemerintahan Islam setelahnya di mana ajaran Islam dijadikan sebagai landasan dalam perekonomian masyarakat dan negara.
Indonesia dibandingkan dengan negara-negara Muslim lainnya seperti Iran, Pakistan, Sudan, Arab Saudi, dll memiliki potensi untuk dijadikan sebagai laboratorium eksperimentasi pengembangan ekonomi Islam di dunia. Berbagai indikator bisa menjadi pertimbangan misalnya Indonesia adalah penduduk Muslim terbesar di dunia, pertumbuhan ekonomi yang tinggi (6.5 persen pertahun), geliat pengembangan ekonomi syariah sangat tinggi hal ini terihat dengan hadirnya lembaga-lembaga keuangan serta berbagai undang-undang yang berkaitang dengan ekonomi syariah.
Global Islami Financial Report 2011 memposisikan iklim pengembangan ekonomi syariah Indonesia dalam urutan ke-4 setelah Iran, Malaysia dan Arab Saudi, dan diproyeksikan akan menduduki peringkat pertama pada tahun 2013. Bahkan dalam acara Islamic Financial Summit 2011 di Kuala Lumpur, Indonesia pada tahun 2023 diperkirakan memimpin industri keuangan syariah global dengan total aset mencapai 8.6 trilliun dolar AS dimana aset perbankan syariahnya mencapai 1.597 trillun dolar AS.
Hal yang lebih penting lagi sebagai modal Indonesia menjadi laboratorium eksperimentasi pengembangan sistem ekonomi Islam dalam sistem perekonomiannya adalah pengalaman pembangunan Indonesia yang pernah mengadopsi sistem sosialisme dan kapitalisme pada era Soekarno dan Soeharto. Tentunya pengalaman pembangunan ekonomi ini menjadi aset masukan dalam pencarian wajah ekonomi Islam dalam konteks perekonomian Indonesia. Hal lainnya adalah sistem ekonomi pancasila yang selama ini dijadikan sebagai landasan perekonomian Indonesia dengan meminjam istilah Sri-Edi Swasono sangat compatible dengan ekonomi syariah. Sistem ekonomi pancasila mengajarkan tentang prinsip ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, permusyawaratan dan keadilan yang tentunya sangat sejalan dengan prinsip-prinsip dasar dalam ekonomi Islam yang didasarkan pada tauhid, persaudaraan, keadilan dan pemerataan, dan mengutamakan pengembangan manusia.