• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Akibat Perbedaan Harga Antara di Rak Dengan di Kasir Ditinjau dari UU Perlindungan Konsumen No.8 Tahun 1999 (Studi pada PT. Inti Cakrawala Citra, Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Akibat Perbedaan Harga Antara di Rak Dengan di Kasir Ditinjau dari UU Perlindungan Konsumen No.8 Tahun 1999 (Studi pada PT. Inti Cakrawala Citra, Medan)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan pasar modern di era global saat ini sudah tidak dapat dibendung lagi. Kebutuhan masyarakat akan barang dan jasa yang tidak akan pernah ada habisnya bahkan selalu meningkat. Hal ini memberikan peluang usaha atau bisnis bagi pelaku usaha dalam membuka dan mengembangkan bisnisnya yang baru, yakni salah satunya dengan mendirikan pasar modern, dimana seperti diketahui perkembangan pasar modern saat ini sangat pesat mulai dari daerah perkotaan sampai ke daerah pedesaan yang dengan sangat mudah untuk menjumpai pasar-pasar modern ini. Hal ini disebabkan tingginya sifat konsumtif masyarakat dan ditambah dengan kebutuhan masyarakat yang selalu ada sehingga lahirnya pasar modern.

Di samping itu, globalisasi dan perdagangan bebas yang didukung oleh kemajuan teknologi telekomunikasi dan informatika telah memperluas ruang gerak arus transaksi barang dan/atau jasa melintasi batas-batas wilayah suatu negara, sehingga barang dan/atau jasa yang ditawarkan bervariasi baik produksi luar negeri maupun produksi dalam negeri.1 Konsumen Indonesia merupakan bagian dari konsumen global, sehingga gerakan konsumen di dunia internasional mau tidak mau menembus batas-batas negara, dan mempengaruhi kesadaran konsumen lokal untuk berbuat hal yang sama. Persaingan antar pelaku usaha saat ini semakin kuat, dan hal ini berarti konsumen mempunyai banyak pilihan

(2)

terhadap produk barang dan/atau jasa yang dikonsumsinya.2 Jika tidak berhati-hati dalam memilih produk barang yang diinginkan konsumen hanya akan menjadi objek eksploitasi dari pelaku usaha yang tidak bertanggung jawab.

Tanpa disadari konsumen menerima begitu saja barang dan/atau jasa yang dikonsumsinya.3

Realitas tersebut menjadi tantangan positif dan sekaligus negatif.

Dikatakan positif karena kondisi tersebut bisa memberikan manfaat bagi konsumen untuk memilih secara bebas barang dan/atau jasa yang diinginkannya. Konsumen memiliki kebebasan menentukan jenis dan kualitas barang dan/atau jasa sesuai dengan kebutuhannya dan dikatakan negatif karena kondisi tersebut menyebabkan posisi konsumen menjadi lemah daripada pelaku usaha.4

Dalam hal ini konsumen menjadi objek aktivitas bisnis untuk meraup keuntungan yang sebesar-besarnya oleh pelaku usaha melalui kiat promosi, cara penjualan, serta penerapan perjanjian standar yang merugikan konsumen. Faktor utama yang menjadi kelemahan konsumen adalah tingkat kesadaran konsumen akan haknya masih rendah. Hal ini terutama disebabkan oleh rendahnya pendidikan konsumen. Konsumen adalah pihak yang memakai dan menikmati barang dan jasa yang dihasilkan oleh produsen dengan mengorbankan sejumlah uang untuk menikmatinya. Barang yang dihasilkan (diproduksi) oleh pelaku usaha dapat berbentuk fisik atau nonfisik.5

2 Dikutip dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/36041/4/Chapter%20II.pdf,

Perlindungan Konsumen di Indonesia, [Diakses Pada 27 Juli 2016 Pukul 19.31 WIB]. 3

Happy Susanto, Hak-Hak Konsumen Jika Dirugikan, (Jakarta: Transmedia Pustaka, 2008), hal. 2.

4 Ibid., hal. 3.

(3)

Perkembangan yang ada di masyarakat memunculkan adanya pasar modern. Pasar modern tidak jauh berbeda dari pasar tradisional, namun dalam jenis pasar ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum pada barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual sangatlah beragam mulai dari bahan makanan, seperti; buah, sayuran, daging, serta sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama. Contoh dari pasar modern adalah pasar swalayan (supermarket), dan minimarket. Pasar dapat dikategorikan dalam beberapa hal, yaitu menurut jenisnya, jenis barang yang dijual, lokasi pasar, hari, luas jangkauan dan wujud.6 Pasar modern banyak disukai oleh konsumen sekarang ini karena lokasinya yang strategis, dan gedung pasar modern yang nyaman dan bersih sehingga menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk berbelanja di pasar modern dan ditambah lagi di beberapa pasar modern membuka toko 24 jam.

Efisiensi dan eksistensi berbelanja di pasar modern membuat perkembangan pasarnya semakin meluas. Perkembangan dan pertambahan pasar modern ini tidak selalu diikuti dengan peningkatan mutu dan kualitas proses penjualannya. Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam berbelanja di pasar modern konsumen mengambil sendiri barang belanjanya di tempat-tempat atau rak-rak yang telah disediakan, dimana setiap barang dalam pasar modern telah tertera label harga (price tag) yang harus dibayar oleh konsumen, kemudian konsumen melakukan

6 Dikutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Pasar, Pengertian Pasar, [Diakses Pada 27

(4)

pembayaran di kasir. Label dalam Bahasa Belanda dikenal dengan label, dan memiliki pengertian sebagai secarik kertas atau kain, logam, kayu dan sebagainya yang memiliki bentuk sedemikian rupa yang ditempelkan pada barang-barang yang akan dijual.7Maka harga yang tercantum di rak barang-barang pada pasar modern menunjukkan keterangan barang dan harga atas barang tersebut. Tetapi dalam prakteknya banyak dijumpai perbedaan harga yang tercantum di rak barang pasar modern dengan harga yang harus dibayarkan pada kasir. Hal semacam ini sering terjadi pada pasar modern dimana, perbedaan atau selisih harga yang tercantum di rak dan yang harus dibayarkan ke kasir dapat sangat besar atau kecil, dan hal ini sangat merugikan konsumen.

Adanya pemberian diskon kepada konsumen merupakan salah satu faktor penyebab adanya perbedaan harga yang terdapat antara di rak dengan di kasir. Berbagai istilah diperkenalkan pelaku usaha untuk menginformasikan penurunan harga, seperti; diskon 50 persen, cuci gudang, off 50 persen dan lain-lain. Bagi konsumen pemberian diskon dan sejenisnya hanya efektif untuk produk baik berupa barang dan jasa yang ada standar pentarifan. Artinya, dengan adanya standar tarif maka konsumen punya akses untuk mengetahui harga/tarif dasar dari suatu produk/jasa. Jadi jika ada diskon maka konsumen dapat menilai adanya potongan harga atau tidak. Seperti tarif jasa penerbangan, tarif hotel dan lain-lain. Untuk produk dengan harga yang bebas tidak ada standarisasi harga. Harga sepenuhnya diserahkan kepada mekanisme pasar. Di sini sulit bagi konsumen untuk menguji adanya penurunan harga atau tidak. Boleh jadi, maraknya

(5)

pemberian diskon akhir-akhir ini tidak lebih dari marketing gimmick untuk meraup konsumen.8 Marketing gimmick dapat diartikan sebagai sebuah tipuan pemasaran yang dipakai dalam salah satu strategi pemasaran suatu produk barang/jasa dengan menggunakan cara-cara yang tidak biasa atau kontroversional.9

Perbedaan harga ini menimbulkan kebingungan pada konsumen. Apabila konsumen tidak membawa uang lebih, maka selisih perbedaan harga yang ada di rak dengan yang sebenarnya dapat membuat konsumen tidak jadi membeli barang. Apabila konsumen bertanya kepada pihak kasir atau pramuniaga pasar modern mengenai perbedaan harga di rak dengan yang sebenarnya, maka pada umumnya pihak kasir atau pramuniaga dengan mudahnya mengatakan bahwa harga di rak adalah harga lama dan belum diperbaharui, padahal seharusnya dalam pasar modern perubahan harga juga harus diikuti perubahan harga yang sebenarnya yang tercantum di rak sehingga, konsumen dapat mengetahui harga yang sebenarnya. Perbedaan harga di rak dan yang sebenarnya dapat dikatakan bahwa pelaku usaha memberikan informasi yang menyesatkan akibatnya konsumenlah yang dirugikan.

Perlindungan konsumen adalah perangkat hukum yang diciptakan untuk melindungi dan terpenuhinya hak konsumen. Sebagai contoh, para penjual diwajibkan menunjukkan tanda atau label harga sebagai tanda pemberitahuan

8 Sudaryatmo, Hukum & Advokasi Konsumen, Cet. ke-2, (Bandung: PT.Citra Aditya Bakti, 1999), hal. 6.

(6)

kepada konsumen.10 Salah satu hak konsumen yang berkaitan dengan harga ini adalah hak konsumen untuk mendapatkan ganti rugi karena menderita kerugian ekonomis (economic loss). Artinya, konsumen berhak untuk tidak dirugikan dan berhak mendapatkan produk dengan harga yang wajar. Hal ini seharusnya mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari pelaku usaha bagaimanapun juga eksistensi konsumen sangat penting bagi pelaku usaha. Pelaku usaha dan konsumen pada dasarnya adalah saling membutuhkan yang mempunyai hubungan simbolis mutualistis. Sehingga konsumen perlu dibina, diperlihara, dan dijaga keberadaannya.11

Harga merupakan variable penting kedua yang sangat penting dalam manajemen pemasaran setelah produk. Dari segi manajemen persoalan ini memerlukan suatu strategi yang tersendiri pula. Komponen-komponen pembentuk harga antara lain; cost, dan benefit. Yang penting diperhatikan di sini adalah bahwa harga harus wajar bagi semua pihak yaitu bagi produsen atau pelaku usaha, konsumen, dan produsen pesaingnya.12

Bagi pelaku usaha sendiri mestinya harga yang ditetapkan haruslah wajar. Artinya melalui perhitungan yang matang dan benar atas seluruh biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk ditambah dengan sejumlah keuntungan yang wajar, sehingga diharapkan akan diperoleh harga yang wajar. Karena kedudukan sebagai satu-satunya pelaku usaha (monopolist) tidak dapat dijadikan sebagai alasan untuk menetapkan harga setinggi mungkin. Bagi pelaku usaha

10

Dikutip dari https://id.wikipedia.org/wiki/Perlindungan_konsumen, Perlindungan Konsumen, [Diakses Pada 28 Juli 2016 Pukul 07.00 WIB].

11 Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia , Cet. Ke-3, (Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2014), hal. 222-223.

12

(7)

lainnya (pesaing) harga yang ditetapkan itu pun haruslah wajar sehingga tidak ada perasaan sengaja dipinggirkan karena harga yang terlalu rendah. Kedudukan sebagai pelaku usaha yang besar dan kuat tidak boleh dipakai untuk memerangi pelaku usaha pesaingnya melalui perang harga.

Sebagai negara penyelenggara kesejahteraan, negara boleh campur tangan untuk mengintervensi harga melalui tindakan melakukan operasi pasar dan menetapkan harga eceran tertinggi (het). Kedua tindakan negara ini harus dipandang sebagai kebijakan negara dalam rangka menjaga dan mengusahakan setinggi-tingginya kemakmuran rakyat bukan karena kekuasaan semata-mata. Inilah yang harus dipahami dan dicermati oleh pelaku usaha bahwa campur tangan negara atau pemerintah dibidang harga menunjukkan bahwa ekonomi negara ini belum mapan, dewasa, ataupun berdiri sendiri. Tentu saja negara mencampuri kebijakan harga karena ada sesuatu yang belum terlindungi oleh pasar.

(8)

untuk segera dicari solusinya, terutama di Indonesia mengingat sedemikian kompleksnya permasalahan yang menyangkut perlindungan konsumen.13

Menimbang berbagai hal di atas pada tanggal 20 April 1999. Pemerintah Republik Indonesia telah mengeluarkan suatu kebijakan baru mengenai perlindungan konsumen dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen yang dimuat dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3821 (selanjutnya disebut UU No. 8 Tahun 1999). UU No. 8 Tahun 1999 ini berlaku efektif pada tanggal 20 April 2000, hal ini menjadi kekuatan hukum bagi konsumen dan juga pelaku usaha.

Sebenarnya masalah konsumen tentang perbedaan harga ini sering dialami oleh para konsumen ketika berbelanja di pasar modern dan biasanya para konsumen hanya akan memakluminya dengan harapan akan adanya perubahan. Namun, ternyata pemakluman yang diberikan pada kenyataannya tidak memberikan perubahan malah terkadang semakin merugikan konsumen, seperti yang dialami oleh beberapa konsumen yang kemudian menuangkan kekecewaan mereka dan kerugian yang mereka alami melalui media massa baik media cetak, maupun media elektronik salah satunya melalui internet. Selain itu ada juga beberapa konsumen yang telah melaporkan atas kerugian yang mereka alami kepada pihak yang berwajib seperti salah satu kasus yang terjadi di gerai Indomaret di Jalan Salak Raya, Kota Bengkulu yang dilaporkan ke Polisi oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Pusat Kajian Anti Korupsi (Puskaki),

(9)

hal ini terjadi pada tanggal 9 Februari 2016. Alasannya, karena mereka merasa bahwa pihak Indomaret telah menjual barang dengan harga berbeda antara yang tercantum di rak dan di kasir. Adapun barang yang memiliki selisih harga di rak dan kasir itu meliputi air mineral, susu, minuman kemasan, snack, dan beberapa produk lainnya dengan selisih harganya berkisar Rp 200,00 per item. Indomaret diduga telah melanggar Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.14

Kerugian yang dialami oleh konsumen akibat perbedaan harga antara di rak dengan di kasir juga pernah dialami oleh konsumen ketika berbelanja satu kotak susu bendera putih full cream di Alfamart Jatiasih, Bekasi. Dimana pada saat itu harga di rak adalah Rp12.900. 00, tetapi setelah sampai di kasir harganya menjadi Rp13.500, 00. Ini adalah sebuah penipuan yang sangat nyata. Konsumen juga pernah membeli susu bendera coklat botol plastik di Alfamart Komsen Jatiasih, Bekasi juga yang saat itu di rak barang tercantum harga Rp4.500,00 untuk pembelian dua botol. Akhirnya konsumen tersebut membeli dua agar bisa mendapat harga sesuai yang ditulis di rak tersebut. Setelah sampai di kasir, ternyata harganya berubah menjadi Rp. 6.500. Konsumen bertanya kepada pihak kasir, “Kenapa harganya berbeda"? Dengan santai pihak kasir menjawab, "Harga

yang tertera itu mulai berlaku besok pak". Sungguh hal ini adalah sebuah

(10)

penipuan secara tidak langsung dan sangat merugikan konsumen, sehingga pada akhirnya konsumen sama sekali tidak jadi membeli apapun.15

Selain itu, ada juga kasus kerugian yang dialami oleh salah satu konsumen yang terjadi di Kota Pekanbaru, dan hal ini mendapat tanggapan dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Pekanbaru. Hal ini terjadi di salah satu waralaba Alfamart di Kabupaten Pelalawan, Riau. Dimana pada saat itu terjadi sidak yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Pasar (Disperindagsar), dari hasil temuan Disperindagsar saat melakukan sidak ditemukan untuk produk Nata de Coco pada label tertera harga Rp12.900. Akan tetapi, harga itu berubah menjadi Rp16.000 ketika melakukan pembayaran di kasir. Karena ritel waralaba Alfamart ini ada dimana-mana dan manajemennya sama, maka Anggota DPRD Kota Pekanbaru turut mengomentari. Seperti dikatakan anggota Komisi II DPRD Kota Pekanbaru Roem Diani Dewi, atas kejadian ini ia mengimbau kepada masyarakat Pekanbaru agar lebih teliti dalam berbelanja di swalayan terutama pada saat melakukan pembayaran dan cek kembali apakah harga yang ada di label sebuah produk persis sama harganya pada struk belanja.16

Ketiga contoh kasus dari kerugian yang dialami oleh konsumen akibat perbedaan harga antara di rak dengan di kasir hanyalah sebagian kecil dari banyaknya kasus yang ada. Perbedaan harga yang dialami dapat terjadi beberapa

(11)

kali. Perbedaan selisih harga yang terjadi memang masih dalam jumlah yang kecil, tetapi bagaimana apabila selisih perbedaan harga tersebut terjadi kepada beberapa konsumen di waktu yang sama dalam jumlah yang banyak. Tentu saja ini akan menimbulkan kerugian bagi konsumen itu sendiri. Namun, tidak semua konsumen sadar akan kerugian yang ia alami, karena sering menganggap bahwa perbedaan harga tersebut terjadi dalam jumlah yang kecil dan penyelesaian masalah tersebut langsung diselesaikan di kasir dengan cara penggantian barang dan dengan memberikan harga yang paling murah. Dalam hal ini dimanakah letak kesalahan tersebut, apakah perbedaan harga ini terjadi karena kesalahan di pihak pelaku usaha ataupun kepada pihak pramuniaga yang tidak teliti dalam memeriksa label harga di rak-rak barang yang telah disediakan, karena pada dasarnya untuk melakukan perubahan dan penyesuaian harga tidak membutuhkan waktu yang terlalu lama.

Akibatnya, timbul banyak pertanyaan dari masyarakat mengenai bagaimana perlindungan hukum yang diberikan oleh pelaku usaha kepada para konsumen menyangkut harga. Timbulnya pertanyaan tersebut dikarenakan masyarakat sangat mengharapkan adanya suatu perlindungan hukum untuk melindungi hak-hak mereka sebagai konsumen dan mendapatkan kepastian hukum atas barang-barang yang telah dibeli yang terkait dengan harga agar mereka tidak selalu dibingungkan dan dirugikan oleh pihak produsen-pelaku usaha.

(12)

Konsumen Akibat Perbedaan Harga Antara Di Rak Dengan Di Kasir Ditinjau Dari UU Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 (Studi: PT. Inti Cakrawala Citra Medan)”.

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dalam penulisan ini permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana peran PT. Inti Cakrawala Citra dalam melakukan pencegahan dan pengawasan terhadap penyesuaian dan penetapan harga?

2. Bagaimana tanggung jawab PT. Inti Cakrawala Citra terhadap konsumen yang menjadi korban akibat perbedaan harga antara di rak dengan di kasir? 3. Bagaimana bentuk penyelesaian sengketa konsumen akibat perbedaan harga antara di rak dengan di kasir pada PT. Inti Cakrawala Citra Medan?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui peran PT. Inti Cakrawala Citra dalam melakukan pencegahan dan pengawasan terhadap penyesuaian dan penetapan harga. 2. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang bagaimana tanggung jawab PT. Inti

(13)

3. Untuk mengetahui bentuk penyelesaian sengketa konsumen akibat perbedaan harga antara di rak dengan di kasir pada PT. Inti Cakrawala Citra Medan.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan ini tidak hanya ditujukan bagi penulis sendiri, namun juga bagi masyarakat luas serta bagi aparat penegak hukum dalam praktek penegakan hukum. Oleh karena itu, manfaat penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran bagi penyempurnaan peraturan di bidang perlindungan konsumen, khususnya berkaitan dengan perbedaan harga antara di rak dengan di kasir yang merugikan konsumen. Selain itu, hasil penelitian ini juga akan dapat menambah khasanah kepustakaan di bidang perlindungan konsumen pada umumnya, serta dapat dijadikan sebagai bahan informasi yang memuat data empiris sebagai dasar penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

(14)

usaha dan masyarakat umum mengenai berbagai problema yang dihadapi tentang perlindungan konsumen.

E. Metode Penelitian

Adapun metode penelitian hukum yang digunakan dalam mengerjakan skripsi ini meliputi:

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah kombinasi penelitian yuridis normatif dan yuridis empiris. Penelitian yuridis normatif yaitu mengacu kepada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan dan norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat. Penelitian yuridis normatif dilakukan dengan cara penelusuran terhadap norma-norma hukum yang terdapat di dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur topik yang penulis angkat, serta memperoleh data maupun keterangan yang terdapat dalam berbagai literatur di perpustakaan, jurnal hasil penelitian, majalah, situs internet, dan sebagainya. Sementara penelitian yuridis empiris adalah penelitian permasalahan mengenai hal-hal yang bersifat yuridis dan didasarkan atas fakta-fakta yang diperoleh dari hasil penelitian dengan mengacu kepada pola-pola perilaku masyarakat yang nyata di lapangan.17

Soerjono Soekanto, berpendapat bahwa penelitian hukum normatif meliputi, penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian terdahap sistematika

17

(15)

hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum, penelitian sejarah hukum, dan penelitian perbandingan hukum.18 Sementara penelitian hukum empiris dilakukan melalui prosedur dan teknik wawancara kepada informan atau responden yang terkait dengan penelitian ini.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini bersifat penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan, atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu di dalam memperkuat teori-teori lama, atau didalam kerangka menyusun teori. 19

3. Sumber Data

Data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung ke lapangan melalui wawancara yang dilakukan penulis dengan Manajer Administrasi Toko (Store Administration Manager) sebagai narasumber yang berhubungan dengan masalah konsumen di PT. Inti Cakrawala Citra Medan. Sedangkan data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan, meliputi peraturan perundang-undangan, buku-buku, artikel hukum dari internet, media massa dan kamus serta data yang terdiri atas:

a. Bahan hukum primer, yaitu peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berkaitan dengan judul skripsi antara lain

18 Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hal. 41.

(16)

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha-Usaha Tidak Sehat, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa, Surat Edaran Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Nomor: 235/DJPDN/VII/2001 Tentang Penanganan Pengaduan Konsumen Yang Ditujukan Kepada Seluruh Dinas Indag Prov./Kab./Kota, dan sebagainya.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer seperti artikel-artikel, hasil penelitian, laporan-laporan dan sebagainya yang diperoleh baik melalui media cetak maupun media elektronik. c. Bahan hukum tersier, yaitu kamus, ensiklopedia, artikel hukum dari

internet dan lain-lain yang merupakan bahan hukum yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. 4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain menggunakan metode-metode sebagai berikut:

a. Studi Kepustakaan (Data Sekunder)

(17)

hukum, makalah hukum, surat kabar, artikel hukum dari internet, pendapat para sarjana hukum dan bahan-bahan lainnya.

b. Studi Lapangan (Data Primer)

Penelitian dilakukan dengan cara melakukan wawancara dengan pihak yang terkait dalam hal ini adalah Manajer Administrasi Toko (Store Administration Manager) sebagai informan serta pihak yang

berhubungan dengan masalah konsumen di PT. Inti Cakrawala Citra Medan.

5. Analisa Data

Pada umumnya, dalam penelitian-penelitian sosial dikenal dua macam analisis data, yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Dalam skripsi ini, riset yang dilakukan bersifat deskriptif dan tidak menggunakan data dalam bentuk angka-angka, dengan kata lain penelitian ini bersifat kualitatif. Oleh karena itu, terhadap data-data yang telah terkumpul, digunakan analisis data kualitatif yaitu pengumpulan data-data primer melalui pengamatan dan wawancara, untuk kemudian dikaitkan dengan data sekunder maupun data lainnya yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas.

F. Keaslian Penulisan

(18)

skripsi orang lain untuk menjadi sebuah karya yang diakui sebagai hasil karyanya sendiri.

Setelah menelusuri seluruh daftar skripsi di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan arsip yang ada di Departemen Hukum Perdata, akan tetapi penulis tidak menemukan adanya kesamaan judul ataupun permasalaha dengan judul dan permasalahan yang penulis angkat yaitu tentang “Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Akibat Perbedaan Harga Antara Di

Rak Dengan Di Kasir Ditinjau Dari UU Perlindungan Konsumen Nomor 8 Tahun 1999 (Studi: PT. Inti Cakrawala Citra Medan)”. Oleh karena itu,

tulisan ini merupakan buah karya asli penulis yang disusun berdasarkan dengan asas -asas keilmuan yang jujur, rasional dan ilmiah.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini akan mempermudah penulisan dan penjabaran penulisan skripsi dengan memberikan gambaran yang lebih jelas. Penelitian ini dibagi menjadi lima bab dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

(19)

Keaslian penulisan, yaitu penegasan bahwa skripsi ini dapat dijamin keasliannya dan bukan merupakan bentuk plagiat dari penulisan lain. Sistematika penulisan, yaitu uraian ringkas dari skripsi ini.

Bab II Tinjauan Umum Tentang Hukum Perlindungan Konsumen

Bab ini menguraikan tentang sejarah dan pengertian hukum perlindungan konsumen, peraturan tentang hukum perlindungan konsumen, asas dan tujuan hukum perlindungan konsumen, pihak-pihak terkait dalam hukum perlindungan konsumen, hak dan kewajiban konsumen serta pelaku usaha, bentuk pelanggaran hak konsumen dan tata cara pengaduan konsumen, dan profil PT.Inti Cakrawala Citra Medan.

Bab III Tinjauan Umum Tentang Penetapan Harga Sebagai Bentuk Perlindungan Kepada Konsumen

Bab ini membahas dan menguraikan tentang pengertian dari harga dan penetapan harga, peraturan tentang penetapan harga, tujuan dan sasaran penetapan harga.

Bab IV Bentuk Perlindungan Hukum Bagi Konsumen Akibat Perbedaan Harga Antara Di Rak Dengan Di Kasir Pada PT. Inti Cakrawala Citra Medan

(20)

akibat perbedaan harga antara di rak dengan di kasir pada PT. Inti Cakrawala Citra Medan.

Bab V Kesimpulan Dan Saran

Referensi

Dokumen terkait

Misalnya konsumen mendapatkan barang kirimannya rusak atau terlambat di terima, tidak seperti waktu yang di perjanjikan sehingga konsumen menjadi pihak yang di rugikan

Jika hal tersebut diatas terjadi maka pihak PT.JNE agen Jagalan Kota Malang seharusnya bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh pengirim atau konsumen, baik

Gampong Kopelma Darussalam, kebijakan pihak swalayan yang tidak mencantumkan label harga pada produk yang diperdagangkan, tanggapan konsumen terhadap transaksi jual

Pihak penerbit kartu atau bank seharusnya ikut bertanggung jawab terhadap masalah yang dihadapi oleh pemegang kartu, dan tidak memberatkan konsumen kartu