BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Levofloksasin
2.1.1 Sifat fisikokimia
Menurut Moffat, dkk., (2005) sifat fisikokimia levofloksasin adalah sebagai berikut:
Rumus struktur :
Gambar 1 Struktur levofloksasin
Nama Kimia : (-)-(S)-9-fluoro-2,3-dihidro-3-metil-10-(4-metil-1-piperazinil)-7-okso-7- 7H-pirido [1,2,3-de]-1,4-benzoksasin-6-karboksilat
Rumus Molekul : C18H20FN3O4 Berat Molekul : 361,4
Pemerian : Serbuk kristal berwarna putih kekuningan, tidak berbau dan rasa pahit
2.1.2 Farmakologi
Levofloksasin adalah antibakteri golongan flourokuinolon yang merupakan S-(-) isomer dari ofloksasin dan memiliki aktivitas antibakteri dua kali lebih besar dari pada ofloksasin. Levofloksasin memiliki efek antibakteri dengan spektrum luas, aktif terhadap bakteri gram-positif dan gram-negatif termasuk bakteri anareob. Levofloksasin telah menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap chalmydia pneumoniae dan mycoplasma pneumoniae. Levofloksasin secara in vitro lebih aktif melawan bakteri gram-positif, termasuk streptococcus
pneumoniae dan bakteri anaerob dibandingkan fluorokuinolon yang lain.
Mekanisme kerja dari levofloksasin adalah dengan menghambat DNA-gyrase, sehingga meningkatkan kerusakan rantai DNA. DNA-gyrase (topoisomerase II) merupakan enzim yang sangat diperlukan oleh bakteri untuk memelihara struktur superheliks DNA, juga diperlukan untuk replikasi, transkrip dan perbaikan DNA (Setiabudy, 2007).
2.1.3 Efek samping
Secara umum, efek samping paling sering akibat golongan obat ini ialah mual, muntah, rasa tidak enak di perut, pusing dan sakit kepala (Setiabudy, 2007).
2.2Kromatografi
dapat dimanfaatkan untuk melakukan analisis, baik analisis kualitatif, analisis kuantitatif, atau preparatif dalam bidang farmasi, industri dan lain sebagainya. Kromatografi merupakan suatu teknik pemisahan yang menggunakan fase diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile phase) (Gandjar dan Rohman, 2007).
2.2.1 Penggunaan kromatografi
Menurut Gritter, dkk., (1985) penggunaan kromatografi adalah sebagai berikut: - Pemakaian untuk tujuan kualitatif mengungkapkan ada atau tidak adanya senyawa tertentu dalam cuplikan.
- Pemakaian untuk tujuan kuantitatif menunjukkan banyaknya masing-masing komponen campuran.
- Pemakaian untuk tujuan preparatif untuk memperoleh komponen campuran dalam jumlah memadai dalam keadaan murni.
2.2.2 Puncak asimetris
Puncak asimetris yakni membentuk pucak yang berekor (tailing) dan adanya puncak pendahulu (fronting) jika ada perubahan rasio distribusi solut yang lebih besar (Johnson dan Stevenson, 1978).
2.3 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
Kromatografi cair kinerja tinggi (KCKT) merupakan sistem pemisahan dengan kecepatan dan efisiensi yang tinggi. Hal ini karena didukung oleh kemajuan dalam teknologi kolom, sistem pompa tekanan tinggi, dan detektor yang sangat sensitif dan beragam. KCKT mampu menganalisis berbagai cuplikan secara kualitatif maupun kuantitatif, baik dalam komponen tunggal maupun campuran (Ditjen POM, 1995).
KCKT merupakan teknik pemisahan yang diterima secara luas untuk analisis dan pemurnian senyawa tertentu dalam suatu sampel pada sejumlah bidang antara lain: farmasi, lingkungan dan industri-industri makanan (Munson, 1991).
2.3.1 Kelebihan KCKT
Menurut Muson (1991), kelebihan KCKT antara lain:
−Mampu memisahkan molekul-molekul dari suatu campuran −Resolusinya baik
−Mudah melaksanakannya
−Kecepatan analisis dan kepekaannya tinggi
−Dapat dihindari terjadinya dekomposisi/kerusakan bahan yang dianalisis −Dapat digunakan bermacam-macam detektor
−Kolom dapat digunakan kembali −Mudah melakukan rekoveri cuplikan
−Instrumennya memungkinan untuk bekerja secara automatis dan kuantitatif −Waktu analisis umumnya singkat
2.3.2 Cara kerja KCKT
Kromatografi merupakan teknik yang mana solut atau zat-zat terlarut terpisah oleh perbedaan kecepatan elusi, dikarenakan solut-solut ini melewati suatu kolom kromatografi. Pemisahan solut-solut ini diatur oleh distribusi dalam fase gerak dan fase diam. Penggunaan kromatografi cair membutuhkan penggabungan secara tepat dari berbagai macam kondisi operasional seperti jenis kolom, fase gerak, panjang dan diameter kolom, kecepatan alir fase gerak, suhu kolom, dan ukuran sampel (Gandjar dan Rohman, 2007).
2.3.3 Komponen KCKT
Gambar 2 Instrument Dasar KCKT
2.3.3.1 Wadah fase gerak
Wadah fase gerak harus bersih dan (inert). Wadah pelarut kosong ataupun wadah yang ada labu laboratorium dapat digunakan sebagai wadah fase gerak. Wadah ini biasanya dapat menampung fase gerak antara 1 sampai 2 liter pelarut.
pompa
injektor
kolom
oven
detektor
Wadah
Fase gerak sebelum digunakan harus dilakukan degassing (penghilangan gas) yang ada pada fase gerak, sebab adanya gas akan berkumpul dengan komponen lain terutama dipompa dan detektor sehingga akan mengacaukan analisis (Gandjar dan Rohman, 2007).
2.3.3.2 Pompa
Pompa yang cocok digunakan untuk KCKT adalah pompa yang mempunyai syarat sebagaimana syarat wadah pelarut yakni : pompa harus inert terhadap fase gerak. Bahan yang umum dipakai untuk pompa adalah gelas, baja tahan karat, teflon, dan batu nilam. Pompa yang digunakan sebaiknya mampu memberikan tekanan sampai 6000 psi dan mampu mengalirkan fase gerak dengan kecepatan alir 0,1-10 ml/menit. Tujuan penggunaan pompa atau sistem penghantaran fase gerak adalah untuk menjamin proses penghantaran fase gerak berlangsung secara tepat, konstan dan bebas dari gangguan. Ada dua jenis pompa dalam KCKT yaitu: pompa dengan tekanan konstan dan pompa dengan aliran fase gerak yang konstan. Tipe pompa dengan aliran fase gerak yang konstan sejauh ini lebih umum dibandingkan dengan tipe pompa dengan tekanan konstan (Gandjar dan Rohman, 2007).
2.3.3.3 Injektor
Menurut Johnson dan Stevenson (1991), ada 3 jenis dasar injektor yaitu: a. Hentikan aliran/stop flow
b. Septum
Injektor-injektor langsung ke aliran fase gerak, umumnya sama dengan yang digunakan pada kromatografi gas. Injektor ini dapat digunakan pada kinerja sampai 60-70 atmosfir. Tetapi septum ini tidak tahan dengan semua pelarut-pelarut kromatografi cair. Di samping itu, partikel kecil dari septum yang terkoyak (akibat jarum injektor) dapat menyebabkan penyumbatan.
c. Katup putaran (loop valve)
Injektor ini umumnya digunakan untuk menginjeksi volume lebih besar daripada 10 µl dan sekarang digunakan dengan cara automatis (dengan adaptor khusus, volume-volume lebih kecil dapat diinjeksikan secara manual). Pada posisi LOAD, sampel loop (cuplikan dalam putaran) diisi pada tekanan atmosfir. Bila katup difungsikan, maka cuplikan di dalam putaran akan bergerak ke dalam kolom( Johnson dan Stevenson, 1978).
Gambar 3 Tipe Injektor Putaran (De Lux Putra, 2007)
2.3.3.4 Kolom
a. Kolom analitik: diameter khas adalah 2 – 6 mm. Panjang kolom tergantung pada jenis kemasan. Untuk kemasan pellikular, panjang yang umumnya adalah 50 – 100 cm. Untuk kemasan poros mikropartikulat, umumnya 10 – 30 cm. Dewasa ini ada yang 5 cm.
b. Kolom preparatif: umumnya memiliki diameter 6 mm atau lebih besar dan panjang kolom 25 – 100 cm.
Kolom umumnya dibuat dari stainless steel dan biasanya dioperasikan pada temperatur kamar, tetapi bisa juga digunakan temperatur lebih tinggi, terutama untuk kromatografi penukar ion dan kromatografi eksklusi (De Lux Putra, 2007).
2.3.3.5 Detektor
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen cuplikan dalam aliran yang keluar dari kolom. Detektor-detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan (noise) yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi tanggapan/respon untuk semua tipe senyawa. Suatu kepekaan yang rendah terhadap aliran dan temperatur sangat diinginkan, tetapi tidak selalu dapat diperoleh (Johnson dan Stevenson, 1978).
2.3.3.6 Pengolahan data
Komponen yang terelusi mengalir ke detektor dan dicatat sebagai puncak-puncak yang secara keseluruhan disebut sebagai kromatogram (Johnson dan Stevenson, 1978).
2.3.4 Guna kromatogram
Menurut Johnson dan Stevenson (1978), guna kromatogram adalah sebagai berikut:
1. Kualitatif: waktu retensi selalu konstan dalam setiap kondisi kromatografi yang sama dapat digunakan untuk identifikasi.
2. Kuantitatif: luas puncak proporsional dengan jumlah sampel yang diinjeksikan dan dapat digunakan untuk menghitung konsentrasi.
2.3.5 Fase gerak
Dalam kromatografi cair komposisi pelarut atau fase gerak adalah satu variabel yang mempengaruhi pemisahan. Terdapat keragaman yang luas dari fase gerak yang digunakan dalam semua mode KCKT, tetapi ada beberapa sifat-sifat yang diinginkan yang mana umumnya harus dipenuhi oleh semua fase gerak (De Lux Putra, 2007).
Menurut De Lux Putra (2007), fase gerak harus: − Murni, tidak ada pencemar/kontaminan
− Tidak bereaksi dengan pengemas − Sesuai dengan detector
− Melarutkan cuplikan
Gelembung udara yang ada harus dihilangkan (degassing) dari pelarut, karena udara yang keluar melewati detektor dapat menghasilkan banyak noise sehingga data tidak dapat digunakan ( De Lux Putra, 2007).
2.3.6 Elusi gradien dan isokratik
Menurut De Lux Putra (2007), elusi pada KCKT dapat dibagi menjadi dua sistem yaitu:
1. Sistem elusi isokratik
Pada sistem ini, elusi dilakukan dengan satu macam atau lebih fase gerak dengan perbandingan tetap (komposisi fase gerak tetap selama elusi). 2. Sistem elusi gradien
Pada sistem ini, elusi dilakukan dengan campuran fase gerak yang perbandingannya berubah-ubah dalam waktu tertentu (komposisi fase gerak berubah-ubah selama elusi).
2.3.7 Jenis pemisahan kromatografi cair kinerja tinggi
Berdasarkan jenis fase gerak dan fase diamnya, jenis pemisahan KCKT dibedakan atas:
a. Kromatografi Fase Normal
Kromatografi dengan kolom yang fase diamnya bersifat polar, misalnya silika gel, aluminium, sedangkan fase geraknya bersifat non polar seperti heksan. b. Kromatografi Fase Terbalik
2.4 Kriteria Optimasi
Optimasi dalam KCKT disyaratkan untuk menentukan kondisi yang optimal guna menghasilkan pemisahan yang baik pada kondisi percobaan tersebut dilakukan. Meskipun demikian, kondisi terbaik sistem KCKT sulit untuk ditemukan. Ada pun tujuan dipersyaratkan optimasi pada sistem KCKT antara lain:
− Menghemat biaya penelitian
− Mendapatkan hasil pemisahan yang baik dengan waktu yang singkat − Menciptakan pemisahan terbaik yang mungkin dihasilkan
− Menyeleksi/memilih komposisi fase gerak dan kolom yang menunjukkan pemisahan yang baik pada waktu yang singkat
− Memperoleh kombinasi optimum pada kecepatan elusi/laju alir, ukuran sampel, dan resolusi dari larutan sampel
− Melokasikan kriteria optimasi untuk tempat/daerah percobaan tersebut dilakukan.