• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR KETE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR KETE"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR

KETERAMPILAN MEMBERIKAN VARIASI MENGAJAR

Dosen Pembimbing : Dr. Baskoro Adi Prayitno, M. Pd

Disusun oleh Kelompok 5

1. Dian Permata Sari (K4313028)

2. Gilang Akbar N. (K4313034)

3. Khoirul Annisa (K4313042)

4. Putri Iknesia W.P (K4313056)

PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pada dasarnya semua orang tidak menghendaki adanya kebosanan dalam hidupnya. Sesuatu yang membosankan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Merasakan makanan yang sama terus-menerus akan menimbulkan kebosanan; melihat film yang sama dua kali saja orang sudah tidak mau, juga karena bosan. Orang akan lebih suka bila hidup diisi dengan penuh variasi dalam arti yang positif. Mengkonsumsi makanan yang bervariasi (bermacam-macam) akan meningkatkan nafsu/gairah untuk makan. Mendengarkan lagu-lagu baru lebih menyenangkan daripada lagu-lagu yang tiap hari didengar. Rekreasi pada dasarnya juga mengurangi kebosanan pandangan di tempat asalnya. Mengatur alat-alat rumah tangga sering berganti, akan membuat orang lebih senang di rumah daripada pergi. Demikian juga dalam proses belajar mengajar. Bila guru dalam proses belajar mengajar tidak menggunakan variasi, maka akan membosankan siswa, perhatian siswa berkurang, mengantuk, dan akibatnya tujuan belajar tidak tercapai. Dalam hal ini guru memerlukan variasi dalam mengajar siswanya.

Keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajarkan meliputi 3 aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran, dan variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa.

Apabila ketiga komponen tersebut dikombinasikan dalam penggunaannya atau secara integrasi, maka akan meningkatkan perhatian siswa, membangkitkan keinginan dan kemauan belajar. Keterampilan dalam mengadakan variasi ini lebih luas penggunaannya daripada keterampilan lainnya, karena merupakan keterampilan campuran atau diintegrasikan dengan keterampilan yang lain. Misalnya, variasi dalam memberi penguatan, variasi dalam memberi pertanyaan, dan variasi dalam tingkat kognitif.

Dalam proses belajar mengajar ada variasi bila guru dapat menunjukkan adanya perubahan dalam gaya mengajar, media yang digunakan berganti-ganti, dan ada perubahan dalam pola interaksi antara guru-siswa, siswa-guru, dan siswa-siswa. Variasi lebih bersifat proses daripada produk.

(3)

1. Apa pengertian keterampilan mengadakan variasi pada proses belajar mengajar?

2. Apa tujuan adanya variasi dalam mengajar?

3. Apa saja prinsip-prinsip penggunaan variasi mengajar?

4. Apa saja komponen-komponen keterampilan memberikan variasi mengajar?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui pengertian mengadakan variasi pada proses belajar mengajar

2. Mengetahui tujuan variasi dalam mengajar.

3. Mengetahui prinsip-prinsip penggunaan variasi mengajar dan penerapannya pada proses belajar mengajar

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pemberian Variasi dalam Proses Belajar Mengajar

Ada beberapa pendapat mengenai variasi gaya belajar mengajar meliputi:

a. Menurut Uzer , variasi adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan murid, sehingga dalam situasi belajar mengajar ,murid senantiasa menunjukkan ketekunan, antusiasme, serta penuh partisipasi.

b. Menurut Abu Ahmadi, gaya mengajar adalah tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam melaksanakan proses pengajaran.

c. Menurut Abdul Qadir Munsyi, gaya mengajar adalah gaya yang dilakukan guru pada saat mengajar di muka kelas.

d. Menurut Syahminan Zaini, gaya mengajar adalah gaya atau tindak-tanduk guru sebagai pernyataan kepribadiannya dalam menyampaikan bahan pelajarannya kepada siswa.

Dari definisi diatas, bisa ditarik kesimpulan bahwa variasi gaya mengajar adalah pengubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru dalam kontek belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya. Dan ini bisa dibuktikan melalui ketekunan, antusiasme, keaktifan mereka dalam belajar dan mengikuti pelajarannya di kelas. Anak tidak bisa dipaksakan untuk terus menerus memusatkan perhatiannya dalam mengikuti pelajarannya, apalagi jika guru saat mengajar tanpa menggunakan variasi alias monoton yang membuat siswa kurang perhatian, mengantuk, dan mengalami kebosanan.untuk mengatasi kebosanan siswa tersebut perlu adanya variasi. Dalam keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar ada tiga aspek, yaitu:

1. Variasi gaya mengajar

2. Variasi dalam menggunakan media

(5)

B. Tujuan Variasi Mengajar

Penggunaan variasi terutama di tujukan terhadap perhatian siswa, motivasi, dan belajar siswa. Tujuan mengadakan variasi dimaksud adalah :

1. Meningkatkan dan Memelihara Perhatian Siswa Terhadap Proses Belajar Mengajar

Dalam proses belajar mengajar perhatian dari siswa terhadap materi pelajaran yang diberikan sangat dituntut. Sedikit pun tidak diharapkan adanya siswa yang tidak atau kurang memperhatikan penjelasan guru , karena hal itu akan menyebabkan siswa tidak mengerti akan bahan yang di berikan guru.

Dalam jumlah siswa yang besar biasanya ditemukan kesukaran untuk mempertahankan agar perhatian siswa tetap pada materi pelajaran yang diberikan. Berbagai faktor memang mempengaruhinya. Misalnya faktor penjelasan guru yang kurang mengenai sasaran, situasi di luar kelas yang di rasakan siswa lebih menrik daripada materi pelajaran yang diberikan guru, siswa yang kurang menyenangi materi pelajaran yang di berikan guru. Fokus permasalahan pentingnya perhatian ini dalam proses belajar mengajar,karena dengan perhatian yang diberikan siswa terhadap materi pelajaran yang Guru jelaskan, akan mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tercapainya tujuan pembelajaran tersebut bila setiap siswa mencapai penguasaan terhadap materi yang diberikan dalam suatau pertemuan kelas. Indikator penguasaan siswa terhadap materi pelajaran adalah terjadinya perubahan didalam diri siswa.Jadi, perhatian adalah masalah yang tidak bisa dikesampingkan dalam konteks pencapaian tujuan pembelajaran. Karena itu, Guru selalu memperhatikan variasi mengajarnya,apakah sudah dapat meningkatkan dan memelihara perhatian siswa terhadap materi yang dijelaskan atau belum.

2. Meningkatkan Motivasi Siswa dalam Mempelajari Sesuatu

(6)

motivasi terhadap siswanya yang kurang memperhatikan materi pelajaran yang diberikan. Bagi siswa yang selalu memperhatikan materi pelajaran yang diberikan, bukanlah masalah bagi Guru. Karena di dalam diri siswa tersebut sudah ada motivasi instrinsik. Siswa yang demikian biasanya dengan kesadarannya sendiri memperhatikan penjelasan Guru. Rasa ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang diberikan. Berbagai gangguan yang ada di sekitarnya kurang dapat mempengaruhinya agar memecahkan perhatiannya. Lain halnya bagi siswa yang tidak ada motivasi di dalam dirinya, maka motivasi ekstrinsik yang merupakan dorongan dari luar dirinya mutlak diperlukan. Disini peranan Guru lebih dituntut untuk memerankan fungsi motivasi,yaitu motivasi sebagai alat yang mendorong manusia untuk berbuat,motivasi sebagai alat yang menentukan arah perbuatan, dan motivasi sebagai alat untuk menyeleksi perbuatan.

3. Membentuk Sikap Positif terhadap Guru dan Sekolah

Adalah suatu kenyataan yang tidak bisa dipungkiri bahwa dikelas ada siswa tertentu yang kurang senang terhadap seorang Guru. Konsekuensinya bidang studi yang dipegang oleh Guru tersebut juga menjadi tidak disenangi. Acuh tak acuh selalu ditunjukkan lewat sikap dan perbuatan ketika Guru tersebut sedang memberikan materi pelajaran di kelas. Kurang senangnya seorang siswa terhadap Guru bisa jadi disebabkan gaya mengajar Guru yang kurang bervariasi. Gaya mengajar Guru tidak sejalan dengan gaya belajar siswa. Metode mengajar yang dipergunakan itu-itu saja. Misalnya hanya menggunakan metode ceramah untuk setiap kali melaksanakan tugas mengajar dikelas. Tidak pernah terlihat menggunakan metode lain. Misalnya metode diskusi,resitasi, tanya jawab, problem solving atau cerita.

Ketika mengajar , guru selalu duduk dengan santainya di kursi, tak peduli bagaimana tingkah laku dan perbuatan anak didik, adalah jalan pengajaran yang cepat membosankan. Guru kurang dapat menguasai keadaan kelas. Kegaduhan biasanya sering terjadi pada sudut-sudut kelas. Akibatnya jalan pengajaran kurang menguntungkan bagi kedua belah pihak,yaitu guru dan siswa. Guru gagal menciptakan suasana belajar yang membangkitkan kreativitas dan kegairahan belajar siswa. Guru yang bijaksana adalah guru yang yang pandai menempatkan diri dan pandai mengambil hati siswa. Dengan sikap ini siswa merasa diperhatikan oleh guru dan siswa selalu ingin dekat dengan guru. Dikarenakan gaya mengajar dan pendekatannnya yang sesuai dengan psikologis siswa.

(7)

Sebagai seseorang guru dituntut untuk mempunyai berbagai keterampilan yang mendukung tugasnya dalam mengajar. Penguasaan metode mengajar yang di tuntut kepada guru tidak hanya satu atau dua metode,tetapi lebih banyak dari itu. Karena diakui, penguasaan metode mengajar dalam jumlah yang banyak lebih memungkinkan guru untuk melakukan pemilihan metode, mana yang akan dipakai dalam rangka menunjang tugasnya mengajar dikelas. Penguasaan terhadap bagaimana menggunakan media merupakan keterampilan lain yang juga diharuskan bagi seorang guru. Demikian juga penguasaan terhadap berbagai pendekatan dalam mengajar di kelas. Penguasaan dari ketiga keterampilan tersebut (metode, media dan pembelajaran) memudahkan bagi guru melakukan pengembangan variasi mengajar.

Fasilitas merupakan kelengkapan belajar yang harus ada disekolah. Fungsinya berguna sebagai alat bantu pengajaran, alat peraga,dan sebagai sumber belajar adalah sisi lain dari peranannya yang tidak pernah guru lupakan. Lengkap tidaknya fasilitas belajar mempengaruhi pemilihan yang harus dilakukan . sangat terbatasnya fasilitas belajar cenderung lebih sedikit alternative yang tersedia untuk melakukan pemilihan. Misalnya , kurangnya buku yang tesedia untuk suatu bidang studi menyebabkan metode mencatat lebih dominan dan sulit bagi guru untuk melakukan pendekatan individual. Kurangnya fasilitas untuk bidang studi IPA ( biologi, kimia, atau fisika) menyebabkan kurangnya keampuhan metode demonstrasi atau metode eksperimin. Maka alternatif yang sangat terpaksa guru lakukan adalah memilih metode ceramah dan metode Tanya jawab, ketimbang tidak ada kegiatan sama sekali.

5. Mendorong Anak Didik untuk Belajar

Menyediakan lingkungan belajar adalah tugas guru. Kewajiban belajar adalah tugas anak didik. Kedua kegiatan ini menyatu dalam sebuah interaksi pengajaran yang disebut interaksi edukatif. Lingkungan pengajaran yang kondusif adalah lingkungan yang mampu mendorong anak didik untuk selalu belajar hingga berakhirnya kegiatan belajar mengajar. Belajar memerlukan motivasi sebagai pendorong bagi anak didik yaitu motivasi instrinsik yang lahir dari kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan. Namun sayangnya jarang ditemukan bahwa semua anak didik mempunyai motivasi instrinsik yang sama. Artinya, setiap anak yang hadir didalam kelas selalu membawa motivasi yang berbeda. Perbedaan motivasi itu terlihat dari sikap dan perbuatan mereka ketika menerima materi pelajaran dari guru.

(8)

guru, dan sebagainya. Gejala adanya anak didik yang kurang senang menerima pelajaran dari guru tidak harus terjadi, karena hal itu akan menghambat proses belajar mengajar. Disini lah diperlukan peranan guru, bagaimana upaya menciptakan lingkungan belajar yang mampu mendorong anak didik untuk senang dan bergairah belajar. Untuk hal ini cara tepat yang harus guru lakukan adalah mengembangkan variasi mengajar, baik dalam gaya mengajar, dalam penggunaan media dan bahan pengajaran, maupun dalam interaksi guru dengan anak didik.

C. Prinsip Penggunaan Variasi Mengajar

Dalam proses belajar mengajar kegiatan siswa adalah yang menjadi fokus perhatian. Apapun kegiatan yang guru lakukan tidak lain adalah suatu upaya bagaimana lingkungan ang tercipta itu menyenangkan hati semua siswa dan dapat menggairahkan belajar siswa. Itu berarti tidak ada seorang guru pun yang ingin agar siswanya tidak senang dan tidak bergairah dalam belajar, maka akan mengganggu kelancaran kegiatan pengajaran. Apalagi jika sebagian besar siswanya tidak mau memperhatikan penjelasan ang diberikan guru, atau tidak mau mengerjakan tugas yang diberikan guru untuk materi tertentu.

Agar kegiatan pengajaran dapat merangsang siswa untuk aktif dan kreatif belajar, tentu saja diperlukan lingkungan belajar yang kondusif. Salah satu upaya ke arah itu adalah dengan cara memperhatikan beberapa prinsip penggunaan variasi dalam mengajar. Beberapa prinsip penggunaan ini sangat penting untuk diperhatikan dan betul-betul harus dihayati guna mendukung pelaksanaan tugas mengajar di kelas. Prinsip-prinsip penggunaan variasi mengajar itu adalah seagai berikut:

1. Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan tujuan yang hendak dicapai. Dalam menggunakan keterampilan variasi sebaiknya semua jenis variasi digunakan. Disamping itu juga harus ada variasi penggunaan komponen untuk tiap jenis variasi, terutama penggunaan variasi gaya mengajar, dalam bervariasi harus disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan agar menarik siswa untuk memperhatikan atau mendengarkan penjelasan guru.

2. Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan, sehingga momen proses belajar mengajar yang utuh, tidak merusak perhatian siswa dan proses belajar mengajar tidak terganggu.

(9)

4. Penggunaan komponen variasi harus benar-benar terstruktrur dan direncanakan oleh guru. Karena variasi ini memerlukan penggunaan yang luwes, spontan sesuai dengan umpan balik yang diterima dari siswa.

Umpan balik ini ada dua yaitu :

 Umpan balik tingkah laku yang menyangkut perhatian dan keterlibatan siswa, dan

 Umpan balik informasi tentang pengetahuan dan pelajaran.

Dalam menerapkan variasi pembelajaran bukan hanya beraneka ragamnya jenis-jenis stimulus pembelajaran yang dikembangkan, melainkan ditentukan pula oleh faktor kualitasnya. Oleh karena itu agar penerapan variasi bisa mencapai sasaran pembelaran secara efektif, maka beberapa prinsip berikut ini harus menjadi pertimbangan, yaitu :

a) Bertujuan

Variasi stimulus yang dikembangkan dalam pembelajran harus memiliki tujuan yang terarah dan jelas. Tujuan variasi harus sejalan dan diarahkan untuk menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. Oleh karena itu variasi stimulus juga harus memperhatikan kesesuaianya dengan sifatt materi, karakteristik siswa berikut latar belakang sosial budayanya, dan faktor kemampuan guru untuk melaksanakannya. b) Fleksibel

Variasi stimulus yang dikembangkan harus bersifat luwes dan baku (tidak dinamis). Sehingga setiap jenis variasi yang diterapkan memungkinkan dapat diubah disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan tuntuttan yang terjadi secara spontan pada saat tejadinya pembelajaran tanpa harus mengganggu keutuhan prose pembelajaran yang sedang dilaksanakan.

c) Kelancaran dan berkesinambungan

Setiap variasi yang dikembangkan dalam pembelajaran harus berjalan lancar. Perpindahan dari suatu bentuk stimulus kestimulus pembelajaran lainnya dalam rangka menerapkan stimulus pembelajaran yang bervariasi, semuanya harus merupakan suatu kesatuan yang utuh sehingga pesan pembelaran dapat diterima oleh siswa.

d) Kewajaran/tidak dibuat-buat

Variasi stimulus dalam pembelajaran tidak dibuat-buat sehingga tidak terkesan seperti dipaksakan. Oleh karena itu setiap jenis atau bentuk stimulus yang dikembangkan sebaiknya berjalan secara wajar, alamiah dan terkait langsung dengan konteks pembelajaran yang sedang dibahas.

(10)

Adakalanya jenis atau bentuk stimulus yang akan diterapkan dalam pembelajaran itu bersifat rumit dan kompleks, membutuhkan beberapa tenaga atau personil, penerapan variasi yang seperti itu tentu saja harus direncanakan dan dikelola secara lebih matang agar semuanya dapat berjalan dengan lancar an efektif mendukung proses pembelajar yang lebih bermakna.

D. Komponen-Komponen Variasi Mengajar

Dalam keterampilan mengadakan variasi dalam proses belajar mengajar akan meliputi tiga aspek, yaitu variasi dalam gaya mengajar, variasi dalam menggunakan media dan bahan pengajaran dan variasi dalam interaksi antara guru dengan siswa. Dengan dikombinasikannya ketiga komponen atau aspek dalam penggunaannya atau secara integrasi, maka akan meningkatkan perhatian peserta didik, membangkitkan keinginan dan kemauan belajarnya. Dengan sebab itu, maka diharapkan tujuan pendidikan tercapai. Aspek atau komponen yang dimaksud dalam pembahasan ini dapat diperdalam dengan penjelasan berikut:

1. Variasi Gaya Mengajar

Variasi gaya mengajar pada dasarnya meliputi variasi suara, variasi anggota badan, dan variasi perpindahan posisi guru dalam kelas. Bagi siswa variasi tersebut dilihat sebagai sesuatu yang energik, antusias, bersemangat, dan semuanya memiliki relevensi dengan hasil belajar. Perilaku guru seperti itu dalam proses belajar mengajar akan menjadi dinamis dan mempertinggi komunikasi antara guru dan siswa, menarik perhatian siswa, menolong penerimaan bahan pelajaran, dan memberi stimulasi. Variasi gaya mengajar ini adalah sebagai berikut:

a. Variasi suara (Teacher voice)

Suara guru dapat bervariasi dalam intonasi, nada, volume, dan kecepatan. Guru dapat mendramatisasi suatu perstiwa, menunjukkan hal-hal yang dianggap penting, berbicara secara pelan dengan seorang siswa, atau berbicara secara tajam dengan siswa yang kurang perhatian, dan seterusnya.

b. Penekanan (focusing)

(11)

Memang menarik perhatian siswa itu sangatlah tidak mudah apalagi dalam jumlah siswa yang banyak, agar perhatian itu tetap ada perlu adanya prinsip-prinsip yakni :

1. Perhatian seseorang tertuju atau diarahkan pada hal-hal yang baru, jenis rangsangan baru yang dapat menarik perhatian termasuk warna dan bentuk. Dalam pelajaran, seorang guru dapat menarik perhatian tentang kata-kata penting pada suatu bacaan dengan memberi warna merah atau digaris bawahi.

2. Perhatian seseorang tertuju atau terarah pada hal-hal yang dianggap rumit. Bagi guru yang harus diingat adalah suatu pelajaran tidak boleh tampak terlalu rumit dan guru tidak boleh mempersulit pelajaran yang sederhana dikarenakan semata-mata untuk menarik perhatian siswa.

3. Orang mengarahkan perhatiannya pada hal-hal yang dikehendakinya, yaitu hal-hal yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Untuk menimbulkan minat tersebut ada dua cara yakni dari diri sendiri dan dari luar dirinya. Dari luar bisa saja lingkungan, orang tua dan guru. Disini gurulah yang berhak menimbulkan atau membangkitkan minat belajar siswa baik dirumah maupun dikelas.

4. Dari ketiga prinsip ini guru harus mengetahui banyak tentang siswanya agar bisa mengarahkan perhatian siswa terhadap materi pelajaran, sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi guru dalam memusatkan perhatian siswa bisa dengan memberikan kata-kata seperti : “coba perhatikan ini baik-baik”, karena materinya agak sulit dan sebagainya.

c. Kontak pandang

Bila guru berbicara atau berinteraksi dengan siswa, sebaiknya mengarahkan pandangannya ke seluruh kelas, menatap mata setiap siswa untuk dapat membentuk hubungan yang positif dan menghindari hilangnya kepribadian. Guru dapat membantu siswa dengan menggunakan matanya menyampaikan informasi, dan dengan pandangannya dapat menarik perhatian siswa.Bertemunya pandang diantara mereka yang berinteraksi, sesungguhnya merupakan suatu etika atau sopan santun pergaulan karena menunjukkan saling perhatian diantara mereka

Hal-hal yang harus dihindari guru selama presentasinya didepan kelas : 1. Melihat keluar ruang

2. Melihat kearah langit-langit 3. Melihat kearah lantai

4. Melihat hanya pada siswa tertentu atas kelompok siswa saja

(12)

Hal-hal di atas bertujuan supaya bisa mengendalikan situasi kelas dengan baik. Jadi dalam kontak pandang hendaknya guru berusaha seintim mungkin agar siswa merasa diperhatikan dan dihargai, kontak mata yang sering dilakukan, akan membangun dan membina jalinan tingkat tinggi, yaitu mengetahui psikologi anak atau siswa dan mengetahui seberapa banyak pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan. Untuk itu, pandanglah siswa-siswa anda secara merata tapi jangan berlebihan, gunanya pandangan mata, seorang guru adalah untuk menarik perhatian dan minat belajar siswa.

d. Mimik dan Gerakan anggota badan (gesturing)

Mimik dan gerakan badan merupakan alat komunikasi yang efektif . Menurut Sardiman gerakan yang baik adalah gerakan yang efektif dan efisien, artinya gerakan yang cukup tetapi benar-benar mendukung penjelasan atau uraian guru . Mimik dan gerakan badan guru hendaknya selalu mengalami variasi dalam proses belajar-mengajar karena disamping menarik perhatian siswa juga dapat diartikan sebagai maksud dari pesan-pesan tertentu. Dengan menggunakan mimik dan gerakan badan ini lebih efektif digunakan dari pada dengan menggunakan bahasa yang bertele-tele.

Mimik dan gerakan badan yang dapat divariasikan antara lain : 1. Ekspresi Wajah

Dalam pembelajaran mimik/ekspresi wajah, seorang guru jangan melakukan ekspresi tersebut setengah-setengah atau terlalu over akting karena itu akan membuat bingung siswa-siswanya. Jadi ekspresi wajah ini harus dilakukan dengan yakin dan sungguh-sungguh, agar apa yang guru sampaikan dapat ditangkap maknanya oleh siswa. Perubahan pada ekspresi wajah yaitu seperti: tersenyum, menggerutkan kening, mengangkat alis, cemberut, dan tertawa untuk menunjukkan kagum, tercengang, atau heran.

2. Gerakan Kepala

Dalam proses pembelajaran tentu seorang guru harus dapat memberikan gerakan-gerakan tertentu pada daerah kepala, seperti melakukan gerakan-gerakan dengan menggeleng, mengangguk, tegak/mengangkat kepala, menunduk. Gerakan ini dilakukan untuk menunjukkan setuju atau sebaliknya dan gerakan ini dilakukan agar ada variasi yang terjadi selama proses pembelajaran.

3. Gerakan Tangan

(13)

pembahasan yang diajarkan oleh guru. Selain itu gerakan tangan juga dapat digunakan untuk menunjukkan suatu pujian terhadap keberhasilan siswa. Gerakan tangan dapat berupa mengangkat tangan, mengacungkan jempol, mengepalkan tinju untuk menegaskan, bertepuk tangan. Akan tetapi dalam menggunakan gerakan tangan guru harus berhati-hati agar apa yang digunakan tidak menyalahi aturan daerah setempat. Contohnya : Guru mengatakan bumi itu bulat sambil membuat gerakan dengan kedua tangan yang menggambarkan bentuk bulat. 4. Gerakan Badan Secara Keseluruhan

Gerakan badan secara keseluruhan merupakan suatu variasi dalam pembelajaran. Dimana sebaiknya sebagai seorang guru variasi ini dilakukan agar pembelajaran tidak monoton. Variasi gerakan badan secara keseluruhan berupa berdiri kaku, bersikap santai, gerak mendekati atau menjauhi. Contohnya : jika dalam mengajar tentu seorang guru tidak hanya duduk saja dibelakang meja, melainkan adakalanya berdiri dengan kaku/tegap didepan siswa-siswanya, kemudian adakalanya berdiri dengan cara yang santai dan adakalanya guru mendekati tempat duduk siswa.

e. Perpindahan posisi guru (teachers movement)

Perpindahan posisi guru dalam ruang kelas dapat membantu menarik perhatian siswa, dapat meningkatkan kepribadian guru.Guru melakukan pergantian posisi, sebaiknya jangan kaku atau kikuk, lakukan saja secara bebas dan wajar bisa menarik perhatian siswa, jika guru kaku dalam bergerak ini bisa menjemukan siswa. Dan bila variasi dilakukan secara berlebihan itu juga bisa mengganggu perhatian siswa atau konsentrasi siswa terhadap pelajaran.Pergantian posisi dapat dilakukan dari muka ke bagian belakang, dari sisi kiri kesisi kanan, atau diantara siswa dari belakang ke samping siswa. Dapat juga dilakukan dengan posisi berdiri kemudian berubah menjadi posisi duduk. Yang penting dalam perubahan posisi ialah harus ada tujuannya, dan tidak sekedar mondar-mandir.

f. Kesenyapan guru (Teacher Silence)

(14)

Pemberian waktu bagi siswa digunakan untuk mengorganisasi jawabannya agar menjadi lengkap. Tapi jika seorang guru tidak memberikan kesenyapan atau waktu kepada siswa untuk berfikir dalam menjawab pertanyaannya siswa akan menjawab dengan asal alias asal bicara, sehingga jawabannya kurang tepat dengan pertanyaan. Untuk itu seyogyanya guru memberikan kesenyapan terhadap siswa untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan yang diajukannya supaya jawabannya sempurna dan tepat.

2. Variasi Media Dan Bahan Ajaran

Setiap siswa mempunyai kemampuan indra yang tidak sama, baik pendengaran maupun penglihatannya, demikian juga kemampuan berbicara. Ada yang lebih enak atau senang membaca, ada yang lebih suka mendengarkan dulu baru membaca, dan sebaliknya. Dengan variasi penggunaan media, kelemahan indra yang dimiliki tiap siswa misalnya, guru dapat memulai dengan berbiara terlebih dahulu kemudian menulis di papan tulis, dilanjutkan dengan melihat contoh konkret. Dengan variasi seperti itu dapat memberi stimulasi terhadap indra siswa.

Ada tiga komponen dalam variasi penggunaan media, yaitu media pandang, media dengar, dan media taktil. Bila guru dalam menggunakan media bervariasi dari satu ke yang lain, atau variasi bahan ajaran dalam satu komponen media akan banyak sekali memerlukan penyesuaian indra siswa, membuat perhatian siswa menjadi lebih meningkatkan kemampuan belajar.

a. Variasi media pandang

Penggunaan media pandang dapat diartikan sebagai penggubaan alat dan bahan ajaran khusus untuk komunikasi seperti buku, majalah, globe, peta, majalah dinding, film, film strip. televisi, gambar grafik, model, demonstrasi, dan lain-lain. Penggunaan yang lebihluasdarialat-alat tersebut memiliki keuntungan:

a. Membantu secara konkret konsep berpikir, dan mengurangi respon yang kurang bermanfaat.

b. Memiliki secara potensial perhatian siswa pada tingkat yang tinggi.

c. Dapat membuat hasil belajar yang riil yang akan mendorong kegiatan mandiri anak ddik.

d. Mengembangkan cara berpikir dan berkesinambungan, seperti halnya dalam film. e. Mememberi pengalaman yang tidak mudah dicapai oleh alat lain

(15)

Pada umumnya dalam proses belajar mengajar di kelas suara guru adalah alat utama dalam komunikasi. Variasi dalam penggunaaan media dengan memerlukan sekali saling bergantian atau berkombinasi dengan media pandang dengan media taktil. Sudah barang tentu ada sejumlah media dengar yang dapat dipakai untuk itu diantaranya ialah pembicaraan siswa, rekaman bunyi dan suara, rekaman musik, rekaman drama, wawancara, tape, radio,recorder, yang semuanya itu dapat memiliki relevansi dengan pelajaran.

c. Variasi Media Taktil

Komponen terakhir dari keterampilan variasi media dan bahan ajar adalah penggunaan media yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan ajaran. Dalam hal ini akan melibatkan siswa dalam kegiatan penyusunan atau pembuatan model, yang hasilnya dapat disebutkan sebagai media taktil. Kegiatan tersebut dapat dilakukan secara individu ataupun kelompok kecil.

3. Variasi Interaktif

Variasi dalam pola interaksi antara guru dengan siswanya memiliki rentangaan yang bergerak dari dua kutub, yaitu:

a. Siswa bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru.

b. Siswa mendengarkan dengan pasif. Situasi didominasi oleh guru, di mana guru berbicara kepada siswa.

Diantara kedua kutub itu hanya memungkinkan dapat terjadi. Misalnya, guru berbicara dengan sekelompok kecil siswa melalui mengajukan beberapa pertanyaan atau guru berbincang dengan siswa secara individual, atau guru menciptakan situasi sedemikian rupa sehingga antar siswa dapat saling tukar menukar pendapat melalui penampilan diri, demonstrasi, atau diskusi.

Bila guru yang berbicara, dapat melalui beberapa kategori: filling persetujuan, penghargaan atau peningkatan, menggunakan pendapat siswa, bertanya, ceramah, memberi petunjuk, dan mengeritik. Sebaliknya siswa dapat berbicara melalui pemberian respons dan pengambilan prakarsa. Bila guru mengajukan pertanyaan dapat juga divariasi sesuai dengan domain kognitif dari Bloom, pertanyaan dapat diajukan ke seluruh kelas atau ditujukan kepada siswa, maka dapat berbentuk: mendengarkan ceramah guru, mengajukan pendapat pada diskusi kelompok kecil. Bekerja individual atau kerja kelompok, membaca secara keras atau secara pelan, melihat film, bekerja di laboraturium, baik bahasa maupun alam, bekerja atau belajar bebas, atau dapat juga menciptakan kegiatan sendiri.

(16)

a. Pola Guru – Siswa

Komunikasi sebagai aksi (satu arah), guru sebagai teacher center, dan siswa hanya menerima pelajaran tersebut.

b. Pola guru – Siswa – Guru

Ada balikan bagi guru, tidak ada interaksi antar siswa (komunikasi sebagai interaksi) c. Pola guru – Siswa – Siswa

Ada balikan bagi guru dari siswa-siswanya, lalu siswa saling belajar satu sama lain. d. Pola guru – siswa, Siswa – guru, Siswa – siswa

Interaksi optimal antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa (komunikasi sebagai transaksi, multiarah).

e. Pola melingkar

Setiap siswa mendapat giliran untuk mengemukakan sambutan atau jawaban, tidak diperkenankan berbicara dua kali apabila setiap siswa belum mendapat giliran. Jika dilihat dari pengorganisasian siswa, pola interaksi dapat dibedakan menjadi 4 : a. Kegiatan klasikal

1. Mendengarkan informasi dan Tanya jawab/diskusi secara klasikal

2. Demonstrasi oleh guru atau siswa tentang satu keterampilan atau percobaa b. Kegiatan kelompok kecil

1. Mendiskusikan pemecahan suatu masalah,

2. Menyelesaikan suatu proyek, misalnya laporan tentang suatu kegiatan, c. Kegiatan berpasangan

1. Merundingkan jawaban pertanyaan yang diajukan secara klasikal 2. Latihan menggunakan media tertentu.

d. Kegiatan perorangan

1. Membaca atau menelaah suatu materi

2. Mengerjakan tugas individual, seperti mengerjakan soal dari materi yang dipelajari

(17)

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Keterampilan memberi variasi adalah suatu usaha atau kemampuan guru untuk menghilangkan kebosanan siswa dalam menerima pelajaran melalui variasi gaya mengajar, penggunaan bahan atau media, dan pola interaksi kegiatan siswa sehingga anak didik menunjukkan ketekunan, antusiasme dan penuh partisipasi terhadap KBM. 2. Tujuan pemberian variasi mengajar, yaitu :

 Meningkatkan dan memelihara perhatian peserta didik terhadap relevansi KBM.  Membentuk sikap positif siswa terhadap guru dan sekolah.

 Mendorong peserta didik untuk belajar

 Terciptanya proses pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi siswa  Menghilangkan kejenuhan dan kebosanan

3. Prinsip-psrinsip penggunaan variasi, yaitu :

 Variasi hendaknya digunakan dengan suatu maksud tertentu yang relevan dengan

tujuan yang hendak dicapai

 Menggunakan variasi secara lancar dan berkesinambungan

 Penggunaan variasi komponen harus terstruktrur dan direncanakan oleh guru 4. Komponen-komponen keterampilan dalam mengadakan variasi sebagai berikut :

1) Gaya mengajar, yang meliputi : teacher silence, focusing, teacher voice, teacher movement, gesture dan eyes contact and movement

2) Penggunaan bahan atau media yang berkaitan dengan visual, auditorial, mengajarnya masih cenderung monoton. Akibatnya tak sedikit pula siswa yang bosan menerima pelajaran dari guru yang bersangkutan. Dengan adanya makalah ini penulis berharap dapat memberi gambaran seperti apa seharusnya keterampilan memberikan variasi mengajar diterapkan sehingga siswa tidak mengalami kebosanan dalam menerima pelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Qadir Munsyi.(1995).Definisi Gaya Mengajar.Bandung: Rosda Karya Dr. Wartono.2003.Keterampilan Dasar Mengajar.Malang: Universitas Kanjuruan

Soegito, Edi dan Yuliani Nuraini.2003.Kemampuan Dasar Mengajar (online) (http://www.edisoegito.blogspot.com )

(18)

Syaiful Bahri Djamarah.2000.Guru dan Anak didik dalam Interaksi Eduktif.Jakarta: PT. Rineka Cipta

Referensi

Dokumen terkait

*embentukan /ndang-/ndang !omor 56 ahun 5778 tentang *enanaman 4odal didasarkan pada semangat untuk men#iptakan iklim  penanaman modal yang kondusi$ sehingga /ndang-/ndang !omor

Bank Pan Indonesia (PNBN): Perseroan melakukan penawaran obligasi berkelanjutan II tahap I tahun 2016 sebesar Rp2 triliun.. dan obligasi subordinasi berkelanjutan II tahap I

Dalam keputusan tersebut, di Indonesia terdapat 10 kelompok alat tangkap (API – Alat Penangkapan Ikan) yang dapat beroperasi di wilayah perairan. Mengacu pada kriteria alat

Hasil penelusuran pustaka menunjukkan, senyawa aromatik yang telah dilaporkan dari tumbuhan Calophyllum inophyllum adalah senyawa golongan kumarin, santon, flavonoid

[r]

Hasil survei yang dilakukan oleh Lingkaran Survey Indonesia (LSI) di atas menunjukkan jika fanatisme masyarakat Indonesia terhadap kelompok Shî„ah masih sangat

Hasil dari penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan positif antara reputasi toko dengan minat beli anggota pada Koperasi Sejati Mulia Pasar Minggu Jakarta

Dewi Setyorini, S.Psi., M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang dan dewan penguji skripsi yang telah memberikan penulis dukungan