• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Korelasi antara Reinforcement deng (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Studi Korelasi antara Reinforcement deng (2)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Studi Korelasi antara Reinforcement dengan Keaktifan

Belajar Bahasa Arab Siswa di MTs. Mamba’ul Ulum Tulis

Gebog Kudus

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada dasarnya hakekat pendidikan menurut Umar Tirta Raharja adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi manusia yang berkepribadian yang utama.

[1]

Pendidikan merupakan suatu proses bimbingan dan pengarahan, terhadap pertumbuhan dan perkembangan utuh dan bermoral tinggi. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan Islam yang menekankan pada perkembangan kepribadian muslim yang bersifat menyeluruh secara harmonis berdasarkan potensi psikologis dan fisiologis manusia yang mengacu kepada keimanan dan sekaligus berilmu pengetahuan.

[2]

Pendidikan Islam mengutamakan pada pembentukan moral yang tinggi atau akhlak yang mulia.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal berfungsi untuk mencapai tujuan pendidikan

harus mampu menyediakan pelajaran terhadap perkembangan kepribadian manusia yang

menyangkut unsur cipta, rasa, karsa, ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam interaksi

edukatif atau interaksi belajar mengajar, pendidik (guru) harus mampu memotivasi dalam semua

aspek dalam diri siswa untuk mencapai kebaikan maupun kesempurnaan baik secara individu atau

kolektif.

1

Sebagai motivator pendidik hendaknya melakukan usaha untuk membangkitkan, meningkatkan dan memelihara semangat siswa untuk belajar sampai berhasil.

[3]

Hal ini berarti membangkitkan manakala

siswa tak bersemangat, meningkatkan bila semangat belajar tenggelam, memelihara bila semangatnya telah kuat untuk mencapai tujuan belajar. Implikasinya dalam pendidikan pendidik (guru) harus mampu memberikan reinforcement (penguatan) kepada anak didik, baik itu berupa pemberian hadiah, memuji, menegur, memberi nasehat, menghukum.

[4]

Itu semua sebagai upaya membantu menguatkan motivasi

dan merealisasikan penggalian potensi diri.

(2)

pendidik (guru) sebagai bentuk stimulus dalam mendidik siswa. Namun dalam hal ini ganjaran sebagai reinforcement positif lebih ditekankan untuk menumbuhkan semangat belajar pada anak didik. Ini sejalan dengan pendapat Muhammad Bin Tamil Zaim sebagaimana dikutip oleh Armai Arief bahwa ganjaran harus didahulukan karena terkadang ganjaran tersebut lebih baik pengaruhnya dalam usaha perbaikan daripada celaan atau hukuman.

[7]

Reinforcement merupakan salah satu alat pendidikan preventif dan respresif sebagai pendatang atau motivator belajar bagi murid.

[8]

Baik pemberian ganjaran maupun pemberian hukuman dimaksudkan sebagai respon seseorang karena perbuatannya pemberian hadiah merupakan respon positif yang bertujuan agar tingkah laku yang sudah baik (bekerja, belajar, berprestasi dan lain-lain) itu frekuensinya akan berulang atau bertambah. Sedangkan hukuman merupakan respon negatif bertujuan agar tingkah laku yang kurang baik itu frekuensinya berulang atau menghilang. Pada intinya respons Positif dan negatif bertujuan untuk mengubah tingkah laku seseorang.

[9]

Pemberian reinforcement positif yang dapat berupa pemberian hadiah, pujian dan lain-lain, dapat dilakukan ketika anak didik sukses berhasil menyelesaikan tugas dan dapat prestasi yang menyenangkan.

[10]

Pemberian reinforcement kepada anak didik merupakan wujud tanda kasih sayang, penghargaan atas kemampuan dan prestasi anak didik. Pemberian reward dapat berupa kata pujian, senyuman, tepuk tangan, do’a, tanda penghargaan, bahkan imbalan materi atau hadiah yang dapat menyenangkan anak didik. Untuk imbalan materi atau hadiah dengan syarat bahwa benda tersebut ada relevansi dengan kebutuhan pendidikan. Penempatan reinforcement yang tepat dapat memberikan pengaruh besar terhadap jiwa anak didik untuk melakukan perbuatan yang positif dan bersikap progresif, serta aktif dalam belajar.

[11]

Bahkan dapat juga menjadi pendorong bagi anak-anak didik lainnya untuk mengikuti anak yang telah memperoleh pujian dari gurunya, baik dalam tingkah laku, sopan santun ataupun semangat dan motivasinya dalam berbuat yang lebih baik. Hal ini sangat besar kontribusinya dalam memperlancar pencapaian tujuan pendidikan.

Guru sebagai motivator hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Pendidik harus mengorganisasikan kesempatan belajar bagi masing-masing siswa. Hal ini berarti mengubah peran guru dari bersifat didaktis menjadi lebih bersifat mengindividualis yaitu menjamin bahwa setiap siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan di dalam kondisi yang ada. Kesempatan yang diberikan oleh guru akan menuntut siswa selalu aktif mencari, memperoleh dan mengolah perolehan belajarnya. Untuk dapat melibatkan siswa secara fisik, mental, emosional dan intelektual dalam kegiatan pembelajaran, maka pendidik harus memiliki kompeten yang terkait dengan pemberianfeed back dan pemberian reinforcement keoptimalan belajar siswa. Sebagai wujud riil kemampuan terkait dengan pemberian reinforcement pendidik harus memiliki pemahaman tentang prinsip motivasi dibalik pemberian reinforcement, sehingga penempatan reinforcement mengarah pada kreatifitas dan keaktifan siswa, bukan pembelengguan yang cenderung mematikan keaktifan dan kreatifitas anak didik.

Dengan keaktifan diharapkan akan sampailah pada tujuan yang diharapkan dengan semaksimal mungkin. Adapun yang menjadi permasalahannya sekarang adalah mungkinkah dengan reinforcementitu akan membawa keaktifan belajar yang lebih baik dibanding dengan ketidakberadaan reinforcement.

Berangkat dari asumsi tersebut, penulis berkeinginan untuk mengetahui lebih jauh tentangreinforcement sebagai salah satu alat yang dipakai oleh pendidik dalam pemunculan keaktifan belajar anak didik. Dalam hal ini maka timbullah keinginan untuk melakukan penelitian sebagai bahan skripsi dengan judul “Studi Korelasi antara Reinforcement dengan Keaktifan Belajar Bahasa Arab Siswa di MTs. Mamba’ul Ulum Tulis Gebog Kudus”.

B. Penegasan Istilah

Untuk menghindari terjadinya perbedaan interpretasi tentang judul ini, penulis akan menguraikan dan menjelaskan istilah yang dipakai dalam skripsi ini yaitu :

“Studi Korelasi antara Reinforcement dengan Keaktifan Belajar Bahasa Arab Siswa di MTs Mamba’ul Ulum Tulis Gebog Kudus”.

(3)

Kegiatan ini juga dapat diartikan sebagai kegiatan penelitian yang berguna untuk mencari ada tidaknya hubungan antara dua variabel dalam penelitian yaitu antara variabel reinforcement dan variabel keaktifan belajar bahasa Arab. Dan apabila ada hubungan antara dua variabel tersebut, maka seberapa erat hubungan serta berarti atau tidaknya hubungan tersebut.

Reinforcement : Penguatan sebagai alat pendidikan represif yang menyenangkan yang merupakan bentuk penghargaan untuk hasil yang baik.

[13]

Dapat berupa kata pujian, tepukan tangan, senyuman, hadiah, tanda penghargaan, penghormatan sebagai hasil kerja anak didik yang memuaskan.

Keaktifan Belajar : Kata keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti giat berusaha atau bekerja, sedangkan keaktifan berarti kegiatan atau kesibukan.

[14]

Belajar merupakan suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang mencakup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan ilmu pengetahuan, ketrampilan.

[15]

Jadi yang dimaksud keaktifan belajar disini adalah kegiatan atau kesibukan siswa untuk selalu merubah dirinya menjadi lebih positif. Baik dalam hal tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan dan ketrampilan. Keaktifan ini bisa dilihat dari aktifnya atau giatnya siswa dalam mendengar, memperhatikan, mencatat, membaca, meniru, berlatih dan menyelesaikan tugas, membuat ikhtisar, memecahkan masalah, yang kesemuanya itu bersangkutan dengan pelajaran khususnya dalam pelajaran bahasa Arab.

Pada intinya maksud dari skripsi ini adalah melakukan kegiatan penelitian untuk mencari hubungan antara pemberian reinforcement (penguatan) terhadap siswa dengan keaktifan belajar bahasa Arab. Yang dimaksud reinforcement di sini adalah penguatan terhadap tingkah laku siswa yang berhasil atau sukses dalam mengerjakan tugas serta mempunyai prestasi yang baik. Penguatan ini dapat berupa kata-kata pujian, pemberian hadiah serta tanda penghargaan. Penguatan ini sebagai bentuk penghargaan dan tanda kasih sayang serta perhatian guru terhadap siswa.

Sedangkan keaktifan belajar bahasa Arab dapat diartikan sebagai kegiatan atau kesibukan siswa untuk selalu aktif baik itu secara fisik, mental, emosional dalam belajar pelajaran bahasa Arab. Keaktifan belajar dapat dilihat dari aktifnya siswa dalam mendengar, memperhatikan, mencatat, membaca, meniru, berlatih dan menyelesaikan tugas, membuat ikhtisar, memecahkan masalah, yang kesemuanya itu bersangkutan dengan pelajaran khususnya dalam pelajaran bahsa Arab.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang pemikiran judul di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana penerapan reinforcement pada anak didik di MTs. Mamba’ul Ulum Tulis Gebog Kudus ? 2. Bagaimanakah keaktifan siswa dalam belajar Bahasa Arab sesudah pemberian reinforcement ?

3. Adakah hubungan antara reinforcement dengan keaktifan belajar Bahasa Arab siswa MTs. Mamba’ul

Ulum Tulis Gebog Kudus ?

D. Tujuan Penelitian

Dari rumusan permasalahan di atas, maka penelitian ini bertujuan :

1. Mengetahui bagaimana penerapan reinforcement pada anak didik di MTs. Mamba’ul Ulum Tulis Gebog

Kudus.

2. Mengetahui keaktifan siswa belajar Bahasa Arab sesudah pemberian reinforcement.

3. Mengetahui adakah hubungan reinforcement dan keaktifan belajar Bahasa Arab siswa MTs. Mamba’ul Ulum Tulis Gebog Kudus.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan suatu kesimpulan atau dugaan yang mungkin benar aatau salah, akan ditolak jika salah dan akan diterima jika fakta-fakta yang membenarkan.

[16]

Sedangkan dalam penelitian yang penulis lakukan adalah : “Ada hubungan yang signifikan antara reinforcement dengan keaktifan belajar bahasa Arab”.

Jadi semakin sering dengan memberikan reinforcement, maka siswa semakin aktif dalam belajar bahasa Arab.

(4)

Adapun penulisan skripsi ini diharapkan bermanfaat dan memberikan sumbangsih pemikiran dalam dunia pendidikan terutama bagi pendidik (guru) untuk memperoleh pemahaman secara benar dalam penempatan pemberian reinforcement sesuai dengan kondisi dan tingkat perkembangan anak didik sehingga reward dan punishment mampu dijadikan sebagai salah satu metode pendidikan yang efektif dalam menggali serta menumbuhkan segenap potensi anak didik.

G. Kajian Pustaka

Reinforcement (penguatan) muncul dari teori belajar psikologi behavioristik yang dipelopori oleh Thorndike, Skinner, Pavlov dan lain-lain. Mereka berpendapat bahwa tingkah laku manusia itu dikendalikan oleh reinforcement (penguatan) dari lingkungan sekitar.

[17]

Dengan demikian tingkah laku belajar juga sangat dipengaruhi oleh stimulus dari lingkungan sekitar. Menurut Skinner, sebagaimana dikutip oleh Nana Sudjana dalam teorinya opperant conditioning mengemukakan bahwa : pengajaran harus didasarkan atas operant reinforcement yaitu memperkuat serangkaian perbuatan siswa sehingga menambah pengulangan pada masa yang akan datang.

[18]

Misalnya ketika siswa mempunyai nilai baik guru berhak memuji sehingga prestasi yang baik itu akan terulang kembali.

Pemberian respon positif atau negatif terhadap siswa dalam interaksi edukatif disebut pemberian penguatan (pemberian reinforcement).

[19]

Respon positif dapat berupa pujian, penghormatan, pemberian hadiah dan lain-lain. Sedangkan respon negatif dapat berupa pemberian soal-soal untuk dikerjakan dan lain-lain. Reinforcement ini diberikan ketika ada anak didik yang berhasil mengerjakan tugas dengan baik atau sukses dalam belajar atau bahkan diberikan kepada anak yang kurang berhasil dalam belajar yang berupa bimbingan.

Reinforcement dapat memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap jiwa anak didik untuk melakukan perbuatan yang positif dan bersifat progresif, serta menjadi pendorong bagi anak-anak didik lainnya untuk mengikuti anak yang telah memperoleh penguatan dari gurunya, baik dalam tingkah laku, sopan santun ataupun semangat dan motivasi dalam belajar. Pemberian reinforcement secara tepat di dalam kelas bertujuan untuk :

[20]

1. Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran.

2. Memberikan motivasi kepada siswa agar dalam diri siswa tumbuh motivasi untuk selalu aktif belajar. Keaktifan siswa dapat terlihat dalam setiap proses belajar. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya, mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih ketrampilan dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis, misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi menyimpulkan hasil percobaan dan kegiatan masalah yang dihadapi menyimpulkan hasil percobaan dan kegiatan psikis yang lain.

Keaktifan yang dibahas dalam skripsi ini adalah keaktifan belajar Bahasa Arab. Penulis memilih bahasa Arab karena bahasa Arab merupakan bahasa Al-Qur’an dan Hadits. Tanpa menguasai Bahasa Arab, sulit kita memahami agama Islam yang berpedoman pada Al-Qur’an dan Hadits. Selain itu bahasa Arab juga sebagai bahasa international yang kedua bagi sebagian besar masyarakat dunia, sehingga bahasa Arab penting untuk dipelajari oleh siapapun khususnya bagi seorang pelajar karena sebagai sarana untuk mempelajari Al-Qur’an dan Hadits serta ilmu pengetahuan yang berasal dari agama Islam.

Dalam kaitannya belajar bahasa Arab diartikan sebagai serangkaian kegiatan untuk merubah tingkah laku pribadi seutuhnya.

[21]

Baik itu dengan membaca, menulis, mengamati, mendengarkan, meniru ataupun berlatih sesuatu yang berkaitan dengan bahasa Arab. Diharapkan dengan selalu aktif belajar Bahasa Arab siswa dapat memahami Al-Qur’an dan Hadits kemudian mengamati semua ajaran agama dengan benar dalam kehidupan sehari-hari.

H. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti melakukan beberapa langkah studi diantara adalah sebagai berikut : 1. Jenis Penelitian

(5)

numerikal atau angka yang diolah dengan metode statistika.

[24]

Penelitian ini merupakan suatu proses untuk menemukan pengetahuan yang menggunakan data berupa angka sebagai alat keterangan mengenai apa yang ingin diketahui.

Dalam penelitian ini akan mencari hubungan reinforcement dengan keaktifan belajar Bahasa Arab siswa di MTs. Mambaul Ulum Tulis Gebog Kudus. Untuk mengetahui hubungan ini peneliti terlibat langsung kelapangan. Khususnya kegiatan pada proses belajar mengajar bahasa Arab untuk mendapatkan data : dapat digunakan dalam penelitian ini.

Penelitian ini penulis menetapkan dua buah variabel yang perlu dikaji yaitu : a. Variabel independen (bebas) sebagai variabel X

Adapun yang menjadi variabel bebas (variabel X) dalam penelitien ini adalah: “Reinforcement”. Yang mempunyai dua sub variabel yaitu reinforcement positif danreinforcement negatif. Dengan masing-masing indikator sebagai berikut :

1. Reinforcement positif : - Memberikan pujian - Memberikan hadiah

- Memberikan tanda penghargaan - Memberikan penghormatan

2. Reinforcement negatif :

- Tidak memberikan tugas yang memberatkan - Tidak mencela siswa

- Tidak bersikap keras kepada siswa

b. Variabel dependen (tergantung) sebagai variabel Y

Yang menjadi variabel adalah “keaktifan belajar" dengan indikator : a. Mendengarkan materi yang disampaikan oleh guru.

b. Memperhatikan guru selama kegiatan belajar berlangsung.

c. Mencatat keterangan guru yang penting atau hal-hal penting. d. Menanyakan penjelasan guru yang belum jelas.

e. Membaca buku-buku pelajaran.

f. Menyelesaikan tugas, latihan atau praktek. 2. Subyek dan Obyek Penelitian

Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa populasi adalah merupakan keseluruhan dari subyek penelitian.

[25]

Sedangkan sampel adalah sebagian individu yang akan diselidiki.

[26]

Sejalan dengan pengertian populasi tersebut maka populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas III B MTs, sedangkan sampelnya kelas IIIB MTs, sehingga yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas IIIB MTs Mambaul Ulum Gebog Kudus. Sedangkan obyek penelitian adalah hubungan antara reinforcement dengan keaktifan belajar bahas Arab.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data mengenai reinforcement dan keaktifan belajar, peneliti menggunakan 2 jenis data :

a. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari library research (penelitian kepustakaan). Library researchmerupakan penelitian untuk memperoleh data dari kepustakaan. Hal ini digunakan untuk mencari teori-teori yang dijadikan sebagai landasan teori. Adapun metode yang penulis gunakan dalam pengumpulan data dalam riset kepustakaan adalah menggunakan metode deduktif. Metode ini menggunakan pendekatan yang berangkat dari kebenaran umum suatu teori kemudian menggeneralisasikan kebenaran tersebut dengan suatu peristiwa atau data tertentu yang berciri sama dengan teori yang bersangkutan. Metode ini digunakan untuk memperoleh teori yang dapat memperkuat data yang diperoleh dalam penelitian.

b. Data Primer

Data primer diperoleh dari field research (penelitian lapangan). Field research merupakan suatu penelitian lapangan untuk memperoleh data-data yang sebenarnya terjadi di lapangan. Data primer ini dapat diperoleh dengan cara :

1. Menggunakan metode observasi sistematik

(6)

dahulu, luas situasi yang akan di observasi. Dalam observasi sistematik lebih terbatas sesuai dengan tujuan dari penelitian yaitu hanya terbatas pada proses belajar mengajar Bahasa Arab di kelas II MTs. Mambaul Ulum Gebog Kudus. Pengamatan dan pencatatan terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki dilakukan secara sistematis.

2. Menggunakan metode interview atau wawancara

Dalam metode interview ini peneliti menggunakan interview bebas terpimpin. Dalaminterview ini terjadi tanya jawab bebas antara pewancara dengan responden. Namun dalam wawancara ini masih menggunakan catatan-catatan pokok pertanyaan dimana penyajiannya disesuaikan dengan situasi sehingga tidak terjadi kekakuan dan kebekuan dalam prosesinterview. Interview ini ditujukan kepada guru, siswa dan kepala sekolah.

Interview ini dilakukan untuk memperoleh data tentang reinforcement dan keaktifan belajar bahasa Arab serta untuk mengetahui kondisi lingkungan sekolah.

3. Menggunakan metode angket

Metode angket merupakan metode yang menggunakan sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh responden atau siswa. Angket yang dipakai dalam penelitian ini adalah angket tertutup yaitu angket yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban, sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih. Angket ini juga bersifat langsung, karena angket tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh responden atau siswa.

4. Metode Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang berasal dari catatan, transkrip, buku, indek, surat keterangan dan lain-lain.

4. Teknik Analsis Data

Dalam menganalisis data terdapat tiga langkah analisis yaitu: analisis pendahuluan, analisis lanjut, analisis uji hipotesa.

a. Analisis pendahuluan

Analisis pendahuluan merupakan jenis analisis yang dilakukan pada tahap pertama kali dengan memasukkan pengolahan data angket ke dalam distribusi frekuensi.

[28]

Pada analisa ini akan dicari jawaban dari tujuan yang pertama yaitu: mengenai

penerapan reinforcementoleh guru Bahasa Arab terhadap siswa Mambaul Ulum. Adapun langkah yang ditempuh adalah sebagai berikut :

1) Memberikan penilaian berjenjang pada tiap-tiap responden, kemudian ditabulasikan ke dalam tabel yaitu dengan memberikan skor pada tiap item jawaban.

a) Memberi skor 4 untuk jawaban berkode A b) Memberi skor 3 untuk jawaban berkode B c) Memberi skor 2 untuk jawaban berkode C d) Memberi skor 1 untuk jawaban berkode D

2) Mencari nilai rata-rata atau mean, kemudian menentukan klasifikasi pada setiap variabel menjadi tiga

kategori.

3) Menentukan prosentasi frekuensi. b. Analisis Lanjut

Analisa lanjut merupakan analisa lanjutan dari analisa pendahuluan teknisnya analisis pendahuluan tersebut kemudian dianalisis statistis dengan menggunakan rumus korelasi product moment yaitu:

(7)

r

xy

=

{ (N ∑X2 ) – (∑X) } { (N∑Y2 ) – (∑Y)2 2 }

Keterangan :

r

xy : Koefisien korelasi yang dicari

N : Banyaknya subyek pemilih nilai/ sampel X : Nilai variabel 1

Y : Nilai variabel 2

c. Analisis Uji hipotesa

Analisis uji hipotesis, artinya jenis analisis yang dipergunakan untuk menguji kebenaran hipotesis yang telah diajukan.

Tehknik pengujian hipotesis ini dengan cara pengolahan dari hasil koefisiensi korelasi anatara variabel x dan y atau nilai r maka langkah berikutnya adalah menghubungkan (mengkonsultasikan) nilai r dari koefisiensi korelasi dengan nilai r berada pada tabel untuk taraf signifikansi 5% dan 1%.

Dan apabila nilai r dari Product Moment yang sudah ditemukan (r0) sama atau lebih besar dengan

rt, maka hasil yang diperoleh adalah signifikansi, yang berarti hipotesis yang diajukan diterima, dan

apabila nilai r0 lebih kecil rt , maka hasilnya non signifikansi, yang berarti hipotesanya ditolak. Yang

selanjutnya penulis memberikan pokok-pokok pikiran sebagai interpretasi dari data-data yang ada dan dimungkinkan dari interpretasi ini seluruh permasalahan dan hipotesis serta relevansinya dengan latar belakang permasalahan akan terjawab.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Dalam penyusunan skripsi ini peneliti menggunakan sistematika sebagaimana berikut : 1. Bagian Muka

Pada bagian ini meliputi halaman judul, halaman nota persetujuan pembmbing, halaman pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi dan daftar tabel.

2. Bagian Isi atau Batang meliputi Bab I : Pendahuluan

Bab ini berisi tentang : Latar belakang masalah, batasan operasional, perumusan masalah, tujuan penulisan skripsi, manfaat penulisan skripsi, kajian pustaka, metode penelitian, sistematika penulisan skripsi.

Bab II : Landasan Teori

Dalam bab ini berisi pembahasan tentang reinforcement yang meliputi pengertianreinforcement, pembagian reinforcement, bentuk-bentuk reinforcement, prosedur dalam pelaksanan reinforcement, syarat-syarat pemberian reinforcement, tujuan pemberian reinforcement.

Pembahasan tentang keaktifan belajar Bahasa Arab yaitu meliputi: Pembahasan tentang keaktifan belajar, pembahasan tentang belajar, hubungan antara reinforcementdengan keaktifan belajar Bahasa Arab.

Bab III : Kondisi Umum Madrasah Tsanawiyah Mambaul Ulum Tulis Gebog Kudus

(8)

Bab IV : Hasil Pengumpulan Data dan Analisis Data

Pada bab ini meliputi; Analisis pendahuluan, analisis lanjut dan analisis uji hipotesis. Bab V : Penutup

Berisi kesimpulan, saran-saran dan penutup.

3. Bagian akhir yang memuat : daftar pustaka, lampiran-lampiran.

[1]

Umar Tirta Raharja,

Pengantar Pendidikan,

Rineka Cipta, Jakarta,

2000, hal. 34.

[2]

Imam Barnadib,

Ilmu Pendidikan Islam,

Jakarta, hal. 224.

[3]

Dimyati,

Belajar dan Pembelajaran,

Rineka Cipta, Jakarta, 1999,

hal. 85.

[4]

Sardiman A.M,

Interaksi dan Motivasi Belajar Belajar,

PT. Raja

Grafindo Persada, Jakarta, 1994, hal. 79

[5]

Wasty Sumanto,

Psikologi Pendidikan (Landasan Kerja Pemimpin

Pendidikan),

PT. Rineka Cipta, Jakarta, 1990, hal. 117.

[6]

Sardiman A.M,

Op.Cit,

hal. 35.

[7]

Armai Arif,

Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan

Islam,

Ciputat Press, Jakarta, 2002, 127.

[8]

Armai Arif,

Op. Cit,

hal. 129.

[9]

Syaiful Bahri Djamarah,

Guru dan Anak Didik dalam Interaksi

Edukatif,

PT. Rineka Cipta, Jakarta, 2000, hal. 100.

[10]

Sardiman A.M,

Op. Cit,

hal. 34.

[11]

Dimyati,

Op. Cit,

hal. 53.

[12]

Tim Penyusun Kamus,

Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Balai

Pustaka, Jakarta, 1993, hal.461.

[13]

Elizabert B Hurlock,

Op.Cit

. hal. 90.

[14]

Tim Penyusun Kamus,

Op. Cit,

hal. 90.

(9)

[16]

Sutrisno Hadi,

Metodologi Reseach I,

Fakultas UGM, Yogyakarta,

hal. 63.

[17]

Dalyono,

Psikologi Pendidikan,

Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hal.

31.

[18]

Nana Sudjana,

Teknologi Pengajaran,

Sinar Baru, Bandung, hal.

38.

[19]

Made Pidarta,

Landasan Pendidikan,

Rineka Cipta, 1997, hal. 111.

[20]

Syaiful Bahri Djamarai,

Op. Cit,

hal. 101.

[21]

Muhibbin Syah,

Psikologi Belajar,

Logos, Jakarta, 1999, hal. 98.

[22]

Saifuddin Aswar,

Metode Penelitian,

Pustaka Pelajar, Yogyakarta,

2001, hal. 8.

[23]

Suharsimi Arikunto,

Prosedur Penelitian,

Rineka Cipta, 1996, hal.

238.

[24]

Syaifuddin Aswar,

Op. Cit,

hal. 5.

[25]

Suharsimi Arikunto,

Prosedur Penelitian,

Rineka Cipta, Jakarta,

1996.

[26]

Sutrisno Hadi,

Metodologi Research,

Fakultas Psikologi UGM,

Jakarta, 1987, hal. 70.

[27]

Sutrisno Hadi,

Metodologi Research (jilid 2)

, Andi Offset,

Yogyakarta, hal. 14.

[28]

Cholid Narbuka,

Pedoman Praktis Membuat Proposal Penelitian

,

Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo 1989, hal. 54.

Referensi

Dokumen terkait

Pasien dengan nyeri pattelofemoral memiliki aktivasi VMO yang lebih rendah dibanding vastus lateralis tidak harus dengan kelemahan kelompok otot quadriceps.. Sementara

Besarnya pengaruh pola pemahaman dan pemikiran Syaikh Nawawi Al-Bantani terhadap para tokoh ulama di Indonesia, sehingga beliau dapat dikatakan sebagai poros dari

 &aringan pemasaran kosmetik Wardah Indonesia yang telah men&angkau $alaysia. osmetik Wardah di $alaysia dan di Indonesia memiliki &enis dan kualitas yang

tema-tema yang lainnya. Selain pengajian Islam, progam yang lainnya adalah belajar membaca Al Qur’an dengan metode “ummi” yang diselenggarakan. setiap jum’at pagi. Selain

We will state the rules and obligations that we, as students and as persons, must do at school and at home. Here are what we

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka penulis ingin meneliti bagaimana pengaruh pendapatan, tingkat pendidikan dan gaya hidup

Meskipun penggunaan bahasa Indonesia adalah sebuah keniscayaan di Pondok Pesantren AI-Amien mengingat santrinya yang sangat heterogen, paling tidak sikap positifterhadap bahasa

Langkah yang perlu ada untuk menyahut seruan pengislaman sains melalui pendekatan sains tauhidik dengan asas berikut, iaitu memperakui dan menerima kehadiran Tuhan sebagai