• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Gaya Hidup, Citra Merek dan Sikap Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Kosmetik Wardah Pada Mahasiswa Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Gaya Hidup, Citra Merek dan Sikap Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Kosmetik Wardah Pada Mahasiswa Ekstensi Fakultas Ekonomi dan Bisnis"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Teori Tentang Perilaku Konsumen 2.1.1 Pengertian Perilaku Konsumen

Menurut Kotler dan Keller (2008:166), Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu, kelompok dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. The America Marketing Association (Setiadi,2003:3) mendefinisikanbahwa perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi perilaku dan lingkungannya dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka.

Sementara itu, Mowen dan Minor (2002:6) mengatakan perilaku konsumen adalah studi tentang unit pembelian (buying unit) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan, barang, jasa, pengalaman serta ide-ide. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan tersebut pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, menghabiskan produk dan jasa setelah melakukan hal-hal di atas atau kegiatan mengevaluasi.

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

(2)

1. Faktor Budaya (Cultural Factor)

Budaya merupakan penentu keinginan perilaku paling mendasar.Masing-masing budaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih memperlihatkan identifikasi dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Ketika sub-budaya menjadi semakin besar dan cukup makmur, perusahaan sering merancang program pemasaran secara khusus untuk melayani mereka.

2. Faktor Sosial (Social Factor)

Selain faktor budaya, perilaku konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial seperti kelompok acuan, keluarga, serta peran, dan status sosial. 3. Faktor Pribadi (Personal Factor)

Keputusan pembelianjuga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi.

Karakteristik pribadi tersebut meliputi usia dan tahap dalam siklus hidup, pekerjaan dan lingkungan ekonomi, kepribadian dan konsep diri, serta nilai dan gaya hidup pembeli.

4. Faktor Psikologi (Psychological Factor)

(3)

2.2Teori tentang Gaya Hidup 2.2.1 Pengertian Gaya Hidup

Konsep gaya hidup dan kepribadian sering kali disamakan, padahal sebenarnya keduanya berbeda. Gaya hidup lebih menunjukan pada bagaimana individu menjalankan kehidupan, bagaimana membelanjakan uang dan bagaimana

mamanfaatkan waktunya (Mowen dan Minor 2002:333).

Menurut Setiadi (2003:148), Gaya hidup secara luas didefinisikansebagai gaya hidup yang diidentifikasikan oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas) apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya(ketertarikan), dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan juga

dunia disekitarnya (pendapat).

2.2.2 Pengukuran Gaya Hidup Konsumen

(4)

kejadian-kejadian yang berlangsung di lingkungan sekitar, baik yang lokal maupun internasional, masalah-masalah ekonomi, sosial dan moral.

Suryani (2008:74) menyatakan bahwa segmentasi gaya hidup mengukur aktivitas-aktivitas manusia dalam:

1.Bagaimana mereka menghabiskan waktunya.

2.Minat mereka, apa yang dianggap penting disekitarnya.

3.Pandangannya terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain.

4.Karakter-karakter dasar seperti daur kehidupan, penghasilan, pendidikan, dan tempat tinggal.

Tabel di bawah menjelaskan bahwa gaya hidup akan berkembang pada

masing-masing dimensi (aktivitas, interest, opini / AIO) yang didefinisikan oleh Plummer(Setiadi, 2003:148).

Tabel 2.1 Dimensi Gaya Hidup

Aktivitas Minat Pendapat

1.Setelah bekerja 1. keluarga 1. Diri mereka sendiri

2. Hobi 2. Rumah 2. Masalah sosial

3. Kegiatan – kegiatan sosial

3. Pekerjaan 3. Politik

4.liburan 4.Komunitas 4. Bisnis

5. Hiburan 5. Rekreasi 5. Ekonomi

6. Keanggotaan Klub 6. Pakaian 6. Pendidikan

7.Komunitas 7.Media 7. Produk

8.Belanja 8.Prestasi 8. Masa Depan

9. Olahraga 9. Budaya

(5)

2.2.2 Pengukuran Gaya Hidup

Gaya hidup melibatkan pengukuran dimensi AIO utama pelanggan- activities/kegiatan (pekerjaan, hobi, belanja, olahraga, acara sosial), interest/minat

(makanan, pakaian, keluarga, rekreasi), dan opinions/pendapat (tentang diri mereka, masalah sosial, bisnis, produk). Gaya hidup menangkap sesuatu yang lebih sekadar kelas sosial atau kepribadian seseorang. Gaya hidup menampilkan profil seluruh pola tindakan dan interaksi seseorang di dunia.

Menurut (Suryani, 2008:145), upaya untuk mengembangkan ukuran gaya hidup secara kuantitatif awalnya disebut sebagai psikografik. Kenyataannya istilah psikografik dan gaya hidup seringkali tidak dibedakan. Studi psikografi atau gaya hidup mencakup hal-hal atau dimensi berikut :

1. Sikap yakni pernyataan evaluatif tentang orang lain, tempat, ide/gagasan, produk dan lain sebagainya.

2. Nilai (value) yakni mencakup kepercayaan (belief) tentang apa yang bisa diterima atau diinginkan.

3. Kegiatan dan minat dan perilaku “nonoccupational behaviour” dimana konsumen menggunakan waktu dan upaya, seperti hobi, olahraga, pelayanan umum, gereja.

4. Demografi termasuk umur, pendidikan, pendapatan, kedudukan, struktur keluarga, latar belakang etnis, jenis kelamin, lokasi geografis.

(6)

6. Tingkat penggunaan (usage state)- ukuran konsumsi dalam suatu kategori produk spesifik, seperti konsumen dikelompokkan menjadi pengguna berat, medium, ringan.

Menurut Kotler (2007:170), gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang diekspresikan dalam keadaan psikografinya. Gaya hidup menangkap sesuatu yang lebih dari sekadar kelas sosial atau kepribadian seseorang. Gaya hidup menampilkan profil seluruh pola tindakan dan interaksi seseorang di dunia. Jika digunakan secara cermat, konsep gaya hidup dapat membantu pemasar memahami nilai konsumen yang berubah dan bagaimana gaya hidup mempengaruhi perilaku pembelian.

2.2.3 Manfaat Karakteristik Gaya Hidup dalam Pemasaran

Menurut Setiadi dalam Shella (2015), mengemukakan manfaat yang diperoleh pemasar dari pemahaman gaya hidup yaitu :

1. Pemasar dapat menggunakan gaya hidup konsumen untuk melakukan segmentasi pasar sasaran. Jika pemasar dapat mengidentifikasi gaya hidup sekelompok konsumen, maka berarti pemasar mengetahui suatu segmen konsumen.

2. Pemahaman gaya hidup konsumen juga akan membantu dalam memposisikan produk di pasar melalui iklan.

(7)

kelompok konsumen tersebut. Dengan kata lain, kemampuan media menjangkau segmen merupakan kriteria yang sangat penting.

4. Dengan mengetahui gaya hidup konsumen, berarti pemasar dapat mengembangkan produk sesuai dengan tuntutan gaya hidup mereka.

2.3 Teori Tentang Citra Merek 2.3.1. Pengertian Citra Merek

Kotler dan Keller (2009) mengemukakan bahwa citra merek adalah suatu pemikiran masyarakat yang menghasilkan persepsi (pandangan atau penilaian pribadi) mereka terhadap suatu perusahaan atau produknya. Identitas yang efektif akan memberi hasil sebagai berikut, yakni : Merek tersebut akan mampu untuk membangun karakter produk dan proporsi nilai.

Brand image menjadi hal yang sangat penting diperhatikan oleh

perusahaan, melalui brand image yang baik, maka dapat menimbulkan nilai emotional pada diri konsumen, dimana akan timbulnya perasaan positif (positive feeling) pada saat membeli atau menggunakan suatu merek, demikian sebaliknya

apabila suatu merek memiliki citra (image) yang buruk dimata konsumen, kecil kemungkinan konsumen untuk membeli produk tersebut. Kotler (2002) juga menambahkan bahwa citra merek merupakan syarat dari merek yang kuat dan citra adalah persepsi yang relatif konsisten dalam jangka panjang (enduring perception).Jadi tidak mudah untuk membentuk citra, sehingga bila terbentuk

(8)

Menurut Kapferer (2008), merek merupakan suatu ide yang diinginkan dan eksklusif yang melekat pada suatu produk, jasa, tempat, atau pengalaman. Sedangkan citra merek menurut Kotler (2009) adalah persepsi konsumen terhadap perusahaan atau produknya. Menurutnya Citra tidak dapat ditanamkan dalam pikiran konsumen dalam semalam atau di sebarkan melalui satu media saja. Sebaliknya, citra tersebut harus disampaikan melalui tiap sarana komunikasi yang tersedia dan disebarkan secara terus menerus karena tanpa citra yang kuat sangatlah sulit bagi sebuah perusahaan untuk menarik pelanggan baru dan mempertahankan pelanggan yang sudah ada

2.3.2. Tingkatan dan Komponen Citra Merek

Menurut Kotler (2007) terdapat enam tingkatan arti dari merek,yaitu: 1. Atribut, merek pertama-tama akan meningkatkan orang pada atribut produk tertentu.

2. Manfaat, pelanggan tidak membeli atribut melainkan mereka membeli manfaat dari produknya. Maka dari itu, atribut harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional

3. Nilai, merek juga mencerminkan nilai yang dimiliki oleh produsen dari sebuah produk.

4. Budaya, suatu merek mewakili suatu kebudayaan tertentu.

(9)

Citra merek sendiri dapat diasumsikan sebagai persepsi atau tanggapan dari masyarakat terhadap perusahaan ataupun produk dari perusahaan tersebut. Citra merek dapat dipengaruhi oleh banyak faktor yang diluar kontrol perusahaan. Xian et al (2011) mengemukakan bahwa citra merek terdiri dari tiga komponen yakni:

1) Corporate Image (Citra Perusahaan) adalah sekumpulan asosiasi yang

dipresepsikan konsumen terhadap perusahaan yang membuat suatu produk atau jasa.

2) User Image (Citra Pemakai) adalah sekumpulan asosiasi yang dipresepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan suatu barang atau jasa. 3) Product image (Citra produk) adalah sekumpulan asosiasi yang dipresepsikan

konsumen terhadap suatu produk.

Kotler (2002) mengemukakan bahwa merek merupakan suatu simbol yang kompleks yang dapat menyampaikan enam tingkat pengertian, antara lain :

1. Atribut (Attributes), suatu merek mendatangkan atribut tertentu ke dalam pikiran konsumen

2. Manfaat (Benefits), atribut yang ada harus diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional

3. Nilai (values), merek juga menyatakan suatu tentang nilai pembuat atau produsen

4. Budaya (Culture), merek dapat mempresentasikan budaya

(10)

6. Pengguna (User), merek dapat mengesankan tipe konsumen tertentu (Kapfefer, 1992 dalam Kotler, 2003).

Aaker (2014) mengemukakan bahwa dalam pengelolaan merek, baik membangun merek, menentukan citra merek, serta mempertahankan merek, maka setiap perusahaan perlu mempertimbangkan lima faktor berikut:

1. Mengetahui bahwa merek/brand adalah asset yang bernilai strategis.

Brand adalah landasan bagi keberhasilan masa depan dan menciptakan nilai

berkelanjutan untuk organisasi. Oleh karena itu proses membangun citra merek (brand-building) merupakan upaya strategis yang berbeda dengan upaya taktis untuk merangsang penjualan.

2. Memiliki visi brand menarik yang memandu dan mengilhami

Suatu visi brand harus mencoba bergerak di luar manfaat-manfaat fungsionalnya untuk menentukan nilai-nilai secara organisasi : tujuan yang lebih tinggi; kepribadian merek (brand personality); manfaat sosial, emosional dan ekspresi diri. Perusahaan harus menemukan kesempatan untuk menciptakan inovasi yang memiliki potensi dimana banyak orang akan menginginkannya, selain itu juga perlu memosisikan kategori serta subkategori sembari memosisikan brand.

3. Mewujudkan visi brand

(11)

menjadikan brand sebagai mitra. Brand yang kuat biasanya konsisten dalam hal visi brand dan pengeksekusian brand dari waktu ke waktu. Juga, perusaahaan harus mengembangkan branding internal yang kaya dan kuat serta terkoneksi dengan nilai-nilai serta budaya organisasi.

4. Mempertahankan relevansi

Dalam langkah ini perusahaan perlu untuk mengenali dan menanggapi berbagai ancaman terhadap relevansi dan mempelajari cara untuk menguatkan brand. 5. Mengelola dan meningkatkan portofolio brand

Diperlukan penciptaan strategi yang dapat mengidentifikasi peran-peran brand (semacam brand strategis atau brand pendukung), tingkatkan brand itu kedalam arena produk baru, analisis risiko-risiko dan opsi-opsi perluasan brand secara vertikal, dan mengelola unit-unit di mana brand dapat mengembangkan jenis produk sekaligus jangkauan operasinya.

2.4 Teori tentang Sikap Konsumen 2.4.1 Pengertian Sikap Konsumen

(12)

setuju terhadap suatu objek. Kepercayaan konsumen terhadap suatu produk bahwa produk tersebut memiliki atribut adalah akibat dari pengetahuan konsumen. 2.4.2 Fungsi-Fungsi Sikap

Menurut Katz dalam Sumarwan (2002:138) mengklasifikasikan fungsi sikap yaitu:

a. Fungsi Utilitarian

Merupakan fungsi yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dasar imbalan dan hukuman. Di sinikonsumen mengembangkan beberapa sikap terhadap produk atas dasar apakah suatu produk memberikan kepuasan atau kekecewaan.

b. Fungsi Ekspresi Nilai

Konsumen mengembangkan sikap terhadap suatu merek produk bukan didasarkan atas manfaat produk itu, tetapi lebih didasarkan atas kemampuan

merek produk itu mengekspresikan nilai-nilai yang ada pada dirinya. c. Fungsi Mempertahankan Ego

Sikap yang dikembangkan oleh konsumen cenderung untuk melindunginya dari tantangan eksternal maupun perasaan internal,sehingga membentuk fungsi mempertahankan ego.

d. Fungsi Pengetahuan

(13)

2.4.3Model Sikap

Secara garis besar,Sumarwan (2002:82) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa model sikap, antara lain :.

a. The Tricomponent Attitude Model(Triandis).

Sikap konsumen terhadap suatu produk terbentuk dari tiga komponen yaitu kepercayaan (kognitif), emosi (afektif), dan keinginan berperilaku (konatif).

b. Multi Attribute Attitude Model(Fishbein).

Model multiatribut menjelaskan bahwa sikap konsumen terhadap suatu model sikap (produk atau merek) sangat ditentukan oleh sikap konsumen terhadap atribut-atribut yang dievaluasi. Model tersebut disebut multiatribut karena evaluasi konsumen terhadap objek berdasarkan kepada evaluasinya terhadap banyak atribut yang dimiliki oleh objek tersebut. c. Ideal Point Model (Model Angka-Ideal)

Menjelaskan bahwa model angka ideal ini memberikan informasi mengenai sikap konsumen terhadap merek suatu produk dan sekaligus bisa memberikan informasi mengenai merek yang ideal yang dirasakan konsumen.

2.5Teori Tentang Keputusan Pembelian 2.5.1 Pengertian Keputusan Pembelian

(14)

konsumen membentuk preferensi atas merek-merek dalam kumpulan pilihan.Konsumen juga mungkin membentuk niat untuk membeli produk yang paling disukai.

Sedangkan Kotler (2009) mendefinisikan keputusan pembelian konsumen yaitu: “Keputusan pembelian konsumen akhir perorangan dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadi.” Sedangkan menurut Fandy Tjiptono (2008) mengemukakan bahwa “Keputusan pembelian konsumen adalah pemilihan satu tindakan dari dua atau lebih pilihan alternatif.”

2.5.2 Faktor Pengaruh Keputusan Pembelian

Menurut Kotler (2005:202) terdapat dua faktor yang mempengaruhi niat pembelian dan keputusan pembelian, kedua faktor tersebut adalah :

1. Sikap Orang Lain

Sejauh mana sikap orang lain mengurangi alternatif yang disukai seseorang akan bergantung pada dua hal, yaitu intensitas sikap negatif orang lain terhadap alternatif yang disukai konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain.

2. Situasi yang tidak terantisipasi

Faktor situasi yang tidak terantisipasi dapat muncul dan mengubah niat pembelian.

(15)

sebagainya. Lalu konsumen akan mengolah segala informasi tersebut dan diambillah berupa respon yang muncul mengenai produk apa yang dibeli, merek,toko yang akan dipilih dan waktu pembelian.

Keputusan konsumen untuk memodifikasi, menunda atau menghindari suatu keputusan pembelian sangat dipengaruhi oleh risiko yang dirasakan. Ada lima keputusan yang dilakukan konsumen, yaitu :

1. Pilihan Produk

Perusahaan harus memusatkan perhatiannya kepada konsumen yang berminat membeli sebuah produk serta alternatif yang mereka pertimbangkan.

a. Keunggulan produk, berupa tingkat kualitas yang diharapkan oleh konsumenpada produk yang dibutuhkannya dari berbagai pilihan produk yang ada.

b. Manfaat produk, berupa tingkat kegunaan yang dapat dirasakan oleh konsumen pada tiap pilihan produk dalam memenuhi kebutuhannya.

c.Pemilihan produk, berupa pilihan konsumen pada produk yang dibelinya,sesuai dengan kualitas yang diinginkan dan manfaat yang akan diperolehnya.

2. Pilihan Merek

Setiap merek memiliki perbedaan-perbedaan tersendiri, sehingga konsumen harus memutuskan merek mana yang akan dibeli. Dalam hal iniperusahaan harus mengetahui bagaimana konsumen memilih sebuah merek.

(16)

b. Kebiasaan pada merek, konsumen memilih produk yang dibelinya dengan merek tertentu, karena telah biasa menggunakan merek tersebut pada produk yang diputuskan untuk di belinya.

c. Kesesuaian harga, konsumen selalu mempertimbangkan harga yang sesuaidengan kualitas dan manfaat produk. Jika sebuah produk dengan citra merek yang baik, kualitas yang bagus dan manfaat yang besar, maka konsumen tidak akan segan mengeluarkan biaya tinggi untuk mendapatkan produk tersebut.

3. Pilihan Penyalur

Setiap konsumen berbeda-beda dalam hal menentukan penyalur,dikarenakan faktor lokasi yang dekat, harga yang murah, persediaan barang yang lengkap, kenyamanan berbelanja, keleluasaan tempat dan sebagainya. Setiap konsumen berbeda-beda dalam hal menentukan penyalur, dikarenakan faktor lokasi yang dekat, harga yang murah, persediaan barang yang lengkap,kenyamanan berbelanja, keleluasaan tempat dan sebagainya

a. Pelayanan yang diberikan, pelayanan yang baik serta kenyamanan yang diberikan oleh distributor ataupun pengecer pada konsumen, membuat konsumen akan selalu memilih lokasi tersebut untuk membeli produk yang dibutuhkannya.

(17)

c. Persediaan barang, kebutuhan dan keinginan konsumen akan suatu produk tidak dapat dipastikan kapan terjadi, namun persediaan barang yang memadai pada penyalur akan membuat konsumen memilih untuk melakukan pembelian di tempat tersebut.

4. Waktu Pembelian

Keputusan pembelian konsumen bisa dilakukan dalam pemilihan waktu yang berbeda-beda, sesuai dengan kapan produk tersebut dibutuhkan.

a. Kesesuaian dengan kebutuhan, ketika seseorang merasa membutuhkan sesuatudan merasa perlu melakukan pembelian, maka ia akan melakukan pembelian.

b. Keuntungan yang dirasakan, ketika konsumen memenuhi kebutuhannya akansuatu produk pada saat tertentu, maka saat itu konsumen akan merasakan keuntungan sesuai kebutuhannya melalui produk yang dibeli sesuai waktu dibutuhkannya.

(18)

5. Jumlah Pembelian

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa banyak produk yang akan dibelinya pada suatu saat. Pembelian mungkin dilakukan lebih dari satu kali.

a. Keputusan jumlah pembelian, selain keputusan pada suatu pilihan merek yang diambil konsumen, konsumen juga dapat menentukan jumlah produk yang akan dibelinya sesuai kebutuhan.

b. Keputusan pembelian untuk persediaan, dalam hal ini konsumen membeli produk selain untuk memenuhi kebutuhannya, juga melakukan beberapa tindakan persiapan dengan sejumlah persediaan produk yang mungkin dibutuhkannya pada saat mendatang.

2.6 Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian ini, antara lain:

Tabel 2.2

Pengaruh Gaya Hidup Terhadap

KeputusanKonsumen Dalam

Memilih Minimarket Alfamart Di Malang

Analisis Regresi Berganda

Dari hasil simultan uji f diketahui bahwa ketiga vaariabel berpengaruh simultan terhadap keputusan konsumen dalam memilih minimarket Alfamart sebagai tempat berbelanja dikota malang

Melita (2008)

Pengaruh Gaya Hidup Terhadap Keputusan Pembelian Produk

Analisis Regresi

(19)

Kosmetik Oleh KaumMetroseksual Di Bandar Lampung

Berganda dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk kosmetik dan berdasarkan uji parsial (uji t) diketahui bahwa gaya hidup berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk kosmetik

Manna M. Doloksaribu (2013)

Pengaruh Harga dan Kualitas Produk

Hasil analisis data

menunjukkan bahwa harga dan kualitas poroduk secara bersama-sama atau serentak berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian produk Oriflame pada mahasiswa Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi USU Yuniati, tri .

(2013)

”Pengaruh gaya Hidup dan Brand Image Terhadap

1.Hasil pengujian secara simultan menunjukkan variabel bebas secara bersama sama terhadap keputusan pembelian ponsel android signifikan

2.hasil pengujian koefisien determinasi parsial

menunjukkan bahwa variable gaya hidup

(20)

2.6Kerangka Konseptual Penelitian

Keputusan pembelian (variabel Y) adalah pilihan akhir yang dilakukan oleh konsumen dalam memenuhi keinginan atau kebutuhannya. Hal ini akan menentukan banyak dari keputusan pembelian konsumen, yang akan berputar kembali pada gaya hidup,citra merek dan sikap konsumen. (Kotler, 2005).

1. Hubungan antara gaya hidup terhadap keputusan pembelian

Menurut Suryani (2008:73), gaya hidup menunjukkan pada bagaimana seseorang mengalokasikan pendapatannya, dan memilih produk maupun jasa dan berbagai pilihan lainnya ketika memilih alternatif dalam suatu kategori jenis produk yang ada. Gaya hidup yang dimiliki oleh konsumen mempengaruhi sikapnya dalam melakukan segala sesuatu termasuk ketika akan menggunakan suatu barang yang dirasa paling sesuai dengan gaya hidup yang dimilikinya hingga akhirnya konsumen melakukan suatu keputusan pembelian.

2.Hubungan Citra Merek terhadap keputusan pembelian

Schiffman dan kanuk (2000:141) mengatakan bahwa konsumen senantiasa memilih merek berdasarkan citranya. Jika konsumen tidak memiliki pengalaman dengan suatu produk, maka mereka cenderung untuk mempercayai merek yang disukai atau yang terkenal. Citra merek yang positif berkaitan dengan kesetiaan konsumen,kepercayaan konsumen mengenai nilai merek yang positif, dan kesediaan untuk mencari merek.

3.Hubungan Sikap Konsumen terhadap keputusan pembelian

(21)

(Setiadi 2008:2). Perilaku seseorang merupakan gambaran dari sikapnya, sikap seseorang terhadap suatu objek bisa berpengaruh terhadap keputusan pembeliannya. Artinya ketika konsumen menyatakan tingkat kesukaanya terhadap suatu produk maka ia akan membelinya dan begitu pula sebaliknya. menurut pernyata-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara gaya hidup,citra merek dan sikap konsumen berpengaruh terhadap keputusan pembeli

4.Hubungan gaya hidup, motivasi dan kelompok referensi terhadap keputusan pembelian

Jika melihat penjelasan di atas, maka gaya hidup, citra merek, dan sikap konsumen secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan pembelian, hidup dan motivasi serta faktor dari lingkungan sekitar yakni kelompok

Gaya Hidup (X1)

Citra Merek (X2)

Gambar 2.3

Kerangka Konseptual Penelitian

Keputusan Pembelian(Y1)

(22)

2.8 Hipotesis

Gambar

Tabel 2.1 Dimensi Gaya Hidup
NAMA Tabel 2.2 JUDUL ALAT
Gambar 2.3 Kerangka Konseptual Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

The results of data analysis using multiple regression is a positive influence on brand image , brand equity , brand image when measured with Dancow Sudha

Manajemen Pemasaran Suatu Pendekatan Strategis Dengan Orientasi Global, Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.. Cannon, Perreault dan

Dengan memahami sikap konsumen merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan karena sikap konsumen terhadap suatu produk akan memengaruhi apakah konsumen jadi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh brand image dan kesadaran label halal terhadap minat membeli ulang konsumen produk kosmetik La Tulipe di

Brand image menjadi sangat penting diperhatikan perusahaan, karena dengan brand image yang baik dapat menimbulkan nilai emosional yang positif pada diri konsumen saat

Untuk mendeskripskan tentang Pengaruh Harga,Citra Merek, dan Loyalitas Konsumen Terhadap Keputusan Pembelian Produk Kosmetik Wardah, penelitian ini menggunakan

Serta secara parsial menunjukan bahwa variabel perilaku konsumen berpengaruh terhadap proses keputusan pembelian sebesar 15,16%, gaya hidup berengaruh

Pengaruh Brand Image Dan Kemasan Terhadap Minat Beli Konsumen pada Produk Sea Master Studi kasus di Desa Panipahan Kecamatan Pasir Limau Kapas.. Analisis Manajeme, Fakultas Ekonomi