• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penegakkan Hukum Lingkungan Indonesia DAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penegakkan Hukum Lingkungan Indonesia DAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Penegakkan Hukum Lingkungan Indonesia Zahra Zara Mahasin

zahrazaramahasin@students.ac.id

DATA BUKU, terdiri dari:

Judul Buku : Penegakkan Hukum Lingkungan Indonesia, Cetakan ketiga

Nama Pengarang : Sukanda Husin, S.H., LL.M. Penerbit : Sinar Grafika

Tahun Terbit : 2014 Kota Penerbit : Jakarta

Bahasa Buku : Bahasa Indonesia Jumlah Halaman : 169 Halaman

ISBN Buku : 979-007-258-9 DISKUSI

Penulis buku ini adalah Sukanda Husin, S.H., LL.M. Beliau adalah seorang yang sangat ahli di bidangnya dimana beliau sampai saat ini aktif menjadi dosen di Fakultas Hukum Universitas Andalas. Beliau juga aktif di beberapa kegiatan yang pernah beliau lakukan seperti menjadi Sekretaris bagian Hukum Internasional dr tahun 1992-1998, sebagai Ketua Bagian Hukum Internasional, sebagai Wakil Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup dan Sekretaris PS Ilmu Hukum Pasca Sarjana UNAND, menjadi Regional Director Handra dan Darwin Law Firm dan Legal Advisor pada PT Semen Padang, dan masih banyak prestasi lainnya yang sangat membanggakan. Beberapa penelitian telah beliau lakukan yang dibiayai oleh dana SPP-DPP dan dana lainnya, baik nasional maupun

(2)

Buku ini merupakan eksaminasi terhadap peraturan perundang-undangan lingkungan hidup Indonesia. Eksaminasi yang dimaksud disini adalah pengujian keserasian antara satu undang dengan undang-undang yang lain dan peraturan pelaksanaannya yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup.

Di samping itu, penekanannya juga diberikan kepada kesiapan kelembagaan pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Penekanan lain yang tidak kalah pentingnya adalah the law in action, artinya bagaimana hukum lingkungan dan peraturan pelaksanaannya ditegakkan oleh pejabat tata usaha Negara, para penegak hukum (polisi dan jaksa) serta pengadilan yang memutus perkara yang diajukan.

Pembahasan buku ini dimulai dengan menguraikan sejarah ringkas hukum lingkungan di Indonesia baik berupa produk hukum Pemerintah Kolonial Hindia Belanda maupun produk hukum yang dibuat oleh Pemerintah Indonesia, yang masih berwawasan pemakaian (use-oriented), maksudnya adalah produk hukum yang melulu memberikan hak kepada masyarakat internasional untuk mengeksploitasi lingkungan dan sumber daya alam tanpa membebani kewajiban untuk menjaga, melindungi, dan melestarikanya.

Dalam membahas hukum lingkungan Indonesia, tidak dapat dipisahkan dari sejarah dimana telah adanya hukum lingkungan saat itu. Walaupun hukum lingkungan pada masa penjajahan masih berbentuk hukum lingkungan klasik yang ditandai dengan sifat sektoralnya dan berorientasikan pemakaian tersebut.

Produk hukum selanjutnya adalah produk hukum yang berwawasan lingkungan (environment oriented), adalah produksi hukum yang tidak saja memberi hak kepada manusia untuk memakai lingkungan, tetapi juga membebani manusia dengan suatu kewajiban untuk menjaga, melindungi, dan melestarikannya.

Produk hukum yang berwawasan lingkungan dimulai dengan pembahasan tentang peraturan perundang-undangan lingkungan setelah lahirnya Undang-Undang No.4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penyempurna dari ketidak efektifannya Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 menjadi penekan utama dan dilanjutkan dengan pembahasan kekuatan Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Kelemahan-Kelemahan Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 juga menjadi sorotan terutama setelah berlakunya Undang-Undang No.23 Tahun 1999 yang diganti dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah daerah, yang identic dengan pelaksanaan otonomi daerah.

(3)

artintya sejak saat itu hukum lingkungan berubah sifatnya dari use-oriented menjadi environment-oriented.

Hukum lingkungan yang bersifat use-oriented maksudnya produk hukum yang melulu memberikan hak kepada masyarakat internasional untuk mengeksploitasi lingkungan dan sumber daya alam tanpa membebani kewajiban untuk menjaga, memelihara, melindungi dan melestarikannya. Dengan kata lain, produk hukum sebelum Deklarasi Stockholm hanya menjustifikasi hak manusia untuk memakai lingkungan seperti mengeksploitasi sumber daya alam.

Sedangkan produk yang bersifat environtment-oriented adalah produk hukum yang tidak saja memberi hak kepada manusia untuk memakai lingkungan tetapi juga membebani manusia dengan suatu kewajiban untuk menjaga, melindungi, dan melestarikannya, misalnya Konvensi Hukum /laut 1982. Konvensi ini tidak saja memberikan hak untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi sumber daya kelautan, tetapi juga memberikan kewajiban kepada Negara-negara agar menjaga lingkungan laut dari perusakan dan pencemaran dalam melakukan hal tersebut. Kewajiban menjaga lingkungan ini diatur secara khusus pada Part XII konvensi Hukum Laut 1982.

Bab ini juga menjelaskan beberapa konvensi internasional dan perjanjian regional serta penerapan beberapa kasus di pengadilan nasional yang telah mempengaruhi perkembangan hukum lingkungan Indonesia. Bab ini memuat tentang hukum lingkungan internasional (seperti, hukum kebiasaan internasional dan hukum konvensi internasional), penerapan hukum lingkungan internasional oleh pengadilan domestic, hukum lingkungan ASEAN, kepatuhan (compliance) dan penyelesaian sengketa, tanggung jawab negara (state responsibility dan liability), implikasi hukum internasional bagi Indonesia.

Peraturan perundang-undangan tentang pencegahan dan pengendalian pencemaran dibahas pada Bab 3 buku Penegakkan Hukum Lingkungan di Indonesia ini. Pencegahan dan pengendalian pencemaran disini dibagi berdasarkan media lingkungan, yang dimulai dengan pencemaran udara, air, tanah dan laut.

Dalam buku ini di bab 3 dijelaskan bahwa udara bisa dikatakan bersih apabila komponen udara tidak bercampur dengan zat, energy, dan atau komponen lainnya yang tidak diinginkan. Untuk melindungi udara, pemerintah menetapkan Baku Mutu Udara Ambien. Udara dikatakan tercemar apabila mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.

(4)

Undang-Undang pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH), Undang-Undang-Undang-Undang penataan Ruang, Undang-Undang Kehutanan, Undang-Undang Industri. Sedangkan untuk bagian yang bersifat khusus, seperti, Peraturan Pemerintah tentang Pengendalian Pencemaran Udara, Ambang Batas Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor, Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak, Baku Tingkat Kebisingan, Baku Tingkat Getaran, Baku Tingkat Kebauan, Indeks Standar Pencemaran Udara, Program Langit Biru, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, Kemudian yang berasal dari kewajiban internasional adalah Konvensi Wina 1985, Protokol Montreal 1987, Amandemen terhadap Protokol Montreal 1987. Dan pada bagian akhir bahasan pada bab ini diikuti dengan uraian tentang pengaturan perlindungan keanekaragaman hayati dan perlindungan hutan.

Upaya penegakkan hukum lingkungan dielanorasikan pada Bab 3 sampai dengan Bab 5. Sesuai dengan kedudukannya sebagai functioneel rechtsgebeid, maka bahasan penegakkan hukum dibagi atau dipecah menjadi tiga, yaitu penegakkan hukum administrasi, perdata dan juga pidana. Masing-masing upaya penegakkan hukum diiringi dengan bahasan kasus-kasus.

Lebih jelasnya dalam buku Penegakkan Hukum Lingkungan Indonesia pada Bab 5 diperdalam mengenai penyelesaian sengketa. Pertama yang dibahas dalam bab ini adalah penyelesaian sengketa di luar pengadilan, tujuan penyelesaian sengketa di luar pengadilan ini adalah untuk mencari kesepakatan tentang bentuk dan besarnya ganti rugi atau menentukan tindakan tertentu yang harus dilakukan oleh pencemar untuk menjamin bahwa perbuatan itu tidak akan terjadi kembali di masa yang akan dating. Penyelesaian sengketa di luar pengadilan ini dapat dilakukan dengan menggunakan jasa pihak ketiga, baik yang memiliki ataupun tidak memiliki kewenangan untuk membuat keputusan. Undang-undang memboleh masyarakat atau pemerintah mebuat lembaga penyedia jasa lingkungan untuk membantu menyelesaikan sengkata lingkungan.

Kemudian penyelesaian sengketa melalui pengadilan. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan adalah suatu proses beracara biasa. Korban pencemaran dapat langsung atau diwakili oleh pihak ketiga untuk penggugat pencemar untuk meminta ganti rugi atau meminta pencemar untuk melakukan tindakan tertentu. penyelesaian sengketa melalui pengadilan dapat juga digunakan oleh pihak yang memilih penyelesaian sengketa diluar pengadilan, tetapi dengan satu syarat bahwa penyelesaian sengketa diluar pengadilan itu dinyatakan tidak berhasil mencapai kesepakatan.

Dalam penyelesaian sengketa melalui pengadilan ini ada berbagai gugatan, yaitu, Hak Gugat (Legal Standing) secara umum, Hak Gugat (Legal Standing) LSM, Gugatan Ganti Rugi Acara Biasa, Gugatan Perwakilan Kelas (Class Action), Studi Kasus Gugatan Ganti Rugi Acara Biasa, Studi Kasus Gugatan Ganti Rugi Acara Class Action.

(5)

dengan hukuman penjara atau denda. Jadi, penegakkan hukum pidan tidak berfungsi untuk memperbaiki lingkungan yang tercemar. Akan tetapi, penegakkan hukum pidana ini dapat menimbulkan factor penjara (deterrant factor) yang sangat efektif. Oleh karena itu, dalam praktiknya hukum pidana selaluditerapkan secara selektif.

Dalam Bab 6 ini menguraikan macam-macam pendekatan penaatan dalam hukum lingkungan. Pada bagian awal bab ini di jelaskan pendekatan atur dan awasi atau command and control (CAC). Bagian kedua berisikan pendekatan atur diri sendiri seperti pendekatan ekonomi, perilaku dan tekanan publik.

Dalam buku ini dijelaskan, untuk melindungi atau menyelamatkan rakyat (social defence) dan lingkungan hidup dari perbuatan yang tidak diinginkan (verboden) dan perbuatan yang diharuskan atau kewajiban (geboden) yang dilakukan oleh para pelaku pembangunan, maka, penjatuhan sanksi pidana terhadap pencemaran dan perusakan lingkungan hidup dari sisi hubungan antar negara dan masyarakat adalah sangat diperlukan.

Begitu pula dengan penataan lingkungan. Hal ini juga sangat penting untuk diperhatikan. Penaatan dalam hukum lingkungan diartikan sebagai penerapan sepenuhnya persyaratan lingkungan. Penaatan dapat dikatakan tercapai apabila semua persyaratan lingkungan terpenuhi atau terlaksana oleh subjek hukum lingkungan yang nantinya dapat mempengaruhi keberhasilan program pengelolaan lingkungan. Misalnya, proses industri atau bahan dasar yang digunakan diubah sedemikian rupa oleh industri sehingga memenuhi persyaratan lingkungan. Sehingga limbah beracun yang dihasilkan akan diolah atau dibuang hanya ditempat yang dibenarkan oleh peraturan perundang-undangan lingkungan hidup. Ada banyak pendekatan yang dapat digunakan untuk mencapai penaatan hukum lingkungan yaitu pendekatan atur dan awasi, atur diri sendiri, ekonomi, perilaku, dan tekanan publik. Oleh karena itu, pemerintah harus memikirkan pendekatan-pendekatan penaatan yang akurat dan sesuai dengan kebutuhan keadaan agar dapat mencapai penaatan yang efektif dan efisien.

Setiap buku memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, dalam buku Penegakkan Hukum Lingkungan di Indonesia karya Sukanda Husin ini juga ada kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan buku ini adalah penulisnya (Sukanda Husin) menjelaskan materi secara gamblang sehingga apa yang ingin disampaikan dapat tersampaikan dengan baik. Alur pembahasan juga berurutan sehingga cara berpikir pembaca juga berurutan dan membantu mempercepat pemahaman pembaca. Penulis juga banyak membandingkan hukum nasional dengan hukum internasional sehingga bisa mengoreksi kelemahan dr hukum di Negara kita yaitu Indonesia.

(6)

Buku ini juga dapat kita gunakan sebagai acuan untuk lebih menjaga dan melindungi lingkungan sekitar kita, apabila terjadi pelanggaran kita tau apa yang harus dilakukan serta memberikan pemikiran kritis dan jalan keluar atas krisis penegakan hukum lingkungan di Indonesia melalui jalur pengadilan atau luar pengadilan. Penulis dalam buku ini juga tidak lupa memberikan berbagai contoh kasus dalam memaparkan atau menjelaskan materi dalam buku ini yang berkaitan dengan penegakan hukum lingkungan. Contoh kasus pun dibahas dan dikaji secara lugas dan mendalam.

Dalam penulisannya sering sekali penulis menggunakan bahasa-bahasa asing, sehingga bagi kalangan awam dapat mengalami kesulitan untuk memahami berbagai penjelasan-penjelasan materi. Isi dari buku ini belum disesuaikan dengan UU no.32 tahun 2009 tentang pengelolaan lingkungan hidup, karena masih menggunakan UU no.23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup.

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillah, Segala puji syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi terbaik dari arang aktif yang diaktifasi dengan H 3 PO 4 dalam perbaikan sifat fisiko- kimia dan

Pengembangan Buku Suplemen Aktivitas Pembelajaran Bahasa Inggris Berbasis ‘HOTS’ Untuk Siswa Kelas 4 Sekolah Dasar di Kabupaten Buleleng. Penelitian Pengembangan

da pertumbuhan, tetapi pada umur empat tahun sampai lima tahun perlakuan lebar jarak tanam mulai berpengaruh terhadap pertumbuhan, terutama pada jarak tanam 3 m x

Penulis melakukan penelitian dengan tujuan untuk mendeskripsikan (1) wujud penanda wujud penanda referensi dalam wacana tajuk rencana pada surat kabar Republika

Perjalanan Sunan Kalijaga dalam menyiarkan Islam merupakan suatu perjuangan yang cukup berat terutama untuk merubah pola pikir masyarakat Jawa yang telah memiliki

Küresel kriz ardından, dünya genelinde ilgi uyandıran İslami bankacılığın, Türkiye’deki adıyla katılım bankacılığının hangi unsurları itibarıyla geleneksel

 Peran strategis kawasan perbatasan sbg “ Belt of Security ”, secara sosial- ekonomi sebagai nasional “ image dan gateway ” dan secara lingkungan sbg “