• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN DISIPLIN PNS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN DISIPLIN PNS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LAMPUNG SELATAN"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELANGGARAN DISIPLIN PNS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

Oleh

QUEEN PRISTI NS

Pelanggaran disiplin adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan Pegawai Negeri Sipil yang melanggar ketentuan peraturan disiplin Pegawai Negeri Sipil baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja. Hukuman disiplin dijatuhkan kepada Pegawai Negeri Sipil karena melanggar Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil yang didalamnya memuat sanksi yang tegas dan Pegawai Negeri Sipil sebagai aparat pemerintah dan abdi masyarakat diharapkan selalu siap sedia menjalankan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya dengan baik. Penelitian ini dibuat karena terdapat kejanggalan terhadap pelaksanaan pelanggaran kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan, dimana tidak semua jenis pelanggaran yang di selesaikan secara proses hukum. Sehingga, ditemukan fakta dilapangan bahwa fakta yang terjadi jumlah pelanggaran disiplin pegawai negeri sipil dari tahun 2010 hingga tahun 2011 berjumlah 511 orang, namun pada kenyataanya berdasarkan data yang diperoleh, Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin, yang telah di jatuhkan sanksi hukuman disiplin di Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan selama tahun 2010-2011 hanya berjumlah 20 orang dengan tingkat dan jenis hukuman yang berbeda.. Masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimana penegakan hukum terhadap pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan serta faktor apakah yang menjadi penghambat di dalam melakukan penegakan hukum terhadap pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan

(2)

data, dan penyusunan data. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pegawai negeri yang sempurna menurut Marsono adalah pegawai negeri yang penuh kesetiaan pada Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945 dan pemerintah serta bersatu padu, bermental baik, berdisiplin tinggi, berwibawa, berdaya guna, berkualitas tinggi dan sadar akan tanggung jawab sebagai unsur pertama aparatur negara. Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin yang tinggi merupakan salah satu unsur untuk menjadi pegawai negeri yang sempurna. Dengan disiplin yang tinggi diharapkan semua kegiatan akan berjalan dengan baik (Marsono, 1974 :66)

(4)

Kedisiplinan aparatur Negara, tidak lepas dari keseluruhan nilai budaya kerja yang diharapkan dapat dikembangkan oleh setiap aparatur Negara, sehingga antara nilai-nilai (yang diyakini) dan kerja (sebagai bentuk aktualisasi keyakinan tersebut) akan menumbuhkan motivasi dan tanggungjawab terhadap peningkatan produktivitas dan kinerja. Pengembangan budaya kerja aparatur Negara, diarahkan untuk meningkatkan kinerja pemerintah melalui pembinaan aparatur yang etis, bermoral, berdisiplin, profesional, produktif dan bertanggungjawab, dalam rangka mewujudakan kepemerintahan yang baik, sekaligus untuk memantapkan dan memelihara persatuan bangsa dan menjaga integritas nasional.

Terkait kondisi kinerja PNS saat ini masih terdapat banyak kekurangan.Beberapa di antaranya, disiplin pegawai rendah, motivasi kurang, budaya dan etos kerja rendah, kualitas pelayanan buruk, tingkat korupsi tinggi, dan produktivitas rendah.Pemerintah terus berusaha melakukan reformasi birokrasi di tubuh PNS. Pegawai di dinas dan badan tertentu diberi tunjangan kinerja setelah mereka mampu menunjukkan kinerja yang tinggi (quick win) dengan mengutamakan perbaikan pelayanan secara sangat signifikan dan dirasakan masyarakat. Perwujudan pemerintah yang bersih dan berwibawa diawali dengan penegakan disiplin nasional di lingkungan aparatur negara khususnya PNS.

(5)

secara keseluruhan agar masyarakat dapat percaya terhadap peran PNS. Dalam upaya meningkatkan kedisiplinan PNS tersebut, sebenarnya Pemerintah Indonesia telah memberikan suatu regulasi dengan di keluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Tetapi, Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil, belum berjalan baik seperti yang diharapkan dalam peraturan tersebut. Realitanya sering terjadi dalam suatu instansi pemerintah, para pegawainya melakukan pelanggaran disiplin yang menimbulkan ketidakefektifan kinerja pegawai yang bersangkutan.

Oleh sebab itu, pemerintah mengeluarkan peraturan disiplin sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil, yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil yang didalamnya memuat sanksi yang tegas dan Pegawai Negeri Sipil sebagai aparat pemerintah dan abdi masyarakat diharapkan selalu siap sedia menjalankan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya dengan baik. Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah peraturan yang mengatur kewajiban, larangan, dan sanksi apabila kewajiban-kewajiban tidak ditaati atau dilanggar oleh Pegawai Negeri Sipil.

(6)

negara dan abdi masyarakat. PNS juga harus bisa menjunjung tinggi martabat dan citra kepegawaian demi kepentingan masyarakat dan negara. Namun kenyataan terhadap mereka yang melakukan pelanggaran belum ditetapkan sanksi sesuai dengan peraturan perundang-undangan, masih banyak ditemukan PNS yang tidak menyadari akan tugas dan fungsinya tersebut sehingga sering kali pegawai yang tidak masuk kerja atau masuk kerja yang hanya mengisi daftar hadir.

Disiplin kerja yang baik tidak terlepas dari pengawasan. Pengawasan yang dimaksud bukanlah untuk mencari-cari kesalahan melainkan menemukan apa yang salah dan kurang dari kinerja pegawai dan guna penyempurnaan tugas yang akan datang. Pengawasan juga sangat berperan dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang baik karena dengan demikian akan memperlancar tugas pekerjaan serta ketepatan dalam pencapaian fungsi yang berdaya guna dan berhasil guna. Fungsi ini tentunya dilakukan oleh seluruh pimpinan unit atau satuan kerja di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan

(7)

pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun; jenis hukuman disiplin berat terdiri dari Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun, pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah, pembebasan dari jabatan, pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil, dan pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil.

Penegakan hukum disini berupa sanksi indisipliner, sangsi ini dilakukan untuk mengarahkan dan memperbaiki perilaku pegawai dan bukan untuk menyakiti. Tindakan ini dilaukan pada pegawai yang tidak dapat mendisiplinkan diri, menentang atau tidak dapat mematuhi peraturan organisasi. tindakan koreksi terhadap penegakan hukum dan pencegahan terhadap melemahnya peraturan harus segera diatasi oleh semua komponen yang terlibat dalam organisasi.

Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan telah menerapkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil tetapi fakta yang terjadi di lapangan adalah jumlah pelanggaran disiplin pegawai negeri sipil dari tahun 2010 hingga tahun 2011 berjumlah 511 orang, namun pada kenyataanya berdasarkan data yang diperoleh, Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin, yang telah di jatuhkan sanksi hukuman disiplin di Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan selama tahun 2010-2011 hanya berjumlah 20 orang dengan tingkat dan jenis hukuman yang berbeda.

(8)

Pegawai Negeri Sipil dilingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung yang melakukan pelanggaran displin namun sulit di pastikan apakah ada tindak lanjut dalam proses penerapan sanksi hukuman bagi Pegawai Negri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin tersebut. Sehingga penegakan hukum disiplin Pegawai Negeri Sipil di Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan belum tercipta secara maksimal, walaupun aturannya telah jelas.

Bertolak dari uraian di atas, penulis tertarik untuk memilih judul “Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan”.

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu kiranya dikemukakan pokok permasalahan yang ada, yaitu :

a. Bagaimanakah Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan? b. Faktor-faktor apakah yang menghambat dalam Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil Di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan?

(9)

Ruang lingkup bidang ilmu penelitian ini adalah Hukum Kenegaraan khususnya Hukum Administrasi Negara.Ruang Lingkup dalam penelitian ini adalah penegakan hukum terhadap pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan. Penegakan hukum ini merupakan suatu pengawasan yang bersifat Preventif (pencegahan) dan bersifat Represif (penanggulangan), adapun yang di maksud dengan pengawasan secara Preventif adalah suatu penegakan hukum yang dilakukan oleh atasan langsung dari Pegawai Negeri Sipil yang melakukan tindakan indisipliner. Sedangkan pengawasan yang bersifat Represif adalah suatu bentuk penegakan hukum yang dilakukan oleh pihak luar dalam hal ini adalah Inspektorat dalam menyelesaikan dan menindak lanjuti kasus indisiliner bagi Pegawai Negeri Sipil yang melanggar aturan kepegawaian.

Hal-hal yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah tentang penegakan hukum terhadap pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil dan faktor-faktor penghambat dalam penegakan hukum terhadap kedisiplinan Pegawai Negeri Sipil. Lokasi penelitian ini secara spesifik dilaksanakan di Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

(10)

a. Penegakan hukum terhadap pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan

b. Fakor-faktor penghambat dalam Penegakan hukum terhadap pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan

2. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini mempunyai dua aspek kegunaan, yaitu kegunaan teoritis dan kegunaan praktis.

a. Kegunaan Teoritis

Sebagai pengembangan daya pikir dan daya nalar yang sesuai dengan disiplin ilmu pengetahuan hukum administrasi negara yang berkaitan dengan penegakan hukum terhadap Pegawai Negeri Sipil khususnya mengenai pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh Pegawai Negeri Sipil guna dapat mengungkapkan secara objektif melalui metode ilmiah dalam memecahkan setiap permasalahan yang ada khususnya masalah disiplin pegawai dalam konsep pendapat atau teori dari ahli hukum.

b. Kegunaan Praktis

(11)

A. Buku-buku

Handoko, T. Hani. 2004. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPFE. Yogyakarta.

Hasibuan, Malayu S.P. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bumi Aksara. Jakarta.

Marsono. 1974. Pembahasan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. PT Ikhtiar Baru. Jakarta. Mertokusumo, Sudikno. 2003. Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Liberty.

Jakarta..

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Balai Pustaka. Jakarta.

Ranupandoyo, Heidjrahman dan Suad Husnan. 2002. Manajemen Personalia. BPFE. Yogyakarta.

Salam, Moch. Faizal. 2003. Penyelesaian Sengketa Pegawai Negeri Sipil di Indonesia Menurut Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999. Mandar Maju. Bandung.

Sujamto. 1994.Aspek-Aspek Pengawasan di Indonesia. Sinar Grafika. Jakarta. Tamin, Feisal. 2004.Reformasi Birokrasi. Belantika. Jakarta.

Moh. Mahfud. 1988.Hukum Kepegawaian Indonesia.Liberty. Yogyakarta.

Muchdarsyah, Sinungun. 2000.Produktivitas, Apa dan Bagaimana. Bumi Aksara. Jakarta.

Ranupandoyo, Heidjrahman dan Suad Husnan. 2002. Manajemen Personalia. BPFE. Yogyakarta.

(12)

Unaradjan, Dolet. 2003. Manajemen Disiplin. PT Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta.

Winardi. 1974.Asas-Asas Manajemen.Alumni. Bandung.

Ashshofa, Burhan. 1996.Metode Penelitian Hukum. Rineka Cipta, Jakarta.

Soekanto, Soerjono. 1986. Pengantar Penelitian Hukum. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Universitas Lampung. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung, Bandar Lampung.

B. Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian.

Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil.

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1989 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengawasan Melekat.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: KEP/46/M.PAN/4/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Melekat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan.

(13)

Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

(14)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penegakan Hukum

2.1.1 Pengertian Penegakan Hukum

Menurut Soetjipto Raharjo yang dimuat dalam buku Pengantar Ilmu Hukum oleh Triwulan Tutik (2006:226) menyatakan bahwa:

“penegakan hukum merupakan suatu usaha untuk mewujudkan ide-ide tentang keadilan, kepastian hukum dan kemanfaatan sosial menjadi kenyataan. Proses perwujudan ide-ide itulah yang merupakan hakekat dari penegakan hukum”.

Soejono Soekanto (1993:3) berpendapat bahwa penegakan hukum adalah:

“kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam kaidah-kaidah yang mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup”

P.de Haan, dkk (1996:1) menguraikan pandangan bahwa:

”penegakan hukum seringkali diartikan sebagai penerapan sanksi. Sanksi merupakan alat kekuasaan sebagai reaksi atas pelanggaran norma hukum”

(15)

1. Unsur-unsur Penegakan Hukum

Dalam menegakan hukum ini ada tiga unsur yang harus diperhatikan, yaitu kepastian hukum, kemanfaatan dan keadilan.

a. Kepastian hukum

Hukum harus dilaksanakan dan ditegakan, setiap orang menginginkan dapat diterapkan peristiwa kongkret yang terjadi bagaimanapun hukumnya, itulah yang harus diberlakukan pada setiap peristiwa yang terjadi. Jadi pada dasarnya tidak ada penyimpangan. Bagaimanapun juga hukum harus ditegakan, sampai-sampai timbul perumpamaan “meskipun hari esok kiamat, hukum harus ditegakan”. Inilah yang diinginkan kepastian hukum dengan adanya kepastian hukum ketertiban dalam masyarakat tercapai.

b. Kemanfaatan

Pelaksanaan dan penegakan hukum juga harus memperhatikan kemanfaatannya dan kegunaannya bagi masyarakat. Sebab hukum justru dibuat untuk kepentingan masyarakat (manusia). Karenanya pelaksanaan dan penegakan hukum harus memberi manfaat bagi masyarakat. Jangan sampai terjadi pelaksanaan dan penegakan hukum merugikan masyarakat, yang pada akhirnya akan menimbulkan keresahan.

c. Keadilan

(16)

2. Instrumen Penegakan Hukum

Menurut Soerjono Soekanto (1983:27) mengemukakan, tanpa adanya sarana atau fasilitas tertentu, maka tidak mungkin penegakan hukum akan berlangsung dengan lancar. Sarana atau fasilitas tersebut antara lain mencangkup tenaga manusia yang berpendidikan dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup, maka mustahil penegakan hukum tidak akan tercapai tujuannya jika semua instrument tersebut terpenuhi.

.

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum

Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum menurut Soejono Soekanto bahwa penegakan hukum sebagai suatu proses, pada hakekatnya merupakan penerapan diskresi yang menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh kaidah hukum, akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi. Adapun faktor-faktor tersebut meliputi:

a. Faktor hukumnya sendiri: misalnya undang-undang dan sebagainya

b. Faktor penegakan hukum, yakni pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum

c. Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung penegakan hukum

4. Pelaksanaan Penegakan Hukum

Menurut Titik Triwulan (Titik Triwulan 2006: 256-259) bahwa secara universal kegiatan-kegiatan pelaksanaan penegakan hukum dapat berupa: pencegahan (preventif) dan represif.

a. Tindakan pencegahan yaitu segala usaha atau tindakan yang dimaksud untuk mencegah terjadinya pelanggaran hukum.

(17)

Penegakan hukum berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai dikatakan bahwa sebelum menjatuhkan hukuman disiplin, pejabat yang berwenang menghukum wajib lebih dahulu mempelajari dengan teliti hasil-hasil pemeriksaan, serta wajib memperhatikan dengan seksama faktor-faktor yang mendorong atau menyebabkan Pegawai Negeri Sipil melakukan pelanggaran disiplin. Walaupun wujud pelanggaran disiplin itu sama, tetapi faktor-faktor yang mendorong untuk melakukan pelanggaran disiplin itu berbeda maka jenis hukuman disiplin yang akan dijatuhkanpun dapat berbeda juga.

Pada saat menentukan jenis hukuman disiplin yang akan dijatuhkan haruslah dipertimbangkan dengan seksama bahwa hukuman disiplin yang akan dijatuhkan itu setimpal dengan pelanggaran disiplin yang akan dilakukan, sehingga hukuman disiplin itu dapat diterima oleh rasa keadilan.

(18)

2.2 Pengertian dan Kedudukan Pegawai Negeri Sipil

Pengertian Pegawai Negeri Sipil

Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dijelaskan bahwa :

Pegawai Negeri adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya dan digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Dari rumusan bunyi Pasal 1 butir 1 di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk menjadi Pegawai Negeri maka seseorang harus memenuhi syarat-syarat yaitu :

a. Harus Warga Negara Indonesia.

b. Memenuhi syarat-syarat yang telah ditentukan dalam perundang-undangan yang berlaku.

c. Harus diangkat oleh pejabat yang berwenang.

d. Diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri atau diserahi tugas negara lainnya.

e. Digaji berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kemudian dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian ditentukan mengenai jenis Pegawai Negeri bahwa :

(19)

b. Anggota Tentara Nasional Indonesia.

c. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia.

2) Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, terdiri dari :

a. Pegawai Negeri Sipil Pusat. b. Pegawai Negeri Sipil Daerah.

3) Di samping Pegawai Negeri sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), pejabat yang berwenang dapat mengangkat pegawai tidak tetap.

Pasal 2 Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 merupakan pengembangan dari Pasal 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 yang semula hanya 2 ayat menjadi 3 ayat. Sedangkan pada ayat 1 terpisahnya anggota POLRI dari ABRI sehingga menjadi butir tersendiri untuk anggota POLRI yaitu butir c.

(20)

1. Pengertian Pelanggaran Disiplin

Disiplin adalah ketentuan terhadap peraturan dan norma yang berlaku dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara yang dilaksanakan secara sadar, ikhlas lahir dan batin sehingga timbul rasa malu untuk melanggar dan terkena sanksi serta takut terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Penjatuhan sanksi sangat diperlukan untuk memberikan bimbingan dan penyuluhan bagi pegawai dalam menciptakan tata tertib yang baik di suatu instansi. Dengan penjatuhan sanksi terhadap Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran maka pegawai tidak akan mengulangi lagi perbuatannya. Penjatuhan sanksi ini adalah untuk mendidik pegawai supaya berprilaku mentaati semua peraturan. Peraturan tanpa dibarengi dengan hukuman yang tegas bagi pelanggarnya bukan menjadi alat yang baik bagi pegawai.

Maksud adanya penjatuhan sanksi terhadap Pegawai Negeri Sipil tersebut adalah pemerintah berupaya meningkatkan disiplin aparatur negara dari beberapa aspek strategis, salah satunya dengan meningkatkan penyempurnaan prilaku manusia, sehingga diharapkan prilaku aparatur negara memiliki sifat tangguh, cerdas, terampil, mandiri, dan rasa kesetiakawanan, kerja keras, hemat, produktif, disiplin, serta berorientasi ke masa depan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik (Malayu S.P Hasibuan, 2001:213)

(21)

dalam Pasal 2 dan Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 menyebutkan yang dimaksud dengan pengertian pelanggaran disiplin adalah: ”setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan Pegawai Negeri Sipil yang melanggar

ketentuan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil, baik yang dilakukan di dalam maupun di luar jam kerja”.

a. Yang dimaksud dengan ”ucapan” adalah kata-kata yang diucapkan dihadapan atau dapat dilanggar oleh orang lain, seperti dalam rapat, ceramah, diskusi melalui telepon, radio, televisi, rekaman, atau alat komunikasi lainnya.

b. Yang dimaksud dengan ”tulisan” adalah pernyataan pikiran dan atau perasaan secara tertulis baik dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk gambar, karikatur, dan lain-lain yang serupa dengan itu.

c. Yang dimaksu dengan ”perbuatan” adalah setiap tingkah laku, sikap atau tindakan.

Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 menyebutkan sebagai berikut:

“Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam perundang-undangan pidana, Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin oleh pejabat yang berwenang menghukum”.

(22)

2. Sebab-sebab Pelanggaran Disiplin a. Kurangnya Keadilan

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan pegawai karena sifat manusia selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dalam pemberian jasa, akan merangsang terciptanya kedisiplinan pegawai yang baik.

b. Kurangnya Pengawasan Melekat

Pengawasan melekat adalah tindakan yang nyata dan paling efektif dalam mewujudakan kedisiplinan pegawai. Dengan pengawasan melekat berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi prilaku, moral, sikap, gairah kerja dan prestasi kerja bawahannya. Pengawasan melekat yang efektif akan merangsang kedisiplinan dan moralitas kerja pegawai karena pegawai merasa mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengawasan, dan pengarahan dari atasannya.

c. Kurangnya Kesadaran Pegawai

(23)

d. Kurangnya Hubungan Kemanusiaan

Hubungan kemanusiaan yang harmonis antara sesama pegawai ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu unit kerja. Apabila dapat tercipta hubungan kemanusiaan yang harmonis maka dapat terwujud lingkungn dan suasana kerja yang nyaman dan hal ini akan memotivasi kedisiplinan kerja pada lembaga tersebut (Malayu SP Hasibuan, 1995)

3. Aparat Penegak Hukum

Aparatur penagak hukum mencangkup pengertian mengenai institusi penegak hukum dan aparat (orangnya) penegak hukum. Dalam arti sempit, aparatur penegak hukum yang terlibat tegaknya hukum itu, dimulai dari saksi, polisi, penasehat hukum, jaksa, hakim dan petugas-petugas sipir pemasyarakatan. Selain aparat dan aparatur terkait mencangkup pula pihak-pihak yang bersangkutan dengan tugas dan perannya yaitu terkait dengan kegiatan pelaporan atau pengaduan, penyidikan, penuntutan, pembuktian, penjatuhan vonis dan pemberian sanksi serta upaya pemasyarakatan kembali terpidana.

(24)

stimulan, sehingga proses penegakan hukum dan keadilan itu sendiri secara internal dapat diwujudakan secara nyata.

Kedudukan Pegawai Negeri Sipil

1. Kedudukan Pegawai Negeri Sipil

Di dalam Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 disebutkan kedudukan Pegawai Negeri Sipil sebagai berikut :

Pegawai Negeri berkedudukan sebagai aparatur Negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat secara professional, jujur, adil, dan merata dalam penyelengaraan tugas Negara, pemerintahan, dan pembangunan.

Menurut Moch. Faizal Salam dari bunyi Pasal 3 ayat (1) ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Pegawai Negeri baik yang rendah maupun yang berpangkat tinggi adalah unsur aparatur Negara.

2. Sebagai unsur aparatur Negara Pegawai Negeri bertugas memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan ketentuan harus bertindak :

a. Jujur, dengan pengertian dalam menjalankan tugasnya tidak melakukan perbuatan yang berisifat KKN, yaitu korupsi, kolusi, dan nepotisme sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang bersih.

b. Adil , dengan pengertian dalam melaksanakan tugasnya harus bertindak adil, tidak memihak kepada siapapun.

c. Merata, dengan pengertian bahwa kepentingan-kepentingan yang dilayani mempunyai hak yang sama dengan yang lainnya.

3. Sebagai unsur aparatur negara, Pegawai Negeri Sipil tidak hanya menjalankan fungsi umum pemerintahan, tetapi juga harus mampu melaksanakan, menggerakkan serta memperlancar pembangunan untuk kepentingan rakyat banyak (Moch. Faizal Salam, 2003 : 18)

Sementara itu Pasal 3 ayat 2 berbunyi :

Dalam kedudukan dan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), Pegawai Negeri harus netral dari pengaruh semua golongan dan partai politik serta tidak diskriminatif dalam membeikan pelayanan kepada masyarakat.

(25)

sini berarti Pegawai Negeri dalam melaksanakan tugasnya tidak mementingkan Suku, Agama, Golongan, atau partai politik. Seorang Pegawai Negeri harus menghindari pengaruh tersebut sehingga ia dapat menjalankan tugas memberikan pelayanan kepada masyarakat secara maksimal. Untuk menghindari pengaruh partai politik, seorang Pegawai Negeri tidak boleh menjadi anggota aktif dan atau pengurus partai politik. Apabila seorang Pegawai Negeri ingin menjadi anggota suatu partai politik atau duduk sebagai pengurus suatu partai politik, maka yang bersangkutan diharuskan mengundurkan diri sebagai Pegawai Negeri.

Menurut Moch. Faizal Salam Pemerintah sendiri telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2004 tentang Larangan Pegawai Negeri Sipil Menjadi Anggota Partai Politik. Larangan bagi Pegawai Negeri menjadi anggota aktif atau pengurus suatu partai politik bertitik tolak dari pokok pikiran bahwa Pemerintah tidak hanya menjalankan fungsi umum pemerintahan tetapi juga harus mampu melaksanakan fungsi pembangunan atau dengan perkataan lain, Pemerintah bukan hanya menyelenggarakan tertib pemerintahan tetapi juga harus mampu menggerakkan dan memperlancar pembangunan untuk kepentingan rakyat banyak. Hal ini tidak akan terwujud bila pegawai negeri diperkenankan menjadi anggota atau pengurus suatu partai politik. Karena dalam pelaksanaan tugasnya antara pegawai negeri yang satu dengan yang lainnya akan saling jegal menjegal sehingga program pembangunan tidak akan berjalan dengan lancar (Moch. Faizal Salam, 2003 : 19)

(26)

ditegaskan untuk menjamin kesatuan pimpinan dan garis pimpinan yang jelas dan tegas. Dari uraian ini, maka timbullah kewajiban dan hak setiap PNS.

2. Hak Pegawai Negeri Sipil

Hak pegawai negeri diatur dalam beberapa pasal dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, yaitu :

1. Pasal 7 : Mengatur tentang hak pegawai negeri dalam memperoleh gaji yang layak sesuai dengan pekerjaan dan tanggungjawabnya.

2. Pasal 8 : Mengatur tentang hak pegawai negeri untuk cuti. Maksud cuti adalah tidak masuk kerja yang diizinkan dalam waktu yang ditentukan.

3. Pasal 9 : Mengatur hak setiap pegawai negeri yang ditimpa oleh suatu kecelakaan dalam dan karena menjalankan tugas berhak memperoleh perawatan.

4. Pasal 10 : Mengatur hak setiap pegawai negeri untuk pension bagi pegawai negeri yang telah memenuhi syarat.

5. Pasal 18 : Mengatur pemberian hak kenaikan pangkat pegawai negeri yang dilaksanakan berdasarkan sistem kenaikan pangkat reguler dan sistem kenaikan pangkat pilihan. Kenaikan pangkat reguler adalah hak, oleh karena itu apabila seseorang pegawai negeri telah memenuhi syarat yang telah ditentukan tanpa terikat jabatan dan dapat dinaikkan pangkatnya, kecuali ada alasan-alasan yang menundanya.

(27)

1. Pasal 7 ayat (1), (2) dan (3) yang berisi bahwa Setiap pegawai negeri berhak memperoleh gaji yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah yang adil dan layak sesuai dengan beban pekerjaan dan tanggung jawab. Gaji tersebut harm mampu memacu produktivitas dan menjamin kesejahteraannya

2. Pasal 8, 9, 10 dan 18 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tidak mengalami perubahan.

2.3 Pengertian Disiplin Pegawai

Bagi seorang PNS kedisiplinan harus menjadi acuan hidupnya. Tuntutan masyarakat akan pelayanan yang semakin tinggi membutuhkan aparatur yang bersih, berwibawa, dan berdisiplin tinggi dalam menjalankan tugas. Sikap dan perilaku seorang PNS dapat dijadikan panutan atau keteladanan bagi PNS di lingkungannya dan masyarakat pada umumnya. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari mereka harus mampu mengendalikan diri sehingga irama dan suasana kerja berjalan harmonis. Namun kenyataan yang berkembang sekarang justru jauh dari kata sempurna. Masih banyak PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dengan berbagai cara.

Menurut Dolet Unaradjan Disiplin berasal dari kata Latin discipulus yang berarti siswa atau murid. Di bidang psikologi dan pendidikan, kata ini berhubungan dengan perkembangan, latihan fisik, dan mental serta kapasitas moral anak melalui pengajaran dan praktek. Kata ini juga berarti hukuman atau latihan yang membetulkan serta kontrol yang memperkuat ketaatan. Makna lain dari kata yang sama adalah seseorang yang mengikuti pemimpinnya (Dolet Unaradjan, 2003 : 8)

(28)

kepentingan negara dan masyarakat. Pasal 29 UU Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan UU No. 43 Tahun 1999 menyatakan bahwa "Dengan tidak mengurangi ketentuan dalam peraturan perundang-undangan pidana, maka untuk menjamin tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas, diadakan Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil".

Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah peraturan yang mengatur mengenai kewajiban, larangan, dan sanksi apabila kewajiban tidak ditaati atau larangan dilanggar oleh Pegawai Negeri Sipil. Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Dalam Peraturan Disiplin PNS tersebut diatur ketentuan-ketentuan mengenai Kewajiban, Larangan, Hukuman disiplin, Pejabat yang berwenang menghukum, Penjatuhan hukuman disiplin, Keberatan atas hukuman disiplin, dan Berlakunya keputusan hukuman disiplin.

Menurut M. Victor Situmorang dan Jusuf Juhir berpendapat bahwa adapun yang dimaksud dengan disiplin ialah ketaatan, kepatuhan dalam menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengharuskan orang tunduk pada keputusan, perintah atau peraturan yang berlaku (M. Victor Situmorang dan Jusuf Juhir, 1994 : 153)

Sementara itu, Soegeng Prijodarminto menyatakan bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban. Soegeng Prijodarminto juga mengemukakan bahwa disiplin itu mempunyai tiga aspek, yaitu :

(29)

2) Pemahaman yang baik mengenai sistem aturan perilaku, norma, kriteria, dan standar yang sedemikian rupa sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran bahwa ketaatan atau aturan, norma, kriteria, dan standar tadi merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan (sukses).

3) Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib. (Soegeng Prijodarminto, 1994 : 25)

Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian tidak dijelaskan mengenai pengertian disiplin. Namun pada Pasal 29 disebutkan untuk menjamin tata tertib dan kelancaran pelaksanaan tugas diadakan peraturan disiplin pegawai negeri (Pasal 29 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tidak mengalami perubahan berdasarkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian).

Selanjutnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil memuat suatu keharusan, larangan serta sanksi bagi pegawai negeri sipil yang tidak melakukan suatu hal yang harus dilaksanakan dan melakukan suatu hal yang dilarang. Oleh sebab itu dapat disimpulkan berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 tahun 1974 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian, maka yang dimaksud disiplin adalah kepatuhan terhadap peraturan-peraturan yang memuat suatu keharusan atau larangan dan bagi mereka yang tidak mematuhi dikenai sanksi.

Sedangkan Winardi berpendapat bahwa:

(30)

Disiplin yang datang dari individu sendiri adalah disiplin yang berdasarkan atas kesadaran individu sendiri dan bersifat spontan Disiplin ini merupakan disiplin yang sangat diharapkan oleh suatu organisasi karena disiplin ini tidak memerlukan perintah atau teguran langsung. Sedangkan yang dimaksud dengan disiplin berdasarkan perintah, yakni dijalankan karena adanya sanksi atau ancaman hukuman. Dengan demikian orang yang melaksanakan disiplin ini karena takut terkena sanksi atau hukuman, sehingga disiplin dianggap sebagai alat untuk menuntut pelaksanaan tanggung jawab.

Bertitik tolak dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa inti dari pembentukan disiplin dapat dilaksanakan melalui dua cara, yaitu melalui pengembangan disiplin pribadi atau pengembangan disiplin yang datang dari individu serta melalui penerapan tindakan disiplin yang ketat, artinya bagi seorang pegawai yang indisipliner akan dikenai hukuman atau sanksi sesuai dengan tingkatan kesalahan. Seorang pegawai yang sadar akan tugas dan tanggung jawabnya tentu akan menjalankan kewajiban yang dibebankan kepadanya dan menjauhi larangan-larangan yang akan menurunkan kredibilitasnya.

(31)

mematuhi peraturan, prosedur, dan kebijakan yang ada sehingga dapat menghasilkan kinerja yang baik.

Kedisiplinan kerja adalah kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan organisasi dan norma-norma sosial yang berlaku. Kesadaran yang dimaksud adalah sikap seseorang yang secara sukarela menaati semua peraturan dan sadar akan tugas serta tanggung jawabnya. Sedangkan kesediaan adalah sikap, tingkah laku dan perbuatan seseorang yang sesuai dengan peraturan organisasi baik yang tertulis maupun tidak tertulis.

Dalam disiplin kerja dituntut adanya kesanggupan untuk menghayati aturan, hukum, dan tata tertib sehingga secara sadar akan melaksanakan dan mentaatinya. Disiplin kerja yang baik mencerminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini mendorong gairah kerja dan semangat kerja yang mendukung terwujudnya tujuan organisasi, pegawai, dan masyarakat.

Menurut Heidjrachman Ranupandojo dan Suad Husnan, dalam tindakan kedisiplinan perlu memperhatikan beberapa pedoman antara lain:

1) Pendisiplinan hendaknya dilakukan secara pribadi; 2) Pendisiplinan harusnya bersifat membangun;

3) Pendisiplinan haruslah dilakukan oleh atasan langsung dengan segera; 4) Keadilan dalam pendisiplinan sangat diperlukan;

5) Pimpinan tidak seharusnya memberikan pendisiplinan waktu bawahan sedang absen;

6) Setelah pendisiplinan sikap dari pimpinan haruslah wajar kembali (Heidjrachman Ranupandojo dan Suad Husnan, 2002 : 228)

(32)

mempunyai arti yang sangat penting karena apa yang menjadi tujuan hukum justru terletak pada pelaksanaan hukum itu. Ketertiban dan ketentraman hanya dapat diwujudkan dalam kenyataan kalau hukum dilaksanakan. Kalau tidak maka peraturan hukum itu hanya merupakan susunan kata-kata yang tidak mempunyai makna dalam kehidupan masyarakat. Peraturan hukum yang demikian akan menjadi mati sendiri (Sudikno Mertokusum, 2003 : 160)

Menurut Malayu S.P Hasibuan, maksud adanya penjatuhan sanksi terhadap Pegawai Negeri Sipil tersebut adalah pemerintah berupaya meningkatkan disiplin aparatur Negara dari beberapa aspek strategis, salah satunya dengan meningkatkan penyempurnaan perilaku manusia, sehingga diharapkan perilaku aparatur Negara memiliki sifat tangguh, cerdas, terampil, mandiri dan rasa kesetiakawanan, kerja keras, hemat, produktif, disiplin serta berorientasi ke masa depan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik (Malayu S.P Hasibuan, 2001 : 213)

2.4 Sanksi Hukuman Terhadap Pelanggaran Disiplin

PNS yang tidak melakukan kewajiban dan melakukan perbuatan yang dilarang sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010, dianggap telah melakukan pelanggaran disiplin PNS dan tentu saja harus mendapatkan hukuman disiplin.

(33)

Pelanggaran disiplin itu sendiri adalah setiap ucapan, tulisan, atau perbuatan PNS yang melanggar ketentuan Peraturan Disiplin PNS, baik di dalam maupun di luar jam kerja. PNS dinyatakan melanggar Peraturan Disiplin apabila dengan ucapan, tulisan, dan atau perbuatannya tersebut secara sah terbukti melanggar ketentuan mengenai kewajiban dan atau larangan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010.

Yang dimaksud dengan ucapan adalah setiap kata-kata yang diucapkan dihadapan atau dapat didengar oleh orang lain seperti dalam rapat, ceramah, diskusi, melalui telepon, radio, televisi, rekaman, atau alat komunikasi lainnya. Sedangkan tulisan merupakan pernyataan pikiran dan atau perasaan secara tertulis baik dalam bentuk tulisan maupun dalam bentuk gambar, karikatur, coretan dan lain-lain yang serupa dengan itu. Perbuatan itu sendiri adalah setiap tingkah laku, sikap, atau tindakan.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010, hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan kepada Pegawai Negeri Sipil karena melanggar Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil pada Pasal 6 memuat tingkat dan jenis hukuman disiplin, yaitu:

1. Hukuman disiplin ringan terdiri dari : a. Teguran lisan.

(34)

menegor bawahannya tetapi tidak dinyatakan secara tegas sebagai hukuman disiplin, bukan hukuman disiplin.

b. Teguran tertulis

Hukuman disiplin yang berupa teguran tertulis dinyatakan dan disampaikan secara tertulis oleh.pejabat yang berwenang menghukum kepada Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin.

c. Pernyataan tidak puas secara tertulis

Hukuman disiplin yang berupa pernyataan tidak puas dinyatakan dan disampaikan secara tertulis oleh pejabat yang berwenang menghukum kepada Pegawai Negeri Sipil yang melakukan pelanggaran disiplin.

2. Hukuman disiplin sedang, terdiri dari :

a. Penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahun

Hukuman disiplin yang berupa penundaan kenaikan gaji berkala, ditetapkan untuk masa sekurang-kurangnya tiga bulan dan untuk paling lama satu tahun. Masa penundaan kenaikan gaji berkala tersebut dihitung penuh untuk kenaikan gaji berkala berikutnya.

b. Penurunan gaji sebesar satu kali kenaikan gaji berkala untuk paling lama satu tahun

(35)

dihitung penuh untuk kenaikan gaji berkala berikutnya. Apabila dalam masa menjalani hukuman disiplin Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan memenuhi syarat-syarat untuk kenaikan gaji berkala, maka kenaikan gaji berkala tersebut baru diberikan terhitung mulai bulan berikutnya dari saat berakhirnya masa menjalani hukuman disiplin.

c. Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama satu tahun

Hukuman disiplin yang berupa penundaan kenaikan pangkat ditetapkan untuk masa sekurangkurangnya enam bulan dan untuk paling lama satu tahun, terhitung mulai tanggal kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan dapat dipertimbangkan.

3. Hukuman disiplin berat, terdiri dari :

a. Penurunan pangkat pada pangkat setingkat lebih rendah untuk paling lama satu tahun

(36)

bersangkutan sekurang-kurangnya satu tahun dikembalikan pada pangkat semula.

b. Pembebasan dari jabatan

Hukuman disiplin yang berupa pembebasan dari jabatan adalah pembebasan dari jabatan organik. Pembebasan dari jabatan berarti pula pencabutan segala wewenang yang melekat pada jabatan itu. Selama pembebasan dari jabatan, Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan menerima penghasilan penuh kecuali tunjangan jabatan.

c. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil

Pegawai Negeri Sipil yang dijatuhi hukuman disiplin berupa pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil, apabila memenuhi syarat masa kerja dan usia pensiun menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersangkutan diberikan hak pensiun.

d. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil

(37)

Sedangkan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil pada Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10 memuat tingkat dan jenis hukuman disiplin, yaitu :

1. Hukuman disiplin ringan terdiri dari : a. Teguran lisan

Pegawai Negeri Sipil yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 5 (lima) hari kerja.

b. Teguran tertulis

Bagi Pegawai Negeri Sipil yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 6 (enam) sampai dengan 10 (sepuluh) hari kerja.

c. Pernyataan tidak puas secara tertulis

Bagi Pegawai Negeri Sipil yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 11 (sebelas) sampai dengan 15 (lima belas) hari kerja.

2. Hukuman disiplin sedang, terdiri dari :

a. Penundaan kenaikan gaji berkala untuk selama 1 (satu) tahun

Bagi Pegawai Negeri Sipil yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 16 (enam belas) sampai dengan 20 (dua puluh) hari kerja.

b. Penundaan kenaikan pangkat selama 1 (satu) tahun

Bagi Pegawai Negeri Sipil yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah 21 (dua puluh satu) sampai dengan 25 (dua puluh lima hari kerja).

c. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 1 (satu) tahun

(38)

3. Hukuman disiplin berat, terdiri dari :

a. Penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun

Bagi Pegawai Negeri Sipil yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 31 (tiga puluh satu) sampai dengan 35 (tiga puluh lima) hari kerja. b. Pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah

Bagi Pegawai Negeri Sipil yang menduduki jabatan struktural atau fungsional tertentu yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 36 (tiga puluh enam) sampai dengan 40 (empat puluh) hari kerja.

c. Pembebasan dari jabatan

Pemberhentian dari jabatan bagi Pegawai Negeri Sipil yang menduduki Jabatan Struktural atau Fungsional tertentu yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 41 (empat puluh satu) sampai dengan 45 (empat puluh lima) hari kerja.

d. Pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai Pegawai Negeri Sipil

Bagi Pegawai Negeri Sipil yang tidak masuk kerja tanpa alasan yang sah selama 46 (empat puluh enam) hari kerja atau lebih.

e. Pemberhentian tidak dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil

(39)

yang berwenang menjatuhkan hukuman disiplin. Sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980.

2.5 Proses Penjatuhan Sanksi Hukuman Pegawai Negeri Sipil Yang Melakukan Pelanggaran

Tata Cara Pemanggilan, Pemeriksaan, Penjatuhan dan Penyampaian Keputusan Hukuman Disipin terhadap PNS yang diduga melakukan pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil diatur dalam Pasal 23 sampai dengan Pasal 31 Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2010. Di dalam Pasal 23 ditentukan sebagai berikut: 1. PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin dipanggil secara tertulis

oleh atasan langsung untuk dilakukan pemeriksaan.

2. Pemanggilan kepada PNS yang diduga melakukan pelanggaran disiplin dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sebelum tanggal pemeriksaan. 3. Apabila pada tanggal yang seharusnya yang bersangkutan diperiksa tidak

hadir, maka dilakukan pemanggilan kedua paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal seharusnya yang bersangkutan diperiksa pada pemanggilan pertama.

4. Apabila pada tanggal pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) PNS yang bersangkutan tidak hadir juga maka pejabat yang berwenang menghukum menjatuhkan hukuman disiplin berdasarkan alat bukti dan keterangan yang ada tanpa dilakukan pemeriksaan.

Pasal 24 ditentukan sebagai berikut:

(40)

(2) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara tertutup dan hasilnya dituangkan dalam bentuk berita acara pemeriksaan.

(3) Apabila menurut hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kewenangan untuk menjatuhkan hukuman disiplin kepada PNS tersebut merupakan kewenangan:

a. atasan langsung yang bersangkutan maka atasan langsung tersebut wajib menjatuhkan hukuman disiplin;

b. pejabat yang lebih tinggi maka atasan langsung tersebut wajib melaporkan secara hierarki disertai berita acara pemeriksaan.

Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah PNS yang bersangkutan benar atau tidak melakukan pelanggaran disiplin, serta untuk mengetahui berbagai factor-faktor yang mendorong atau menyebabkan PNS tersebut melakukan pelanggaran disiplin.

Pemeriksaan yang dilakukan oleh pejabat yang berwenang harus dilakukan dengan teliti dan obyektif sehingga dengan demikian pejabat yang berwenang menghukum dapat mempertimbangkan dengan seadil-adilnya tentang jenis hukuman disiplin yang akan dijatuhkan.

(41)

memenuhi panggilan kedua maka pejabat yang berwenang menghukum menjatuhkan hukuman disiplin berdasarkan bahan-bahan yang ada padanya.

Sementara itu Pasal 26 menentukan tata cara pelaksanaan pemeriksaan yaitu “Apabila diperlukan, atasan langsung, Tim Pemeriksa atau pejabat yang

berwenang menghukum dapat meminta keterangan dari orang lain”. Maksud dari Pasal ini, adalah untuk mendapatkan keterangan yang lebih lengkap dalam rangka usaha menjamin objektifitas.

Moch. Faizal Salam berpendapat bahwa dalam rangka pelaksanaan pemeriksaan pelanggaran disiplin PNS, hal-hal yang harus dilakukan adalah:

a) Sebelum melakukan pemeriksaan, pejabat yang berwenang menghukum atau pejabat lain yang ditunjuk olehnya, mempelajari terlebih dahulu dengan seksama laporan-laporan atau bahan-bahan mengenai pelanggaran disiplin yang disangka dilakukan oleh PNS yang bersangkutan.

b) Pada dasarnya pemeriksaan harus dilakukan oleh pejabat yang berwenang menghukum.

c) Pemeriksaan terhadap PNS yang disangka melakukan pelanggaran disiplin yang untuk menjatuhkan hukuman disiplin terhadapnya menjadi wewenang Presiden dilakukan oleh pimpinan instansi yang bersangkutan.

(42)

pelanggaran disiplin, dengan ketentuan bahwa pejabat yang diperintahkan untuk melakukan pemeriksaan itu tidak boleh berpangkat atau memangku jabatan yang lebih rendali dari PNS yang diperiksa.

e) Perintah untuk melakukan pemeriksaan itu dapat dilakukan secara lisan atau tertulis, satu dan lain hal bergantung kepada keadaan dan keperluan.

f) Kepala Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri dan pejabat yang menerima delegasi wewenang untuk menjatuhkan hukuman disiplin harus melakukan sendiri pemeriksaan terhadap PNS yang disangka melakukan pelanggaran displin.

g) Pemeriksaan dilakukan secara lisan atau tertulis.

h) Pada tingkat pertama, pemeriksaan dilakukan secara lisan. Apabila menurut hasil pemeriksaan secara lisan itu, PNS yang disangka melakukan pelanggaran itu cukup dijatuhi dengan tingkat hukuman disiplin ringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 1980, Pemeriksaan tidak perlu dilanjutkan secara tertulis. Tetapi apabila menurut hasil pemeriksaan secara lisan itu, PNS yang disangka melakukan pelanggaran disiplin itu akan dijatuhi tingkat hukuman disiplin sedang atau berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 4 Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 1980, maka pemeriksaan dilanjutkan secara tertulis.

i) Pemeriksaan secara tertulis dibuat dalam bentuk berita acara.

(43)

k) Apabila PNS yang diperiksa itu tidak mau menjawab pertanyaan, maka ia dianggap mengakui pelanggaran disiplin yang disangkakan kepadanya.

l) Apabila PNS yang diperiksa mempersulit pemeriksaan , maka hal itu wajib dilaporkan oleh pemeriksa kepada pejabat yang berwenang menghukum. m) Berita acara pemeriksaan ditandatangani oleh pemeriksa dan PNS yang

memeriksa. Apabila ada isi berita acara pemeriksaan itu menurut pendapat PNS yang diperiksa tidak sesuai dengan apa yang ia ucapkan, maka hal itu diberitahukan kepada pemeriksa dan pemeriksa wajib memperbaikinya.

n) Apabila PNS yang diperiksa menolak untuk menandatangani berita acara pemeriksaan,maka berita acara pemeriksaan itu cukup ditandatangani oleh pemeriksa dengan menyebutkan dalam berita acara pemeriksaan bahwa Pegawai Negeri yang diperiksa menolak menandatangani berita acara pemeriksaan tersebut, namun tetap dapat digunakan sebagai bahan untuk menjatuhkan hukuman disiplin.

o) Pemeriksaan dilakukan secara tertutup, dalam arti bahwa pemeriksaan itu hanya dapat diketahui oleh pejabat yang berkepentingan.

p) Apabila dipandang perlu, pejabat yang berwenang menghukum dapat meminta keterangan mengenai atau yang menyangkut pelanggaran disiplin itu dari orang lain. Satu dan lain hal untuk melengkapi keterangan dan menjamin objektifitas (Moch. Faizal Salam, 2003 : 107)

(44)
(45)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah adalah suatu bentuk usaha dalam melakukan gerak langkah untuk mencapai dan mendapatkan jawaban atas masalah yang diajukan.

Pada penelitian ini penulis menggunakan 2 (dua) metode, yaitu: 1. Pendekatan yuridis normatif

Pendekatan yuridis normatif dilakukan studi kepustakaan dengan cara melihat, menelaah, dan mengkaji bahan-bahan sekunder berupa hal-hal yang bersifat teoritis yang menyangkut asas-asas hukum, konsepsi, pandangan, dan doktrin-doktrin hukum, peraturan hukum, dan sistem hukum yang berkaitan dengan pokok bahasan penelitian sesuai dengan permasalahan yang dibuat.

2. Pendekatan yuridis empiris

(46)

3.2 Sumber dan Jenis Data

Jenis data dilihat dari sumbernya, dapat dibedakan langsung dari masyarakat (Badan Kepegawaian Daerah dan Inspektorat Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan) dan data yang diperoleh dari bahan pustaka (Soerjono Soekanto, 1986:11).

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Data primer, adalah data yang diperoleh dari keterangan-keterangan dan

informasi-informasi responden secara langsung melalui wawancara dan observasi lapangan khususnya di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan.

2. Data sekunder, adalah data yang diperoleh melalui penelusuran studi kepustakaan dengan mempelajari berbagai literatur, dokumen resmi, dan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan objek penelitian. Data ini terdiri dari:

a. Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang dapat memberikan penjelasan bahan hukum primer, berupa kumpulan buku-buku hukum, literatur, hasil karya ilmiah sarjana dan hasil penelitian yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini, seperti:

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian

(47)

3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1974 tentang Pembatasan Kegiatan Pegawai Negeri dalam Usaha Swasta

4. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1980 tentang Peraturan Disiplin Pegawai Negeri Sipil;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil; 6. Peraturan Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri

Sipil;

7. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor: KEP/46/M.PAN/4/2004 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Melekat Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan.

8. Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 2010 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

b. Bahan hukum tersier yaitu bahan-bahan yang berguna untuk memberikan penjelasan atas petunjuk terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder seperti teori-teori dan pendapat-pendapat dari sarjana-sarjana atau ahli hukum, Kamus Besar Bahasa Indonesia, artikel, internet dan literatur-literatur lain yang berkaitan dengan pokok bahasan penelitian ini

3.3 Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

(48)

Prosedur pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Studi Pustaka

yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan terhadap data sekunder dengan mempelajari Peraturan Perundang-undangan yang berhubungan dengan penulisan serta studi kepustakaan dan mengutip hal-hal yang diperlukan dalam penulisan ini.

b. Studi Lapangan/ Wawancara

Studi Lapangan/Wawancara ini penulis lakukan untuk memperoleh data objektif karena dengan wawancara yang penulis lakukan terhadap Pegawai Negeri Sipil Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan terkait, maka penulis mempunyai kesempatan untuk mengadakan tanya jawab yang lebih leluasa dan terbaik. Dan tidak menutup kemungkinan bagi penulis untuk memperoleh data dengan cara wawancara.

Dalam penulisan skripsi ini yang akan penulis wawancarai adalah Kepala Badan Kepegawaian Daerah dan Kepala Inspektorat Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan.

2. Pengolahan Data

Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengelola data adalah:

(49)

a. Seleksi data, pada tahap ini seluruh data hasil studi dikumpulkan.dan diseleksi. b. Pemeriksaan data (editing)

yaitu memilih data yang diperoleh secara selektif untuk mengetahui apakah data tersebut sudah lengkap dan sesuai dengan pokok bahasan yang akan dibahas serta ada relevansinya bagi penelitian.

c. Klasifikasi Data

yaitu mengelompokan data yang diperoleh menurut kerangka yang telah ditetapkan untuk mempermudah melakukan analisa.

d. Penyusunan Data

Pemberian tanda terhadap data dengan mengelompokkan data yang terkumpul sesuai dengan pokok bahasan, jenis data dan sumber data, dengan tujuan untuk menyajikan data secara sempurna, memudahkan rekonstruksi serta analisis data.

3.4 Analisis Data

(50)
(51)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian pada hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penerapan sanksi terhadap pelanggaran disiplin PNS didasarkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil pada Pasal 23 sampai dengan Pasal 31 yang berisi tentang Tata Cara Pemanggilan, Pemeriksaan, Penjatuhan dan Penyampaian Keputusan Hukuman Disiplin serta Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 21 Tahun 2010 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil.

Proses pemberian sanksi/penjatuhan hukuman disipin di lingkungan Pemerintah Kabupaten Lampung Selatan, yaitu:

a. Kepala Instansi terkait membuat teguran lisan 1 (satu) sampai 3 (tiga) kali; b. Kepala Instansi terkait membuat teguran tertulis 1 (satu) sampai 3 (tiga)

kali;

c. Kepala Instansi terkait membuat laporan kepada BKD atau Inspektorat; d. Inspektorat memproses dan memanggil orang yang melakukan

(52)

e. Hasil Pemeriksaan dituangkan di Berita Acara Pemeriksaan (BAP) yang berisikan alternatif hukuman disiplin;

f. Setelah itu diadakan rapat oleh Tim Penyelesaian Kasus;

g. Keputusan rapat yang menghukum terhadap pegawai yang melanggar kedisiplinan dibuatkan Surat Keputusan Hukuman Disiplin.

2. Penegakan hukum terhadap penerapan sanksi pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan, sebagai berikut:

a. PNS yang dijatuhi sanksi hukuman disiplin menjadi jera dan sadar dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagai PNS;

b. Sanksi hukuman disiplin dapat dijadikan cerminan bagi PNS lain yang tidak melanggar disiplin dan dapat berhati-hati dalam melaksanakan tugas-tugasnya agar tidak menyimpang dari peraturan yang telah ditetapkan; c. Memperlancar penyelanggaraan kewajiban pemerintah dan pelaksanaan

pembangunan di Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan d. Menciptakan lingkungan kerja yang kondusif;

e. Menciptakan ketertiban Aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan

(53)

pengurusan penjatuhan hukuman disiplin terhadap Pegawai Negeri Sipil, lamanya proses penjatuhan hukuman disiplin terhadap Pegawai Negeri Sipil dikarenakan melalui tahapan yang cukup panjang, dan tidak jelasnya kriteria pelanggaran disiplin Pegawai Negeri Sipil.

5.2 Saran

1. Perlunya sosialisasi Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil sehingga diharapkan dapat dijadikan landasan bagi PNS agar tidak melanggar disiplin dan dapat berhati-hati dalam melaksanakan tugas-tugasnya agar tidak menyimpang dari peraturan yang telah ditetapkan;

2. Pemberian sanksi tegas, proses cepat dan akurat dapat dipertanggungjawabkan sangat diperlukan guna penerapan disiplin;

3. Diperlukan adanya penegakan hukum yang lebih ketat terhadap pemberian sanksi administrasi disiplin hakim dan PNS dimana tidak hanya sebatas penegakan disiplin jam kerja saja namun mengenai kinerja juga;

(54)

(Skripsi)

Oleh

QUEEN PRISTI NS

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(55)

I. PENDAHULUAN……… 1

1.1 Latar Belakang………...……… 1

1.2Permasalahan dan Ruang Lingkup….……… 5

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian………...…...………. 6

II. TINJAUAN PUSTAKA………. 9

2.1 Pengertian Penegakan Hukum………. 9

2.2Pengertian dan Kedudukan Pegawai Negri Sipil…………... 14

2.3 Pengertian Disiplin Pegawai...……… 23

2.4 Hukuman Terhadap Pelanggaran Disiplin………. 28

2.5 Proses Penjatuhan Sanksi Hukuman Pegawai Negeri Sipil Yang Melakukan Pelanggaran ...……... 35 III. METODE PENELITIAN... 41

3.1 Pendekatan Masalah... 41

3.2 Sumber dan Jenis Data……..………..………… 42

3.3 Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data……… 43

3.4 Analisis Data... 45

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan………. 47 4.1.1.Profil Pemerintahan Daerah Kabupaten Lampung Selatan……… 47 4.1.2 Komposisi Pegawai Negri Sipil …………..…………. 47

4.1.3 Tugas Pokok Dan Fungsi Badan Kepegawaian Daerah Kabupaten Lampung Selatan……… 48

4.1.4 Tugas pokok dan fungsi Inspektorat... 49

4.2 Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Disiplin ... 50

4.2.1 Pengawasan Terhadap PelanggaranDisiplin………… 50

4.2.2 Penerapan Sanksi Pegawai Negeri Sipil Di Badan Kepegawain Daerah dan Inspektorat di Lingkungan Pemerintah Daerah Kabupaten Lampung Selatan 51 4.3 Faktor-faktor Penghambat dalam Penegakan Hukum Terhadap Pelanggaran Disiplin Pegawai Negeri Sipil... 74

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan………... 78

(56)
(57)

Oleh

QUEEN PRISTI NS

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(58)

KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Nama Mahasiswa :QUEEN PRISTI N.S

No. Pokok Mahasiswa : 0852011169

Bagian : Hukum Administrasi Negara

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Charles Jackson, S.H, M.H Upik Hamidah, S.H, M.H

NIP. 19551217 198103 1 002 NIP. 19600606 198703 2 012

2. Ketua Bagian Hukum Administrasi Negara

(59)

1. Tim Penguji

Ketua :Charles Jackson, S.H, M.H ……...

Sekertaris/Anggota :Upik Hamidah, S.H, M.H ...

Penguji Utama :Elman Edy Patra, S.H, M.H ………

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H, Ms NIP. 196211091987031003

(60)

Dengan hati yang tulus sedalam-dalamnya kupersembahkan skripsi ini

Kepada :

Papa dan Mama tercinta Yushardi Malay dan Uswana , terima kasih Mama atas seluruh yang tak ternilai yang telah kau berikan padaku . Dan juga kepada seluruh keluarga tersayang serta

teman-teman yang selalu mendoakan.

(61)

Sudah sepatutnya Penulis memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, karena atas karunia-Nya Penulis dapat meneyelesaikan studi dan penulisan Skripsi ini.

Penulisan ini sebagai pelengkap dari tugas-tugas dan untuk memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum Universitas Lampung.

Selanjutnya penulisan ini tentunya tidak terlepas dari sumbangsih serta partisipasi berbagai pihak,baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka dengan penuh kerendahan hati Penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Bapak Dr. Heryandi , S.H.,M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung. 2. Ibu Marindowati , S.H.,M.H. selaku Pembimbing Akademik.

3. Bapak Charles Jackson , S.H.,M.H. selaku Pembimbing Utama dan Ibu Upik Hamidah S.H.,M.H. selaku Pembimbing kedua yang telah banyak memberikan bimbingan, saran serta pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Elman Edi Patra, S.H.,M.H. selaku Pembahas Utama dan Ibu Eka Deviani S.H.,M.H selaku Pembahas Kedua yang telah memberikan masukan-masukan dalam penelitian skripsi ini.

(62)

7. Keluargaku tercinta , Papa Yushardi Malay dan Ibuku Uswana terima kasih atas dorongan motivasi dan doanya untuk keberhasilanku .

8. Sahabat-sahabat yang selalu memberi support Adhiyatma , Irmayuli Frestia , Dira Oktria Almega, Citra Ayu Wardani , Reza Pahlevi , Inez Vania Harera , Ria Andayani , Lucky Dinaristama, Gemma Dwi Putra dan Septiana Sari , terima kasih atas canda tawa suka dan duka yang kita lewati selama masa perkuliahan , beloved GOL .

9. Sahabat kecilku Yenni Aprilia dan Jesika Mutiara Yuda , terima kasih kalian selalu ada dan memberikan motivasi kepada saya dari kecil hingga dewasa dan semoga abadi hingga hari tua .

10. Teman-teman Hima HAN serta seluruh teman-teman angkatan 2008 yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu saya ucapkan terima kasih atas segala dukungan selama masa perkuliahan .

Akhirnya dengan memuji kebesaran Allah SWT , Penulis mempersembahkan karya ini kepada alamamater tercinta Fakultas Hukum Universitas Lampung sebagai bahan acuan bagi pembaca yang memerlukannya. Penulis memohon maaf karna keterbatasan penulis selaku manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan serta kekurangan

Bandar Lampung , 2012

Penulis,

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan, bahwa (1) Penegakan sanksi pidana terhadap pelanggaran Peraturan Daerah di Kabupaten Lampung Barat yang memuat ketentuan pidana, dalam

Hasil penelitian menunjukan, bahwa (1) Penegakan sanksi pidana terhadap pelanggaran Peraturan Daerah di Kabupaten Lampung Barat yang memuat ketentuan pidana, dalam

[r]

Pajak memegang peranan yang sangat penting bagi suatu negara, karena pajak merupakan sumber pendapatan negara yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengatur kegiatan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penegakan hukum administrasi terhadap alih fungsi hutan mangrove di Kabupaten Pohuwato dengan mengacu pada ketentuan Pasal 36

Penegakan hukum terhadap praktik tanpa izin tenaga kesehatan dalam melakukan tindakan medik kecantikan dilakukan berdasarkan Pasal 73 ayat (2) jo Pasal 78

bahwa Peraturan Daerah atau Keputusan Kepala daerah mengenai pokok-pokok tertentu baru berlaku sesudah ada pengesahan pejabat yang berwenang. Jadi sesuai dengan

Tulisan ini bertujuan untuk mengetahui penegakan hukum administrasi terhadap alih fungsi hutan mangrove di Kabupaten Pohuwato dengan mengacu pada ketentuan Pasal