• Tidak ada hasil yang ditemukan

TELAAH SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TELAAH SKRIPSI PENERAPAN MODEL PEMBELAJA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

TELAAH SKRIPSI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING TIPE MAKE A MATCHUNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS III MI JATI SALAM GOMBANG

Identitas Skripsi

1. Judul Skripsi : Penerapan model pembelajaran Kooperatif Learning Tipe Make a Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Ips pada siswa kelas III MI Jati Salam Gombang

2. Penulis :Anis Masruroh

3. Tahun : 2014

BAB I PENDAHULUAN

Pada dasarnya pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Keberhasilan proses pendidikan secara langsung akan berdampak pada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah pendidikan. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau latihan yang berlangsung disekolah dan diluar sekolah sepanjang hayat untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memehami peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat dimasa yang akan datang. Adapun hal yang perlu diperhatikan dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan adalah penyelenggara proses pembelajaran, dimana proses pembelajaran itu merupakan suatu sistem atau proses pembelajaran subyek didik (pembelajar) yang dirancang, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik dapat mencapai tujuan- tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah proses memanusiakan manusia melalui pembelajaran dalam bentuk akulturasi potensi diri peserta didik menjadi suatu kemampuan atau kompetensi yang harus dimiliki dan kemudian diamalkan. Di dalam Undang-Undang No.2 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3 dinyatakan:

Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradadaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Menurut Sunaryo dalam Kokom Komalasari mengatakan bahwa: belajar merupakan suatu kegiatan dimana seseorang membuat atau menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan sebagai kegiatan psiko-psikis menuju keperkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaa ilmu pengetahuan yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.

Salah satu problematika yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, siswa kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikirnya. Proses pembelajaran dikelas kebanyakan diarahkan pada kemampuan siswa untuk menghafal informasi. Untuk mengatasi problematika tersebut, guru harus bisa melakukan inovasi agar kegiatan belajar-mengajar berjalan secara efektif, tidak membosankan dan menyenangkan serta mampu mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.

(2)

guru juga perlu memahami hakikat dari pembelajaran IPS. Dari hasil pengamatan terhadap peserta didik dan wawancara dengan guru mata pelajaran IPS kelas III yaitu Fuadatuzzahro’ di MI Jati Salam Gombang Pakel Tulungagung, terdapat kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran IPS, salah satunya adalah kurangnya pemahaman siswa terhadap materi-materi yang di ajarkan guru. Kondisi tersebut disebabkan oleh: (1) Kurangnya perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan karena bosan dengan model pembelajaran yang monoton, sehingga siswa menjadi kurang aktif dan hasil belajar menjadi dibawah KKM, (2) pembelajaran kurang menarik perhatian siswa, Hal ini apabila dibiarkan terus menerus akan mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas maupun tutorial. Menurut Arend, model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Adapun soekamto mengemukakan maksud dari model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar. Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce joyce dan Marsha Weil mengetengahkan 4 kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model interaksi sosial, (2) model pengolahan informasi, (3) model personal-humanistik, dan (4) model modifikasi tingkah laku. Demikian, sering kali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.

(3)

bersama-sama untuk memaksimalkan belajar mereka, siswa dituntut untuk bertanggung jawab terhadap keberhasilan setiap individu dan kelompoknya.

Ada beberapa hal yang perlu dipenuhi dalam cooperative learning agar lebih menjamin para siswa bekerja secara kooperatif. Hal-hal tersebut meliputi:Pertama, para siswa yang tergabung dalam suatu kelompok harus merasa bahwa mereka adalah bagian dari sebuah tim dan mempunyai tujuan bersama yang harus dicapai. Kedua, para siswa yang tergabung dalam sebuah kelompok harus menyadari bahwa masalah yang mereka hadapi adalah masalah kelompok dan bahwa berhasil atau tidaknya kelompok itu akan menjadi tanggung jawab bersama oleh seluruh anggota kelompok itu. Ketiga, untuk mencapai hasil yang maksimum, para siswa yang tergabung dalam kelompok itu harus berbicara satusama lain dalam mendiskusikan masalah yang dihadapinya.

Hakikat model pembelajaran make a match (mencari pasangan) dalam penelitian ini adalah bahwa dalam pelajaran IPS materi Lingkungan Alam dan Buatan pada kelas III MI Jati Salam Gombang Pakel Tulungagung dengan menggunakan model pembelajaran make a

match (mencari pasangan)untuk mengembangkan kemampuan IPS dalam materi Lingkungan

Alam dan Buatan.. Hal ini bertujuan agar peserta didik menjadi lebih mudah dalam memahami materi lingkungan alam dan buatan.

Model kooperatif learning tipe make a match merupakan model pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Teknik ini mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka. Dengan menerapkan kooperatif learning tipe make a match ini, siswa dapat saling bertukar informasi atau pengetahuan yang mereka miliki sehingga dapat tercapai hasil pembelajaran yang optimal. Pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok akan memberikan motivasi kepada individu untuk berkompetisi sehingga akan memberikan hasil belajar yang diinginkan.

BAB III

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan sebagai acuan penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang biasa disingkat dengan PTK dalam bahasa Inggris PTK ini disebut dengan Classroom Action Reseach atau CAR. Penelitian jenis ini dirasa sangat cocok digunakan, karena penelitian ini difokuskan pada permasalahan pembelajaran yang timbul dalam kelas, guna untuk memperbaiki pembelajaran dan meningkatkan proses belajar mengajar yang lebih efektif.

(4)

dilakukan dengan cara merubah kebiasaan (misalnya model, strategi, media) yang ada dalam kegiatan pembelajaran, dengan harapan dapat meningkatkan proses dan hasil belajar.

Dalam penelitian tindakan ini, peneliti terlibat langsung dalam proses penelitian yang dibantu guru sebagai pengamat dari awal sampai akhir. Proses yang diamati adalah aktifitas siswa dalam belajar dan aktifitas guru selama melakukan kegiatan pembelajaran. Peneliti bertindak sebagai yang merencanakan, merancang, melaksanakan, mengumpulkan data, menarik kesimpulan dan membuat hasil laporan.

Tahap-tahap penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini ada dua tahap. Pertama tahap pra tindakan dan kedua tahap pelaksanaan. Penelitian ini juga dilaksanakan melalui dua siklus yaitu siklus I dan siklus II.

Rincian tahap-tahap pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Tahap Pra Tindakan

Pra tindakan dilakukan sebagai langkah awal untuk mengetahui dan mencari informasi tentang permasalahan dalam pembelajaran IPS. Kegiatan yang dilakukan dalam pra tindakan adalah menetapkan subyek penelitian dan membentuk kelompok belajar yang heterogen dari segi kemampuan akademik dan jenis kelamin.

2. Perencanaan Tindakan

Gambar 1 Siklus Penelitian Tindakan Perencanaan tindakan ini berdasarkan pada observasi awal yang menjadi perencanaan tindakan dengan mengidentifikasi permasalahan yang ada kemudian diambil tindakan pemecahan masalah yang dipandang tepat.

(5)

Tahap-tahap yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini mengikuti model yang dikembangkan Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri dari 4 tahap meliputi: (1) tahap perencanaan (plan), (2) tahap pelaksanaan (act), (3) tahap observasi (observe), (4) tahap refleksi

Uraian masing-masing tahapan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut: a. Tahap Perencanaan

Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah menyusun rancangan dari siklus per siklus. Setiap siklus direncanakan secara matang, dari segi kegiatan, waktu, tenaga, material dan dana. Hal-hal yang direncanakan diantaranya terkait dengan pembuatan rancangan pembelajaran, menentukan tujuan pembelajaran, menyiapkan materi yang akan disajikan, mempersiapkan model pembelajaran make a match untuk memperlancar proses pembelajaran IPS kelas III, membuat lembar observasi untuk melihat bagaimana kondisi belajar mengajar dikelas ketika diterapkan pembelajaran dengan menggunakan model make a match, serta mempersiapkan instrument untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan.

b. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan yang dimaksudkan adalah melaksanakan pembelajaran IPS dengan materi lingkungan alam dan buatan. Rencana tindakan dalam proses pembelajaran ini adalah sebagai berikut: (a) Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rencana pembelajaran; (b) Mengadakan tes awal; (c) Pada akhir pembelajaran diadakan evaluasi (soal sesuai dengan kemampuan dasar yang terdapat di rencana pembelajaran); (d) Melakukan analisis data.

c. Tahap Pengamatan

Kegiatan pengamatan ini dilakukan oleh peneliti sendiri. Pengamatan yang diamati adalah kemampuan siswa dalam menerima materi pelajaran serta mempraktikkannya selama pembelajaran berlangsung di dalam kelas, mencatat apa yang terjadi di dalam kelas dan juga mencatat hal-hal atau peristiwa yang terjadi di dalam kelas.

d. Tahap Refleksi

Tahap ini merupakan tahapan dimana peneliti melakukan introspeksi diri terhadap tindakan pembelajaran dan penelitian yang dilakukan. Dengan demikian refleksi dapat ditentukan sesudah adanya implementasi tindakan dan hasil observasi. Berdasarkan refleksi inilah suatu perbaikan tindakan selanjutnya ditentukan.

Kegiatan dalam tahap ini adalah: (a) Menganalisa hasil pekerjaan siswa; (b) Menganalisa hasil wawancara. (c) Menganalisa hasil angket siswa; (d) Menganalisa lembar observasi siswa; (e) Menganalisa lembar observasi penelitian.

(6)

BAB IV

HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN

Hasil wawancara dapat diperoleh beberapa informasi bahwa dalam pembelajaran IPS khususnya dalam materi lingkungan alam dan buatan. Siswa ada yang aktif dan juga ada yang pasif. Hal ini dikarenakan karena kurangnya alokasi waktu untuk pembelajaran IPS mengingat materi yang diajarkan juga terlalu banyak, maka pemahaman anak terhadap materi juga setengah-setengah. Hanya sebagian anak saja yang bisa mengikuti pembelajaran IPS terkait materi lingkungan alam dan buatan. Dampaknya, nilai siswa untuk pelajaran IPS relatif rendah jika dibandingkan dengan nilai mata pelajaran lainnya.

Hasil dari pengamatan dilakukan oleh dua pengamat yakni Fuadatuzzahro’ selaku guru mata pelajaran IPS kelas III yang bertindak sebagai observer atau pengamat pertama, yang menilai peneliti saat mengajar dan siswa ketika di ajar dan juga teman sejawat dari peneliti yaitu Ahmad Nur Sobah sebagai observer yang bertugas mengamati peneliti dan juga siswa selama pembelajaran berlangsung. Untuk mempermudah pengamatan maka peneliti menggunakan pedoman observasi untuk mempermudah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh observer pertama dan kedua.

A. Hasil Catatan Lapangan dan Wawancara

Dari hasil catatan lapangan dan wawancara untuk mendapatkan informasi yang lebih mendetail, maka peneliti juga membuat catatan lapangan dan wawancara. Catatan lapangan dibuat oleh peneliti sehubungan dengan hal-hal yang terjadi selama pelaksanaan dalam kegiatan belajar mengajar. Ada beberapa cacatan yang diketahui peneliti dalam penelitian tindakan kelas yang utama adalah:

1. Siswa nampak kurang antusias ketika diberikan tugas

2. Suasana kelas mulai ramai saat peneliti memberikan soal. Hal ini dikarenakan bukan karena mereka malas, tetapi lebih dikarenakan ingin mengetahui siapa pasangan dalam kelompoknya.

3. Dalam membaca soal banyak yang kurang keras sehingga yang membawa jawaban kurang memperhatikannya..

Sedangkan wawancara dilaksanakan setelah pembelajaran selesai. Wawancara dilakukan kepada subjek wawancara yaitu terdiri dari siswa yang telah dipilih peneliti untuk diwawancarai.

(7)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut:

1. Penerapan model pembelajaran kooperatif learning tipe make a match pada mata pelajaran IPS pada siswa kelas III MI Jati Salam Gombang dilaksanakan dengan penyampaian materi secara klasikal. Selanjutnya Siswa dibagi kedalam 2 kelompok, kelompok yang satu diberikan kartu pertanyaan sedangkan kelompok yang lain diberikan kartu jawaban. Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari/mencocokan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok lain dimana pertanyaan harus sesuai dengan jawaban. Guru menyampaikan batasan maksimal waktu yang ia berikan kepada mereka. Siswa yang belum menemukan pasangannya diminta untuk berkumpul sendiri. Guru memanggil satu pasangaan untuk presentasi siswa yang lain memperhatikan dan memberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak. Terakhir, guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi.

2. Penerapan model pembelajaran kooperatif learning tipe make a matchmeningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPS pada siswa kelas III MI Jati Salam Gombang. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa yang meningkat dari tes akhir siklus I dengan prosentase ketuntasan sebesar 69,23% meningkat menjadi 84,61 % pada tes akhir siklus II sehingga terjadi peningkatan sebesar 15,38%. Aktifitas peneliti dan siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II, pada siklus I aktifitas peneliti sebesar 91,42% meningkat menjadi 95,71% pada siklus II. Aktifitas belajar siswa pada siklus I 82,5% meningkat menjadi 90% pada siklus II. Dengan demikian pada siklus II telah mencapai target kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan yaitu 75% dan penerapan pembelajaran kooperatif learning tipe make a match

berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar dalam pembelajaran IPS. B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka penulis mengajukan beberapa saran agar menjadi masukan yang berguna, diantaranya:

1. Diharapkan bagi para pendidik dapat memilih metode atau cara mengajar yang tepat, agar dapat memicu semangat dan aktivitas belajar siswa, serta menumbuhkan minat dan motivasi dalam mengikuti pelajaran, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Guru juga harus terus mencoba dan menggali model pembelajaran lainnya agar lebih variatif

dan menciptakan suasana belajar yang kondusif yang pada akhirnya berpengaruh positif pada hasil belajar siswa.

3. Siswa hendaknya lebih aktif lagi dalam berpartisipasi saat kegiatan belajar mengajar berlangsung dengan cara menggunakan referensi dan alat pembelajaran yang tersedia.

4. Pihak sekolah hendaknya lebih memperhatikan kelengkapan pembelajaran di sekolah dalam upaya menunjang kegiatan proses belajar mengajar

5. Perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk mengetahui apakah pembelajaran kooperatif learning tipe make a match dapat diterapkan dan memberi hasil yang baik pada mata pelajaran IPS dengan topik yang berbeda.

ANALISIS

(8)

Pada sub latar belakang, penulis cukup baik dalam memaparkan alasan pentingnya pendidikan. Tetapi dalam menulis latar belakang seharusnya penulis memperhatikan langkah-langkah menyusun latar belakang yang baik dan benar. Dalam paragrap pertama seharusnya penulis menyantumkan terlebih dahulu filosofisnya. Karena dalam latar belakang merupakan dasar yang memperkuat pembuatan karya ilmiah.

BAB II

Pada kajian pustaka, penulis tidak memperhatikan buku yang dikutipnya. Dalam paragraf 2,3,4 dan 6 ketika menulis nama tokoh teori dalam buku yang dikutip, nama pengarang buku dan nama tokoh teori harus dicantumkan dalam kalimat, maka contoh cara penulisan yang benar adalah “adapun Soekamto dalam Rusman….”

BAB III

Pada perencanaan tindakan bagian Tahap-tahap model yang dikembangkan Kemmis dan Mc. Taggart seharusnya dibuat poin-poin saja, supaya lebih terperinci.

BAB IV

Pada bab empat ini sub bab seharusnya dibedakan antara hasil catatan lapangan dan wawancara karena walaupun isi dari keduanya memang satu kesatuan tetapi harus ada poin pembeda antara keduanya.

BAB V

Referensi

Dokumen terkait

pada mahasiswa FKIP Universitas Lampung angkatan 2014 yang berasal dari. luar Propinsi Lampung dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:

Perlu diingat bahwa unsur-unsur tubuh sedimen dasar yang ada dalam sistem ini sama dengan unsur-unsur tubuh sedimen yang ada di muara sungai

Analisis spasial wilayah potensial PKL menghasilkan peta tingkat wilayah potensial yang tersebar sepanjang Jalan Dr.Radjiman berdasarkan aksesibilitas lokasi dan

Selain itu, ketersediaan oksigen yang tinggi dalam media cocopeat dapat men- dukung akar tanaman selama pertumbuhan sehingga memungkinkan akar tanaman untuk menyerap

pilih tidak terdaftar dalam pemilu terdaftar dalam daftar pemilih

and also perceived quality has a significant direct effect on purchase intention of Yamaha Mio in Surabaya partially.The result showed that insignificant influence of brand

Penelitian umumnya mencakup dua tahap, yaitu penemuan masalah dan pemecahan masalah. Penemuan masalah dalam penelitian meliputi identifikasi bidang masalah, penentuan

Skripsi dengan judul Peran Pemerintah Dalam Penanggulangan Masalah Sosial (Studi Kebijakan Publik Terhadap Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2008 tentang Pembinaan Anak