• Tidak ada hasil yang ditemukan

Self Efficacy pada Fasilitas Pedestrian di Jalan Perniagaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Self Efficacy pada Fasilitas Pedestrian di Jalan Perniagaan"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

KAJIAN TEORI

Bab ini berisi kajian teori terkait topik penelitian dengan sumber referensi dari berbagai pustaka. Adapun topik yang akan dibahas adalah fasilitas pedestrian dan self efficacy. Fasilitas pedestrian yang akan dibahas yaitu mengenai fasilitas utama dan fasilitas pendukung serta Self efficacy yang akan dibahas mengenai aksesibilitas, keamanan dan kenyamanan.

2.1 Fasilitas Pedestrian

Pedestrian berasal dari Bahasa Yunani yaitu pedos atau pedester-pedestris yang berarti kaki, jadi pedestrian adalah pejalan kaki. Pejalan kaki adalah pergerakan atau perpindahan manusia dari suatu tempat ketempat lainnya (Danoe, 2006). Pemerintah mengatur hak pejalan kaki pada UU No 22 tahun 2009 yaitu “setiap lalu lintas jalan harus dilengkapi dengan perlengkapan jalan”.

Perlengkapan jalan yang dimaksud adalah fasilitas pedestrian. sudah selayaknya pejalan kaki bisa menikmati fasilitas pedestrian. Perencanaan dan perancangan fasilitas pedestrian yang memenuhi kebutuhan penggunanya akan mendorong minat seseorang untuk berjalan karena dengan berjalan individu akan mendapat banyak manfaat.

(2)

6 sosial yaitu dapat meningkatkan interaksi dengan masyarakat serta jika dilihat dari aspek manfaat lingkungan yaitu dapat mengurangi ketergantungan terhadap kendaraan sehingga bisa meningkatkan kualitas lingkungan karena berkurangnya polusi udara dan konsumsi energi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi jarak tempuh pejalan kaki (Pattisinai, 2013) yaitu: (1) waktu, (2) kenyamanan, (3) tata guna lahan dan (4) ketersediaan kendaraan. Berjalan kaki pada waktu tertentu mempengaruhi jarak berjalan yang mampu ditempuh. Misalnya individu yang berjalan untuk tujuan berbelanja akan berjalan lebih jauh tanpa disadari. Sebab berjalan dengan tujuan belanja dilakukan dengan santai dan biasanya kecepatan berjalan lebih rendah. Pada penelitian yang dilakukan oleh Danoe (2006) usia juga mempengaruhi jarak tempuh serta kecepatan berjalan kaki. Kategori orang dewasa cenderung berjalan lebih cepat dibandingkan dengan anak-anak dan orang tua.

Cuaca dan jenis aktivitas juga mempengaruhi kenyamanan pejalan kaki (Pattisinai, 2013). Indonesia memiliki iklim tropis dengan cuaca yang panas dan lembab. Apabila pejalan kaki terpapar langsung oleh sinar matahari maka akan mengurangi minat untuk beraktivitas. Pejalan kaki pada dasarnya membutuhkan ruang untuk dapat terhindar dari paparan sinar matahari langsung dan cuaca buruk.

(3)

7 kebanyakan individu mempunyai jadwal yang padat atau sibuk sehingga kecenderungan individu untuk berjalan lebih cepat.

Selain itu, ketersediaan transportasi umum dan pribadi sebagai moda penghantar sebelum atau sesudah berjalan kaki akan mempengaruhi jarak tempuh orang saat berjalan kaki. Menurut Kusbiantoro, Natalivan dan Aquarita (2007), terdapat kategori pejalan kaki menurut sarana perjalanannya, yaitu: (1) Pejalan kaki penuh; (2) Pejalan kaki memakai kendaraan umum; (3) Pejalan kaki memakai kendaraan umum dan kendaraan pribadi; (4) Pejalan kaki memakai kendaraan pribadi. Ketersediaan fasilitas kendaraan umum yang memadai dalam hal penempatan akan mendorong orang untuk berjalan lebih jauh. Faktor lain yang mempengaruhi yaitu reaksi terhadap orang disekeliling, pengaruh lalu lintas dan tujuan berjalan kaki. Pada penelitian ini fasilitas pedestrian dibagi menjadi 2 yaitu: fasilitas utama dan fasilitas pendukung.

2.1.1 Fasilitas Utama

(4)

8 Gambar 2.1 Kebutuhan ruang pejalan kaki normal

(Sumber: Washington State Department of Transportation 1997)

Gambar 2.2 Kebutuhan ruang pejalan kaki untuk penyandang cacat (Sumber: Washington State Department of Transportation 1997)

(5)

9 kriteria dalam perancangan antara lain: Keamanan dari kecelakaan yang disebabkan kendaraan bermotor, kriminalitas, kemudahan jalur pedestrian, daya tarik yang berasal dari jalur pedestrian dan fasilitas pendukung.

Untuk memenuhi kriteria perencanaan yang baik, jalur pedestrian harus direncanakan sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Adapun persyaratan menurut Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga NO. 011/T/Bt/1995 pada jalur pedestrian yaitu:

1. Lebar jalur pejalan kaki harus leluasa, minimal bila dua orang pejalan kaki berpapasan, salah satu diantaranya tidak harus turun ke jalur lalu lintas kendaraan. Berdasarkan pedoman perhitungan kapasitas lingkungan jalan (2013), jalan lokal dengan guna lahan perdagangan yang memiliki lebar badan jalan antara 5-12 m harusnya mempunyai lebar jalur pedestrian antara 2,5-4 m.

2. Untuk dapat memberikan pelayanan yang optimal kepada pejalan kaki maka jalur harus diperkeras.

(6)

10 Tabel 2.1 Penambahan Lebar Jalur Pejalan Kaki

Fasilitas Lebar Tambahan (cm) Patok penerangan 75-100

Patok lampu lalu lintas 100-120 Rambu lalu lintas 75-100

Kotak surat 100-120

Keranjang sampah 100

Tanaman peneduh 60-120

Pot bunga 150

(Sumber: Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga NO. 011/T/Bt/1995)

Keselamatan pejalan kaki merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Begitu juga dengan pejalan kaki difabel yang menggunakan kursi roda. Penggunaan ramp di jalur pedestrian mempengaruhi keselamatan pejalan kaki. Ramp di jalur pedestrian berfungsi untuk memudahkan pejalan kaki difabel serta pelayanan angkutan barang.

Pada umumnya ramp dibuat di jalur pedestrian yang berdekatan dengan fasilitas penyeberangan dan persimpangan jalan. Hal tersebut bertujuan untuk memudahkan pengguna khususnya pejalan kaki yang menggunakan kursi roda untuk bisa mengakses keseluruh bagian jalan. Selain itu, kemiringan ramp juga harus diperhatikan untuk keselamatan pejalan kaki (Prijadi, Sangkertadi dan Tararo, 2014). Ramp dengan sudut kemiringan yang tidak memenuhi standar, akan menganggu pejalan kaki difabel yang menggunakannya.

(7)

11 harus diberi pembatas yang berada di tepi ramp dengan tinggi 10 cm yang berfungsi untuk melindungi pengguna kursi roda agar tidak jatuh atau keluar dari jalur ramp.

Gambar 2.3 Ramp pada jalur pedestrian

(Sumber: Peraturan Pemerintah No 468 / KPTS / 1998)

(8)

12 lengan persimpangan di penyeberangan pejalan kaki dan biasanya dilengkapi dengan stop line sejauh 3 m yang menjadi zona aman pejalan kaki untuk menyeberang di depan lalu lintas kendaraan yang berhenti (World Health Organization, 2013 hal 63)

Gambar 2.4 Zebra Cross

(Sumber: Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga NO. 011/T/BT/1995)

(9)

13 memiliki keindahan. Material lainnya adalah bata. Bata dapat menyerap air dan panas dengan cepat namun daya tahannya kurang karena mudah retak.

2.1.2 Fasilitas Pendukung

Pada jalur pedestrian terdapat fasilitas pendukung yang dapat meningkatkan kenyamanan dan keamanan pejalan kaki. Letak fasilitas pendukung yang konsisten, bisa lebih menarik minat orang untuk berjalan (Natalivan, 2003). Adapun fasilitas pendukung yang dimaksud yaitu:

2.1.2.1Lampu Penerangan

(10)

14 Gambar 2.5 Penerangan Jalan

(Sumber: SNI (7391:2008))

2.1.2.2Tempat Sampah

Lingkungan yang bersih dapat membuat suatu kawasan lebih menarik (Zakaria dan Ujang, 2015). Tempat sampah digunakan untuk menjaga agar jalur pedestrian tetap bersih. Lingkungan yang tidak higienis akan menganggu psikologi dan fisik pejalan kaki (Alfonzo, 2005). Jalur pedestrian yang bersih akan menambah daya tarik serta kenyamanan individu saat berjalan. Menurut danoe (2006) jarak antar tempat sampah adalah 15-20 m, mudah dalam sistem pengangkutan sampah (Gambar 2.6).

Gambar 2.6 tempat sampah

(11)

15 2.1.2.3Tempat duduk

Tempat duduk merupakan fasilitas pendukung yang dapat menciptakan kenyamanan pejalan kaki serta dapat memperindah jalur pedestrian jika di desain dengan baik. Pedoman penyediaan dan pemanfaatan prasarana dan sarana ruang pejalan kaki di perkotaan yang dikeluarkan oleh departemen pekerjaan umum bahwa tempat duduk diletakan pada jalur amenitas. Terletak setiap 10 m dengan lebar 40-50 centimeter, panjang 150 centimeter dan menggunakan bahan dengan durabilitas tinggi seperti metal dan beton cetak.

Menurut pattisinai (2013) jalur pedestrian memiliki fungsi rekreatif sehingga diperlukan bangku untuk tempat beristirahat. Sedangkan menurut natalivan (2003) bangku merupakan salah satu faktor penting untuk meningkatkan kenyamanan pejalan kaki dan mudah digunakan oleh semua lapisan masyarakat. Fungsi lain dari bangku yaitu meningkatkan interaksi sosial dengan masyarakat lainnya (Natalivan, 2003).

2.1.2.4Vegetasi

(12)

16 2.1.2.5Rambu Jalan

Rambu jalan berfungsi untuk memberikan informasi maupun larangan kepada kendaraan (Danoe, 2006). Kendaraan yang mematuhi peraturan lalu lintas akan mengurangi konflik dengan pejalan kaki, sehingga akan mengurangi resiko kecelakaan. Adapun persyaratan rambu lalu lintas menurut Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga NO. 011/T/BT/1995 yaitu rambu diletakkan di sebelah kiri menurut arah lalu lintas dan berada di tepi paling luar jalur pedestrian, mudah terlihat khususnya pada malam hari, tidak menghalangi pejalan kaki serta bersifat tetap dan kokoh.

2.1.2.6Bangunan

Berjalan kaki di jalur pedestrian membutuhkan pemandangan visual yang baik karena bangunan memberikan pengalaman visual pada pejalan kaki (Zakaria dan Ujang, 2015). Proporsi serta fasad bangunan mengambil peranan penting untuk meningkatkan minat berjalan serta menambah rasa nyaman ketika seseorang berada pada suatu lingkungan (Natalivan, 2003). Pemasangan kanopi bangunan merupakan inisiatif pemilik bangunan komersial untuk menambah kenyamanan. Keberadaan kanopi bangunan khususnya pada area komersial bisa menjadi penghalang pejalan kaki dari paparan sinar matahari langsung (Aristo dan Natalivan, 2012).

2.2 Self Efficacy

(13)

17 efficacy juga diartikan sebagai kemampuan individu untuk dapat memunculkan keyakinan pada diri sendiri (Idrus, 2014). Individu yang percaya dengan dirinya mampu menunjukkan bakat, pengetahuan, keterampilan dengan kesabaran dan ketekunan untuk meraih kesuksesan. Hal ini menunjukan bahwa self efficacy pada penelitian tersebut terfokus dari dalam diri individu atau internal efficacy. Sedangkan, Internal efficacy berbeda dengan eksternal efficacy.

Eksternal efficacy menurut Eden (2001) adalah kepercayaan inividu terhadap sumber daya yang berasal dari luar dirinya. Eksternal efficacy tidak mengacu kepada kepercayaan terhadap kemampuan diri sendiri, melainkan kepercayaan yang muncul karena pengaruh dari luar dirinya.

(14)

18 Faktor lingkungan fisik merupakan elemen penting untuk meningkatkan eksternal efficacy (Ben-Ami dkk, 2014). Kriteria lingkungan yang dapat meningkatkan eksternal efficacy yaitu lingkungan yang mampu memfasilitasi dan memudahkan individu untuk mencapai tujuan. Berikut adalah penelitian dari beberapa teori mengenai self efficacy yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan yaitu sebagai berikut:

Tabel 2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi self efficacy

Referensi Faktor Pembahasan

Ginting (2016)

Kenyamanan Fasilitas pedestrian yang memadai

(15)

19 untuk datang berkunjung (Ginting, 2016). Lalu ketika sampai pada tempat tujuan, lingkungan yang aman dan nyaman akan semakin meningkatkan eksternal efficacy sehingga individu mendapatkan kesenangan di lingkungan tersebut. Atas dasar teori-teori tersebut, unsur-unsur utama self efficacy pada fasilitas pedestrian yaitu aksesibilitas, keamanan dan kenyamanan.

2.2.1 Aksesibilitas

Akses yang mudah akan mempengaruhi minat individu untuk datang berkunjung ke suatu tempat (Ginting, 2016). Individu tidak bisa merasakan lingkungan yang aman dan nyaman apabila tidak terdapat akses yang memadai menuju kesuatu tempat. Aksesibilitas diartikan sebagai kemudahan bergerak dari tempat asal ke tempat tujuan (Zakaria dan Ujang, 2015). Hal tersebut berkaitan erat dengan kesinambungan jalur pedestrian. Kesinambungan jalur pedestrian akan mempermudah akses seseorang ke tempat tujuan yang diinginkannya. Natalivan (2003) menjelaskan bahwa pejalan kaki membutuhkan jalur pedestrian yang mampu memenuhi kebutuhan untuk bisa bersosialisasi. Artinya jalur pedestrian membutuhkan lebar yang mencukupi untuk individu saling berinteraksi satu sama lainnya, minimal harus bisa dilalui oleh 2 pejalan kaki. Selain itu jalur pedestrian harus mampu mengakomodasi pejalan kaki yang mempunyai masalah mobilitas.

2.2.2 Keamanan

(16)

20 meningkatkan efficacy pengunjung untuk berperilaku efisien dan rasional pada suatu lingkungan (Ginting, 2016), sehingga berpengaruh terhadap pencapaian tujuan karena tidak ada perasaan takut akan rintangan yang menghambat tujuan.

(17)

21 2.2.3 Kenyamanan

Cukup sulit untuk menentukan kenyamanan seseorang, sebab setiap orang mempunyai cara berbeda dalam merespon dan memberikan persepsi pada lingkungan. Konsep kenyamanan menurut Zakaria dan Ujang (2015) yaitu keadaan menyenangkan dari fisiologis, fisik dan psikologi manusia terhadap lingkungannya. Alfonzo (2005) juga menjelaskan bahwa kenyamanan merupakan tingkatan dari kemudahan, nyaman lalu merasa puas. Pernyataan-pernyataan tersebut mengacu kepada perasaan senang individu ketika berinteraksi dengan lingkungan. Dengan merasa nyaman seseorang pasti merasa senang berada di lingkungan.

Lingkungan mengambil peranan yang penting untuk kenyamanan seseorang. Keharmonisan dan keindahan lingkungan sekitar akan menambah kesenangan orang untuk berjalan (Natalivan, 2003), sehingga pejalan kaki akan berjalan lebih jauh.

Faktor polusi juga berpengaruh terhadap kenyamanan. Suatu kawasan dengan tingginya minat menggunakan kendaraan serta tidak adanya penanganan dapat menimbulkan permasalahan seperti polusi udara dan suara (Florez dkk, 2013). Hal ini akan membuat minat individu untuk berjalan semakin berkurang.

2.3 Rangkuman

(18)

22 meningkatkan self efficacy. Fasilitas pedestrian menjadi kebutuhan untuk mendukung kegiatan berbelanja. Menurut Ginting (2016), Alfonzo (2005) serta Twigger dan Uzzel (1996) beberapa hal yang dapat meningkatkan self efficacy pada fasilitas pedestrian yaitu kenyamanan, keamanan, dan aksesibilitas. Berikut adalah kerangka teori dari self efficacy pada fasilitas pedestrian di Jalan Perniagaan.

Gambar 2.7 Diagram Kerangka Teori Self Efficacy pada Fasilitas Pedestrian di Jalan Perniagaan

Self Efficacy

Kenyamanan

Keamanan

Aksesibilitas

Fasilitas Pedestrian

Fasilitas Utama

Jalur pedestrian

Fasilitas Pendukung

Penerangan Vegetasi

Tempat Sampah Bangunan

Bangku Rambu

Jalan

Self Efficacy pada Fasilitas Pedestrian

Gambar

Gambar 2.2 Kebutuhan ruang pejalan kaki untuk penyandang cacat (Sumber: Washington State Department of Transportation 1997)
Tabel 2.1 Penambahan Lebar Jalur Pejalan Kaki
Gambar 2.3 Ramp pada jalur pedestrian (Sumber: Peraturan Pemerintah No 468 / KPTS / 1998)
Gambar 2.4 Zebra Cross(Sumber: Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Bina Marga NO. 011/T/BT/1995)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Rumah Sakit Umum Daerah Daya Makassar dalam biaya lingkungan. merupakan jenis pengungkapan

Dari Gambar 3.2f dengan pembesaran optik, simulasi fraksi volum dengan aturan perlakuan tampak terlihat adanya beberapa warna, warna kuning adalah warna yang mendominasi

Stres air (kekeringan) pada tanaman dapat disebabkan oleh dua hal yaitu kekurangan suplai air di daerah perakaran dan permintaan air yang berlebihan oleh daun, di mana

Untuk lebih memperjelas perbedaan kemampuan komunikasi matematik antara kelompok eksperimen (kelompok yang dalam pembelajarannya menggunakan berbantuan software

[r]

b. Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kriling, dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian dan lembaga sebagimana diatur dalam undang- undang tentang Pasar

Peraturan hukum yang mengatur tentang kajian ini adalah perundang-undangan yang mengatur tentang pemerintah daerah, perimbangan keuangan pusat dan daerah, pengelolahan keungan

Penerapan Good Corporate Governance Mengesampingkan Hak-hak Istimewa Demi Kelangsungan Usaha.. Yogyakarta: Universitas Atma Jaya