1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Setiap manusia dilahirkan di dunia untuk menjadi manusia yang bermakna.
Menurut Frankl perhatian utama manusia bukanlah untuk mendapatkan kesenangan atau
menghindari dosa, namun lebih dari itu untuk mendapatkan suatu makna dari hidupnya.1 Dalam rangka menjadi manusia yang bermakna maka manusia bersekolah, belajar,
bersosialisasi di dalam keluarga, dan bersosialisasi di dalam lingkungan masyarakat yang
lebih luas. Keinginan untuk hidup bermakna memang benar-benar merupakan motivasi
utama pada manusia. Hasrat inilah yang mendorong setiap orang untuk melakukan
berbagai kegiatan-seperti kegiatan bekerja dan berkarya- agar hidupnya dirasakan berarti
dan berharga.2 Untuk dapat menjadi bermakna manusia juga berusaha untuk menjauhi perbuatan-perbuatan jahat, kriminal, dan sebagainya. Dalam upaya pencarian makna itu
manusia seringkali jatuh ke dalam pencobaan, sehingga melakukan perbuatan-perbuatan
jahat dan beberapa orang harus berakhir di dalam Lembaga Pemasyarakatan (LP) sebagai
Warga Binaan untuk menjalani masa hukuman sebagai ganjaran dari perbuatannya yang
jahat.
Warga binaan di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Wanita Kota Kupang dibina
untuk belajar dari kesalahan yang mereka lakukan sebelumnya yang menyebabkan mereka
berada di Lembaga Pemasyarakatan (LP) tersebut. Pembinaan yang diberikan di dalam
Lembaga Pemasyarakatan (LP) memiliki tujuan agar ketika mereka keluar dari LP
diharapkan mereka tidak mengulangi kesalahan yang sama dan dapat menjadi individu
yang lebih baik lagi. Sistem pemasyarakatan sebagaimana tercantum dalam ketentuan
1
Victor E. Frankl, Logoterapi Terapi Psikologi Melalui Pemaknaan Eksistensi, (Yogyakarta: Kreasi Wacana, 2006), 129.
2
2
umum Undang-undang No. 12 Tahun 1995 adalah suatu tatanan mengenai arah dan batas
serta cara pembinaan Warga Binaan berdasarkan Pancasila yang dilaksanakan secara
terpadu antara pembina, yang dibina, dan masyarakat untuk meningkatkan kualitas warga
binaan pemasyarakatan agar menyadari kesalahan, memperbaiki diri, dan tidak
mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat,
dapat aktif berperan dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga
yang baik dan bertanggung jawab.
Warga Binaan yang masuk ke dalam Lembaga Pemasyarakatan (LP) selain
disebabkan karena kesalahan tersebut baru pernah dilakukan (pengalaman pertama), tapi
ada juga yang dikarenakan melakukan kesalahan yang sama seperti sebelumnya, dan juga
ada yang harus masuk kembali ke dalam LP karena mendapatkan penolakan dari
masyarakat sehingga dia lebih memilih kembali melakukan kejahatan dan kembali berada
di dalam LP, dan berbagai alasan lainnya. Pada umumnya masyarakat masih banyak yang
mempunyai pandangan negatif terhadap sosok narapidana (napi) yang dalam tulisan ini
disebut dengan Warga Binaan. Warga Binaan oleh masyarakat dianggap sebagai trouble
maker yang selalu meresahkan masyarakat sehingga masyarakat melakukan penolakan dan
mewaspadai kehadiran mereka. Individu yang memiliki latar belakang kehidupan sebagai
seorang mantan Warga Binaan pada umumnya memiliki citra buruk dalam pandangan
masyarakat. Citra buruk dan sikap penolakan dari masyarakat membuat Warga Binaan
mengalami kesulitan dalam melakukan resosialisasi di masyarakat.3 Menurut Prasetyo,
Dalam proses yang normal, bila seseorang berhadapan dengan orang, barang atau situasi yang kemudian dapat membangkitkan perasaan takut, cemas, gembira, marah, cinta dsb, maka pertama-tama muncul apa yang disebut penilaian intuitif (intuitive appraisal) atas dasar endapan pengalaman sebelumnya tentang benda, orang, atau situasi yang bersangkutan. Penilaian intuitif ini menghasilkan persepsi tentang objek, entah itu baik atau buruk,
3
3
positif atau negatif. Persepsi buruk-baik di sini lebih didasarkan atas pengalaman dan pengetahuan, yang kenyataannya sudah dibatinkan. Persepsi baik mendorongnya untuk menerima dan membiarkan objek itu mempengaruhi dirinya; sedangkan persepsi buruk mendorongnya untuk menghindari objek tersebut.4
Ketika seorang warga binaan merasa tidak mendapatkan penerimaan dari masyarakat
dia akan memiliki persepsi buruk tentang dirinya di dalam masyarakat dan sebaliknya dia
akan memiliki persepsi baik terhadap tindak kejahatan yang pernah dilakukan, sehingga
dia cenderung akan mudah melakukan kesalahan yang sama lagi.
Selain itu, paling tidak ada perubahan besar yang dialami seorang Warga Binaan
khususnya dalam hal perubahan psikologis (kejiwaan) dari situasi yang bebas kepada
situasi yang tidak bebas, dari kehidupan mengontrol kepada kehidupan yang dikontrol,
dari kehidupan mengatur kepada kehidupan yang diatur, dll. perubahan-perubahan ini
mempengaruhi jiwa Warga Binaan tersebut menjadi merasa rendah diri.5 Hilangnya kepercayaan dari masyarakat,pengucilan, hilangnya kepercayaan terhadap diri sendiri dan
perasaan rendah diri dari Warga Binaan di LP wanita kota Kupang menyebabkan Warga
Binaan tersebut sulit untuk menyikapi pengalaman hidupnya secara positif. Hal tersebut
juga menjadi penghambat bagi individu untuk menemukan makna hidupnya, yang mana
makna hidup itu sangat penting bagi kehidupan seorang individu. Menurut Bastaman,
makna hidup dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi
seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan.6 Engel menambahkan bahwa keinginan untuk makna adalah dasar perjuangan manusia untuk menemukan dan
memenuhi makna dan tujuan hidup.7
4
Mardi Prasetyo, Unsur-Unsur Hakiki Dalam Pembinaan Hidup Bakti 2, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 2000), 153.
5
Kelompok Kerja Pelayanan Lembaga Permasyarakatan, Memperkuat Pelayanan Penjara, (Jakarta: POKJA PLP-PGI, 2005), 110.
6
H.D.Bastaman, Logoterapi..., 45.
7
4
Dalam jurnal penelitian yang dilakukan oleh Joaquin Farcia Alandete,dkk tentang
peran makna hidup terhadap depresi, kehilangan harapan dan resiko bunuh diri diantara
pasien dengan gangguan kestabilan emosi. Dapat dilihat bahwa makna hidup sangat
berperan penting bagi pasien dengan gangguan ketidakstabilan emosional yang cenderung
depresi, kehilangan harapan dan resiko bunuh diri. Jika mereka dapat memaknai hidup
mereka dengan baik maka akan mengurangi dampak negatif dan menolong mereka untuk
bisa sembuh dari gangguan ketidakstabilan emosi tersebut.8 Penelitian lain dilakukan oleh Long Yen ( Department of Counseling and I/O Psychology, Ming Chuan University,
Taoyuan, Taiwan) ditemukan bahwa makna hidup dapat dijadikan sebuah mediator untuk
masalah kedekatan hubungan seseorang dengan orang lain dalam kaitannya dengan tingkat
kebahagiaan orang tersebut. Orang yang mengalami kesulitan membangun hubungan yang
harmonis dengan orang lain, membuatnya sulit untuk memperoleh makna dalam hidup.
Kesulitan dalam memperoleh makna, pada gilirannya, menghilangkan kesejahteraan
mereka.9 Adapun Jurnal penelitian tentang intervensi logoterapimedical ministry untuk memperbaiki depresi dan kualitas hidup pasien hemodialisis.Penelitian tersebut
menunjukkan bahwa banyak faktor risiko psikososial dan persepsi pasien hemodialisis
yang mempengaruhi terjadinya depresi dan kualitas hidup, pemberian logoterapi medical
ministry dapat memperbaiki depresi dan kualitas hidup.10
Abraham Akih & Yolanda Dreyer melakukan Penelitian tentang pelayanan pastoral
terhadap tahanan di Kamerun, hasil penelitian menunjukkan bahwa pelayanan Pastoral
merupakan aspek penting yang diperlukan dalam perubahan di dalam penjara dan
peningkatan dalam rehabilitasi tahanan. Dengan memperhatikan kebutuhan fisik,
8
Joaquin Farcia Alandete, Jose H. Salvador, Sandra Perez Rodriguez, Predicting Role of the Meaning in Life on Depression, Hopelessness, and Suicide Risk among Borderline Personality Disorder Patien, (2014)
9
Long Yen ( Department of Counseling and I/O Psychology, Ming Chuan University, Taoyuan, Taiwan), why are people with insecure attachments unhappu? The mediation of meaning in life, (2014)
10
5
emosional, psikologis dan spiritual orang-orang yang ada di dalam penjara agar para
tahanan dapat memiliki tujuan dan arah hidup yang baik.11
Penelitian ini berawal dari keprihatinan penulis terhadap sistem patriarki di Kota
Kupang,Nusa Tenggara Timur yang masih sangat terasa, meskipun saat ini sistem
tersebut sudah tidak sekuat dulu tetapi perempuan masih sering dianggap berada di
bawah/lebih lemah dari laki-laki. Hal tersebut bisa dilihat dari beberapa contoh kasus
misalnya masih sulitnya perempuan dalam meraih simpati masyarakat dalam pemilu di
kota Kupang yang disebabkan oleh budaya patriarki, kekerasan dalam rumah tangga
(KDRT) yang korbannya adalah mayoritas perempuan dan juga kasus human trafficking di
Kupang dengan korban paling banyak adalah anak-anak dan perempuan, apalagi jika
perempuan itu terjerat dalam masalah-masalah sosial, hukum dan lain sebagainya, stigma
negative akan semakin berlipat-lipat diberikan kepada perempuan itu.
Dengan mempertimbangkan hal tersebut penulis memiliki keprihatinan kepada para
perempuan yang sedang menjalani masa hukuman di LP Wanita Kota Kupang. Sistem
patriarki yang ada di Kota Kupang ditambah dengan stigma negative yang diberikan oleh
masyarakat kepada para Warga Binaan di LP, akan semakin merendahkan posisi para
perempuan Warga Binaan di LP Wanita tersebut sehingga sulit bagi mereka untuk
menemukan makna hidup yang positif , baik ketika mereka menjalani hukuman di LP
maupun setelah mereka keluar dan kembali ke dalam lingkungan sosial. Frankl
berpendapat bahwa jika seseorang menerima tantangan untuk menderita secara berani,
hidup memiliki makna pada saat terakhir, dan hal itu akan menjaga makna ini secara literal
hingga akhir.12 Hidup tanpa makna dan sulitnya memaknai hidup secara positif di tengah permasalahan dan penderitaan yang dialami membuat perempuan Warga Binaan akan
kembali melakukan kejahatan yang sama dan sulit memperbaiki diri menjadi lebih baik.
11
Abraham K. Akih & Yolanda Dreyer, Deficiences in Pastoral care with prisoners in Cameroon, (South Africa: Department of Practical Theology, University of Pretoria, 2012).
12
6
Bertolak dari teori dan permasalahan tersebut maka judul penelitian ini adalah: “Kajian
Konseling Makna Hidup terhadap Pemberdayaan Warga Binaan Perempuan di LP
Wanita Klas III Kupang”.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah penelitian dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana Pemberdayaan warga binaan perempuan di LP Wanita Klas III
Kupang dikaji dari Perspektif Konseling Makna Hidup?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Kajian Konseling Makna Hidup terhadap Pemberdayaan Warga Binaan
Perempuan di LP Wanita Klas III Kupang
1.4Metode Penelitian
1.4.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, yang mana penelitian kualitatif
merupakan upaya penjajagan secara mendalam dengan cara menggali keterangan terus
menerus sedalam mungkin tentang apa yang menjadi pemikiran, perasaan dan
keinginan yang mendasari timbulnya perilaku tertentu.13. Dalam penelitian ini penulis akan menggali keterangan secara mendalam tentang apa yang menjadi pemikiran,
perasaan, keinginan dan masalah perempuan warga binaan di LP wanita kota Kupang.
1.4.2 Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif-analitis.
Penelitian deskriptif memiliki tujuan untuk memecahkan masalah yang diteliti dengan
13
7
menggambarkan sesuatu masalah atau keadaan dalam masyarakat atau kelompok
tertentu pada saat sekarang berdasarkan fakta yang tampak atau sebagaimana adanya.14 Dalam penelitian ini penulis akan menggambarkan bagaimana masalah dan keadaan
yang di alami oleh perempuan warga binaan dan bagaimana pemberdayaan bagi warga
binaan perempuan di LP wanita Klas III Kupang sesuai dengan fakta yang ada.
1.4.3 Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penlitian ini akan didapatkan melalui beberapa cara yaitu
a. Observasi
Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati
dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.15 Dalam melakukan penelitian ini penulis akan melakukan pengamatan secara langsung terhadap situasi
yang dialami perempuan Warga Binaan di dalam LP Wanita Kupang.
b. Wawancara
proses wawancara adalah proses tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung
secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara
langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan.16 Dalam proses pengumpulan data penulis akan melakukan wawancara dengan beberapa Informan,
antara lain:
- Warga Binaan di LP Wanita Klas III Kupang (7 orang WBP), karena mereka
merupakan sasaran/objek dari penelitian ini.
- Konselor/pendeta di LP Wanita Kota Kupang, karena konselor adalah orang yang
menjadi tempat Warga Binaan berbagi pengalaman dan masalah mereka selama
menjalani masa hukuman.
14
Fisal Sanapiah, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo Perkasa,2007), 20.
15
Drs.Cholid Narbuko & Drs. H. Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2007), 70.
16
8
- Pegawai LP Wanita Kota Kupang (1 orang bagian Pembinaan), karena penulis
akan fokus pada masalah pemberdayaan melalui proses pembinaan kepada WBP.
- Kepala LP Wanita Kota Kupang, karena penulis memerlukan beberapa informasi
mengenai berbagai kebijakan terkait dengan hukuman dan pembinaan yang
dijalani oleh Warga Binaan di LP tersebut.
1.5Lokasi Penelitian
Penelitian ini memiliki lokasi penelitian di LP Wanita Klas III yang ada di Kota Kupang,
Nusa Tenggara Timur.
1.6Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini antara lain, untuk memberikan sumbangan Ilmu Pengetahuan
Teologi khususnya dalam bidang Konseling Pastoral tentang pentingnya Makna Hidup
bagi Warga Binaan di LP khususnya di LP Wanita, memberikan pemahaman kepada
masyarakat khususnya masyarakat Kota Kupang tentang pentingnya peran dan dukungan
berbagai pihak dalam menolong Warga Binaan menemukan Makna Hidup yang positif
agar dapat menjadi manusia yang lebih baik.
1.7Urgensi
Dengan melihat beberapa kasus dalam proses pra-penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya bahwa ada beberapa Warga Binaan yang telah selesai menjalani masa
hukumannya tetapi melakukan kesalahan yang sama lagi dan harus kembali menjalani
hukuman di LP, bahkan ada yang sampai berkali-kali. Hal ini menunjukkan bahwa Warga
Binaan tersebut belum dapat memaknai hidupnya secara baik dan belum memiliki tujuan
hidup yang positif sehingga dia kembali melakukan kesalahan yang sama. Selain itu juga
9
1.8Signifikansi
Adapun signifikansi dari penelitian ini karena belum pernah ada yang meneliti tentang
Makna Hidup Warga Binaan di LP Wanita Kota Kupang
1.9Sistematika Penulisan
Penelitian ini terdiri dari lima Bab, yang terbagi sebagai berikut: Bab I Pendahuluan
yang berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, lokasi
penelitian, manfaat penelitian, signifikansi. Bab II Teori tentang Makna Hidup yang berisi
pemahaman makna hidup, konseling tentang makna hidup, konseling bagi warga binaan di
LP. Bab III merupakan temuan hasil penelitian yang berisi deskripsi pemberdayaan
perempuan warga binaan di LP wanita Klas III Kupang. Bab IV Pembahasan & analisis
yang meliputi Kajian Konseling Makna Hidup terhadap Pemberdayaan Warga Binaan
Perempuan di LP Wanita Klas III Kupang, Bab Vpenutup yang berisi kesimpulan dan