• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Transformasi Komunitas Punk di Condong Catur Yogyakarta dalam Prespektif Modal Sosial T1 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Transformasi Komunitas Punk di Condong Catur Yogyakarta dalam Prespektif Modal Sosial T1 BAB V"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

41

BAB V

TRANSFORMASI KOMUNITAS PUNK DI KEDAI KEBLASUK

CONDONG CATUR YOGYAKARTA BERSERTA ALASANNYA

5.1. Proses Transformasi Punkers

5.1.1. Dari Jalanan Menuju Kedai

“Punk is a phenomenan difficult to understand from Europe, over there the anarchist collectives are specifically Punk, for them the word Punk is a synonym of struggle and commitmen”. Punk adalah fenomena yang sulit untuk dipahami yang berasal dari Eropa, spesifik Punk lebih dari sebuah kebersamaan

untuk melakukan anarkis, bagi mereka Punk adalah perjuangan dan komitmen O’connor (2004).

Punk merupakan sebuah gerakan perlawanan para pemuda yang didasarkan pada keyakinan bahwa sebuah komunitas dapat melakukan segala sesuatunya sendiri untuk diri kita sendiri. Terbentuknya komunitas Punk di Indonesia berbeda dengan yang terjadi di Negara-Negara maju, di Inggris dorongan untuk membentuk komunitas Punk diawali oleh para pemuda dari masyarakat kelas pekerja yang mengalami permasalahan ekonomi yang lahir dari lunturnya moralitas para tokoh politik dalam mengemban tanggung jawab sehingga mengakibatkan tingginya tingkat pengangguran dan kriminalitas. Pergerakannya pun sangat cepat dan merambah ke Negara-Negara maju seperti Amerika (Widya 2010).

Seperti yang pernah ditulis oleh majalah Amerika, Profane Existence, Indonesia merupakan salah satu Negara yang pesat akan perkembangan

(2)

42

Berdasarkan pengamatan dari peneliti, komunitas Punk merupakan penggambaran atas konsep masyarakat bebas tanpa kelas, tanpa kedudukan yang sengaja di bangun dan diberlakukan atas dasar kesepatakan kolektif, hal tersebut dapat dilihat dari berbagai macam aspek hidup yang berbeda-beda dari setiap anggotanya, mulai dari gender, suku, budaya, asal kota, hingga latarbelakang hidup, serta alasan yang memperkuat pilihan mereka untuk turun dan kejalan. Angggota ataupun tempat berkumpulnya para Punkers pun tidak menentu, sifatnya yang nomaden dan suka berpindah-pindah tempat sampai keluar pulau dengan cara nebeng trek merupakan bagian dari cara mereka untuk bertahan hidup.

Kehadiran para Punkers sering kali dapat di temui di pinggiran-pinggiran jalan besar kota serta tempat keramaian. dengan bermodalkan kencrung (alat

musik) dan nyanyian yang bersifat mengkritik sistem yang ada merupakan ciri khas mereka dalam mendapatkan uang dari para pengendara kendaraan yang sedang berhenti di lampu merah, terkadang terdapat pula beberapa Punkers yang ditemui di rumah-rumah, warung-warung.

Berdasarkan observasi dan pengamatan yang peneliti lakukan di Condong Catur, Yogyakarta, rutinitas para Punkers di pagi hari ketika di jalanan setelah bangun tidur adalah merokok dan membasahi tenggorokan yang kering karena sisa alkohol pada malam hari sembari mengembalikan kesadaran. Sering kali para Punkers jarang terkena air, jikapun terkena air hanya untuk membasuh muka dan meminum air. Setelah semua Punkers yang tidur bergerombol sudah terbangun dan sadar, mereka akan langsung berpindah tempat sembari berkeliling kota hingga mendapatkan tempat mengais receh yang cocok dan sekiranya bisa dikatakan aman dari Satpol Polisi Pamong Praja.

Panas terik matahari ataupun dinginya malam merupakan kondisi yang kerap menemani para Punkers ketika masih aktif menjalani hidup dijalanan, tanpa mengenal lelah dan waktu para Punkers yang kerap bergerombol saling berkerja

(3)

43

pengamen para Punkers yang bergerombol akan membagi tugas antara 2 (dua) sampai 3 (tiga) Punkers, pada saat mengamen biasanya hanya satu Punkers yang memainkan kencrung dan yang lainnya menyanyi, menepuk tangan, sambil menerima uang dari para pengendara. Sementara regu 1 (satu) sedang mengamen para Punkers lainnya beristirahat sambil menanti pergantian tugas mengamen. Biasanya jika tidak mendapatkan uang mereka akan diberi rokok satu sampai dua batang dari para pemberi.

Rutinitas para Punkers dalam mengamen biasanya berakhir hingga dini hari ketika mereka sudah mendapatkan uang yang cukup untuk membeli kebutuhan-kebutuhan utama mereka seperti minuman beralkohol, rokok,

obat-obatan penenang yang bisa didapatkan di apotik, dan makanan. Jika tak memiliki uang untuk membeli makan, kebanyakan dari mereka mendatangi warung-warung

makan dan meminta sisa-sisa makanan yang sekiranya masih bisa dimakan. Ketika mau menikmati waktu bersantai, biasanya para Punkers akan beranjak dari tempat mengamen dan berjalan secara bergerombol untuk mencari tempat yang kosong sekaligus bisa dipakai untuk bersantai-santai dan tidur.

(4)

44

Gambar/Foto 2

Sumber : Goweng

Pada saat hidup dijalanan, kesenangan mereka hanyalah ketika bisa berkumpul dan bergerombol dengan komunitasnya, biasanya mereka akan saling sharing, bercerita, bercanda tawa, minum bersama, makan bersama, berpetualang bersama. Mereka sangat terbuka terhadap kehadiran teman ataupun Punkers baru yang tertarik untuk berbaur dengan mereka, dalam komunikasinya para Punkers biasanya saling bercerita tentang pengalaman perjalanan hingga bisa bertemu dan berkumpul dengan para Punkers lain disuatu perkumpulan Punk, atau bercerita mengenai band-band Punkrock, mengkritisi lagu-lagunya dan menghapalkan sebuah lagu belariran Punk yang dianggap seorang Punkers menarik1. Plongo

mengatakan sebagai berikut :

“habis ngamen uangnya kami bagi rata, terus seperti makan kita barengan apa adanya, kita malah lebih dari komunitas mas, malah kaya keluarga.”

“Punk evolved as music that expresses resistance to the dominant culture” Punk berkembang sebagai musik yang mengekspresikan perlawanan terhadap budaya dominan. Punk merupakan ruang di mana ekspresi musik memenuhi

1

(5)

45

politik masyarakat dan norma-norma sosial, mereka menggunakan musik sebagai ekspresi untuk melakukan perlawanan terhadap pemerintahan yang tidak memihak terhadap masyarakat kelas bawah (Christopher 2011).

Para Punkers pun sering membuka obrolan yang sangat berdekatan dengan isu-isu ekonomi-sosial-politik-budaya yang sedang hangat dan beredar. Kebanyakan hasil diskusi mereka berdasarkan pandangan masing-masing Punkers yang dibuat menjadi tema, lirik lagu yang kaya akan kritikan. Event musik beraliran Punk merupakan hal yang sangat dinanti oleh para Punkers, selain sebagai ruang berekspresi acara musik tersebut menjadi tempat berkumpulnya banyak Punkers yang bukan dari Yogyakarta saja untuk saling bertemu dan

melakukan reuni karena lama tak bertemu. Dorongan untuk membentuk event musik Punk diawali dari kegiatan nye-treet yang sering kali memunculkan obrolan

mengenai penyelenggaraan event musik. Adapun Event musik di Yogyakarta yang telah berhasil diselenggarakan oleh komunitas Punk Yogyakarta, antara lain Yogyakarta Hari Ini, Yogyakarta Brebeg, Sunday Morning, serta Here Comes The Bastard.

(6)

46

Pada tahun 2008 sekelompok Punkers Condong Catur memiliki Idea untuk membentuk sebuah usaha berbasis kedai sekaligus menjadikanya rumah singgah ataupun tempat istirahat bagi para Punkers yang sedang berada di Condong Catur, sebagai suatu langkah menciptakan ruang baru dalam menyalurkan aspirasi serta kebebasan berekspresi yang berkaitan dengan perjuangan bersama mereka selama ini. Ide untuk membuka usaha kedai sendiri mereka temukan setelah melakukan pengamatan, konsep warungan ataupun tempat nongkrong dianggapnya merupakan media yang efektif untuk menyalurkan aspirasi kepada orang-orang diluar komunitas. Dikarenakan interaksi yang dilakukan terus berjalan sehingga memberikan peluang besar ataupun ruang untuk semua kalangan dalam

melakukan proses interaksi, seperti contohnya diskusi.

Hingga masuk pada tahun 2010 rencana tersebut dapat terealisasi, dalam

melaksanakan rencananya para Punkers pun sadar diri dan berusaha menunjukan usaha baiknya kepada pemilik tanah yang secara suka rela memberikan kesempatan bagi mereka untuk menghuni dan mengembangkan tanah kedai. Tidak seperti pemodal besar yang dengan mudah dapat mewujudkan rencananya hanya dengan mengeluarkan biaya banyak, realisasi usaha yang dilakukan Punkers tersebut pun dilakukan secara perlahan dan bertahap. Mereka bekerjasama mengumpulkan uang sedikit demi sedikit bahkan memanfaatkan sisa-sisa material bangunan yang didapatkanya dari orang-orang yang hendak membuang material bekas. yang sekiranya bisa digunakan untuk mengembangkan infrastruktur di Kedai Keblasuk seperti kayu, batu, dan sebagainya. Seperti yang dijelaskan oleh Cangak2,

“Bisa dikatakan kami itu numpang, dan menyadari juga kalo kami numpang, kami pun mengusahakan bagaimana caranya yang punya rumah juga ikut senang, kita sebenernya juga sudah kerasan dan beruntung sudah diberikan kesempatan untuk menjaga rumah dan diberi kebebasan untuk berekspresi terhadap tanah ini. Kami pun

mendapatkan material ini dari info-info teman-teman yang

2

(7)

47

memberikan informasi mengenai renovasi rumah yang akan dibangun rumah permanen dan kami mengelobi siapa tahu ada bahan-bahan bekas yang masih bisa digunakan untuk sebisa mungkin “dibuang” ke tanah kedai ini lantararan masih mempunyai tanah yang kosong untuk menampung itu semua, seperti kayu dan lainya.Aslinya bukan minta tapi membuang, malah hampir seperti sampah ya material itu buat mereka, tapi kan kita juga memberi uang rokok sebagai ucapan terima kasih, eh malah kami yang dikasih oleh orang yang membuang “terimakasih sudah membantu membersikan material bekas” padahal itu yang kami butuhkan.”

Dalam Kedai Keblasuk terlihat transformasi modal sosial antar Punkers menuju modal ekonomi lewat wujud usaha, dari kelompok nirlaba menuju sektor

(8)

48

5.1.2. Kedai Keblasuk : Kritik Negara dan Kapitalisme, Membangun Modal

Sosial

Menurut Craig O’Hara dikutip dari buku Philosophy of Punk (1999) mengatakan, filosofi yang mendasari semua aktivitas dan usaha Punk dalam menjalankan komunitasnya adalah D.I.Y (Do It Yourself). “Kita tidak perlu bergantung pada para pengusaha berduit untuk mengatur dan menyokong kesengangan kita, hanya untuk profit yang akhirnya juga akan jatuh ke dompet mereka. Kita dalam komunitas Punk ini bisa bikin pertunjukan sendiri, mengorganisir demonstrasi, merilis rekaman-rekaman kita sendiri, menerbitkan buku dan zine, mengelola distribusi sendiri untuk hal-hal yang kita produksi

(kaset, zine, mechandise), buka toko kaset sendiri, mendistribusikan literatur, mengkampanyekan boikot, dan berpartisipasi aktif dalam aktivisme sosial-politik.

Kita yang mampu melakukan ini semua, bukan mereka (businessman, pemerintah, perusahaan) dan kita bisa melakukannya dengan efektif. Apa ada subkultur lain yang mempunyai kekuatan aksi dan filosofi se-independen seperti ini?”

Masuk pada pembahasan mengenai usaha kedai, jika diselaraskan dengan prinsip Punk yang mencoba untuk mandiri didalam konsep D.I.Y dan terkenal dengan istilah Anti Consumerisme. Para Punkers sangat mengedepankan prinsip independent, suatu kemandirian yang secara bebas dapat melakukan sebuah wujud pilihan hidup atas dirinya sendiri dan dirinya sebagai kelompok Punk selama pilihan tersebut dapat dipertanggung jawabkan secara pribadi dan secara kolektif. Cangak menjelaskan3,

“Punkers memiliki istilah anti konsumerisme, acuan tersebut digunakan sebagai simbol penolakan terhadap kebutuhan-kebutuhan praktis yang diperjual belikan, padahal seorang individu tersebut bisa membuat sendiri secara mandiri, intinya berdirarkilah tanpa terikat sistem maupun birokrasi yang sudah mapan.”

3

(9)

49

Dalam sudut padang Punkers juga ditekankan prinsip Anti Kapitalisme, Sedangkan secara umum membuka usaha berbasis kedai yang melibatkan hubungan eksternal kelompok, seperti pembeli dan pelanggan merupakan bagian dari kegiatan dari proses berjalanya sistem kapitlaisme. Secara umum, kegiatan usaha sangat tidak relevan dengan prinsip dari para Punkers dalam memprinsipkan konsep anti kapitalisme, hal tersebut dikarenakan kegiatan usaha adalah inti dari dari proses sistem pemodal yang berpatok pada keuntungan usaha dalam mendapatkan laba. Berdekatan dengan prinsip D.I.Y mereka dalam merasionalkan konsep anti kapitalisme, Cangak menjelaskan4,

“Sebenarnya apa yang dibenci dari kapitalisme? apakah produknya? sebenarnya tidak itu kan? yang dimaksud dengan anti kapitalis tidak diartikan secara harafiah, tapi lebih menolak terhadap sistem yang

tidak bisa memanusiakan manusia. Lebih diartikan sebagai memperbudak. Jika membuka usaha kedai kan mau tidak mau harus tercebur didalam sistem itu sendiri, namun jangan sampai terpengaruh dengan keglamoran dari kapitalisme itu sendiri. Sebagai contoh, kedai ini tidak mempunyai bos namun sistemnya masih berjalan, namun sistem tersebut berpatok pada nilai-nilai bersama yang sudah disepakati, ya D.I.Y dan equality.”

Berjalanya usaha Kedai Keblasuk yang dilakukan oleh para Punkers semata-mata tidak hanya didasarkan pada dorongan-dorongan bersifat ekonomis, tingginya loyalitas terhadap prinsip yang mereka pegang seperti anti terhadap konsepsi umum kapitalisme tentang kompetisi dimana siapa yang kuat, merasa berkuasa, dia bisa senaknya menindas, melupakan kemanusiaan orang lain yang lebih lemah darinya, lalu ketidak mampuan pemerintah dalam mensejahterakan kaum marjinal, dan lainnya, mengalir dalam keberlangsungan dan pengembangan Kedai Keblasuk. Pola usaha yang tidak terfokus pada keuntungan namun lebih diarahkan sebagai ruang baru bagi para Punkers untuk mengimplementasikan

4

(10)

50

kebebasan berekspresi tanpa terikat pada lembaga ataupun institusi mapan, dalam kerangka tersebut terdapat muatan gerakan didalam Kedai Keblasuk dalam memberikan nuansa kritik terhadap sistem-sistem yang mereka anggap bobrok. Plongo menjelaskan5,

“Secara tidak langsung usaha ini juga merupakan ruang berekspresi, menunjukan kebisaan kita, selain itu sebenernya juga ingin mengejek Negara mas, lah sekarang orang-orang seperti kita ini dipikirnya wah orang-orang macam apa ini, terus dimasukin, di tangkep Satpol PP lah, dianggap orang kurang sosial, dan yang lain. Sebernya juga pengin ngejek dan ngritik ke orang-orang umum mas, kalo kaya

kami juga bisa membuka usaha kaya orang lain.”

Jika dilihat mengunakan konsepsi yang dikembangkan oleh Bourdieu,

jaringan sosial merupakan elemen penting dalam modal sosial yang terbangun lewat interaksi-relasi-jaringan. Hadirnya wujud usaha yang dilakukan oleh Punkers seperti contohnya Kedai Keblasuk merupakan wujud identitas perjuangan ataupun pemberontakan baru bagi para Punkers. Relasi didalam Network Of Friend yang terbangun pada saat masih hidup dijalanan menciptakan rasa saling percaya, kesetaraan dan rasa saling memiliki antar individu didalam komunitas yang telah berlangsung lama hingga sampai pada kehadiran Kedai Keblasuk. Modal Sosial yang berada diantara para Punkers mendasari mereka dalam mempertahankan serta mengembangkan usaha hingga saat ini.

Menurut Fukuyama (2001), modal sosial adalah norma informal yang di dalamnya ada kerjasama antara individu atau lebih. Modal sosial yang terjadi dalam aktivitas Kedai Keblasuk diwujudkan dengan keberlangsungan hubungan yang terjadi dalam komunitas, atau yang disebut mereka sebagai Network Of

Friend, dalam prespektif modal sosial hubungan-hubungan tersebut dipengaruih oleh 3 unsur yaitu kepercayaan, jaringan, serta nilai dan norma.

5

(11)

51

Dalam konsep Putnam modal sosial memiliki tiga komponen: jaringan, kepercayaan, norma. Sesuai dengan fakta yang peneliti amati, kegiatan berkedai yang dilakukan oleh para Punkers memunculkan modal sosial yang terjalin lewat sebuah jaringan yang disebut sebagai Network Of Friend. Tindakan bersosialisasi yang dilakukan para Punkers juga didasarkan pada nilai dan norma bersama yang secara tidak langsung telah disepakati, berjalanya kedai semakin memunculkan esensi-esensi nilai dari interaksi para anggotanya seperti Kebersamaan, rasa persaudaraan dalam wujud equality (kesetaraan), jiwa kepedulian yang dilihatkan dengan cara saling bergotong royong, saling membantu antar satu sama lain. Sedangkan sifat saling percaya yang terjadi antar sesama para Punkers lebih

bersifat familistik.

Kepercayaan(trust) adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil

resiko dalam hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung, paling tidak yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya.Tumbuhnya rasa saling percaya antar sesama Punkers sangat dipengaruih oleh pengalaman kolektif mereka dalam membangun hubungan dengan orang-orang yang mereka anggap menjadi bagian dari keluarga mereka, yang dalam susah maupun senang mereka akan selalu bersama. para Punkers lebih memperkuat hubungan hanya didalam komunitasnya saja serta tak menutup kemungkinan bagi mereka dalam berinteraksi dengan masyarakat umum yang bisa menghargai mereka, seperti yang tertera pada hasil wawancara bersama kijing sebagai berikut6,

“Emang kita hidup di lingkaran komunitas, tapi kalo ada orang diluar komunitas mau tau tentang kehidupan kita, ya kenapa engga, ya gak terlalu vulgar-vulgar banget, kalo mau tau ya sini kalo engga ya ga papa palahanya.”

6

(12)

52

Berdasarkan pengamatan yang peneliti lakukan, Keterbukaan yang terbatas bagi mereka untuk menerima interaksi diluar kelompok secara tidak langsung membuka ruang dari mereka untuk menerima kehadiran-kehadiran baru, siapapun yang ingin mengetahui terlebih untuk bergabung dalam komunitas mereka. Proses penerimaan seseorang yang baru bergabung didalam komunitas tentunya tidak didasarkan lewat perjanjian secara tertulis, syarat-syarat formal, ataupun kemampuan khusus, melainkan lebih dilihat dari bagaimana seseorang mampu menunjukan kejujuran, loyalitas, sikap solidaritas, apa adanya, serta dapat menjalani prinsip-prinsip yang menjadi dasar hidup serta ciri khas para Punkers yang dapat dilihat dari proses interaksi keseharian mereka secara bersama. Pada

sisi inilah konsep kepercayaan dapat terlihat.

Jalinan interaksi yang yang dilandasai dengan trust (percaya) dalam

Network Of Friend menciptakan kondisi yang mampu menghilangkan sekat sosial, dalam hubungan antar Punkers tidak terdapat suatu penggolongan status sosial yang menciptakan kelas sosial seperti faktor usia, senioritas-junioritas, pendidikan, ataupun latar belakang, seperti kegiatan berdagang pada umumnya. Jaminan tersebut memberikan sebuah nuansa kebebasan bagi seorang Punkers untuk mengutarakan pendapat dan memberikan kontribusi untuk kepentingan kolektif tanpa adanya ketakutan dan rasa tidak enak hati, dengan dasar bahwa pendapat ataupun pilihanya dapat dipertanggung jawabkan secara rasional dan bila menyangkut kepentingan kelompok harus melalui tahapan konsensus bersama. Kijing mengatakan7,

“Komunitas kan kaya keluarga, kaya temen kan harus saling percaya. Ya kita lakuin yo lakuin aja, Di komunitas Punk, ada yang dari tua sampe yang baru tapi kita ga memandang senioritas, senioritas itu fucking ass hole, kita setara lah,equality.”

Tidak adanya sekat dan batasan antar sesama anggota serta sikap menghargai persamaan hak mempermudah proses menentukan pilihan,

7

(13)

53

pertukaran informasi, serta pengambilan keputusan, dalam berbagai hal didalam komunitas mereka, seperti halnya adanya informasi jika ada seorang Punkers yang mendapatkan kekerasan fisik maka para rekan-rekanya akan berusaha melakukan wujud kepedulian dan keadilan bagi mereka dengan cara yang sama meskipun tuntutan hukum menghantui mereka sebagai tantangan. Tidak hanya pada konteks kekerasan saja, informasi ataupun pendapat seperti halnya isu sosial, politik, lingkungan, dan lainya, yang didapat oleh para individu dan berkaitan dengan jalan hidup mereka akan senantiasa diperbincangkan, hingga sampai pada manajemen dan pengembangan Kedai Keblasuk.

Berbeda dengan kegiatan usaha pada umumnya, para Punkers kedai

keblasuk sangat menjunjung tinggikan kebersamaan dan kekerabatan yang sama dan setara ketimbang penghasilan ataupun keuntungan ekonomis. Tidak adanya

struktur kerja yang mapan tak mempengaruih proses dan keberlangsungan kedai keblasuk, hal tersebut dapat diantisipasi dengan kebebasan individu serta intensnya komunikasi yang dilakukan antar Punkers dalam mengambil pilihan serta membagi peran dalam menjalankan usaha Kedai Keblasuk, sehingga mereka secara sadar dapat menentukan masa depan kedai dan siap menerima resiko serta bertanggung jawab atas pilihanya, tanpa takut berlawanan dengan sistem diluar mereka yang kerap mengikat seperti sistem kapitalisme yang mereka pahami. Plongo menjelaskan8,

“Kapitalis itu adalah sistem atau orang yang ingin mengeruk kekayaan ataupun keuntungan sebanyaknya tanpa mimikirkan, mempedulikan kesengsaraan orang lain. Kalo jualan seperti ini ya gak kapitalis mas, setiap orang butuh makan, butuh sandang juga. Makan kan merupakan hak setiap manusia kan? Makan kan hak hidup mas, dan menurut saya kapitalis itu merauk keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan orang lain sih mas, seperti pemilik modal besar, dan banyak mempekerjakan orang lain dengan

bayaran yang tidak selayaknya, memperbudak manusia. Tapi kalo

8

(14)

54

kami sendiri cari duit hanya untuk sekedar makan masa dikira kapitalis sih mas.”

5.1.3. Usaha Tak Bertuan : Do It Yourself

Seperti halnya pada saat mengamen, membuka Kedai Keblasuk juga termasuk bagian dari D.I.Y, selain menyalurkan aspirasi mereka pun dapat mengais rejeki tanpa meminta-minta, bagi sebagian Punkers uang hasil bekerja tersebut digunakan untuk menunjang kepentingan-kepentingan komunitasnya dalam memenuhi kebutuhan hidup. Dalam kerangka pengertian mengenai D.I.Y terdapat sebuah semangat hidup yang berpijak atas kebebasan dan rasionalitas

seorang individu dalam menentukan pilihan yang bisa dipertanggung jawabkanya. Cangak mengatakan9,

“D.I.Y kan pengertianya Do It Yourself yang berarti jadilah dirimu sendiri, dalam pengertian menjadi mandiri, mencoba menyelesaikan apa-apa sendiri tanpa tergantung pada orang lain. D.I.Y pun pada dasarnya etika yang membangun kerangka berpikir, dalam pengertian yang lebih dalam D.I.Y sendiri menjadi sebuah acuan seseorang untuk mengembangkan serta memberdayakan diri secara mandiri.”

Jalanya usaha Kedai Keblasuk tidak dibatasi oleh sebuah aturan-aturan formal yang mengedepankan otoritas yang dipegang oleh seorang senior, penguasa, atau bos seperti usaha pada umumnya, semua orang yang terlibat dalam pengelolaan Kedai Keblasuk memiliki kebebasan mutlak dan penuh dalam melakukan ataupun wujud kreatifitas selama idea tersebut dikonsensuskan dan tidak berbenturan dengan prinsip serta keinginan bersama didalam komunitas. Diistilahkan kedai tersebut No Master, No Goverment, Just Human, tidak ada tuan tidak ada yang memerintah, hanya ada manusia, sehingga para Punkers yang

9

(15)

55

berada dikedai berjalan atas dasar keinginan dan kesadaran masing-masing selama kebebasanya tidak merenggut kebebasan orang lain atau hanya memikirkan kepentingan pribadi10.

Modal sosial yang terwujud dalam kegiatan usaha Kedai Keblasuk yaitu kerjasama dan rasa saling percaya antar sesama Punkers dan pihak eksternal yang mereka anggap kerabat. Dimensi kerjasama tersebut menunjukan bahwa sesungguhnya kegiatan-kegiatan ekonomi yang melibatkan kerjasama antar pekerja tidak didasarkan oleh keuntungan ekonomi individul, namun lebih kepada jalinan hubungan kekeluargaan dan persaudaraan menjadi point penting dalam melakukan kegiatan usaha untuk kepentingan bersama mereka. Hal tersebut

terlihat dari cara mereka ketika saling membantu, pembagian kerja yang melibatkan setidaknya 2 (dua) orang seperti berbelanja, memasak, membuat

minuman, mengatur parkiran, menjaga kasir, dan lainnya, tidak didasarkan pada paksaan ataupun kehendak otoriter namun lebih mengedepankan kesadaran seorang individu yang merasa sanggup dan mampu melaksanakan sebuah pilihan dan bertanggung jawab atas pilihannya melalui perbincangan-perbincangan ringan sehari-hari.

Selain itu bagi para Punkers yang sedang tidak beraktivitas akan turut membantu seperti mencuci piring, membelikan rokok, mengisi bak mandi secara berkala, ataupun bergantian jika ada yang “benar-benar lelah”, proses pembagian dan pergantian tersebut didasarkan atas kesadaran diri. Model pembagian kerja tersebut serupa dengan cara mereka dalam mengais rejeki pada saat dijalanan, pada sisi tersebut kerja sama antar para Punkers yang sedang mengelola kedai terlihat.

Dalam bidang keahlian yang erat kaitanya dengan memproduksi makanan, hadirnya Kedai Keblasuk turut dipengaruih oleh gerakan pada saat lalu, di mana para Punkers pada saat masih nye-treet pernah melakukan gerakan massa yang dijuluki sebagai Food Not Bomb, gerakan tersebut memusatkan perhatian pada

10

(16)

56

kontradiksi yang melekat pada kegagalan sistem sosial untuk menyediakan makanan dan tempat tinggal untuk setiap masyarakat kelas bawah, sementara pada saat yang sama mengeluarkan uang ratusan milyar untuk mendanai perang-perang yang tidak berbudi dan kekerasan Negara11. Punki menjelaskan,

“Food Not Bomb seperti demo kecil untuk memprotes Negara, kenapa sih harus membeli senjata, tank, lalu membeli alat perang yang baru padahal bukanya kita udah merdeka? kalo untuk membeli barang-barang seperti itu biayanya kan banyak, kenapa gak dibuat untuk hal-hal penting yang perlu untuk masyarakat-masyarakat yang belum mampu.”

Para Punkers yang tergabung dengan partisipan diluar kelompoknya, ketika melakukan gerakan Food Not Bomb memasak dan membagi-bagikan

makanan vegetarian sambil membagi-bagikan selebaran kepada seluruh kalangan yang terkhusus kalangan menengah kebawah, gerakan tersebut dilakukan oleh internal kelompok yang secara mandiri dilakukan tanpa meminta siapa-siapa. Seperti mengambili sisa-sisa sayuran dipasar yang masih bersih dan masih higienis sehingga bisa diolah menjadi bahan makanan.

Namun dalam memilih bahan-bahan makanan yang akan diolah pada saat menjalankan kedai tentunya para Punkers tidak menggunakan sisa-sisa sayuran seperti pada saat melakukan gerakan Food Not Bomb. Para Punkers secara langsung membeli bahan dasar makan dari produsen dan sebisa mungkin tidak melalui sistem distribusi pasar yang menjerat. Selain bisa mendapat harga yang lebih murah, transaksi langsung yang dilakukan para Punkers dengan produsen diharapkan dapat memecahkan rantai distribusi pasar yang penuh dengan ketidak adilan karena keuntungan lebih besar didapatkan oleh distributor ketimbang produsen.

11

(17)

57

Punkers Kedai Keblasuk memanfaatkan relasi-relasi yang pernah terbangun seperti halnya dengan Setya salah seorang supplier bahan baku makanan sekaligus orang yang membantu mempromosikan kedai karena memiliki relasi yang luas dikalangan para mahasiswa, Ia juga memiliki peranan penting dalam penyalur akses para Punkers dalam membeli bahan baku makanan yang diambilnya langsung dari produsen tanpa melalui distributor. Kepercayaan (trust) kepada seseorang diluar komunitas Punkers dalam hal ini sangatlah nampak, hubungan yang terbangun antar Punkers dengan supplier sekaligus biro promosi ini diawali dari kedekatan mereka semasa melakukan gerakan bersama dalam aksi Food Not Bomb pada tahun 2005.

Dalam menerapkan sistem keadilan yang lebih bersifat komunal terkait dengan konteks persaudaraan para Punkers yang menjunjung tinggikan jargon

sama rasa, sama rata, Kedai Keblasuk berjalan tanpa membeda-mbedakan gaji pokok secara personal sebagai bentuk tanggung jawab karena berdirinya kedai dilakukan secara bersama-sama. Mereka berkomitment untuk sebisa mungkin menabung uang hasil kerja bersama demi hal-hal atau kebutuhan yang sekiranya sangat penting, seperti menyumbang teman yang sedang menikah, membantu administrasi teman yang akan melahirkan anak, untuk melakukan pengembangan kedai, untuk minum bersama, dan lain-lain.

(18)

58

Seperti apa yang dijelaskan oleh Tremor yang merupakan pendiri Beyond the Barbed Wire Zine, beranggapan bahwa D.I.Y lebih jauh merupakan sebuah alternatif dan menjadi sebuah dunia tandingan terhadap dunia yang secara tidak langsung memagari kita, yang selalu melarang kita untuk mengetahui apa yang terjadi diluar kawat berduri dan mendikte kita tentang apa yang kita mau dalam hidup. Kita semua ingin membuat tenda-tenda di luar sana, akhirnya kita berkomunitas secara sporadik, tidak terpusat, mengorganisir diri sendiri, meludahi hirarki dalam usaha penghancuran kawat berduri tersebut. Kemudian kita semua kembali memiliki kendali dalam inisiatif atas hidup kita sendiri.12

5.1.4. Do It Yourself : Membangun Nilai Norma Kebersamaan

Norma merupakan suatu bentuk aturan baik itu bersifat tertulis maupun

tidak tertulis yang senantiasa dipatuhi dan dijalankan oleh individu dalam setiap perilakunya.Norma sosial merupakan suatu bentuk norma yang sifatnya lebih sosial, norma sosial ini lebih mengarah kepada suatu bentuk aturan yang dipakai individu dalam melakukan hubungan sosial atau interaksi sosial dengan individu lain, dalam kehidupan kelompok punk terdapat norma yang menjadi acuan bersama yaitu D.I.Y (Do It Yourself)

Dalam Cakrawala Newsletter yang diterbitkan Dewan Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang (2005) Punk bukanlah sekadar musik belaka. Punk adalah gaya hidup yang bisa mengubah hidup dirinya sendiri bahkan juga lingkungan di sekitarnya. Bahkan Punk lebih dari semua itu, Punk adalah ideologi. Ideologi yaitu cara berpikir seseorang atau kelompok yang membentuk sekumpulan konsep bersistem, berupa pemahaman, maupun teori dengan tujuan tertentu.Ideologi tersebut merasuk kedalam konsep yang sangat dipegang teguhkan oleh para Punkers, yaitu D.I.Y (Do It Yourself) sebagai jiwa serta nilai bersama.

12

(19)

59

Bagi sebagian besar orang Indonesia mendengar kata D.I.Y secara sepintas dimengerti sebagai arti kota, Daerah Istimewa Yogyakarta. Namun anggapan itu sangat melenceng jauh jika kita masuk dalam konsepsi berpikir para Punkers. D.I.Y merupakan cara pandang hidup yang dimiliki oleh setiap Punkers dalam menjalani kebebasanya. Kijing salah seorang street Punk yang masih aktif menjalani hidup di jalan berpendapat13,

“Di Punk itu bukan hanya nongkrong dijalan, mabuk, dan ngamen. Disini kita membuka kedai, atau kadang juga ada yang buka sablonan, semisal butuh screen lagi untuk buat apa, kita berkarya sendiri, kita berusaha tanpa mengharap, selagi bisa berusaha jangan

berharap sama orang lain. Itu istilahnya D.I.Y, bukan Daerah Istimewa Yogyakarta.”

Dalam memahami hal-hal prinsipil dan norma kolektif yang berhubungan dengan relasi mereka, sebagian Punkers menganggap etika Do It Yourself hanya terbatas masalah musik. Sebagian yang lain memandang etika Do It Yourself adalah pegangan dalam keseluruhan hidup Punkers. Meskipun berbeda dalam menafsirkan etika Do It Yourself, tidak ada Punkers yang mempermasalahkan hal tersebut. karena para Punkers saling menghargai perbedaan pemikiran masing-masing sebagai wujud kebebasanya. Dalam upaya menghargai setiap perbedaan serta kebebasan, didalam konsep Do It Yourself terkandung sebuah nilai kebersamaan dan kesetaraan (equality) yang mempersatukan satu dengan yang lainya, yang diartikan juga sebagai Do It With Friend. Pengertian friend adalah orang yang berada dalam Network Of Friend dalam komunitas Punk, ataupun aktor eksternal yang bekerja sama bukan untuk memanfaatkan Punk sebagai kepentingan pribadi. Seperti yang dijelaskan oleh Plongo tentang equality14,

13

Wawancara dengan Kijing pada tanggal 9 September 2016di lampu merah perempatan ringroad UPN Jogjakarta

14

(20)

60

“Equality itu kesetaraan, tentang persaudaraan, tentang kebersamaan, tentang kesamaan, tentang persamaan tujuan, tentang persamaan keinginan. Juga tentang rasa saling percaya sehingga kita bisa saling tolong menolong,selain itu dari rasa saling percaya itu kita bisa saling melakukan permbrontakan bersama-sama terhadap sistem sekiranya bobrok, dan semoga kedepanya bisa mencapai perubahan-perubahan terhadap sistem-sistem itu.”

Kebersamaan dan kesetaraan(equality) menjadi hal yang sangat berharga bagi para Punkers, berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, segala sesuatu yang dilakukan oleh para Punkers sangat identik dengan kebersamaan yang

setara, bekerja sama, dari bersama, untuk kepentingan bersama, tidak ada pengelasan ataupun perbedaan status sosial. Hal tersebut terlihat dari aktivitas

yang mereka lakukan dijalananan orasi atau mengamen, unjuk rasa, menentang ketidak adilan, menentang sistem yang dianggap mapan namun tak manusiawi, bahkan hingga melakukan kegiatan usaha bersama seperti Kedai Keblasuk yang dikelola oleh para Punkers di Condong Catur, Depok, Yogyakarta.

(21)

61

Selaras dengan prinsip independent mereka yang merasuk dalam konsep Do It Yourself, menghendaki setiap Punkers untuk bisa bertahan serta bertanggung jawab atas dirinya dan pilihannya. Dalam konteks pengambilan keputusan bersama para Punkers bebas mengemukakan pendapat pro ataupun kontra dan dibebaskan untuk memilih, seperti halnya pada sasat berdialog mengenai keberlangsungan Kedai Keblasuk. Jika setuju seorang Punkers akan bertahan dan bersama-sama melakukan tanggung jawab untuk merealisasikan tujuan kolektif yaitu menjalankan aktivitas Kedai Keblasuk, jika menolak kecenderungan seorang Punkers masih bertahan untuk nye-treet, dan menghormati pilihan rekan-rekanya namun tidak secara wajib melakukan sesuatu

yang bukan menjadi pilihan pribadinya, seperti halnya menjadi bagian dari usaha Kedai Keblasuk yang bisa dilihat dari hasil wawancara dengan Plongo15, yaitu:

“Lah semua orang kan sebenernya punya kebebasannya masing-masing, lah selama kebebasan bisa saling menghargai kebebasan yang lain ya ga papa to, beda pendapat itu lumrah, apa Cuma gara-gara ada beda pilihan terus jadi ada batasan? Yo engga.”

Meskipun terjadi ketidak sepakatan pendapat, hubungan mereka masih berjalan dan tetap terjaga, Kedai Keblasuk senantiasa terbuka bagi para Punkers untuk berkunjung ataupun istirahat, sebuah bentuk solidaritas bagi sesamanya ditunjukan dalam upaya menjaga hubungan serta keharmonisan dengan sesama, seperti sikap gotong royong, saling menjaga kebersihan, saling berbagi rokok, makanan, minuman ketika sedang santai, membawakan minuman keras untuk rekan-rekan yang sedang bekerja, ataupun ikut membantu Punkers yang sedang bekerja di kedai jika bosan dan tidak ada kegiatan dan bukan karena suruhan ataupun paksaan. Selain itu wujud solidaritas antar sesama Punkers ditunjukan lewat serangkaian dukungan-dukungan ketika Kedai Keblasuk akan didirikan, terbentuknya Kedai Keblasuk sangat dipengaruih oleh besarnya dukungan dari rekan-rekan lainnya diluar kedai yang secara kolektif turut membantu

15

(22)

62

penggalangan dana atas hasil kreasi tanpa meminta-minta, seperti apa yang diwacanakan oleh plongo16,

“Awal mula terbentuknya kedai sih dari mengamen, jualan kaos, emblem-emblen, pas aktif ngeband jualan kaset, dan teman-teman pun banyak yang memberi dukungan, seperti teman ikut menikmati musik kita, membeli seperti kaos sama emblem otomatis kan juga ikut membantu kita, dan memberikan sumbangsih buat modal juga.”

Berdasarkan wawancara diatas terlihat hubungan sosial harmonis yang diciptakan antar sesama Punkers tidak dibatasi pada kepentingan-kepentingan pribadi serta lebih mendukung sebuah perkembangan yang sedang dilakukan

seorang Punkers secara mandiri serta tidak terdapat pengelasan maupun perbedaan status sosial didalam hubungan mereka, terjadinya perbedaan pendapat

bukan menjadi batasan bagi hubungan sosial mereka, memberi dukungan merupakan bentuk implementasi rasa solidaritas bagi sesama mereka meskipun awalnya terjadi penolakan dari beberapa Punkers. Dukungan akan senantiasa hadir asalkan suatu tindakan yang seorang Punkers lakukan tidak keluar dari idealisme serta ideologinya sebagai seorang Punk sebagai nilai bersama mereka.

Dalam konteks perwujudan rasa solidaritas antar satu sama lain mendorong mereka untuk bergotong royong serta saling tolong menolong. sikap saling tolong menolong yang sering terjadi dan menjadi ciri khas dari kelompok Punk, hal tersebut didasarkan pada bentuk hubungan antar individunya yang mengarah pada kekerabatan bersifat familistik yang dapat diidentikan lewat penampilan fisik. Sikap tolong menolong dapat dilihat dari cara mereka dalam memberikan pembelaan terhadap rekan-rekanya yang sedang mengalami masalah pada saat dijalan dalam berbagai bentuk seperti melakukan aksi massa, membela teman yang terintimidasi dengan cara fisik, saling tolong menolong ketika sedang mengamen dengan cara bergantian.

16

(23)

63

Berdasarkan pengamatan peneliti, pada saat usaha kedai berjalan sikap solidaritas mereka tetap terjadi, ketika ada rekannya yang bekerja dikedai mengalami sakit, secara otomatis tanpa harus dimintai tolong rekan-rekan lain yang bekerja dikedai akan mengambil langkah secara bergantian untuk menggantikan tanggung jawabnya dalam bekerja agar aktivitas usaha kedai masih bisa berjalan dan sebagian yang lain akan merawat rekan yang sakit. Selain itu, para Punkers diluar kedai yang kebetulan sedang singgah dan istirahat diKedai Keblasuk pun melakukan wujud tolong menolong seperti ikut membersihkan halaman, mencuci piring, ataupun berusaha untuk sopan dan santun ketika bertemu dengan orang yang tidak dikenal diluar kelompoknya pada saat dikedai

dalam berbahasa mapun bersikap. Sikap saling tolong menolong merupakan bentuk sebuah kerjasama yang mereka lakukan secara kolektif untuk kepentingan

kolektifnya.

5.1.5. Equality : Pangkal Jejaring Sosial

Dalam Cakrawala Newsletter (2005) lebih banyak dijelaskan mengenai D.I.Y (Do It Yourself) dalam ideologi Punk, bagi sebagian orang hal itu mengesankan Punker berjiwa individualis. Padahal tidaklah demikian, yang dimaksud di sini adalah independen sebagaimana disebutkan Craig O’Hara, yaitu tidak tergantung pada siapa pun. Selama sesuatu hal masih bisa kita lakukan sendiri kenapa tidak kita lakukan?, yang menghapuskan individualis tadi adalah semangat equality(kesetaraan) yaitu semangat kebersamaan dan persamaan hak, sebagai contoh dalam sebuah band. Sebuah band Punk yang menganut D.I.Y akan berusaha untuk menangani album mereka sendiri. Mulai dari proses produksi, penggandaan sampai soal distribusi. Untuk menangani hal itu sangat berat jika dilakukan oleh satu dua orang saja. Di sinilah mereka sangat memerlukan kebersamaan. Semangat kebersamaan demi untuk mencapai tujuan bersama.

Kebersamaan dan kesetaraan merupakan hal yang paling penting dan

(24)

64

saat masih di jalanan hingga mewujudkan usaha kedai, apa pun dan bagaimana pun keadaanya mereka akan selalu bersama. Seperti halnya ketika Kedai Keblasuk sedang mengalami masa-masa ekonomi yang sulit, yang mengakibatkan Kedai Keblasuk tutup sejenak. Para Punkers dengan sabar bertahan dan bekerjasama mencari jalan keluar tanpa menggulung tikar dan sebisa mungkin dapat berusaha untuk menyelesaikan problemnya tanpa tersangkut utang piutang dengan dunia diluar kelompok mereka, seperti mengumpulkan iuran dari hasil bekerja part time ataupun mengamen17.

Jalinan Network Of Friend merupakan cerminan dari semangat Do It

Yourself, semangat kunci yang mempererat hubungan dan relasi kepada sesama Punker, bahkan tak menutup kemungkinan kebersamaan dan kesetaraan itu diimplementasikan pada hubungan dengan orang-orang diluar komunitas yang

telah mereka percayai, yang memberi dukungan dan menghargai mereka tanpa adanya unsur kepentingan pribadi ataupun membawa hal-hal diluar komunitas yang berpotensi merusak esensi dari Punk. Berdasarkan observasi yang peneliti lakukan, Network Of Friend menjadi sebuah pedoman utama bagi para Punkers dalam melakukan sebuah gerakan yang sangat erat kaitanya dengan Persamaan, kesetaraan, kebersamaan, sikap solidaritas, serta rasa saling percaya antar satu sama lain ketika pada saat berada dijalan maupun ketika bekerja dikedai.

Menentukan siapa yang dapat dipercayai diluar komunitas merupakan kekuatan utama dari keberlangsungan kolektif para Punkers, meskipun dalam kondisi tertentu para Punkers mau membuka diri terhadap dunia diluar kelompok namun dalam menentukan jaringanya para Punkers tidak secara langsung memandang dari latarbelakang serta kemampuan seseorang yang bisa menunjang kepentingan, melainkan bagaimana seseorang tersebut dapat menghargai serta mendukung mereka. seperti yang dijelaskan oleh Plongo mengenai relasinya18,

17

Wawancara dengan Cangak pada tanggal 14 September 2016di Kedai Keblasuk, Yogyakarta

18

(25)

65

“Relasi memang dari dalam kelompok, tapi sebagian juga ada dari orang-orang diluar kelompok yang mengerti dan mendukung kalo kita melakukan gerakan ini. Seperti rekan, yang medukung rekanyanya agar bisa bertanggung jawab dan berekspresi.”

Seperti relasi familistik yang di bangun oleh para Punkers terhadap yang mereka anggap sebagai bagian dari Network Of Friend, contohnya Bapak Joko sang pemilik tanah kedai. Hubungan yang terbangun dengan pak joko pertamakalinya bersifat pertemanan yang didasarkan pada kebiasaan bertemu dan bercerita tanpa adanya niatan untuk berkepentingan. Cangak menjelaskan19,

“Pak Joko sering singgah di warnet dan kebetulan saya pada saat itu membantu pekerjaan teman menjadi tukang parkir, beliau kerap menengok keadaan tanah ini pada saat masih kosong dan mungkin

dia butuh teman untuk mengobrol usai menengok, dimulai dari situ saya dan Pak Joko membangun komunikasi dan terasa asik, dan beliau sendiri lama kelamaan sering nongkrong ikut mengobrol di parkiran dan menjadi akrab.”

Keakraban yang terjalin antara Punkers dengan Pak Joko memberi manfaat jangka panjang bagi para Punkers yang melahirkan tawaran dan kesempatan untuk menghuni dan merawat tanah kosong tersebut secara gratis, bangunan bermodel limasan yang rata-rata didominasi oleh bahan dasar kayu dijadikan oleh para Punkers sebagai tempat singgah sebelum terbentuknya kedai. luasnya tanah kosong serta alasan mendasar di mana para Punkers tidak memiliki pemasukan sama sekali selain mengamen mendorong para penghuni kedai untuk melakukan sebuah pertimbangan untuk mendapatkan pemasukan yang bisa bersifat jangka panjang, kedai menjadi solusi final para Punkers berdasarkan pertimbangan bersama dan mendapatkan persetujuan dari sang pemilik tanah.

Lebih lanjut, dalam perkembangan kedai pun turut dipengaruih oleh kerjasama yang di bangun oleh Punkers dengan orang lain yang berperan sebagai

19

(26)

66

supplier penyedia bahan baku memasak didalam jaringan Network Of Friend, seperti Setyaseorang lulusan UGM. Dalam penjelasanya ketika diwawancarai, supplier tersebut banyak bergerak dalam bidang pertanian, lingkungan dan aktif dalam kampanye pangan lokal, relasi yang dimiliki oleh Setyamemiliki potensi berupa akses dalam pengadaan bahan baku makanan banyak bergerak dalam bidang yang serupa denganya.

Upaya yang dilakukan dalam mendapatkan bahan baku oleh supplier dengan cara membangun hubungan langsung dengan produsen, lewat cara tersebut supplier berharap bahwa lewat pola pendistribusian tersebut dapat memotong rantai distribusi sehingga dapat menciptakan keadilan bagi konsumen

maupun produsen, hal itu didasarkan pada ketidak adilan yang mereka rasakan ketika keuntungan lebih banyak hanya dirasakan oleh distribusor pasar yang

berada ditengah-tengah rantai distribusi pasar.

Dengan adanya hubungan pertukaran secara langsung antar konsumen dengan produsen akan mampu menciptakan keadilan harga diantara kedua belah pihak, sehingga konsumen tidak mendapatkan harga yang terlalu tinggi dan produsen dapat menjual dengan harga yang tidak terlalu rendah.Selain sebagai penyedia bahan baku makanan, supplier tersebut juga memiliki peran sebagai bagian promosi Kedai Keblasuk. media sosial menjadi alat utama dalam memperkenalkan kedai keblasuk kepada konsumen yang rata-rata adalah mahasiswa. Seperti apa yang dijelaskan oleh Setyaketika diwawancarai20,

“Untuk saat ini konsumen kami ada disekitaran Kedai Keblasuk, jadi karena disini dikelilingi ada 5 kampus ya kebanyakan adalah mahasiswa yang datang keseini untuk ya berdiskusi, atau pertemuan organisasi atau cuman sekedar nongkrong aja. Yang kita rutin laukan untuk promosi saat ini media sosial, kita pake facebook dan twitter itu selain bisa merangkul yang ada disekitar sini ternyata sudah bisa merangkul konsumen yang kampusnya gak dekat dari sini misalnya

20

(27)

67

kaya ugm itu lumayan mereka bisa mendat informasi lewat media sosial akhirnya bisa kesini.”

Jika dilihat, hubungan yang terjalin antar para Punkers dengan orang-orang didalan Network Of Friend memberi sebuah kemudahan dan keuntungan antar satu sama lain. Para Punkers mendapatkan kemudahan dalam bentuk akses terhadap penyediaan bahan baku yang secara langsung didapatkan lewat produsen. Jika dilihat, hal tersebut mampu meminimalkan biaya transaksi, harga yang harus dibayar oleh mereka tidak terlalu tinggi dan produsen mendapatkan harga tidak terlalu rendah. Selain itu, hubungan para Punkers dengan bapak joko memberi peluang besar pada mereka seperti mereawat, menjaga, serta

memanfaatkan tanah kedai tanpa dipungut biaya kontrak tanah sepeserpun.

Supplier dan pemilik tanah kedai pun mendapatkan keuntungan dari relasi

yang mereka bangun dengan para Punkers, secara bertanggung jawab para Punkers menjalankan keinginan dari bapak joko untuk merawat dan menjaga tanah kedai, dan Setyamendapatkan keuntungan dalam bentuk upah lewat pekerjaanya dalam menyediakan bahan baku masakan, mempromosikan, dan .turut mengelola Kedai Keblasuk.

5.1.6 D.I.Y : Konstruksi Modal Sosial Punkers

(28)

68

terjebak ke dalam dunia kamp konsentrasi lainnya, ada juga yang mebuat kamp konsentrasi baru untuk dirinya dan orang sekitarnya, tapi ada juga yang berusaha melarikan diri untuk kemudian bisa merencenakan penyerangan. Penyerangan terhadap dunia yang penuh dengan ketidak beresan. Punk adalah salah satunya.21

Do It Yourself sebagai sebuah alternatif dan dunia tandingan dari sebuah dunia yang memagari kita yang selalu melarang kita untuk mengetahui apa yang terjadi diluar kawat berduri dan mendikte tentang apa yang kita mau dalam hidup. Dalam memahami D.I.Y individu tidak bisa hanya sekedar memahami lewat pemaknaan tanpa melakukan parktik kehidupan, Sehingga pemaknaan D.I.Y sebagai etika para Punkers dapat bersifat variatif dan tergantung dari bagaimana

seorang individu mau dan mampu memahami dan menjalankanya.

Kehadiran Kedai Keblasuk merupakan sebuah alternatif Punkers Kedai

Keblasuk untuk keluar dari sistem yang mengekang kebebasan mereka, Kebebasan dalam meluapkan ekspresi tidak terbatas oleh amatan-amatan pihak ataupun institusi yang sangat menentang keberadaan mereka, seperti halnya Satuan Polisi Pramong Praja yang kerap mereka hadapi. Kedai merupakan wujud dari upaya defensif mereka dalam mempertahankan diri serta eksistensi perjuangan yang membrontak, dalam mewujudkan gerakan tersebut, para Punkers memanfaatkan kedai sebagai media bagi mereka dalam menyampaikan kritikan dan keperihatinan yang mereka anggap lebih bisa diterima oleh negara dengan lebih mudah, dalam kaitan ini yaitu masyarakat, dengan menggunakan cara seperti lewat kegiatan-kegiatan berwujud seni lukisan, seni ketoprak, gambar-gambar di dinding yang di gelar di Kedai Keblasuk, namun yang paling efektif bagi para Punkers yakni diskusi secara langsung mengenai permasalahan sosial politik, atau apa itu Punk, dan lainnya dengan orang-orang diluar kelompoknya yang kebanyakan mahasiswa22.

Proses Transformasi Punkers terjadi, Kelompok yang dahulunya bersifat eksklusif terhadap realitas sosial di luar kelompok pada saat dijalan kini

21

BEYOND THE WIRE ZINE, ISSUE 01/2005

22

(29)

69

cenderung mau membuka diri yang dapat dilihat lewat proses pelayanan sebaik mungkin yang mereka berikan kepada pelanggan di kedai, serta mau menerima masukan dalam berperilaku ketika sedang bekerja, seperti halnya mendapat masukan dari pelanggan seperti menjaga kebersihan tubuh yang mendorong para

Punkers melakukan rutinitas mandi sebelum bekerja, tidak minum-minuman didepan pelanggan, berusaha untuk sadar ketika bekerja, dan lain sebagainya. Sopan santun menjadi sebuah aturan yang tidak tertulis dalam hubungan sosial antar Punkers dengan pelanggan ataupun relasi kerjanya, hal tersebut secara otomatis terjadi bukan karena adanya sebuah tekanan maupun paksaan melainkan sebagai sebuah wujud menghormati yang dilakukan secara sadar dalam upaya

menghargai keberlangsungan karya rekan-rekanya yang mengelola kedai.

Inklusifitas yang terjadi pasca terbukanya Kedai Keblasuk mendorong

para Punkers untuk bersopan santun kepada orang-orang di luar kelompoknya, para Punkers yang dahulunya cenderung tertutup terhadap interaksi diluar kelompok sekarang menjadi lebih terbuka selaras dengan usaha Kedai Keblasuk yang mereka usung. Mereka akan terlebih dahulu menyapa dan menegur pelanggan yang datang secara sopan dan berusaha untuk mengakrabkan diri dengan pelanggan yang sekiranya sering singgah di Kedai Keblasuk. Hal tersebut merupakan sebuah cara yang dilakukan untuk membuat para pelanggan merasa nyaman ketika berada di Kedai Keblasuk. Dalam hal pelayanan para Punkers sangat mengutamakan kenyamanan dan kebetahan para pembeli ataupun pelanggan, mereka dengan senang hati menerima kritik ataupun masukan dari para pembeli jika ada sesuatu yang dirasa kurang seperti rasa makanan yang kurang pedas, piring-piring dan gelas-gelas yang telat diambil usai ditinggalkan pembeli, dan lainnya.

Selaras dengan prinsip D.I.Y (Do It Yourself) yang dipegang teguh oleh

Punkers, Kedai Keblasuk memiliki tujuan kolektif dalam merubah aggapan negatif masyarakat yang secara umum kerap ditunjukan kepada mereka, seperti

(30)

minum-70

minuman keras, dan permasalahan fisik seperti penampilan yang penuh tattoo, tindik, yang jauh berbeda dengan masyarakat pada umumnya. Tingginya anggapan buruk berpengaruh pada keberlangsungan usaha Kedai Keblasuk. seperti yang diutarakan oleh plongo23,

“Dengan dandanan yang seperti ini mungkin dianggapnya menjual jajanan yang gak halal mungkin, dikira orang-orang seperti kita ini gak bisa memberikan citarasa yang enak buat dagangan saya, dan mungkin mereka takut juga melihat dandanan seperti saya, awalnya seperti itu. Kalo sekarang Ahamdulilah rame mas, ya karena kita bisa komunikasinya aja, bisa ngobrolnya kepada orang-orang mas.”

Perjuangan yang dilakukan para Punkers dalam memutar balikan anggapan menggunakan pendekatan komunikasi yang intens kepada orang-orang

diluar komunitas mereka merupakan kunci utama dalam mendobrak pandangan-pandangan negatif masyarakat tentang mereka. Seperti yang peneliti amati, para Punkers yang menempati Kedai Keblasuk berusaha untuk menunjukan etiket baik melalui bahasa keseharian mereka menggunakan bahasa halus dan santun kepada orang-orang yang belum mereka kenal. Mereka pun senantiasa menyapa tetangganya ketika sedang berpasasan lalu akan mengobrol bahkan tak jarang ada yang sampai bercanda jika ada waktu luang. Hingga kini keberadaan mereka pun sudah bisa diterima oleh sebagian masyarakat, menurut cangak24,

“Ya kalo sekarang itu sudah membaik, tapi kalo dulu hubungan kita dulu memang “ambyar”, sekarang tetangga-tetangga setidaknya memahami sedikit apa yang kita perjuangkan, kami disini bukan hanya mencari uang namun eksistensi kita menjadi makhluk sosial walaupun tidak semua warga sekitar bisa menerima.”

23 Wawancara dengan Plongo (Punkers Pengelola Kedai Keblasuk) Pada tanggal 26 juli 2016 di Kedai

Keblasuk

24

(31)

71

Selain diterapkan didalam kegiatan usaha Kedai Keblasuk, modal sosial pun turut dipraktekan oleh Punkers kepada masyarakat disektiar kedai, keakraban dan sopan yang mereka bangun dengan tetangga dalam mendapatkan pengakuan menjadi senjata untuk melunturkan anggapan negatif tentang mereka, sehingga mereka dengan leluasa dapat berekspresi tanpa merasa terintimidasi lewat amatan ataupun anggapan-anggapan negatif yang belum tentu benar tentang mereka dan berpotensi dapat merusak kepercayaan pembeli atau pelanggan yang telah mereka bangun untuk keberlangsungan kedai.

Jika dilihat lebih jauh, ada sebuah potensi-potensi yang para Punkers sadari lewat kedekatan mereka dengan masyarakat umum diluar komunitasnya,

lewat anggapan positif yang sedang mereka bangun, seperti halnya pembeli, pelanggan, ataupun tetangga dan lainnya. wujud pembrontakan dan perlawanan

mereka yang ekspresif dan bersifat kritik terhadap sistem-sistem yang mereka anggap bobrok dianggap lebih efektif jika diterpakan ketika mereka sudah bisa diterima dengan baik oleh masyarakat, ditengah-tengah anggapan positif tentang mereka, ketimbang pada saat mereka melakukan wujud perlawanan di jalanan.

5.2. Alasan-Alasan Yang Melatarbelakangi Proses Transformasi Punkers

5.2.1. Tersedianya Peluang Untuk Melakukan Usaha Kedai Keblasuk

(32)

72

Sedangkan pada aspek relasi, pertemanan yang pernah para Punkers bangun dengan orang-orang di luar kelompoknya memberi dampak positif dalam kegiatan usaha kedai seperti berupa dukungan-dukungan yang memberikan manfaat berupa informasi bahan material bekas yang sekiranya bisa mereka gunakan untuk mengembangkan kedai, hingga sampai pada penyediaan bahan baku makanan dan promosi kedai keblasuk.

5.2.2. Kritik Terhadap Negara

Selain untuk mendapatkan penghasilan secara mandiri dan menjadi ruang untuk mengekspresikan diri tanpa berharap dan bergantung pada Negara, kegiatan usaha kedai keblasuk memiliki fungsi lain sebagai media untuk mekritik

Pemerintah yang dinilainya belum mampu mewujudkan janji yang tertera dalam Pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang menyebutkan bahwa “Fakir

miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”. Negara dianggap tidak memelihara namun lebih tepatnya memberikan intimidasi ketika mencoba menerapkan pasal tersebut, penertiban yang terjadi kerap tidak adil serta menggunakan cara-cara kekerasan fisik, seperti yang di ungkapkan oleh plongo25,

“pengalaman pahitnya seperti mabuk ditangkap satpol pp, kita dianggap sampah, kita digebukin, terus kita lawan malah nambah digebukin. Padahal mas orang-orang yang ada dikafe sana pada mabuk-mabukan tapi kok gak digebukin satpol pp, lucu lho, wagu tenan, apa gara-gara dandanan dan uang.”

Pelatihan yang dilakukan usai melakukan penertiban pun dinilai tidak efektif, karena para Punkers menjalani pelatihan lantaran terpaksa dan dibawah tekanan. Penertiban dan pelatihan yang kerap dilakukan dianggap hanya sebatas formalitas belaka, Negara dianggap belum mampu menyediakan akses-akses kepada mereka untuk mengaktualisasi diri, seperti memberikan lapangan pekerjaan. Tingginya stigma negatif tentang orang-orang yang bertattoo dan

25

(33)

73

bertindik yang pernah dibangun pun semakin memperkecil kemungkinan bagi mereka untuk mendapatkan pekerjaan yang layak seperti masyarakat pada umumnya karena dicap dekat dengan dunia kriminal.

Referensi

Dokumen terkait

Strategi yang menjadi prioritas dalam pengembangan industri produk olahan minyak pala dalam rangka pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Bogor adalah perluasan areal

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas, sebagai masukan dalam upaya untuk meningkatkan mutu

Tulang Bawang merupakan daerah pemekaran yang saat ini dapat dikatakan daerah yang sedang dalam tahap maju pesat, terutama di Daerah Unit Dua yang sekarang

Pengaruh Model Pembelajaran Guided Discovery Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Lingkaran Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 2 Sumbergempol Tulungagung.. Skripsi Tidak

(2) Faktor penghambat Satuan Tugas Sapu Bersih Pungutan Liar adalah faktor penegak hukum yaitu masih kurangnya koordinasi antar instansi atau lembaga

yang diedarkan. Skala likerl iribenmula dari I hingga 4 bagi mctnastikan pernilihan jawapan pengguna adalah tepat dan nrengenepikan kcmungkinan pemilihan jawapan

Hasil perhitungan dengan menggunakan SPSS 16.0 dapat dilihat pada tabel diatas maka pengaruh secara parsial antara variabel X, Z dan Y yaitu sebagai berikut:

Hasil penelitian Penegakan hukum terhadap pelaku tindak pidana penyerobotan dan pengrusakan tanah di wilayah Bandar Lampung sanksi hukum yang diberikan terhadap tindak