• Tidak ada hasil yang ditemukan

20140528 Keterampilan Gerak Dasar Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "20140528 Keterampilan Gerak Dasar Siswa"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1

Bayu Budi Prakoso, S.Pd., Hasan Saifuddin, S.Pd., dan Rizki Burstiando, S.Pd.

Program Studi S-2 Pendidikan Olahraga Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keterampilan gerak dasar siswa kelas atas. Hal ini penting dilakukan karena dapat membantu guru dalam memberikan gambaran keterampilan gerak dasar siswa. Keterampilan gerak dasar sangat penting karena memiliki manfaat kesehatan pada kurun waktu yang panjang. Karena dengan keterampilan gerak dasar yang baik maka akan sangat mungkin seseorang dapat dengan mudah melakukan aktivitas gerak sehingga seseorang tersebut senang akan gerak dan akan hidup aktif. Dengan hidup aktif maka kesehatan dinamis akan didapat.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan keadaan kemampuan gerak dasar siswa kelas atas Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Ulum III Pereng Kulon kecamatan Bungah kabupaten Gresik provinsi Jawa Timur. Jumlah siswa yang dinilai sebanyak 33 siswa yang terdiri atas 13 siswa putra dan 20 siswa putri dengan usia 11 – 12 tahun. Proses observasi dilakukan dengan siswa melakukan 23 jenis gerak yang termasuk dalam kelompok gerak stability, locomotor, dan manipulative. Hasil gerak tersebut direkam menggunakan handycam dan hasil rekaman dianalisis menggunakan instrumen penelitian untuk menilai keterampilan gerak dasar yang diadopsi dari Gallahue dan Ozmun (1998) menggunakan skala penilaian: (1) absent bernilai 0; (2) emerging bernilai 1; dan (3) mastered bernilai 2. Data hasil analisis selanjutnya diolah menggunakan rumus proporsi dengan membandingkan contecxt score dengan maximal score sehingga hasil akhir berupa persentase yang dikategorikan sesuai dengan aturan kategori yaitu: (1) 0,00% - 33,33% = kurang; (2) 33,34% - 66,67% = cukup; dan (3) 66,68% - 100,00% = baik.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa keterampilan gerak dasar stability masuk dalam kategori cukup (62,21%), locomotor masuk dalam kategori baik (70,58%), dan manipilative masuk dalam kategori cukup (63,88%). Dari ketiga kelompok gerak tersebut maka gerak dasar siswa masuk dalam kategori cukup (66,03%). Secara umum keterampilan gerak dasar siswa putri lebih rendah dibandingkan dengan siswa putra. Jenis gerak yang perlu mendapatkan perhatian karena nilainya rendah yang masuk dalam kategori cukup bahkan mendekati kurang adalah: body rolling, inverted supports, galloping and sliding, skipping, overhand throwing, catching, kicking, striking, dan volleying. Dengan keterlaksanaan penjasorkes di sekolah masuk dalam kategori sedang, siswa memiliki kemampuan gerak dasar masuk dalam kategori cukup.

(2)

PENDAHULUAN

Gerak adalah ciri kehidupan. Setiap yang hidup pasti melakukan gerak untuk itu, manusia yang hidup pasti melakukan aktivitas gerak untuk memelihara dan meningkatkan kualitas hidup (Giriwijoyo dan Sidik, 2013: 18). Sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, manusia tetap melakukan aktivitas gerak sesuai dengan kualitas hidup manusia tersebut. Untuk itu peningkatan kualitas gerak yang mendasari seluruh gerak manusia höarus dilakukan sedini mungkin. Menurut Southal (dalam Vameghi at al, 2013) bahwa periode kritis perkembangan dan keahlian keterampilan gerak dasar terjadi pada anak usia dini antara 3 – 6 tahun. Tidak hanya itu, menurut Vameghi at al, (2013) menjelaskan bahwa jika dalam periode usia dini dan sekolah dasar terjadi kegagalan dalam perkembangan keterampilan gerak dasar maka akan dapat mengakibatkan kegagalan penguasaan keterampilan gerak pada usia dewasa.

Gerak yang mendasari seluruh gerak manusia dikenal dengan nama fundamental movement atau gerak dasar. Keterampilan gerak dasar ini didapat oleh anak melalui pengalaman bermain dan permainan yang terorganisasi dengan baik. Menurut Vameghi at al (2013) dijelaskan bahwa pada dasarnya permainan dan aktivitas jasmani yang teratur sangat penting sehingga tidak dapat terlepas dari kehidupan manusia. Karena dampak dari permainan dan aktivitas jasmani adalah pada perkembangan jasmani, kognitif, sosial dan perkembangan motorik.

Permainan dan aktivitas jasmani menjadi unsur pokok dasar yang utama dalam membantu perkembangan motorik. Bagian dari keterampilan gerak dasar yang berkaitan dengan keterampilan motorik kasar dan halus. Sehingga permainan anak harus didesain sedemikian rupa untuk memberikan pengalaman gerak sebagai media latihan dan pembelajaran untuk menguasai keterampilan gerak dasar dengan baik. Untuk itu, sekolah melalui mata pelajaran penjasorkes menjadi salah satu instansi tempat siswa mendapatkan pengalaman gerak yang cukup (Juliantine, 2012). Pembelajaran yang diciptakan guru diharapkan mampu memenuhi hasrat gerak siswa.

(3)

membantu siswa mempertinggi kualitas hidup kedepannya termasuk kesehatan. Menurut Breslin at al (2012) menjelaskan bahwa persepsi dan aktualisasi keterampilan motorik memiliki hubungan dengan kemampuan gerak anak dan aktivitas fisik anak yang kedepannya berpotensi mempengaruhi derajat kesehatan pada jangka waktu yang panjang. Menurut Furtando (2012) dijelaskan bahwa penguasaan keterampilan gerak dasar adalah faktor penting untuk mencegah bertambahnya berat badan dan meningkatkan aktivitas jasmani. Hal ini jelas bahwa gangguan penyakit kurang gerak sangat meresahkan. Menurut World Healt Organization (WHO) fisik yang tidak aktif termasuk dalam empat faktor utama penyebab kematian di dunia (6% dari kematian di dunia). Selanjutnya, tekanan darah tinggi (13%), akibat tembakau (9%), dan tingginya gula darah (6%) (WHO, 2010: 10). Kematian akibat kelebihan berat badan dan obesitas sebesar 5%.

Aspek jasmani yang paling dekat dengan kesehatan adalah kebugaran jasmani merupakan kapasitas tubuh untuk melakukan aktivitas rutin tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih memiliki tenaga untuk melakukan aktivitas tambahan lainnya (Ratliffe and Ratliffe, 1994: 4). Menurut Vandaele at al (2011) ternyata penguasaan keterampilan gerak dasar dapat diperoleh dari aktivitas dan gerak yang selanjutnya dapat berpengaruh terhadap kebugaran seorang siswa. Asumsi dari pernyataan tersebut yaitu jika seorang anak yang lebih menguasai keterampilan gerak dasar yang baik, pada akhirnya akan memudahkan anak tersebut menjalani berbagai aktivitas gerak, yang membuat anak menjadi semakin aktif dalam aktivitas gerak kemudian akan meningkatkan pula kebugarannya.

Masih tentang kesehatan, dari pendapat ini menambah keyakinan bagi kami bahwa keterampilan gerak dasar pada siswa harus diketahui sejak awal karena untuk bisa mengarahkan kepada anak kearah yang baik nanti dalam mengembangkan keterampilan gerak dasarnya ke olahraga kecabangan dan juga dimungkinkan sebagai solusi mengatasi obesitas pada siswa melalui keterampilan gerak dasar.

(4)

berupa keterampilan gerak dasar harus sejak dini pada anak usia TK dan sekolah dasar.

Sesuai dengan prinsip Developmentally Appropriate Practice (DAP), maka guru harus mengetahui karakteristik siswa yang termasuk di dalamnya adalah keterampilan gerak dasar yang telah dikuasai oleh siswa. Hal ini penting dilakukan karena data awal tersebut akan membantu guru dalam membuat rencana pembelajaran yang mampu meningkatkan keterampilan gerak dasar siswa. Selain itu, data awal akan memberikan data nyata kenaikan dari dampak pemberian pembelajaran penjas setelah dibandingkan dengan data akhir setelah pemberian pembelajaran penjasorkes. Maka diperlukan penilaian keterampilan gerak dasar kepada siswa sejak dini agar penanganan terhadap kondisi keterampilan gerak dasar siswa akan se-segera mungkin dilakukan.

KETERAMPILAN GERAK DASAR

Banyak ahli menggolangkan dan memberikan istilah terhadap gerak dasar. Secara senada, menurut Kalaja (2012) gerak dasar terdiri atas gerak dasar locomotor, manipulative, dan balance skills. Selanjutnya menurut Gallahue dan Ozmun (1998) gerak dasar diklasifikasikan menjadi tiga kelompok keterampilan gerak yaitu keterampilan gerak dasar stability, locomotor, dan manipulative. Setiap kelompok gerak dasar memiliki sejumlah jenis gerak.

Keterampilan gerak dasar stability merupakan kemampuan tubuh memelihara keseimbangan selama melakukan gerakan secara horizontal atau vertikal (Gallahue, 1996: 259). Menurut Gallahue dan Ozmun (1998: 217-220) yang termasuk dalam kelompok gerak dasar stability adalah gerak axial, body rolling, dodging, one-foot balance, beam walking, and inverted supports. Gerakan

dasar stability sangat penting dikuasai karena gerak dasar stability merupakan aspek dasar dari belajar gerak. Karena semua gerak membutuhkan dasar kesimbangan untuk memelihara kesetabilan tubuh.

(5)

Keterampilan gerak dasar manipulative termasuk dalam gerak motorik kasar dan motorik halus. Keterampilan ini intinya adalah mengendalikan interaksi dengan objek dalam lingkungan (Gallahue, 1996: 316). Menurut Gallahue dan Ozmun (1998: 238-248) yang termasuk dalam kelompok gerak dasar manipulative adalah ball rolling, overhand throwing, catching, kicking, trapping, striking, dribbling, and volleying. Keterampilan gerak dasar manipulative tergolong dalam gerak motorik kasar karena dalam melakukan gerak memberikan gaya kepada objek atau menerima gaya dari objek. Sedangkan tergolong dalam gerak dasar halus, dalam melakukan gerak sedikit memegang objek hanya menekankan penguasaan motorik, ketelitian, dan ketepatan gerakan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan keadaan kemampuan gerak dasar siswa kelas atas Madrasah Ibtidaiyah Miftahul Ulum 3 Pereng Kulon kecamatan Bungah kabupaten Gresik provinsi Jawa Timur. Jumlah siswa yang berpartisipasi sebanyak 33 siswa yang terdiri atas 13 siswa putra dan 20 siswa putri dengan usia 11 – 12 tahun. Penelitian dilakukan pada 29 desember 2013.

Proses observasi dilakukan dengan siswa melakukan 23 jenis gerak yang termasuk dalam kelompok gerak stability, locomotor, dan manipulative. Gerak tersebut direkam untuk dijadikan video menggunakan handycam. Selanjutnya video hasil rekaman dianalisis menggunakan instrumen penelitian untuk menilai keterampilan gerak dasar siswa yang diadopsi dari Gallahue dan Ozmun (1998). Proses analisis video dilakukan oleh tiga orang dengan cara setiap orang menganalisis satu kelompok gerak kepada seluruh siswa. Analisis dilakukan dengan menilai gerak siswa sesuai dengan indikator gerak yang telah ditentukan dengan memberikan tiga jenis skala nilai yaitu: (1) absent bernilai 0; (2) emerging bernilai 1; dan (3) mastered bernilai 2.

(6)

semua siswa. Selanjutnya persentase dari hasil analisis tersebut dikategorikan sesuai dengan aturan kategori yaitu: (1) 0,00% - 33,33% = kurang; (2) 33,34% - 66,67% = cukup; dan (3) 66,68% - 100,00% = baik.

Selain itu juga digunakan instrumen Pangkalan Data Pendidikan Jasmani dan Olahraga Indonesia (PDPJOI). Data yang didapat berguna untuk mengetahui sejauh mana keterlaksanaan penjasorkes di sekolah. Hasilnya akan dihubungkan dengan keadaan keterampilan gerak dasar siswa. Penilaian PDPJOI dilakukan terhadap empat komponen yaitu: (1) ketersediaan sarana dan prasarana; (2) ketersediaan tenaga pelaksana; (3) hasil kerja kurun satu tahun terakhir; dan (4) prestasi dan penghargaan satu tahun terakhir. Pengkategorian hasil berdasarkan norma sebagai berikut:

Tabel 1: Kategori Keterlaksanaan Penjasorkes

Komponen E D C B A

I 0 – 49 50 – 99 100 – 149 150 – 199 200 – ke atas II 0 – 49 50 – 99 100 – 149 150 – 199 200 – ke atas III 0 – 59 60 – 119 120 – 179 180 – 239 240 – ke atas IV 0 – 39 40 – 79 80 – 119 120 – 159 160 – ke atas Total 0 – 198 199 – 398 399 – 598 599 – 798 799 – ke atas Keterangan: E= kurang sekali; D= kurang; C= sedang; B= baik; A= baik sekali Sumber: http://pdpjoi.kemenpora.go.id pada Rabu, 5 Januari 2011

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian berisi tentang deskripsi data keterampilan gerak dasar siswa yang terdiri atas kelompok gerak stability, locomotor, dan manipulative. Penyajian data hasil penelitian akan dilengkapi dengan penjelasan akan disertai dengan komponen gerak yang termasuk dalam kelompok gerak dasar tersebut yaitu: (1) kelompok gerak dasar stability terdiri atas 6 jenis gerak; (2) kelompok gerak dasar locomotor terdiri atas 9 jenis gerak; dan (3) kelompok gerak dasar manipulative terdiri atas 8 jenis gerak.

Keterampilan Gerak Dasar Stability

Komponen pertama untuk menilai keterampilan gerak dasar siswa adalah kelompok gerak keterampilan gerak dasar stability. Untuk menilai keterampilan gerak dasar siswa dalam menguasai keterampilan gerak dasar stability maka dilakukan analisis pada enam jenis gerak yang termasuk di dalamnya yaitu: (1) axial movements; (2) body rolling; (3) dodging; (4) one-foot balance; (5) beam walking; (6) inverted supports. Hasil analisis gerak tersebut

(7)

Tabel 2: Nilai Keterampilan Fundamental Stability Movements

Context Score

Maximal

Score Persentase Kategori

1. Axial Movements

Putra 93 130 71,54% Baik

Putri 146 200 73,00% Baik

Total 239 330 72,42% Baik

2. Body Rolling

Putra 114 156 73,08% Baik

Putri 99 240 41,25% Cukup

Total 213 396 53,79% Cukup

3. Dodging

Putra 92 130 70,77% Baik

Putri 131 200 65,50% Cukup

Total 223 330 67,58% Baik

4. One-Foot Balance

Putra 97 130 74,62% Baik

Putri 144 200 72,00% Baik

Total 241 330 73,03% Baik

5. Beam Walking

Putra 132 182 72,53% Baik

Putri 200 280 71,43% Baik

Total 332 462 71,86% Baik

6. Inverted Supports

Putra 86 156 55,13% Cukup

Putri 62 240 25,83% Kurang

Total 148 396 37,37% Cukup

Keterampilan Gerak Dasar Stability

Putra 614 884 69,46% Baik

Putri 782 1360 57,50% Cukup

Total 1396 2244 62,21% Cukup

Keterangan: 0,00% - 33,33% = kurang; 33,34% - 66,67% = cukup; 66,68% - 100,00% = baik.

Berdasarkan tabel 2 di atas maka dapat dilihat bahwa siswa putri memiliki keterampilan gerak dasar lebih rendah dibandingkan dengan siswa putra. Hal ini terjadi pada komponen gerak body rolling, dodging, dan inverted supports. Keterampilan gerak dasar stability merupakan aspek dasar dari belajar

gerak karena semua gerak membutuhkan dasar kesimbangan untuk memelihara kesetabilan tubuh. Termasuk gerak dasar lokomotor dan manipulatif merupakan gerak dasar yang memerlukan keseimbangan dalam melakukannya. Untuk itu, fundamental stability movements perlu dikuasai dengan baik. Tetapi berdasarkan

(8)

Keterampilan Gerak Dasar Locomotor

Keterampilan gerak dasar locomotor merupakan komponen kedua dari penilaian keterampilan gerak dasar siswa. Keterampilan gerak dasar locomotor merupakan aspek dasar dalam belajar gerak yang dilakukan dengan bergerak secara efektif dan efisien termasuk penekanan tubuh ke dalam lingkungan luar dengan mengubah posisi secara relatif untuk menetap pada sebuah posisi. Untuk menilai keterampilan siswa dalam menguasai gerak dasar locomotor maka dilakukan analisis pada sembilan jenis gerak yang termasuk di dalamnya yaitu: (1) walking; (2) running; (3) jumping from e height; (4) vertical jumping; (5) horizontal jumping; (6) hopping; (7) gallopping and sliding; (8) leaping; dan (9) skipping. Hasil analisis dapat dilihat pada tabel 2 berikut:

Tabel 3: Nilai Keterampilan Fundamental Locomotor Movements

Context Score

Maximal

Score Persentase Kategori

1. Walking

Putra 117 130 90,00% Baik

Putri 165 200 82,50% Baik

Total 282 330 85,45% Baik

2. Running

Putra 139 182 76,37% Baik

Putri 172 280 61,43% Cukup

Total 311 462 67,32% Baik

3. Jumping from a Height

Putra 135 156 86,54% Baik

Putri 187 240 77,92% Baik

Total 322 396 81,31% Baik

4. Vertical Jumping

Putra 136 182 74,73% Baik

Putri 178 280 63,57% Cukup

Total 314 462 67,97% Baik

5. Horizontal Jumping

Putra 136 182 74,73% Baik

Putri 178 280 63,57% Cukup

Total 314 462 67,97% Baik

6. Hopping

Putra 123 156 78,85% Baik

Putri 159 240 66,25% Cukup

Total 282 396 71,21% Baik

7. Galloping and Sliding

Putra 131 182 71,98% Baik

Putri 167 280 59,64% Cukup

(9)

Context Score

Maximal

Score Persentase Kategori

8. Leaping

Putra 109 156 69,87% Baik

Putri 161 240 67,08% Baik

Total 270 396 68,18% Baik

9. Skipping

Putra 72 104 69,23% Baik

Putri 97 160 60,63% Cukup

Total 169 264 64,02% Cukup

Keterampilan Gerak Dasar Locomotor

Putra 1098 1430 76,78% Baik

Putri 1464 2200 66,55% Cukup

Total 2562 3630 70,58% Baik

Keterangan: 0,00% - 33,33% = kurang; 33,34% - 66,67% = cukup; 66,68% - 100,00% = baik.

Berdasarkan tabel 3 di atas maka dapat dilihat bahwa pada jenis gerak running, vertical jumping, horizontal jumping, hopping, galloping and sliding, dan skipping siswa putri masih dalam kategori cukup. Sedangkan untuk siswa putra sudah masuk dalam kategori baik pada seluruh jenis gerak. Dengan begitu nilai total gerak dasar locomotor siswa putri juga masih masuk dalam kategori cukup lebih rendah dibanding dengan nilai siswa putra. Nilai gerak dasar locomotor masuk kategori baik (70,58%).

Keterampilan Gerak Dasar Manipulative

Untuk menilai keterampilan siswa dalam menguasai fundamental locomotor movements maka dilakukan analisis pada delapan jenis gerak yang termasuk di dalamnya yaitu: (1) ball rolling; (2) overhand throwing; (3) catching; (4) kicking; (5) trapping; (6) striking; (7) dribbling; dan (8) volleying. Hasil dari analisis gerak tersebut dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut:

Tabel 4: Nilai Keterampilan Fundamental Manipulative Movements

Context Score

Maximal

Score Persentase Kategori

1. Ball Rolling

Putra 144 182 79,12% Baik

Putri 185 280 66,07% Cukup

Total 329 462 71,21% Baik

2. Overhand Throwing

Putra 161 234 68,80% Baik

Putri 233 360 64,72% Cukup

(10)

Context Score

Maximal

Score Persentase Kategori

3. Catching

Putra 160 208 76,92% Baik

Putri 147 320 45,94% Cukup

Total 307 528 58,14% Cukup

4. Kicking

Putra 126 182 69,23% Baik

Putri 139 280 49,64% Cukup

Total 265 462 57,36% Cukup

5. Trapping

Putra 110 130 84,62% Baik

Putri 117 200 58,50% Cukup

Total 227 330 68,79% Baik

6. Striking

Putra 123 182 67,58% Baik

Putri 133 280 47,50% Cukup

Total 256 462 55,41% Cukup

7. Dribbling

Putra 179 208 86,06% Baik

Putri 200 320 62,50% Cukup

Total 379 528 71,78% Baik

8. Volleying

Putra 87 130 66,92% Baik

Putri 117 200 58,50% Cukup

Total 204 330 61,82% Cukup

Fundamental Manipulative Movements

Putra 1090 1456 74,86% Baik

Putri 1271 2240 56,74% Cukup

Total 2361 3696 63,88% Cukup

Keterangan: 0,00% - 33,33% = kurang; 33,34% - 66,67% = cukup; 66,68% - 100,00% = baik.

Berdasarkan tabel 4 di atas maka dapat dijelaskan bahwa dari seluruh jenis gerak siswa putri masuk dalam kategori cukup. Sedangkan siswa putra memiliki nilai lebih tinggi dari putri masuk dalam kategori baik pada seluruh jenis gerak. Dengan hasil total menunjukkan bahwa nilai gerak dasar manipulative masuk dalam kategori cukup (63,88%).

Keterampilan Gerak Dasar

(11)

Tabel 5: Nilai Keterampilan Gerak Dasar

Context Score

Maximal

Score Persentase Kategori

Putra 2802 3770 74,32% Baik

Putri 3517 5800 60,64% Cukup

Total 6319 9570 66,03% Cukup

Keterangan: 0,00% - 33,33% = kurang; 33,34% - 66,67% = cukup; 66,68% - 100,00% = baik.

Berdasarkan tabel 5 di atas maka dapat dijelaskan bahwa nilai keterampilan gerak dasar siswa putra masuk dalam kategori baik (74,32%) sedangkan nilai keterampilan gerak dasar siswa putri masuk dalam kategori cukup (60,64%). Dari kedua nilai tersebut disimpulkan bahwa nilai keterampilan gerak dasar siswa kelas atas MI Miftahul Ulum 3 Pereng Kulon masuk dalam kategori cukup (66,03%).

Keterlaksanaan Penjasorkes di MI Miftahul Ulum III Pereng Kulon

Untuk mengetahui bagaimana penjasorkes dilaksanakan di MI Miftahul Ulum 3 Pereng Kulon maka dilgunakan instrumen PDPJOI. Penilaian dilakukan pada empat komponen yaitu: (1) ketersediaan sarana dan prasarana; (2) ketersediaan tenaga pelaksanaa; (3) hasil kerja kurun 1 tahun lalu; dan (4) prestasi dan penghargaan 1 tahun. Hasil penilaian dapat dilihat pada tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 6: Keterlaksanaan Penjasorkes

Komponen Nilai Kategori

1. Ketersediaan Sarana Prasarana 130 C

2. Ketersediaan Tenaga Pelaksana 70 D

3. Hasil Kerja kurun 1 Tahun Lalu 200 B

4. Prestasi dan Penghargaan 1 tahun 20 E

Total 420 C

(12)

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keterampilan gerak dasar siswa dan keterlaksanaan penjasorkes di MI Miftahul Ulum 3 Pereng Kulon kecamatan Bungah kabupaten Gresik. Berdasarkan hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa terdapat masalah keterampilan gerak dasar siswa terutama siswa putri. Pada gerak dasar stability satu jenis gerak yang dilakukan yaitu inverted supports masuk dalam kategori kurang (25,83%) hal ini diakibatkan tidak

adanya keberanian dan motivasi. Menurut Kalaja at al (2010) bahwa motivasi berhubungan dengan peningkatan keterampilan gerak dasar keseimbangan. Rendahnya motivasi terlihat selama siswa mencoba melakukan gerak. Mereka banyak yang putus asa ketika tidak bisa melakukan, tidak ada rasa ingin terus mencoba, dan ditambah lagi guru kurang memberikan motivasi kepada siswa agar siswa terus melakukan gerak dengan benar.

Pada gerak dasar locomotor siswa terlihat mudah melakukan gerak sehingga nilai yang didapat juga cukup tinggi. Siswa putri memiliki nilai cukup tetapi pada batas atas yang mendekati nilai baik. Tetapi pada jenis gerak galloping and sliding siswa putri banyak yang mengalami kesulitan dalam melakukan gerak. Hal ini diakibatkan oleh tingkat kesulitan galloping and sliding yang masuk kategori cukup (59,64%) tergolong tingggi dibandingkan dengan jenis gerak lain dalam kelompok gerak locomotor karena gerak ini merupakan gabungan dari dua jenis gerak dasar yaitu melangkah dan melompat. Kebanyakan dari siswa melakukan gerak meloncat terlalu tinggi sehingga terkadang siswa kehilangan keseimbangan sehingga mereka harus menggunakan kedua tangan untuk menjaga kesimbangan.

Dari dua kelompok gerak dasar di atas, gerak dasar manipulative merupakan kelompok gerak yang mendapatkan nilai rendah. Nampaknya siswa kesulitan dalam memainkan objek sesuai dengan tugas gerak yang diberikan. Sama seperti kejadian pada gerak dasar stability and locomotor di atas siswa putri memiliki nilai lebih rendah dibandingkan dengan nilai siswa putra. Akan tetapi nilai yang lebih tinggi pada siswa putra masuk dalam kategori baik yang mendekati nilai cukup. Sehingga nilai gerak dasar manipulative siswa masuk dalam kategori cukup (63,88%).

(13)

sekolah masuk dalam kategori sedang. Hal terpenting dalam membelajarkan gerak dasar pada siswa sesungguhnya adalah kemampuan guru dalam mengajar. Penelitian menunjukkan bahwa guru yang diberikan pelatihan untuk membelajarkan gerak dasar secara signifikan dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar siswa (Breslin et al, 2012). Untuk itu jika melihat ketersediaan tenaga pelaksana masuk dalam kategori kurang maka pihak sekolah berusaha untuk memenuhi kekurangan tenaga pelaksana tersebut dengan memberikan kesempatan untuk guru menerima pendidikan atau menambah guru yang sesuai dengan tuntutan kompetensi dalam mengajar penjasorkes.

Walaupun peran guru dalam membelajarkan gerak menempati posisi yang vital untuk keterampilan gerak, lingkungan sekolah juga berpengaruh terhadap kemampuan gerak dasar siswa (Juliantine, 2011). Lingkungan sekolah dapat dijadikan lingkungan bermain dan belajar gerak dasar siswa. hal tersebut akan terwujud apabila sarana dan prasarana di sekolah memadai untuk siswa bermain dan belajar. Permasalahan yang muncul adalah sarana dan prasarana yang masih kurang. Hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat diperlukan untuk membentuk lingkungan belajar yang baik sehingga memudahkan siswa dalam belajar. Memfasilitasi seluruh hasrat gerak siswa dan juga bertindak sebagai media belajar yang digunakan guru dalam menyampaikan materi.

Untuk pembenahan yang sesuai dengan kebutuhan maka perlu diketahui aspek dari gerak dasar yang harus diberikan perlakuan terlebih dahulu sesuai keadaannya. Berikut ini grafik yang menyajikan perbandingan nilai keterampilan tiga kelompok gerak dasar.

Grafik 1: Perbandingan Nilai Keterampilan Gerak Dasar 69,46%

76,78% 74,86%

57,50%

66,55%

56,74% 62,21%

70,58%

63,88%

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00%

Stability Locomotor Manipulative

Putra

Putri

(14)

Berdasarkan grafik 1 di atas maka dapat diketahui bahwa pembelajaran penjasorkes lebih fokus kepada siswa putri yang memiliki nilai keterampilan gerak dasar di bawah nilai keterampilan gerak siswa putra. Keterampilan gerak dasar manipulative berada pada posisi paling rendah dibandingkan dengan nilai dua keterampilan gerak dasar lainnya. Diharapkan pembelajaran penjasorkes dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar siswa khususnya pada siswa putri dari kategori cukup menjadi kategori baik. Pada keterampilan gerak dasar siswa total terlihat bahwa nilai keterampilan gerak dasar stability memiliki nilai terendah dibandingkan dengan nilai kedua jenis keterampilan gerak dasar yang lainnya, berikutnya keterampilan gerak dasar manipulative, dan tertinggi adalah nilai keterampilan gerak dasar locomotor.

Berdasarkan hasil analisis keterlaksanaan penjasorkes di sekolah menggunakan instrumen PDPJOI terlihat bahwa dari empat komponen penilaian nilai komponen yaitu prestasi dan penghargaan satu tahun terakhir masuk dalam kategori kurang sekali dan pada komponen ketersediaan tenaga pelaksana masuk adalam kategori kurang. Rendahnya nilai tersebut dikarena tingkat pendidikan guru penjasorkes masih tamatan SMA yang belum memiliki kompetensi yang cukup dalam melaksanakan pembelajaran penjasorkes di sekolah. Hal inilah yang selanjutnya akan berdampak efektivitas pembelajaran penjasorkes yang secara berkelanjutan akan memperendah mutu hasil pembelajaran termasuk keterampilan gerak dasar siswa.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa jenis gerak yang perlu mendapatkan perhatian karena nilainya rendah yang masuk dalam kategori cukup bahkan mendekati kurang adalah: body rolling, inverted supports, galloping and sliding, skipping, overhand throwing, catching, kicking, striking, dan

volleying. Secara berurutan dari nilai terendah sampai tertinggi komponen

keterampilan gerak dasar dapat ditulis sebagai berikut: keterampilan gerak dasar stability mendapat nilai terendah masuk dalam kategori cukup (62,21%), manipilative masuk dalam kategori cukup (63,88%) dan locomotor masuk dalam

(15)

Secara umum keterampilan gerak dasar siswa putri lebih rendah dibandingkan dengan siswa putra. Permasalahan di atas tidak lepas dari peran adanya penjasorkes di sekolah sebagai salah satu mata pelajaran wajib yang memanfaatkan gerak sebagai media belajar. Dengan keterlaksanaan penjasorkes di sekolah masuk dalam kategori sedang, siswa memiliki kemampuan gerak dasar masuk dalam kategori cukup.

SARAN

Permasalahan ketersediaan tenaga pengajar yang berkualitas nampaknya menjadi salah satu faktor yang mengakibatkan rendahnya mutu hasil pembelajaran penjas berupa kemampuan gerak dasar siswa. Untuk itu peningkatan kemampuan guru dalam mengajar sangat diperlukan. Selain itu keterbatasan sarana dan prasarana yang banyak dialami oleh sekolah, menuntut guru untuk kreatif dalam menciptakan lingkungan belajar. Inovasi pembelajaran penjasorkes sangat diperlukan juga untuk mempertinggi motivasi siswa dalam belajar agar siswa tidak bosan dalam bertemu dengan model pembelajaran yang dari tiap tatap muka disajikan oleh guru dengan lingkungan dan keadaan yang sama.

(16)

DAFTAR RUJUKAN

Breslin, Gavin at al. (2012). The Effect Of Teachers Trained In A Fundamental Movement Skills Programme On Children’s Self-Perceptions And Motor Competence. Jurnal European Physical Education Review Online tersedia di http://epe.sagepub.com diakses pada hari Minggu, 27 April 2014.

Furtado, Ovande. (2012).The Reability Of Classification Decisions For The Furtadogallagher Computerized Observational Movement Pattern Assessment System-FG-Compass. (online). Online tersedia di http://search.proquest.com/docview/1040714840/fulltextPDF/BB8AED80 921D46ACPQ/16?accountid=38628 diakses pada hari Selasa, 20 Mei 2014.

Gallahue, David L. (1996). Developmental Physical Education for Todays Children. Indiana University and The National Institute for Fitness and Sport.

Gallahue, David L. and Ozmun, John C. (1998). Understanding Motor Development Infants, Children, Adolescents, Adults. USA: The McGraw-Hill Compenies, Inc.

Giriwijoyo, H.Y.S. Santoso dan Sidik, Zafar Sidik. (2013). Ilmu Faal Olahraga (Fisiologi Olahraga) Fungsi Tubuh Manusia pada Olahraga untuk Kesehatan dan Prestasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Juliantine, T. (2011). Peningkatan Kualitas Proses Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani melalui Modifikasi Sarana Pembelajaran. Proceeding disampaikan pada acara Lokakarya dan Konferensi Nasional Pendidikan Jasmani dan Olahraga pada 27 – 28 September 2011. Bandung: Sekolah Pascasarna Program Studi Pendidikan Olahraga Universitas Pendidikan Indonesia.

Kalaja, Sami at al. (2010). The associations between seventh grade Finnish students' motivational climate, perceived competence, self-determined motivation, and fundamental movement skills. Jurnal European Physical Education Review Online tersedia di http://epe.sagepub.com/ content/15/3/315.full.pdf+html diakses pada hari Selasa, 20 Mei 2014. Kalaja, Sami. (2012). Fundamental movement skills, physical activity, and

motivation toward Finnish school physical education: A fundamental movement skills intervention. Jurnal online tersedia di https://jyx.jyu.fi/dspace/bitstream/handle/123456789/38391/978-951-39-4817-7.pdf?sequence=1 diakses pada hari Selasa, 20 Mei 2014.

(17)

Ratliffe, Thomas and Ratliffe, Laraine M. (1994). Teaching Children Fitness Becoming a Master Teacher. USA: Human Kinetics Publisher.

Vameghi, Roshanak. (2013). The Effect Of Age, Sex, And Obesity On Fundamental Motor Skills Among 4 To 6 Years-Old Children. (online) tersedia: http://search.proquest.com/docview/1467959157/fulltextPDF/ BB8AED80921D46ACPQ/14?accountid=38628 diakses pada hari Selasa, 20 Mei 2014.

Vandaele, Bart at al. (2011). Mastery of Fundamental Movement Skills Among 6-years-old Flemish Pre-school Children. Jurnal European Physical Education Review Online tersedia di http://epe.sagepub.com/ content/17/1/3.full.pdf+html diakses pada hari Selasa, 22 April 2014. WHO. (2010). Global Recomendations on Physical Activity for Health. Online

Gambar

Tabel 2: Nilai Keterampilan Fundamental Stability Movements
Tabel 3: Nilai Keterampilan Fundamental Locomotor Movements
Tabel 4: Nilai Keterampilan Fundamental Manipulative Movements
Tabel 5: Nilai Keterampilan Gerak Dasar
+2

Referensi

Dokumen terkait

13 Dari uraian di atas dapat dipahami pentingnya media pembelajaran ini diterapkan di sekolah untuk memberikan nuansa belajar mengajar yang lebih hidup dan lebih menarik

Samples also were collected when water was added to fill ponds or to replace evaporation and seepage, when overflow occurred after rains, and during draining for harvest and

1. Kemudahan distribusi pekerjaan : Memungkinkan para leader memberikan task kepada timnya melalui sistem informasi Task Management. Kemudahan pelaporan pekerjaan :

Pada table diatas bisa diketahui bahwa berat kentang yang dimasukan kedalam larutan berkurang hal ini dikarnakan air yang berada pada kentang

Akan tetapi dalam hal ini untuk mengubah suara gitar menjadi keyboard amatlah sulit, karena software yang dijual di Indonesia masih langka, jadi hanya beberapa orang saja yang

Fazlur Rahman masih meyakini bahwa Negara Islam adalah sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak begitu dengan Buya Syafii, sebuah mobilitas vertikal

Mereka terlambat karena ketika mau beranjak pergi, nenek Mamat memanggil untuk minta tolong dibelikan sabun colek di warung rakit yang tidak jauh dari rumah Mamat yang berada

Proses perancangan aplikasi pembelajaran bahasa isyarat berbasis Android pada tablet yang terdiri dari A-Z tahap, yaitu perancangan sistem secara umum, analisis kebutuhan