BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Setelah dilakukan pengamatan di perpustakaan Sastra Arab, Fakultas
Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, terdapat beberapa skripsi yang
menggunakan kajian struktural. Adapun Penelitian sebelumnya yang sejalan
dengan skripsi ini adalah :
1. Elita, Nim.060704002 dengan judul "Analisis Struktural Prosa Arab Modern'' Wardha Hani"karya Khalil Gibran. Dalam penelitian tersebut si peniliti hanya membahas unsur latar yaitu latar tempatnya
adalah terletak di bagian Barat Daya Asia dan latar waktu adalah
delapan belas dan empat puluh tahun dan pesan moral adalah pesan
religius keagamaan dan pesan kritik sosial dengan menggunakan teori
nurgiyantoro.
2. Gustina, Nim.050704035 dengan judul Analisis Struktural Kisah /Ashabu Al-Kahfi/ ‘Para Penghuni Gua’ Dalam
Al’Qur’an Surah Al-Kahfi. Dalam penelitian tersebut peneliti hanya membahas latar tempat, latar waktu dan setting sosial dan amanat
dengan menggunakan teori nurgiyantoro.
3. Pega, Nim.040704006 dengan judul Analsis Struktural Dan Semiotik Dalam Novel / ‘imra’atun ‘inda nuqṭati al-ṣafari/
‘Perempuan Di Titik Nol’ karya Nawal Al-Sa’dawi. Dalam peneletian tersebut peneliti hanya membahas latar tempat, latar waktu dan setting
sosial, tema, alur dan tokoh dengan menggunakan teori nurgiyantoro
sedangkan dalam semiotik peneliti menggunakan teori Zoest dan
Sobur.
kajian peneliti adalah kisah
/
ه
أ
/ 'Aranīllāh' karya Taufik Al-Hakim membahas unsur instrinsik secara keseluruhan sesuai berkaitan unsur-unsurKisah
/
ه أ
/ 'Aranīllāh'tanpa menyampingkan salah satu unsur yang ada. Peneliti akan membahas unsur instrinsik dalam kajian struktural kisahkarya Taufik Al-Hakim yang berjudul
/
ه
أ
/ 'Aranīllāh' menggunakan pendekatan struktural dengan teori Nurgiyantoro. Karya sastra merupakanstruktur yang memiliki keindahan teks sastra yang bergantung pada
penggunaan bahasa yang khas dan relasasi antara unsur yang mapan (Smith
dalam Aminuddin,1990:62).
Menurut Nurgiyantoro langkah-langkah dari analisis struktural karya
sastra dapat dilakukan dengan mengindentifikasi, mengkaji, dan
mendeskripsikan fungsi hubungan dalam unsur yang bersangkutan, yaitu
unsur isntrinsik dan ekstrinsik dengan menggunakan teori Burhan
Nurgiyantoro.
Secara Etimologi Sastra (Sanskerta: shastra) merupakan kata serapan dari bahasa Sanskerta „Sastra‟, yang berarti “teks yang mengandung instruksi” atau “pedoman”, dari kata dasar „Sas‟ yang berarti “instruksi” atau “ajaran” dan „Tra‟ yang berarti “alat” atau “sarana”. Kata sastra sering dikombinasikan dengan awalan su sehingga menjadi susastra, yang diartikan sebagai “ gambaran kehidupan yang baik dan indah ”. (Soeratno,1994).
Menurut Terminologi dalam bahasa Arab kata sastra disebut juga
dengan
أ
/ al-adabu (Yunus, 1989:37) yang memiliki arti umum dan khusus. Secara umum, adab adalah "ungkapan yang indah", sedangkan secarakhusus adab berarti " kata-kata yang indah dan baik yang memberi pengaruh
terhadap cerminan kehidupan manusia" (Sofyan,2004:8). Menurut
(Husen.Tt22) :
أ
"
"
"
أ
"
، ئا
/wa al-qaulu kaṣīru aiḍān ƒī taklīƒi al-ṣilati baina laƒaẓi "al-ādabu" wa baīna "al-adibu" bima‟nā al-da'watu ilā al-wala‟imu śumma al-qaulu kaṡīrin ƒimā dallat ‟alaihi hā ihi al-kalimatu min alma‟ānī al-latī ikhtalafat bi ikhtilāƒi al -‟uṣūri/ 'Banyak pendapat yang berbeda tentang pengertian adibu dengan al-adabudengan arti mengajak kepada perbaikan. Dan banyak pendapat yang memberi arti hubungan kalimat pada makna yang berbeda sesuai dengan perkembangan zaman'. Dari uraian diatas dapat di pahami bahwa kata sastra baik dari kontes bahasa Indonesia dan bahasa Arab mempunyai makna sama yakni, karya cipta merupakan bahasa yang indah (estetis) yang bermanfaat untuk mendidik jiwa manusia ke arah kebenaran.
Beberapa referensi menyebutkan bahwa sastra Arab ada 2 (dua)
klasifikasi sastra yaitu: / al-syi'ru/ 'puisi' dan
/
al-naṡru/ 'prosa'(Chalis Sofyan 2004 : 25-30).
Definisi syair menurut (Husein,1952 dalam Mazzuki, 2006:45) adalah
ّ
أ
ا
/al-syi‟ru huwa al-kalāmu al-la ī ya'tamidu lafẓuhū ‟alā al-mūsīqī wa al-wazni faya'talafu min ajzā'i yusabbihu ba‟ḍahā ba‟dān fī al -aṭwali wa al-qaṣri wa al-ḥarakati/ 'syair adalah susunan beberapa kata yang pengucapannya terikat dengan irama dan wazan (pola), karena syair itu tersusun dari beberapa bagian yang menyerupai bunyi satu dengan bunyi yang lainnya dan juga mempunyai kesamaan dalam panjang,pendeknya baris harakat' (Husein, 1952: dalam Mazzuki, 2006:45).
Definisi syair menurut (Muhammad ibnu Su'udi dalam Muqti
1944:16) adalah:
:
ا
Berdasarkan dua referensi diatas syair merupakan kalimat yang memiliki pola dan mempunyai bunyi dalam kata terakhir dalam bait syair.
Definisi prosa :
/Al-naṣru fahuwa mā laisa bisyi‟rin min al-kalāmi al-maṣqūli al-munammiqi, fahuwa lāyataqaiyadu biwaznin wa lā qāfīyatin/ 'Prosa adalah ungkapan atau tulisan yang tidak sama dengan Syi'r, ia tidak terkait dengan wazan atau adalah kata-kata indah yang tidak terdapat wazn (timbangan atau pola) dan al-qafiyah (kata terakhir dalam bait syair) dan yang termasuk di dalamnya adalah khutbah, surat, wasiyat, kata-kata perumpamaan dan kisah'( Su‟udi dalam Muqti, 2012:3).
Maka dari beberapa referensi diatas dapat difahami bahwa puisi kalimat memiliki wazn dan qafiyah seperti halnya sya‟ir.
Ada 2 (dua) macam bentuk prosa yaitu prosa fiksi dan prosa non
fiksi. Prosa fiksi adalah prosa yang berupa cerita rekaan atau khayalan
pengarangnya. Isi cerita tidak sepenuhnya berdasarkan pada fakta. Prosa
nonfiksi adalah karangan narasi sugestif/imajinatif. Prosa non fiksi adalah
karangan yang tidak berdasarkan rekaan atau khayalan pengarang tetapi
berisi hal-hal yang berupa informasi faktual (kenyataan) atau berdasarkaan
pengamatan.
(http://bahasablogkuindonesia.blogspot.com/2014/04/prosa-dan-jenis-jenis-prosa_17.html 15:04:2015).
Adapun jenis-jenis Prosa Arab adalah Khitabat (Khutbat) , Qishash
(cerita), An-Natsru Al-Tajdidiy (Prosa Pembaharuan ), Hikam (Kata
perkataan yang ringkas yang muncul pada kejadian apa saja, al-amsal digunakan ketika mempersamakan atau sesuatu hal, keadaan atau seseorang dengan kata sebenarnya' (Khairul Jamil,2008:11)
/Al-hikamu/ Kata- kata Hikmah (kata mutiara)
/al-ḥikmatu qaulun mu'juzun masyhurun yataḍammanu ma‟na yuhdafu 'ila al-khairi/'Hikmah adalah perkataan ringkas yang terkenal mengandung makna kebaikan bagi orang lain' (Khairul Jamil, 2008:11)
إ
/al-ḥikmatu liyukhālifu al-'insānu huwā yahkumu bīilhaqqi wā ‟adli / 'Hikmah merupakan suatu bentuk manusia tentang hak dan kebaikan‟
/Ar-risālatu/Surat
إ
,
ه
ا إ
/Ar-risālatu istahdaṡa ha ā al-launu min an-naṡri ma‟a zuhūri al -da‟wati al-'islamiyyati, wa istakhdamahā ar-rasūlu ṣalallahu ‟alaihi wassalam fī mukātabati al-mulūki yad‟ūhum 'ilā al -'islami/'Surat membicarakan warna baru dari prosa bersamaan dengan munculnya dakwah islam. Ketika itu Rasulullah Saw mengirimkan raja, yang isi dari surat tersebut mengajak raja-raja tersebut untuk masuk islam' (Jamil 2008:15)
/Al-qiṣṣatu/Kisah
أ
أ
:
,
أ
,
/Al-qiṣṣatujam'u qaṣasun al-'aqaṣū ṣatu jam‟u 'aqāṣīṣu: al-ḥadīṡu, al-'amru al-ḥādiṡi, as-ṡa'nu al-uḥdūṡati/'Kata qiṣaṣa atau (aq-ṣiṣah) cerita, jamaknya aqāṣīṣu yaitu menceritakan suatu kejadian jamaknya al-uhdust (munjid, 1986).
Prosa yang akan di bahas dalam skripsi ini adalah karya Taufik
Al-Hakim yang berjudul /
ه
أ
/ 'Aranīllāh' termasuk pada prosa modern dalam bentuk kisah. Prosa Arab bentuk Qisah ini dalam perkembangannyaditulis dalam bentuk buku yang di sebut novel. Novel merupakan suatu karya
fiksi yaitu karya yang bentuk kisah atau cerita yang melukiskan tokoh-tokoh
dan peristiwa-peristiwa rekaan yang menggunakan bahasa sehari-hari
(Yelland dalam Furqonul 1983:2).
Historiografi Prosa Arab
Historiografi dapat dicermati masa ke masa sebagaimana puisi atau
sya‟ir arab maka
.
Prosa Arab adalah suatu karya sastra bangsa arab yang sangat menarik berbentuk sebuah cerita. Dalam perkembangan sejarah sastraarab, para ahli sastra arab membaginya menjadi 6 (enam) yang dijelaskan
oleh Nur Chalis Sofyan dalam buku Pengantar Sastra Arab.
Periode Perkembangan Prosa Arab:
Periode perkembangan dalam sastra arab dibagi kedalam enam periode :
1. Periode Jahiliyah : Sejak dua abad atau satu setengah abad sebelum islam hingga masa dimana islam muncul
2. Periode awal Islam : Sejak munculnya islam hingga berakhirnya kepemimpinan Khulafa‟urrasyidin tahun 40 H
3. Periode Daulah Umayyah : Sejak berdirinya Dinasti Umayyah tahun 40 H hingga masa keruntuhannya tahun 132 H
4. Periode Daulah Abbasiyah : Sejak berdirinya Dinasti Abbasiyah tahun 132 H hingga masa keruntuhannya akibat serangan pasukan Tatar tahun 656 H
5. Periode Keruntuhan: Periode ini dibagi dua fase yaitu sejak runtuhnya Dinasti Abbasiyah tahun 656 H dan ketika Dinasti Utsmaniyyah menguasai Kairo pada tahun 923 H dan berakhir hingga runtuhnya Dinasti Utsmaniyyah pada awal abad ketiga belas hijriah
ا إ
kami membagi sejarahnya perkembangan sastra arab setelah islam kepada beberapa masa atau perkembangan sesuai perubahan politik atau sosial yaitu: masa awal islam, masa Umawiyyah, masa Abbasiyah, masa Mongolia, masa Utsmaniah, masa modern' (Zaidan, 1996:23).Dari penjelasan diatas dapat difahami bahwa Sofyan memperhatikan
perkembangan sejak zaman jahilliyah sedangkan Zaidan mengikuti
perekembangannya sejak masa islam saja, Zaidan menyebutkan:
1. Masa Sadrul Islam itu adalah masa Rasul SAW dan Khulafah
Dari kutipan kedua pendapat diatas maka perkembangna sejarah
Menurut catatan sejarah perkembangan Prosa Arab dan Kebangkitan prosa pada masa modern lebih cepat dari pada kebangkitan puisi karena permintaan prosa lebih besar dari pada puisi. Puisi atau syair banyak diciptakan pada masa arab kuno (jahilliyah). Arus kebangkitan prosa sangat tajam dan terpendam pada masa Pemerintahan Turki, pada masa itu terjadi kemunduran di bidang prosa.Prosa seni banyak mengulas tentang masalah sosial. Peran surat kabar tak bisa lagi disampingkan, karena ia telah menghidupkan bahasa Arab yang penuh dengan pemikiran dan puitis dan sebagai pertanda revilitas sastra arab (Sofyan, 2004 :198).
Adapun judul skripsi yang akan diteliti analisis Kisah /
أ
ه
/’Aranīllāh’Perlihatkanlah Allah Padaku karya Taufik Al-hakim yang ditinjau dari kajian struktural.Peneliti mencoba meneliti salah satu karya Taufik Al-hakim ini yang
dikhususkan pada kisah dengan judul
ه
أ
’Aranīllāh’ di cetak di Mesir oleh pencetakan Maktabah Misriyah (t.t.p). Peneliti sangat tertarik pada kisah/ه
أ
/ ‘Aranīllāh' Perlihatkanlah Allah Kepadaku', untuk dijadikan sebuah objek penelitian, karena cerita ini ditulis dalam bahasa Arab dan memiliki terjemahan bahasa Indonesia, cerita ini berkisah tentang seorang anak yang cerdas, polos yang ingin berjumpa dengan Tuhan-Nya karena sangayah selalu bercerita tentang Tuhan kepada anaknya tersebut, buku
ه أ
’Aranīllāh’ ini di terjemahkan oleh Yessi HM Basyaruddin.
Metode struktural merupakan metode Penelitian objektif. Penelitian
sastra lebih menekankan kepada aspek instrinsik karya sastra, yang memiliki
keindahan teks sastra yang bergantung pada penggunaan bahasa yang khas
dan relasasi antara unsur yang mapan (Smith dalam Aminuddin,1990:62).
Unsur Instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri yang membentuk sebuah teks yang memiliki arti penuh yang menyebabkan ide dan gagasan itu hadir sebagai karya sastra, yang terdiri dari unsur dalam teks seperti tema, alur, tokoh dan karakter, latar, sudut pandang, dan gaya bahasa yang membentuk makna yang utuh pada sebuat teks karya sastra (Smith dalam Aminuddin, 1990:62).
Peneliti menggunakan pendekatan struktural, yaitu unsur intrinsik
dengan menggunakan teori Nurgiyantoro (1995). Peneliti memilih karya
Taufik Al-Hakim di karenakan kisah tersebut merupakan novel filsafat yang
kehidupannya di Mesir. Namun pada penelitian ini peneliti mencermati secara
khusus pada unsur instrinsik yaitu tema, alur, tokoh dan karakter, latar, sudut
pandang dan gaya bahasa
2.2 Tema
ض ملا
/al-maudū'u/Tema merupakan makna yang terkandung dalam sebuah cerita/novel
pengertian tema akan membantu usaha penafsiran dan pendeskripsian
pernyataan tema dalam sebuah karya sastra (Sutanto dan Kenny, 1998: 67
dalam Nurgiyantoro).Tema adalah aspek cerita yang sejajar dengan „makna‟
dalam pengalaman manusia sesuatu yang menjadikan suatu pengalaman yang
begitu diingat (Stanto, 2007:36). Menurut (Yelland dalam Aziez dkk ) tema
adalah gagasan sentral atau gagasan utama dalam sebuah karya sastra
(Yelland dalam Aziez dkk, 2010 : 75). Maka tema adalah makna yang
terkandung dalam sebuah cerita.
2.3 Plot atau Alur
ك حلا
/ al-ḥabkatu/Alur atau Plot merupakan cerminan atau berupa perjalanan tingkah
laku para tokoh dalam bertindak, berfikir, dan bersikap, dalam menghadapi
masalah kehidupan dalam karya sastra (Nurgiyantoro 1995 : 114). Alur atau
Plot adalah suatu rangkaian peristiwa-peristiwa yang teratur dan terorganisasi
( Yelland dalam Aziez dkk 2010 : 68).Maka dapat dipahami Alur/Plot adalah
suatu rangkaian peristiwa para tokoh.
2.4
Tokoh Dan Karakterعي ط
لا
يص شلا
/al-syakhṣīyatu waat-ṭabī‟atu/
Tokoh merupakan pelaku cerita yang di tampilkan dalam suatu karya
naratif, atau drama yang di tafsirkan memiliki kualitas moral dan cenderung
memiliki ekspresi ucapan dan tindakan (Abrams dalam Nurgiyantoro
ketertarikan, emosi, keinginan yang terdapat dalam sebuah cerita
(Nurgiyantoro 1995 : 165. Adapun menurut Siswanto, tokoh adalah pelaku
yang mengemban peristiwa-peristiwa dalam cerita rekaan sehingga peristiwa
itu menjalin suatu cerita, sedangkan karakter adalah sifat, sikap dan tingkah
laku (Siswanto 2008:142-143). Maka kedua pendapat ini sama penjelasannya.
Adapun tokoh dan karakter yang dimiliki memang merupakan suatu
kepaduan yang utuh. Penyebut nama tokoh tentu tak jarang langsung
mengisyaratkan kepada karakter yang dimiliki dan juga dapat diketahui antara
seorang tokoh dengan kualitas pribadinya erat berkaitan (Nurgiyantoro 1995
: 156).
Tokoh terbagi menjadi empat bagian yaitu :
A. Tokoh Utama
أ
/ al-syakhṣīyatu „ala al-'akhaṣṣi/B. Tokoh Tambahan /al-syakhṣīyatu al-ziyādatun
/
C. Tokoh Antagonis
/
al-syakhṣīyatu az-za'miyah/D. Tokoh Protago / al-syakhṣīyatu al
-
mukhāṣimatun /A. Tokoh Utama
صخأا يلع يص شلا
/ al-syakhṣīyatu „ala al-'akhaṣṣi/
Tokoh utama merupakan tokoh yang diutamakan penceritaannya pada
novel yang bersangkutan (Nurgiyantoro 2007:176-177). Tokoh utama adalah
tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam cerita yang bersangkutan. Ia
merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku
kejadian maupun dikenai kejadian.
(http://onjimarnazira.blogspot.co.id/2013/11/tokoh-dan-penokohan.html
30:03:2016)
Tokoh tambahan merupakan tokoh yang lebih sedikit ceritanya, tak
dipentingkan kehadirannya hanya saja jika ada keterkaitannya dengan tokoh
utama secara langsung maupun tidak langsung (Nurgiyantoro 1995:176-177).
Tokoh tambahan adalah tokoh yang hanya muncul sedikit dalam cerita atau
tidak dipentingkan dan kehadirannya hanya jika ada keterkaitannya dengan
tokoh utama, secara langsung ataupun tak langsung dan hanya tampil menjadi
latar belakang cerita
(http://onjimarnazira.blogspot.co.id/2013/11/tokoh-dan-penokohan.html 30:03:2016).
C. Tokoh Protagonis
هميعزلا يص شلا
/al-syakhṣīyatu az-za‟imiyah/Tokoh Protagonis merupakan tokoh yang di kagumi yang salah satu
jenisnya secara disebut hero, yang perannya harus mewakili hal-hal positif
dalam kebutuhan cerita yang cenderung menjadi tokoh disakiti yang
menimbulkan simpati pada pembacanya ( Nurgiyantoro 1995 : 178-179).
Kemudian menurut Siswanto, tokoh protagonis adalah tokoh yang wataknya
disukai pembaca (Siswanto 2008:114).
D. Tokoh Antagonis
مص م
لا
يص شلا
/al-syakhṣīyatual-mukhāṣimatun/
Tokoh Antagonis merupakan tokoh yang banyak terdapat konflik
jahat yang menimbulkan rasa benci ( Nurgiyantoro 1995 : 178-179).
Penjelasan yang sama juga di berikan oleh Siswanto tokoh Antagonis adalah
tokoh yang wataknya dibenci pembaca (Siswanto 2008:144).
2.5
latarه شملا
/al-musyahadatu/Latar merupakan landasan tumpu yang menyarankan pada pengertian
tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial yang akan terjadi kepada
peristiwa yang akan diceritakan yang tidak terbatas pada lokasi-lokasi tertentu
nurgiyantoro 1981: 175). Adapun pendapat lain, latar atau setting adalah
tempat peristiwa cerita berlangsung yang termasuk didalamnya waktu atau
masa (Wellek,1989:290-300).
Menurut (Abrams dalm siswanto 2008:149)latar adalah tempat umum
(general locale), waktu kesejarahan (historical time), dan kebiasaan
masyarakat (social circumtances) dalam episode atau bagian-bagian tempat.
Latar merupakan lingkungan yang melingkup sebuah peristiwa dalam cerita,
semesta yang berinteraksi dengan peristiwa-peristiwa yang sedang
berlangsung (Stanton 2007:35).
Latar terbagi menjadi tiga (3) bagian yaitu :
A. Latar Tempat
/
al-musyahadatu az-zamāniyatu/B. Latar Waktu / al-musyahadatu al-makāniyatu/
C. Latar Sosial
أ
/ al-musyahadatu al-'ijtima‟iyati/A. Latar Tempat
ين مز
لا
ه شملا
/ al-musyahadatu az-zamāniyatu/Latar merupakan landasan tumpu yang menyarankan pada pengertian
tempat, hubungan waktu dan lingkungan sosial yang akan terjadi kepada
peristiwa yang akan diceritakan yang tidak terbatas pada lokasi-lokasi tertentu
yang memberikan pijakan cerita secara konkret dan jelas (abrams dalam
nurgiyantoro 1981: 175). Tempat merupakan lokasi yang terjadinya peristiwa.
Unsur tempat yang digunakan berupa tempat-tempat atau inisial tertentu.
Latar dalam subuah cerita biasanya meliputi barbagai lokasi
(Nurgiyantoro,1994:227).
B. Latar Waktu
ين كم
لا
ه شملا
/al-musyahadatu al-makāniyatu/Waktu merupakan tempat berlangsungnya peristiwa yang dikisahkan
pada waktu lampau atau masa mendatang yang dikaitkan pada waktu kejadian
yang nyata (Nurgiyantoro,1994:230).
C. Latar Sosial
ىع متج
أ
ا ه شملا
/ al-musyahadatu al-'ijtima‟iyati/
Latar Sosial menerangkan hal-hal yang berhubungan dengan perilaku
kehidupan sosial masyarakat disuatu tempat yang diceritakan dalam karya
fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah
dalam lingkup yang cukup komplek. Setting sosial berupa kebiasaan hidup,
adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, adat istiadat, tradisi,
keyakinan, pandangan hidup, cara berfikir dan bersikap. Di samping itu,
setting sosial berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan
dengan kelas masyarakat seperti rendah, menengah dan atas ( Nurgiyantoro,
1995:233-234).
2.6 Sudut Pandang
ر ن
ج
/ wajihatu naẓri /Sudut Pandang merupakan strategi,teknik, siasat, yang secara sengaja
dipilih pengarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya.
(Nurgiyantoro,2007:248). Sedangkan unsur ekstrinsik adalah unsur yang
berada di luar karya sastra itu sendiri, tetapi secara tidak langsung
mempengaruhi bangunan atau sistem organisme karya sastra atau secara lebih
khusus dapat dikatakan sebagai unsur-unsur yang mempengaruhi bangun
cerita sebuah karya sastra, namun sendiri tidak ikut menjadi baguan di
dalamnya.
Sudut Pandang dalam karya fiksi mempersoalkan siapa yang
menceritakan atau dari posisi mana (siapa) peristiwa dan tindakan itu dilihat
terhadap totalitas bangun cerita yang di hasilkan (Nurgiyantoro, 1995 : 24).
Sudut pandang dapat dikatakan juga sebagai suatu teknik ataupun siasat yang
disengaja dilakukan
(http://www.pengertianku.net/2015/09/pengertian-sudut-pandang-dan jenisnya.html 01:04:2016
2.7 Gaya Bahasa
يب أا لسأ
/ 'uslub al-'adabī /Gaya yang digunakan adalah gaya bahasa sastra. Gaya bahasa
merupakan cara pengucapan bahasa dalam prosa, atau bagaimana seorang
pengarang mengungkapkan sesuatu yang akan dikemukakan, yang ditandai
oleh bahasa seperti pilihan kata, struktur kalimat, bentuk-bentuk, bahasa
Biografi Pengarang
Taufiq Al-Hakim, adalah sastrawan besar dengan reputasi
internasional, beliau lahir di Mesir, Ia dilahirkan pada musim panas, 1898 di
Alexandria Mesir, ia keturunan Arab dan Turki, dari keturunan petani kaya
raya, Ayahnya adalah Ismail Beik El Hakim bekerja sebagai Hakim. Adapun
ibunya adalah perempuan cantik putri perwira tinggi Turki.
Pada usia 7 tahun, Taufik Al-Hakim dimasukkan ayahnya ke sekolah
dasar di Damanhur. Taufik Al-Hakim berusaha membebaskan diri dari
kekangan ibunya yang memencilkan dari kehidupan luar rumah, akan tetapi
dia tidak bias berbuat banyak untuk itu. Setamat sekolah dasar ia dikirimkan
oleh ayahnya ke Kairo untuk melanjutkan sekolah menengah dan tinggal
bersama dua orang pamannya yang menjadi guru sekolah dasar dan dosen
Fakultas Teknik. Di kairo inilah ia mulai mendapat kebebasan dari otoritas
ibunya. Di sela-sela kegiatan menyelesaikan sekolah menengahnya, ia
mendalami seni suara dan musik yang mengantarkan kepada seni teater.
Setelah lulus dari sekolah menengah Taufik Al-Hakim melanjutkan
kuliah di sekolag tinggi hukum, sementara bakat seni dan sastranya mulai
tumbuh dalam hati dan pikirannya, ia pun kemudian bergabung dengan
seniman muda sebayanya diantara Mahmud Taimur .
Ketika terjadi pergolakan nasional di Mesir, pada tahun 1919, Taufiq
sempat dijebloskan ke penjara karena turut terlibat di dalam bersama
pamannya, Hasan. Taufiq terlibat dalam pergolakan itu di bawah pimpinan
Sa'd Zaglul. Penjara menjadi tempat terbaik Taufiq dalam mengembangkan
pola pikir dan kreatifitasnya. Sehingga selepas keluar dari penjara, ia
bersungguh-sungguh mengembangkan bakat menulisnya. Ia menulis apa saja
yang terfikir olehnya.
Pada tahun 1920, Taufiq memperoleh ijazah kafaah/terpuji (kredibel),
kemudian pada 1922 ia memperoleh ijazah sarjana muda, dan pada tahun
1924 ia memperoleh ijazah penuh dalam bidang hukum sebagaimana impian
ibunya. Selama studi hukum itu, Taufiq biasa menulis naskah drama untuk
Usai memperoleh gelar sarjana penuh di bidang hukum, Taufiq sempat
memperdalam lagi studi hukumnya di Perancis, selama kurang lebih tiga
tahun, dan kembali ke Mesir pada tahun 1928 dan bekerja sebagai anggota
Dewan Perwakilan Rakyat sampai tahun 1934.Sepulangnya dari Perancis,
Taufiq bukannya menjalani karier secara serius di bidang hukum, beliau
malah sangathobi menulis naskah drama dan kemudian mementaskannya
dengan kelompok-kelompok teater yang dibentuknya.
Pementasan naskah dramanya berjudul "Ahlul Kahfi" (Penghuni Gua)
yang terilhami dari Al-Quran surat Al-Kahfi, begitu menggemparkan Mesir
karena dianggap sebagai pelopor drama kontemporer di Mesir.
Nama Taufiq semakin melambung ke puncak tangga popularitas,
ketika dua tahun kemudian,yakni pada tahun 1934, beliau mengeluarkan
naskah drama yang berjudul "Syahrazad" (Kisah Seribu Satu Malam). Naskah
ia banyak mendapat tanggapan dari kalangan sastrawan. Tak selang berapa
lama kemudian, novel perdananya, "Audaturruuh" (kembalinya Sang Arwah)
meluncur di pasaran. Novel itu meraih sukses besar,kapasitasnya sebagai
novelis segera diakui banyak masyarakat.
Di bidang sastra,yang kemudian membuat Taufiq berfikir ulang
tentang kariernya. Pada tahun 1935, ia mengundurkan diri dari tempat
kerjanya di Depatemen Kehakiman, dan ia beralih ke Departemen
Pendidikan, karena di bidang yang terakhir inilah ia merasa menemukan
kecocokan. Tapi di Departemen Pendidikan ini ia hanya bertahan selama tiga
tahun. Ia kemudian pindah ke Departemen Sosial pada tahun 1939, dan empat
tahun kemudian mengundurkan diri pada pada tahun 1943. Semenjak
kemundurannya dari Departemen Sosial ini, ia bertekad mengabdikan dirinya
hanya di bidang sastra yang begitu dicintainya dan telah membesarkan
namanya.
Pada tahun 1950, Taufiq diangkat sebagai Direktur Pustaka Nasional
Mesir.Lima tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1955, Taufiq diangkat
menjadi anggota dewan redaksi harian paling terkemuka di Mesir, Al Ahram,
Pada tahun 1955 itu pula oleh rekan-rekannya diminta bergabung di
Jamiyyatul Udaba Mesir, bersama dengan sastrawan terkemuka lainnya,
seperti: Dr. Thaha Husain, DR. Husain Fauzi, Mahmoud Taimur, Yahya
haqqi, Kamil El Sanawi, Yusuf El Sibai, Najib Mahfouz, Ihsan Abdul
Quddus, Abdurrahman El Sharqawi, dan Ahmad Bahauddin.
Pada tahun 1956 ia diangkat menjadi anggota Majelis Tinggi Sastra
dan Seni, dan akhirnya pada tahun 1959 ia menjadi wakil Mesir di UNESCO
(United Nations Educational Scientific and Cultural Organization) membantu
pengembangan ilmu pengetahuan, kebudayaan dan pendidikan.Taufiq El
Hakim meninggal dunia pada tahun 1987 dengan mewariskan lebih dari 60
naskah drama Arab modern, 2 kumpulan cerpen dan 20 novel yang bermutu
tinggi.( Fathoni 2007:145-146).
Kegiatan Taufik Al-Hakim tergambar pada penjelasan berikut :
capai, dari itulah Taufik Al-hakim menerima banyak penghargaan pada hidupnya di antara tahun 1944 sampai 1950 selama kepentingan manusia (Munzir, 2005:144-148).
Karya-karya Taufik Al'Hakim :
1. 'bīghāliyyū ' /kuda dan keledai / (1949) sebuah karya
terjemahan
2.
'
sulaīmān al-hakīm raja' /Sulaiman /sebuah judulnaskah drama
3. 'īzī '(1955) sebuah judul naskah drama
4. 'ṣafqatu' /sebuah transaksi/ (1956) sebuah judul naskah drama
5.
أ
'aūdīb' /anak kecil/ yang beradab (1949) sebuah karyaterjemahan
6. 'Muhammad '(1936) sebuah biografi Nabi Muhammad saw
dalam bentuk cerpen
7.
أ
'ahlu kahfi'/'orang yang tinggal di gua/ (1933) sebuahkarya terjemahan
8.
ش
'syahrazad' / perempuan cantik'/ (1934) sebuah karyaterjemahan
9.
ا أ
'ta'ammalatu siyā siyayati ' /hal yang meliputi politik/10. 'ahdu syaiṭān / ' masa kacau balau/ (1938), sebuah karya
antologi cerpen sosial
11.
أ
'ahlu al-fanni' /ahli di bidang seni/ sebuah karya kumpulandari tiga fragmen naskah drama: sebuah cerpen komedi dan dua
cerpen
12. 'aqaṣru al-masḥūri' / istana yang megah/ (1936),
sebuah karya cerpen yang ditulis bersama Thaha Husein
13.