• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertanian Jagung Di Desa Lau Kapur Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo (1974-2004)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pertanian Jagung Di Desa Lau Kapur Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo (1974-2004)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

Kondisi Pertanian Masyarakat Lau Kapur Sebelum Tahun 1974

2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam

Desa Lau Kapur merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Tiga

Binanga Kabupaten Karo. Jarak antara Desa Lau Kapur dengan Kecamatan Tiga

Binanga sekitar 8 km, sedangkan ke pusat Kabupaten sekitar 44 km. Desa Lau Kapur

merupakan suatu desa yang terdapat di Kecamatan Tiga Binanga, dan Kecamatan

Tiga Binanga juga terdiri dari 18 desa, yaitu Perbesi, Limang, Bunga Baru, Simpang

Pergendangen Perlamben, Pergendangen, Gunung, Kuala, Kuta Bangun, Kuta Raya,

Kuta Galoh, Kuta Buara, Kem-Kem, Simolap, Pertumbuken, Kutambaru Punti, Batu

Mamak, Kuta Gerat dan Lau Kapur9

Lau Kapur adalah suatu desa yang penduduk aslinya adalah marga Ginting

yang berasal dari daerah Naga .

10

9 Kantor Camat Tiga Binanga , 12 Juli 2014

10 Wawancara: Selamat Ginting, Lau Kapur, 12 Juli 2014 ‘Naga’ merupakan suatu nama desa yang berada di

daerah Kecamatan Juhar yang merupakan asal marga Ginting yang tinggal di Desa Lau Kapur

, tidak ada bukti yang pasti mengenai tahun

kedatangan marga Ginting ke daerah Lau Kapur akan tetapi dari informasi yang di

dapat bahwa marga Ginting sudah mulai bermukim di daerah tersebut dan desa Lau

Kapur mulai di kenal orang-orang di sekitar daerah tersebut pada tahun 1800 akan

tetapi masyarakatnya terdiri dari beberapa keluarga saja dan kemudian disusul oleh

(2)

Ketiga klen marga inilah yang membagun dan menetap di Desa Lau Kapur,

marga inilah yang membawa sistem mata pencaharian hingga pemerintahan desa Lau

Kapur tersebut. kebiasaan-kebiasaan adat yang turun temurun membentuk pola

kehidupan masyarakat desa Lau Kapur sehingga dalam kesehariannya masyarakat

desa memakai bahasa Karo dalam bahasa komunikasi mereka.

Desa Lau Kapur berada 710-800 M / DPL dari permukaan laut. Suhu udara di

desa Lau Kapur antara 22° s/d 29° derajat celcius dengan kelembapan udaranya

rata-rata 28°. Ada dua musim yang terdapat di desa Lau Kapur yaitu musim hujan dan

kemarau. Musim hujan terjadi pada bulan Maret sampai bulan Oktober. Hal ini

disebabkan karena arah angin yang berhembus di desa Lau Kapur terbagi atas dua

yaitu: pada musim hujan, angin berhembus dari arah Barat sedangkan pada musim

kemarau angin Timur Tenggara berhembus dari arah Timur.

Desa Lau Kapur terletak di Kecamatan Tiga Binanga Kabupaten Karo yang

berbatasan dengan :

 Sebelah Utara berbatasan dengan aliran sungai (lau bengap)

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tanah Pinem Desa Butar dan

Desa Lau Riman

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanah Pinem Desa Kuta

(3)

 Sebelah Timur berbatasan dengan lahan Desa Gunung dan lahan Desa

Kem-Kem.11

Pola pemukiman penduduk Desa Lau Kapur, pada umumnya berada di tepi

jalan lintas desa, dan di antara rumah-rumah itu terdapat bangunan dengan

pekarangan yang cukup luas. Biasanya di jadikan tempat untuk berbagai kegiatan

yang disebut dengan jambur12

Dari hasil wawancara dengan penduduk setempat maupun petugas kecamatan

pada umumnya rumah yang ada di desa tersebut adalah rumah yang beralaskan

papan, dinding papan dan beratapkan ijuk, serta rumah adat yang di buat secara

gotong royong dan didirikan sesuai dengan prinsip adat. Namun disebut rumah adat . Di sinilah tempat upacara pesta perkawinan, upacara

kematian dan sebagainya yang dilakukan oleh masyarakat. Di pekarangan halaman

desa ada dibangun lumbung-lumbung untuk menyimpan padi (dalam bahasa karo di

sebut sapo page) dan lesung. Di daerah Karo lumbung padi juga sangat berfungsi

sebagai tempat berkumpul atau tempat untuk tidur bagi pemuda. Karena disinilah

masyarakat bisa berkumpul untuk menumbuk padi yang akan di masak untuk

besoknya.

11

Kantor Camat Tiga Binanga, 12 Juli 2014. 12

(4)

karena merupakan lambang perwujudan adat masyarakat gotong-royong dilihat dari

pendiriannya, fungsinya, semuanya bersendikan kepada adat istiadat13

13Wawancara: Muat Perangin-angin, Lau Kapur, 16 Juli 2014

Karena secara tradisional kampung-kampung orang Karo didirikan di tempat

yang di pilih strategis, yakni dengan memperhatikan segi keamanan, tidak hanya

terhadap serangan sesama manusia, tetapi juga serangan atau gangguan

binatang-binatang buas seperti Harimau, Beruang, Babi hutan dan sebagainya, maka

diperkirakan rumah yang pertama kali di dirikan oleh manusia adalah Siwaluh jabu

yang merupakan rumah adat orang Karo. Yang di huni oleh delapan keluarga, di

mana kehidupan di dalamnya diatur berdasarkan adat.

Adapun sarana dan prasarana di desa ini sangat minim, terutama di bidang

kesehatan dan pendidikan. Di bidang kesehatan sebelum tahun 1974 puskesmas

belum ada sehingga masyarakat yang sakit hanya berobat secara tradisional, kalau

pun mau berobat secara medis akan menempuh jarak yang sangat jauh untuk

menemukan puskesmas di Kecamatan. Sementara itu untuk bidang pendidikan di

desa ini sama sekali tidak ada dan harus bersekolah ke Kecamatan. Mulai dari SD,

Sekolah Lajutan Tingkat Pertama (SLTP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA),

masyarakat harus menyekolahkan anaknya ke Kecamatan juga. Dengan berjalan kaki

(5)

Di desa Lau Kapur penduduk yang tidak produktif berdasarkan usia di bawah

25 tahun dan kelompok ini dianggap masih dalam taraf pendidikan. Kelompok yang

lainnya adalah yang produktif berdasarkan usia 25 tahun ke atas dan tidak bersekolah

lagi. Dan diatas 25 tahun ke atas dianggap sudah mempunyai penghasilan sendiri.

Pada umumnya untuk melangsungkan kehidupannya masyarakat yang tinggal

di desa memiliki mata pencaharian sebagai petani. Bertani sudah mendarah daging

dan dilakukan secara turun-temurun. Pertanian sudah menjadi kegiatan sehari-hari

terutama bagi masyarakat yang tinggal di dekat pegunungan. Perekonomian

masyarakat ini pada umumnya bergantung pada pertanian. Hal ini juga yang terjadi

pada Desa Lau Kapur yang hanya menggantungkan perekonomiannya pada pertanian.

Walaupun alamnya cukup subur dan menghasilkan berbagai tanaman yang laku

di jual di pasaran, akan tetapi keuntungan itu tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

masyarakat. Pada awalnya sapi/ lembu dan kerbau merupakan hewan dimanfaatkan

untuk membajak sawah masyarakat, karena populasinya yang cocok berkembang di

daerah desa maka hewan tersebut salah satu hewan yang kemudian diternakan. Selain

itu, hewan peliharaan lainnya yang diternakkan oleh masyarakat desa Lau kapur

adalah kambing/ domba dan babi. Hewan-hewan ini sangat membantu perekonomian

masyarakat desa termasuk juga untuk mencukupi kebutuhan disaat dilaksanakan pesta

(6)

Sebelum tahun 1974 mata pencaharian masyarakat Desa Lau Kapur menanam

padi, cengkeh, tembakau, dan pisang adalah sebagai tanaman tambahan saja. Tingkat

perekonomian yang hanya mengandalkan pertanian biasanya memiliki kehidupan

perekonomian yang tergolong rendah. Pertanian yang seperti ini juga terkadang

bergantung pada kondisi alam untuk mempertahankan hasil panen. Masyarakat Desa

Lau Kapur dengan kondisi yang masih tertinggal melakukan pertanian dengan

mengandalkan tenaga keluarga(aron) dan hanya menggunakan alat pertanian yang

sederhana. Seperti cangkul, sabit, dan yang lainnya, sedangkan untuk membajak

persawahan hanya menggunakan tenaga seadanya seperti tenaga hewan yaitu tenaga

kerbau. Pengetahuan tentang pertanian juga masih berdasarkan pengalaman dari

masyarakat setempat ataupun nenek moyang mereka.

Berikut ini ada beberapa tanaman pokok yang dijadikan masyarakat sebagai

mata pencaharian utama :

2.2 Pertanian Padi

Tanaman padi adalah merupakan tanaman yang sangat diperlukan oleh

masyarakat Desa sebagai kelangsungan hidup mereka. Pertanian padi yang ada di

Desa Lau Kapur ini tidak diketahui tepatnya kapan dimulai tetapi jelas diketahui

bahwa pertanian padi ini sudah turun-temurun dan mendarah daging di kehidupan

masyarakatnya bahkan dari nenek moyang mereka. Hal ini menunjukkan bahwa

(7)

melakukan pertanian selama berpuluh-puluh tahun yang lalu sekalipun pertanian yang

dilakukan tersebut masih secara tradisional.

Padi merupakan tanaman yang sangat penting bagi masyarakat. Padi juga

merupakan tanaman pokok dan jenis tanaman yang dapat langsung dikonsumsi

masyarakat tanpa melalui pasar karena padi ditanam sendiri oleh masyarakat tersebut

sebagai petani subsisten . Biasanya padi ditanam sekali dalam satu tahun di lahan

yang kering sedangkan padi yang di tanam di daerah persawahan ditanam dua kali

dalam setahun oleh masyarakat Desa Lau Kapur. Selain menanam padi masyarakat

juga menanam tembakau, cengkeh, dan pisang sebagai tanaman tambahan. Tujuan

penanaman tanaman tambahan ini bukan saja sebagai aktivitas ketika menunggu padi

siap untuk di panen namun juga untuk makanan tambahan. Sudah menjadi suatu

kebiasaan bagi masyarakat Karo untuk menanam padi sebagai tanaman pokok

mereka, untuk lauknya biasanya masyarakat di desa ini pergi memancing dan

terkadang juga berburu ke hutan. Masyarakat Desa Lau Kapur ini juga memelihara

hewan ternak seperti ayam, babi, kerbau, kambing,dll. Hewan ini bukan untuk dijual

melainkan untuk dikonsumsi sendiri. Jadi ketika masyarakat di desa ini kedatangan

tamu, mereka tidak kewalahan harus pergi ke pasar untuk membeli hewan karena

sudah ada hewan peliharaan mereka sebagai persediaan lauk mereka.

Di Desa Lau Kapur terdapat dua jenis penanaman padi yaitu penanaman padi

pada lahan kering dan penanaman pada sawah. Tanaman padi yang di tanam di

(8)

jenis padi seperti padi Udang, padi Siantar, dll. Penanaman ini sekitar bulan Juli

sampai Agustus. Dan musim panen sekitar bulan November sampai Desember. Dan

ada juga padi yang di tanam dua kali dalam setahun yang berada di daerah

persawahan. Biasanya masyarakat menanam jenis padi yang berumur sekitar 4-5

bulan. Jenis padi yang ditanam seperti padi GR 64. Musim penanaman padi di lahan

persawahan terjadi di bulan Februari sampai Maret, dan musim panen itu sekitar

bulan April sampai Mei. Kemudian lahan padi yang sudah di panen di diami selama

satu sampai dua bulan untuk menggemburkan tanah tersebut supaya hasil padi yang

di tanam pun semakin bertambah. Kemudian berlanjut dengan penanaman lagi pada

bulan Juli tahun itu juga14. Hal inilah salah satu cara yang dilakukan masyarakat

supaya hasil panen mereka bertambah setiap panen. Pada saat itu, harga pupuk sangat

tinggi dan masyarakat setempat tidak sanggup membeli pupuk untuk menyuburkan

tanah. Meskipun pupuk kandang tersedia namun tidak bisa sepenuhnya untuk

menyuburkan tanah karena jika areal persawahan memakai pupuk kandang ke daerah

persawahan maka padi yang masih berumur 2 minggu itu akan habis di makan oleh

hama yang berasal dari pupuk kandang tersebut. Padi tersebut akan rusak dan timbul

bercak-bercak pada daun padi. Masyarakat sering menyebut keadaan padi tersebut

dengan istilah mati otok dan werengan 15

14Wawancara: M. Br Sebayang, Lau Kapur, 30 Mei 2014

15 Mati otok adalah kerusakan yang diakibatkan hama tanaman dengan tanda-tanda timbulnya bercak-bercak kuning di pucuk daun padi yang membuat padi bisa mati dan itu hanya

terjadi pada beberapa tanaman padi saja. Werengan adalah nama penyakit pada tanaman padi yang bisa

menyebabkan padi tidak membuahkan hasil karena tanaman padi tersebut bisa mati semua.

(9)

Dalam mengerjakan lahan pertanian mulai dari penanaman sampai dengan

panen masyarakat Desa Lau Kapur biasanya melakukannya dengan sistem Aron,

yaitu saling membantu dengan perjanjian tenaga diganti dengan tenaga16

Dalam hal pemupukan tanaman padi masyarakat desa ini hanya melakukan

sekedar saja dan biasanya hanya sekali pemupukan. Hal ini dikarenakan oleh

tingginya harga pupuk sedangkan masyarakat tidak sanggup untuk membeli pupuk.

Saat itu pupuk yang tersedia adalah pupuk non subsidi karena pupuk subsidi

pemerintah baru muncul di tahun 1982. Untuk lahan seluas setengah hektar . Dalam

pengolahan lahan pertanian masyarakat Desa Lau Kapur masih belum menggunakan

traktor melainkan dengan tenaga kerbau untuk membajak lahan pertanian. Lahan

yang digunakan oleh masyarakat sebagai lahan untuk persawahan hanyalah lahan

yang bisa dialiri oleh sungai dan yang agak landai. Dengan sedikitnya lahan yang bisa

digunakan untuk penanaman padi membuat masyarakat desa ini tetap menanam

pisang sebagai tanaman tambahan. Mengingat pada waktu itu, jajanan yang instan

belum ada ditemui di Desa Lau Kapur.

Lahan yang di tanami padi adalah lahan-lahan yang dialiri sungai untuk

mempermudah pengairan ke sawah –sawah tersebut karena pada saat itu sistem

irigasi masih sangat minim. Pada saat itu pompa air untuk mengaliri lahan yang

kering juga belum ada, sehingga masyarakat menghindari resiko gagal panen juga.

(10)

masyarakat hanya menggunakan pupuk sekitar 8-10 kg dari mulai menanam sampai

panen17. Masyarakat sering mengalami kegagalan panen karena tidak mampu

mengatasi masalah kekurangan pupuk untuk kesuburan tanah. Kalaupun ada

masyarakat yang mampu membeli pupuk namun mereka pasti enggan untuk

melakukan pemupukan karena jika gagal panen maka hasil yang didapatkan tidak

sesuai dengan pengeluaran yang sudah ada. Selama pertumbuhan tanaman padi,

sangat dianjurkan pemupukan yang ideal. Ketika padi yang kekurangan salah satu

unsur pokok pada pertumbuhan akan menyebabkan tanaman padi tumbuh tidak

normal seperti pertumbuhan terhambat, anakan padi berkurang, rentan terhadap

penyakit dan hama tanaman. Oleh karena itu komposisi pemberian pupuk yang tepat

adalah nitrogen, fosfor,dan kalium18

17Wawancara: B.Ginting, Lau Kapur , 17 Mei 2014

18

Suparyono dan Agus Setyono, Mengatasi Permasalahan Budidaya Padi, Jakarta: Penebar Swadaya,1997, hal

49.

.

Pemberian komposisi pupuk ini terkandung dalam jenis pupuk Urea, pupuk

TSP dan pupuk KCL. Pemupukan yang ideal itu biasanya dilakukan dengan beberapa

tahap seperti satu hari sebelum/sesudah tanam, kira-kira satu bulan setelah tanam, 45

hari setelah tanam. Sementara di Desa Lau Kapur ini, pemupukan tanaman padi

hanya dilakukan sekali saja dan ada sebagian masyarakat yang hanya memupuk

tanamannya dengan satu jenis pupuk saja, sehingga hasil pertanian kurang

(11)

Untuk pengolahan lahan masyarakat tidak perlu banyak mengeluarkan biaya

karena mereka melakukan sistem aron dan ada juga yang mengajak sanak saudara

supaya lebih menghemat biaya dan cara kerjanya pun lebih cepat karena itu dilakukan

untuk bergantian dengan lahan saudara yang mempunya sawah juga. Selain resiko

gagal panen diakibatkan oleh kurangnya pupuk untuk kesuburan tanah dan ada juga

resiko lain yaitu serangan hama tanaman seperti tikus yang dapat merusak tanaman

padi tersebut dan sering juga terjadi karena kondisi alam. ketika padi sudah mulai

merunduk tiba-tiba datang angin kencang (dalam bahasa setempat dikenal dengan

lapat) yang dapat merusak tanaman padi dan membuat padi rusak dan berjatuhan. Hal

ini yang bisa membuat gagal panen. Apabila panen berhasil masyarakat biasanya

menghasilkan padi yang banyak . Untuk setengah hektar luas lahan, atau sekitar dua

rantai persawahan membutuhkan bibit kurang lebih 30 kaleng padi. Namun apabila

masyarakat mengalami gagal panen, hasil yang didapat tidak sebanding dengan bibit

dan tenaga serta biaya yang dikeluarkan untuk membeli pupuk yang dibutuhkan.

Jika gagal panen biasanya dengan bibit 30 kaleng padi itu hanya memperoleh hasil

sekitar 50-60 kaleng padi. Hal ini tidak sesuai lagi dengan biaya dan tenaga yang

sudah dikeluarkan. Hasil yang didapatkan ini tentu saja tidak mencukupi untuk

persediaan selama setahun untuk satu keluarga. Oleh sebab itu masyarakat menanam

tanaman tambahan seperti pisang.

Dari tahun ke tahun produksi padi di Desa Lau Kapur mengalami penurunan

(12)

saja. Tanaman padi yang menjadi tanaman inti di desa ini menjadi merosot dan

menghantar masyarakat mengalami kesulitan. Keadaan yang rendah tingkat

perekonomian ini akan mengancam kelangsungan hidup masyarakat apabila

masyarakat tidak segera menemukan solusi yang tepat dan menemukan tanaman lain

yang lebih mampu meningkatkan kehidupan mereka. Tanaman padi yang ditanam

secara serentak pada bulan November belum tentu bisa mendapat hasil sesuai dengan

hati para petani, dan tidak dapat dipastikan hasil setiap tahunnya.

Akibat penurunan hasil tanaman padi dalam pertanian masyarakat yang

cenderung tidak mampu untuk membiayai kebutuhan selama setahun, maka sulit bagi

para petani untuk tetap bertahan dengan menanam padi saja. Masyarakat tidak jarang

hanya memakan sagu di pagi hari dan memakan nasi pada siang harinya untuk

menghemat beras tersebut19

Keterbatasan ekonomi di Desa Lau Kapur sebelum tahun 1974 sangat jelas

kelihatan. Ini terlihat dari tingkat pendidikan yang rendah. Sebelum tahun 1974

pendidikan di Desa Lau Kapur ini sangat rendah, masih banyak masyarakat yang . Hasil panen yang dihasilkan biasanya untuk

kelangsungan hidup selama setahun. Namun tidak jarang juga masyarakat harus

menjual hasil panen sebagian untuk biaya sekolah anaknya, itupun jika hasil panen

bagus. Namun lain lagi jika para petani mengalami kegagalan panen, masyarakat

harus berusaha menghemat dan menanam jagung dan ubi supaya bisa membantu

biaya untuk kehidupan sehari-hari.

(13)

menyekolahkan anaknya hanya sebatas sekolah dasar dan yang paling tinggi saat itu

adalah hanya SLTP20

20Wawancara: Cakap Ginting, Lau Kapur,19 Mei 2014

. Rendahnya perekonomian masyarakat yang hanya

mengandalkan tanaman padi sebagai mata pencaharian juga dapat dilihat dari

bentuk-bentuk rumah yang ada di Desa Lau Kapur. Rumah-rumah masih sangat sederhana

seperti rumah si waluh jabu dan rumah yang memiliki lantai papan dan atap ijuk.

2.3 Pertanian Tembakau

Seiring dengan berkembangannya tanaman tembakau di daerah kecamatan

maka masyarakat desa Lau Kapur juga menanam tembakau karena tembakau

merupakan golongan tanaman semusim yang cukup banyak di budi dayakan oleh

petani pada saat itu. Karena nilai jual yang sangat tinggi sehingga masyarakat pun

berlomba- lomba untuk menanam tanaman tersebut walau pun cara tanamnya sangat

rumit namun masyarakat tetap ingin mempertahankan karena dengan menanam

tembakau tersebut mereka berpikir kehidupan akan lebih bagus. Tanaman tembakau

sangat bervariasi dan tergantung jenis tembakaunya juga. Karena Tembakau juga

memerlukan temperatur udara yang rendah di dataran tinggi dan di daerah rendah

memerlukan temperatur yang tinggi. Sehingga tidak sembarangan untuk menanam

tanaman tersebut. Suhu udara yang cocok untuk penanaman adalah antara 21-32

derajat C, pH antara 5-6, harus memiliki curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun,

(14)

gembur, mudah mengikat air, memiliki tata air dan udara yang baik supaya

menghasilkan tanaman yang bagus21

Lahan yang ingin di pergunakan untuk menanam tembakau tersebut masyarakat

harus menaburkan pupuk kandang, sesudah itu membajak/menggemburkan tanah dan

di diamkan selama satu minggu untuk mempersubur tanah tersebut. Jarak tanam

yang dilakukan sekitar 90-100 cm dengan arah membujur antara Timur dan Barat.

Jika kita menginginkan daun yang tipis dan halus maka jarak tanam harus rapat,

sekitar 90 x 70 cm. Dan jika masyarakat ingin menanam seperti biasa maka

masyarakat harus membuat jarak 90 × 90 cm. Ketika tanaman tembakau yang di

tanam dengan jarak tanam rapat (jumlah populasi 20.000-30.000 tanaman/ha)

menghasilkan daun lebih kecil dan tipis. Sehingga masyarakat harus betul-betul

memperhatikan jarak tanam supaya tanaman tembakau tersebut terhindar dari .

Bibit yang di pergunakan oleh masyarakat Desa Lau Kapur pada saat itu adalah

bibit lokal yang di bawa oleh penetua adat dari kecamatan, kemudian masyarakat

membeli untuk di tanam. Sesudah itu mereka menabur di lahan mereka masing-

masing dengan ukuran yang ingin mereka tanam. untuk menaman tembakau tersebut

masyarakat harus melakukan pembibitan dahulu selama satu bulan. Sesudah

pembibitan tersebut dilakukan baru mereka harus menyediakan lahan tempat

penanaman.

21

(15)

penyakit cendawan, dan tidak menyebabkan tanaman tumbuh kurus dan tidak

produktif karena penerimaan sinar matahari pada setiap tanaman kurang baik.

Penanaman yang dilakukan untuk tumbuhan tersebut sebaiknya berada pada

tempat yang sudah di basahi dan baiknya di tanam pada pagi hari atau sore hari

supaya tanaman tersebut tidak langsung terkena terik matahari. Dan sesudah

penanaman tersebut dilakukan maka satu- tiga minggu sudah mulai bisa dilihat mana

yang tidak tumbuh dan bisa di ganti lagi dengan tanaman yang baru tetapi harus

seumuran dengan tanaman yang sudah duluan di tanam supaya lebih mudah untuk

memperhatikan perkembangan tanamana tersebut.

Karena harga pupuk pun pada saat itu masih mahal maka masyarakat hanya

memberikan pupuk kandang dan ada pun pupuk yang di beri yaitu pupuk NPK

151515(PAC) sebagai pupuk tambahan. Dengan pupuk seadanya maka tanaman

tersebut tidak memuaskan. Untuk proses pengairan diberikan 7 hari setelah

penanaman dengan 1-2 lt air/tanaman, kemudian umur 7-25 hari setelah tanam

dengan 3-4 lt/tanaman dan waktu penyiraman di lakukan 3-5 hari sekali, umur 25-30

hari setelah tanam 4 lt/tanaman dengan waktu penyiraman satu minggu sekali . Pada

umur 45 hari setelah tanam pertumbuhan sangat cepat dan kebutuhan air juga sangat

(16)

lt/tanaman. Pada umur 65 hari setelah tanam penyiraman dihentikan, kecuali bila

cuaca sangat kering22

Daun dipetik mulai dari daun terbawah ke atas. Waktu yang baik untuk

pemetikan adalah pada sore/pagi hari. Pemetikan dapat dilakukan berselang 3-5 hari,

dengan jumlah daun satu kali petik antara 2-4 helai tiap tanaman. Untuk setiap

tanaman dapat dilakukan pemetikan sebanyak lima kali. Tembakau yang di tanam

oleh masyarakat tersebut sesudah di panen dan dilanjutkan proses pengirisan yang di

lakukan juga sekitar satu bulan sekalian di jemur untuk dapat di jual ke pasar. Namun

tanaman tembakau tidak bertahan lama karena tanaman tembakau tersebut terserang

penyakit yang membuat tanaman terus menjadi rusak dan tidak bisa menghasilkan

untuk memenuhi kehidupan masyarakat Desa Lau Kapur. Maka dari itu masyarakat

tidak mau mempertahankan tanaman tersebut karena terus terkena penyakit makanya .

Pemetikan daun tembakau yang baik adalah jika daun-daunnya telah cukup

umur dan telah berwarna hijau kekuning-kuningan.Untuk golongan tembakau cerutu

maka pemungutan daun yang baik pada tingkat tepat masak/hampir masak hal

tersebut di tandai dengan warna keabu-abuan. Sedangkan untuk golongan sigaret

pada tingkat kemasakan tepat masak/masak sekali, apabila pasar menginginkan

krosok yang halus maka pemetikan dilakukan tepat masak. Sedangkan bila

menginginkan krosok yang kasar pemetikan diperpanjang 5-10 hari dari tingkat

kemasakan tepat masak.

(17)

masyarakat juga ingin beralih juga dari tanaman yang tidak bisa menghasilkan bagi

kehidupan mereka ke depannya.

2.4Pertanian Cengkeh

Cengkeh merupakan salah satu komoditas pertanian yang tinggi nilai

ekonominya, karena cengkeh pada mulanya hanya di pergunakan untuk obat-obatan.

Namun dalam perkembangannya manfaat cengkeh menjadi lebih luas dan

kebanyakan yang di pergunakan adalah bunganya. Baik sebagai rempah-rempah,

bahan campuran rokok kretek atau bahan dalam pembuatan minyak atsiri. Pada tahun

1920 di Indonesia cengkeh semakin berkembang menjadi bahan baku untuk

pembuatan rokok kretek sehingga 1930 pemakaian cengkeh sebagai bahan baku

rokok kretek terbesar di dunia. Tanaman cengkeh yang tumbuh optimal pada 300 -

600 dpal dengan suhu 22°-30°C, curah hujan 1500-4500 mm/tahun. Tanah gembur

dengan dalam solum minimum 2 m, tidak berpadas dengan pH optimal 5,5 - 6,5.

Tanah jenis latosol, andosol dan podsolik merah baik untuk dijadikan perkebunan

cengkeh23

Untuk menanam Cengkeh maka masyarakat harus membuat bedengan untuk

naungan dengan lebar 1- 1,2 m dan panjang sesuai kebutuhan dengan arah membujur

ke utara selatan. Kanan kiri bedengan dibuat parit sedalam 20 cm dan lebar 50 cm.

23 Agus Ruhnayat : Memproduktifkan Cengkih Tanaman Tua Dan Tanaman Terlantar :

(18)

Diatas bedengan dibuat naungan setinggi 1,8 m dibagian timur dan 1,2 m dibagian

selatan.

Benih di tanam dalam polybag ukuran 15 cm x 20 cm, tanah dan pupuk

kandang dengan perbandingan 2 : 1 dan berikan per 20 25 kg pupuk kandang yang

telah jadi dan diperam selama ± 2 minggu. Dan sebelum bibit ditanam siram tanah

dengan 5 ml/lt air atau 0,5 tutup per liter air. -Kemudian susun polybag pada

persemaian yang telah disiapkan. Penyiraman dilakukan dua kali dalam sehari.

Penyiangan dilakukan 2-3 kali dalam sebulan disesuaikan dengan pertumbuhan

gulma. Intensitas naungan perlahan-lahan dikurangi secara bertahap hingga tinggal

40% saat bibit dipindahkan ke lapang. Pupuk yang di gunakan oleh masyarakat pada

waktu itu adalah NPK 151515 dilakukan dengan dosis 10 gr untuk satu pohon per

tahun nya dan kadang tidak di beri pupuk karena susah dan mahalnya harga pupuk

pada masa itu. Terkadang masyarakat hanya menaburkan kandang saja sebagai pupuk

tambahan.

Cara penanaman cengkeh yang di lakukan oleh masyarakat tersebut adalah

dengan mencangkul tanah yang telah diberi air dengan ukuran lubang tanam 75 x 75

x 75 cm. Lakukan penanaman pada awal musim hujan. Berikanlah pupuk kandang 25

- 50 kg campur hingga rata dengan pupuk yang telah di sediakan. Masukkan bibit dan

gumpalan tanahnya kedalam lubang hingga batas leher akar. Beri peneduh buatan

setingggi 30 cm dengan intensitas 50%. Karena keterbatasan pupuk maka masyarakat

(19)

Cengkeh juga sering mengalami serangan hama dan penyakit sehingga bisa

menurunkan produktivitas bagi masyarakat desa. Namun masyarakat hanya bisa

membasmi dengan cara tradisional saja karena pada saat itu belum ada alat

penyemprot untuk membasmi itu dan masyarakat hanya bisa mengikuti cara yang di

lakukan oleh nenek moyang yang dulunya sudah menanam terlebih dahulu. Ada pun

jenis hama dan penyakit yang sering mengganggu pertumbuhan tanaman cengkeh

tersebut adalah:

Cengkeh dapat mulai dipanen mulai umur tanaman 4,5 - 6,5 tahun, untuk

memperoleh mutu yang baik bunga cengkih dipetik saat matang petik, yaitu saat

kepala bunga kelihatan sudah penuh tetapi belum membuka. Matang petik setiap

tanaman umumnya tidak serentak dan pemetikan dapat diulangi setiap 10-14 hari

selama 3-4 bulan. Bunga cengkeh dipetik per tandan tepat diatas buku daun terakhir.

Bunga yang telah dipetik lalu dimasukkan ke dalam keranjang/karung kecil dan di

keringkan untuk dapat di jual. Ketika harga cengkeh yang semakin menurun maka

masyarakat juga menebangi pohon cengkeh tersebut karena masyarakat desa Lau

Kapur juga tidak ingin mempertahankan kehidupan mereka yang begitu saja dengan

kekurangan. Maka dari itu mereka mencari tanaman yang bisa membawa kehidupan

mereka yang lebih baik, masyarakat juga tidak mau mempertahankan kehidupan

mereka yang serba kekurangan itu namun mereka harus mencari bagaimana cara

Referensi

Dokumen terkait

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial. Universitas

Sebagaimana diilustrasikan pada gambar 3, penilaian kinerja 360 derajat mengakomodasi proses evaluasi kognitif terhadap penilaian kinerja yang dialami individu karena

namun problem yang terjadi adalah proses implementasi peraturan tersebut di masyarakat. Dalam teori implementasi kebijakan menurut Edward III, ia menggambarkaan

ialah ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh sebagian manusia kepada yang lainnya, menyatakan tujuan yang

Ketentuan dalam Lampiran JENIS IZIN YANG DISELENGGARAKAN OLEH BPMPPT DAN OPD Peraturan Bupati Sleman Nomor 24.10 Tahun 2014 tentang Kewenangan Penyelenggaran Perizinan

laporan penelitian kualitatif; Narasi tentang proses penelitian; Narasi tentang kedalaman dan keluasan hasil analisis kualitatif; Generalisasi dalam laporan kesimpulan

[r]

Peserta Nama TWK TIU