• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Peluang Bisnis Pada Obyek Wisata Tangkahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Peluang Bisnis Pada Obyek Wisata Tangkahan"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Peluang Bisnis

Menurut solihin (2012: 128) peluang merupakan tren positif yang berada

dilingkungan eksternal perusahaan, dan apabila peluang tersebut dieksploitasi

oleh perusahaan, maka peluang usaha tersebut berpotensi untuk menghasilkan

laba bagi perusahaan secara berkelanjutan. Menurut kamus besar bahasa

Indonesia peluang merupakan kesempatan (ruang gerak) baik dalam bentuk

konkret maupun dalam bentuk abstrak.

Sedangkan menurut Hendro (2011:133) peluang bisnis berasal dari sebuah

inspirasi, ide, atau kesempatan yang muncul untuk dimanfaatkan bagi kepentingan

seseorang baik dalam kehidupan sehari-hari atau dalam bisnis. Peluang dalam

bahasa Inggris adalah opportunity yang berarti sebuah atau beberapa kesempatan

yang muncul dari sebuah kejadian atau moment.

Jadi, peluang bisnis adalah kesempatan atau waktu yang tepat yang

seharusnya di ambil atau dimanfaatkan bagi seseorang untuk mendapat

keuntungan. Banyak peluang yang di sia-siakan, sehingga berlalu begitu saja

karena tidak semua orang dapat melihat peluang dan yang melihatpun belum tentu

berani memanfaatkan peluang tersebut. Peluang bisnis jika tidak dimanfaatkan

maka peluang tersebut akan berlalu begitu saja.

2.1.1 Sumber Peluang

Adapun sumber peluang atau kesempatan menurut Hendro (2011: 135)

(2)

1. Diri Sendiri

Peluang yang paling potensial dan sangat besar resiko kesuksesannya

bersumber dari dalam diri sendiri, karena beberapa alasan berikut:

a. Bisnis membutuhkan proses yang panjang dan bahkan bisa seumur hidup

sehingga bisnis tersebut harus membuat seseorang yang menjalaninya

bahagia dan sukses.

b. Bisnis membutuhkan konsistensi dan komitmen yang tinggi sehingga

kunci kesuksesannya adalah mencintai pekerjaan atau bisnis tersebut.

c. Kesuksesan bisnis adalah akumulasi dari kesuksesan dalam menaklukkan

kegagalan demi kegagalan sehingga semuanya bisa terwujud.

Contoh sumber-sumber peluang yang berasal dari diri sendiri adalah

sebagai berikut:

a. Hobi

Berdasarkan alasan yang dikemukakan diatas, tampak jelas bahwa bisnis

berasal dari hobi yang telah membuat seseorang sukses sebagai

wirausahawan dan terbukti semakin berkembang.

b. Keahlian

Keahlian dalam mengelola bisnis akan mendorong kesuksesan bisnis.

Memulai sebuah bisnis dengan keahlian yang dimiliki pada suatu bidang

dan kemudian temukan inspirasi dan peluang bisnisnya.

c. Peluang dari pengetahuan dan latar belakang pendidikan

Di samping sumber-sumber yang telah disebutkan diatas, pengetahuan

dan latar belakang pendidikan juga merupakan sumber dan awal untuk

(3)

pendidikan dapat diketahui, dipelajari, dan dipahami bidang yang akan

ditekuni.

2. Lingkungan sekitar dapat menimbulkan banyak peluang dan inspirasi,

misalnya:

a. Usaha orang tua, dalam diskusi setiap harinya orang tua pasti sering

menceritakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam bisnisnya. Hal itu

bisa mendatangkan inspirasi bisnis bila digabungkan dengan latar

belakang pendidikan, hobi, pengetahuan dan keahlian.

b. Lingkungan rumah, seperti pergaulan, tetangga, teman main, dan lain

lain.

c. Kebiasaan dalam rangka menuju ke kampus, perjalanan, lingkungan

kampus, teman kampus dan lain-lain.

d. Saat berkunjung ke café, atau dimanapun tempat yang dikunjungi akan

mendatangkan inspirasi dan peluang bisnis.

3. Perubahan yang Terjadi

Peluang besar yang sering muncul menjadi sebuah bisnis adalah perubahan

yang terjadi pada lingkungan, contohnya:

a. Perubahan global: Misalnya perubahan kurs mata uang Rupiah terhadap

mata uang Dollar Amerika (US $) mengakibatkan banyak barang impor

mengalami kenaikan harga sementara barang lokal mengalami penurunan

harga jual. Hal ini membuka peluang bagi para produsen lokal untuk

memperkenalkan produknya ke masyarakat.

b. Perubahan lingkungan: Misalnya, pembangunan perumahan yang baru di

(4)

jumlah penduduk berarti mendorong perubahan tingkat permintaan

kebutuhan keluarga. Sehingga peluang yang mungkin akan timbul adalah

bisnis yang dapat memenuhi kebutuhan penduduk seperti: laundry atau

jasa pencucian baju, mini market, transportasi dan lain-lain.

c. Perubahan Peraturan Pemerintah juga akan menimbulkan ancaman bagi

industri yang terkena dampaknya dan peluang bagi yang mampu

membacanya dan mendapatkan manfaatnya.

d. Perubahan musim.

e. Perubahan gaya hidup.

f. Perubahan tingkat kebutuhan tentang, pola hidup yang lebih sehat.

g. Perubahan tingkat tekanan pekerjaan yang semakin tinggi (berat), hal ini

dapat membuka peluang untuk memberikan sebuah layanan hiburan bagi

pekerja tersebut.

h. Perubahan teknologi informasi dan komunikasi seperti kemajuan

teknologi mobile phone dan internet.

i. Perubahan tingkat pertumbuhan pemilik kendaraan akan memunculkan

peluang penjualan sparepart, asuransi, aksesoris bengkel dan lain-lain.

4. Konsumen

Suara konsumen itu penting karena sering menciptakan gagasan baru dalam

memperbaiki produk yang ada dan peluang bagi yang akan mendirikan usaha

baru. Masukan-masukan dari konsumen yang dapat memberikan inspirasi

peluang baru seperti: keluhan-keluhan dari konsumen, saran-saran dari

(5)

angan-angan yang diimpikan oleh konsumen tentang produk atau jasa tertentu,

harapan dari konsumen terhadap produk atau jasa yang ditawarkan.

5. Gagasan Orang Lain

Seperti halnya suara dari konsumen, gagasan dari orang lain

(keluhan-keluhan terhadap suatu produk atau layanan yang disampaikan oleh teman),

dapat memberi ide yang membuka peluang dalam membuat suatu bisnis.

6. Informasi yang Diperoleh

Dalam perjumpaan dengan orang lain terkadang kita mendapatkan informasi

baru. Bagi orang yang mendengarnya, informasi baru itu bisa berguna untuk

dijadikan sebagai peluang bisnis karena informasi tersebut memiliki

hubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang dia miliki. Namun bagi

orang-orang tertentu informasi baru itu tidak bermanfaat karena informasi

tersebut tidak memiliki hubungan dengan pengetahuan dan pengalaman yang

mereka miliki. Hal ini yang bisa membedakan mengapa ada orang yang

merasa tidak memiliki peluang dibanding orang yang memiliki peluang.

2.1.2 Analisa Peluang Sebelum Dijadikan Bisnis

Untuk membuat peluang menjadi peluang emas, peluang yang ada harus

dianalisa sejauh mana tingkat kesuksesan dan kegagalannya di pasar. Tingkat

kesuksesan dan kegagalannya di pasar bergantung pada pengintegrasian keempat

hal, yaitu persaingan, pesaing, perubahan arah persaingan, dan kebutuhan

pelanggan.

Peluang tidak cukup hanya bersumber dari sebuah ide bisnis yang

(6)

peluang mentahnya. Oleh karena itu, perlu diketahui apa ciri-ciri peluang yang

potensial dan bisa dikategorikan sebagai peluang bisnis.

1. Ciri-ciri bisnis yang potensial itu adalah:

a. Bisnis yang dibangun adalah bisnis yang potensial atau memiliki nilai

jual yang tinggi.

b. Tidak menjadikan bisnis tersebut hanya sebagai ambisi pribadi semata

tetapi sifatnya nyata.

c. Bisnis itu mempunyai waktu bertahan yang lama di pasar.

d. Tidak akan menghabiskan modal (uang) karena terlalu besar

investasinya.

e. Tidak bersifat momentum (kejadian sesaat) atau bersifat musiman

(seasonal).

f. Dapat ditingkatkan skalanya menjadi skala industri

2.1.3 Ciri-ciri Peluang Bisnis yang Baik

Bisnis yang potensial didasari pada ciri-ciri sebuah peluang bisnis yang

baik, ciri-ciri peluang bisnis yang baik adalah:

1. Peluang itu orisinil dan bukan tiruan; bisnis yang sukses itu bukan hanya

meniru bisnis orang lain. Bisnis yang hanya meniru belum tentu hasilnya

sama persis dengan bisnis yang ditiru tersebut. Hal ini disebabkan karena

kondisi dan situasi yang telah terjadi dan yang akan terjadi belum tentu sama,

bisnis itu bukan mesin fotokopi.

2. Peluang itu harus bisa mengantisipasi perubahan persaingan dan kebutuhan

pasar dimasa yang akan datang. Dalam arti peluang itu harus dapat

(7)

3. Benar-benar sesuai dengan minat atau ada link dengan pengetahuan, keahlian

dan sifat agar peluang itu dapat bertahan lebih lama.

4. Tingkat visibilitas (kelayakan usaha) benar-benar teruji, untuk itu perlu

dilakukan penelitian dan uji coba dipasar.

5. Bersifat ide yang kreatif dan inovatif bukan tiruan dari ide orang lain.

6. Adanya keyakinan dalam mewujudkannya dan sukses untuk menjalaninya.

2.1.4 Faktor-faktor Keberhasilan Peluang Bisnis untuk menjadi Keberhasilan Usaha

Menurut Hendro (2011:143) faktor-faktor keberhasilan peluang bisnis

adalah sebagai berikut:

1. Peluang itu memenuhi ciri-ciri peluang bisnis yang baik.

2. Berawal dari uji test pasar dan uji coba (trial) seperti:

a. Seberapa besar tingkat kebutuhan produk Anda dipasar. Apakah tinggi

atau rendah.

b. Seberapa besar tingkat kontinuitas kebutuhan akan produk tersebut.

c. Mengetahui alasan, mengapa orang enggan membeli, memakai, dan

menggunakan jasa atau produk Anda.

3. Mengikuti dan memenuhi kebutuhan konsumen.

4. Mengikuti trend (kecenderungan) perubahan pasar.

5. Bisa terus menerus diinovasi dan ditingkatkan kualitasnya.

6. Resiko kegagalannya tidak besar saat pertama kali dimulai. Dalam arti tingkat

visibilitasnya telah diperhitungkan dengan waktu saat diluncurkan di pasar.

(8)

2.1.5 Faktor Kegagalan Sebuah Peluang Usaha yang Gagal Dijadikan Bisnis

Banyak inspirasi yang bagus dan brilian, namun terkadang inspirasi

tersebut gagal dijadikan sebuah bisnis atau gagal saat diluncurkan untuk menjadi

produk atau jasa yang ingin ditawarkan kepada calon pelanggan. Untuk itu perlu

diketahui faktor-faktor kegagalan peluang usaha agar bisa meminimalisir resiko

usaha. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Kebutuhan pasarnya tidak bersifat monoton dan musiman sehingga tidak

hanya bersifat jangka pendek.

2. Peluang itu sudah kadaluarsa atau telah banyak ada orang yang memulai

bisnis tersebut.

3. Tidak segera mengambil keputusan untuk memulainya sehingga peluang itu

lewat begitu saja. Istilahnya NADO (Not Action Dream Only) atau NAPO

(Not Action Plan Only).

4. Waktunya sudah lewat, terjadi perubahan kebutuhan atau muncul teknologi

baru yang telah membuat peluang produk atau jasa itu out of date.

5. Survei pasar tidak akurat, artinya hal itu hanya sekedar persepsi Anda yang

menyatakan bahwa peluang itu sangat potensial lalu segera dilaksanakan

begitu saja. Jadi tingkat akurasi peluang terhadap pasar tidak tepat sehingga

menyebabkan produk itu tidak laku dipasar.

6. Mudah ditiru atau dibuat oleh orang lain.

7. Daya beli rendah.

(9)

9. Tingkat kebutuhan kecil pemilihan alternatif ide-ide bisnisnya salah (bukan

terbaik).

2.1.6 Rasio Kesuksesan Sebuah Bisnis

Ketika peluang sudah diputuskan dan dievaluasi maka hal penting

selanjutnya harus dilakukan adalah memilih acuan bisnis. Berdasarkan Hendro

(2011:150) persentase kesuksesan ditentukan oleh dasar memilih suatu bisnis.

Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel dibawah ini.

Tabel 2.1

Persentase Kesuksesan Dasar Memulai Bisnis

DASAR MEMULAI BISNIS RASIO PERSENTASE

KESUKSESAN

Keahlian dan pengalaman 60%

Hobi dan kesuksesan 40%

Melihat bisnis orang lain, mengamati, lalu meniru bisnis tersebut

20%

Kebiasaan sehari-hari 35%

Inovasi sendiri, menemukan, lalu memasarkannya

25%

Ikut-ikutan orang lain, mengamati secara langsung lalu mencoba bisnis lain dengan jenis yang sama

35%

Membentuk “Business Skill” yang solid

40%

Sumber : Hendro (2011:150)

Hasil survei di Amerika Serikat di dalam buku The Origin of

Entrepreneurship menyebutkan bahwa kesuksesan bisnis yang diawali dengan

hal-hal dibawah ini mempunyai tingkat kesuksesan yang berbeda.

1. Pengalaman dan keahlian (43% sukses).

Saat seseorang bekerja selama beberapa tahun, ia menguasai data,

pengalaman, pasar dan jaringan, serta keahlian dan teknologi sehingga

(10)

tinggi dibandingkan dengan apabila ia membuka usaha yang lain atau tidak

sejenis. Kemungkinan ia sukses sangat besar, tergantung berapa lama ia

bekerja dan skill yang dimilikinya.

2. Lingkungan dan usaha sendiri setelah melihat dan mengamati orang lain

memulai usahanya (15% sukses).

Dengan melihat orang lain membuka usaha dari awal, seseorang dapat

berkonsultasi dengan orang tersebut dan ikut-ikutan dari awal serta langsung

mencoba sendiri dengan produk yang sama atau berbeda. Cara ini dapat

berhasil apabila orang yang dilihat dan diamati mau membuka teknik-teknik

dan data-data.

3. Menemukan peluang dan perubahan yang menimbulkan inspirasi peluang

yang belum terisi oleh orang lain (11% sukses).

Pilihan ini dapat sukses, tetapi membutuhkan usaha yang kuat dan keras.

Masalah yang akan muncul adalah ketika pesaing baru datang dan mengikuti

usaha tersebut yang paling penting adalah selalu inovatif.

4. Penemu, tenaga ahli, desainer, dan periset ulung (7% sukses).

Cara menemukan peluang seperti ini sangat lama dan memerlukan ketekunan

yang tinggi serta keteguhan hati. Saat era revolusi industri, banyak penemu

hebat yang lahir seperti Sir Isaac Newton, Thomas Alfa Edison, Graham Bell,

dan lain-lain. Tetapi hanya sedikit yang memiliki sense of business. Mereka

yang sukses adalah mereka yang memiliki kemampuan entrepreneur,

sehingga banyak penemu, pelukis dan yang lainnya yang miskin karena hasil

temuannya tidak bisa dijual yang kaya adalah orang yang mampu membaca

(11)

5. Menekuni bisnis karena hobi, kesukaan, favorit, kegemaran tertentu

(30% sukses).

Hobi dapat menghasilkan peluang bisnis, tetapi jika tidak didukung dengan

skill bisnis yang kuat, maka hobi tidak dapat berkembang menjadi bisnis.

6. Warisan keluarga, hibah, dan lain-lain (21% sukses).

Jenis usaha tersebut merupakan usaha yang hanya tinggal dilanjutkan dan jika

ingin meraih kesuksesan bergantung kepada kemampuan untuk mengelola

bisnis (management and strategy).

2.1.7 Pendekatan Mengidentifikasi Peluang Bisnis

Menurut Anoraga dan Sudantoko (2002:186) terdapat dua fase pendekatan

mengidentifikasi peluang bisnis, yaitu:

1. Fase Pertama adalah untuk menemukan gagasan.

Terdapat empat tempat untuk memperoleh gagasan-gagasan peluang bisnis,

yaitu: diri sendiri, pelanggan, pasar dan produk yang gagal.

a. Diri Sendiri, sumber pertama gagasan yang paling dekat dan mudah adalah

pada diri sendiri. Hanya saja dalam hal ini butuh kepekaan.

b. Pelanggan, sumber kedua untuk memperoleh gagasan bisnis adalah

pelanggan dan pesaing. Sumber gagasan dari pesaing ini lebih sulit karena

mereka tidak begitu saja secara jujur mengatakan segala hal yang ingin

kita ketahui.

c. Pasar, sumber gagasan bisnis baru adalah pasar. Keberhasilan suatu

produk disatu pasar kerap kali dapat dapat melahirkan gagasan tentang

(12)

d. Produk yang gagal, sumber keempat lahirnya gagasan bisnis adalah

produk-produk yang gagal. Suatu evaluasi yang mendalam atau produk

yang gagal kerap kali mengisyaratkan masih adanya permintaan yang

cukup besar atas produk itu, asal ciri-ciri negatifnya dihilangkan.

2. Fase Kedua adalah untuk mengidentifikasi peluang bisnis dalam kaitannya

dengan gagasan yang meliputi: analisis persoalan, analisis situasi,

merumuskan wilayah yang tidak diketahui dan mensurvei pelanggan sasaran.

a. Analisis Persoalan

Langkah penting pertama adalah analisis persoalan mengapa orang yakin

bahwa setiap gagasan produk akan berhasil dan memberikan keuntungan.

b. Analisis Situasi

Langkah kedua yang tidak kalah pentingnya adalah analisis situasi.

Analisis situasi ini bertujuan untuk menghasilkan sekumpulan

pengetahuan yang perlu untuk menilai gagasan dan menentukan secara

tepat apa yang dituntut dalam mengembangkan gagasan tadi agar sukses,

berdasarkan kenyataan-kenyataan di lapangan.

c. Merumuskan wilayah yang tidak diketahui

Langkah ketiga yakni mengidentifikasi, merumuskan, dan memeriksa

hal-hal yang tidak atau belum diketahui yang dapat melahirkan atau

memporak-porandakan gagasan tadi.

d. Mensurvei pelanggan sasaran

Jikalau wilayah-wilayah yang tidak diketahui ini sudah dirumuskan dan

diperiksa, teruslah maju ke langkah keempat, yakni riset kualitatif

(13)

hal-hal penting yang tidak diketahui dan memeriksa kembali

pengendalian-pengendalian. Survei dan uji pelanggan merupakan cara

yang mudah untuk memeriksa bisa tidaknya suatu usulan bisnis dijalankan.

2.2 Industri Pariwisata

2.2.1 Pengertian Industri Pariwisata

Secara umum industri identik dengan gambaran sebuah bangunan pabrik

yang melakukan proses produksi dengan menggunakan berbagai teknologi serta

mesin-mesin. Pengertian kata industri disini bukanlah suatu tempat untuk

mengubah bahan mentah menjadi bahan jadi. Namun pengertian kata industri di

sini lebih cenderung memberikan pengertian industri pariwisata yang artinya

kumpulan dari berbagai macam perusahaan yang secara bersama-sama

menghasilkan barang dan jasa ( Goods and Service ) yang dibutuhkan wisatawan

pada khususnya dan travel pada umumnya.

Menurut Schmoll dalam bukunya Tourism Promotion (Yoeti, 1996:1)

industri pariwisata merupakan sebuah industri yang tidak berdiri sendiri,

melainkan merupakan suatu industri yang terdiri dari serangkaian perusahaan

yang menghasilkan jasa-jasa atau produk yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Perbedaan itu tidak hanya dalam jasa yang dihasilkan tetapi juga dalam besarnya

perusahaan, lokasi atau tempat kedudukan, letak secara geografis, fungsi, bentuk

organisasi yang mengelola dan metode permasalahannya.

Sedangkan menurut Hunzieker dalam Yoeti (1996:2) industri pariwisata

adalah semua kegiatan usaha yang terdiri dari bermacam-macam kegiatan

produksi barang dan jasa yang diperlukan para wisatawan. Selanjutnya menurut

(14)

berbagai bidang usaha yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk

dan service yang nantinya secara langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan dalam

perjalanan. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa industri

pariwisata merupakan bermacam-macam kegiatan produksi barang dan jasa yang

secara langsung dibutuhkan oleh wisatawan.

Aspek-aspek yang tercakup dalam industri pariwisata menurut Kusmayadi

dan Sugiarto (2000:6-8) antara lain:

1. Restoran, di bidang restoran dapat diarahkan pada kualitas makanan, baik

dari jenis makanan maupun teknik pelayanannya.

2. Penginapan, yang terdiri atas hotel, resor, dan wisma-wisma.

3. Pelayanan perjalanan, meliputi biro perjalanan, paket perjalanan,

perusahaan travel dan reception service.

4. Transportasi, dapat berupa sarana dan prasarana angkutan wisatawan

seperti mobil, bus, pesawat, kereta api, kapal dan sepeda.

5. Pengembangan daerah tujuan wisata, dapat berupa kelayakan kawasan

wisata.

6. Fasilitas rekreasi, dapat berupa pemanfaatan taman-taman.

7. Atraksi wisata, dapat berupa kegiatan seni budaya.

2.4 Produk Industri Pariwisata

Menurut Yoeti (1996:13) yang dimaksud dengan produk industri

pariwisata adalah semua jasa-jasa yang dibutuhkan wisatawan semenjak ia

berangkat meninggalkan tempat kediamannya, sampai ia kembali kerumah di

mana ia tinggal. Produk industri pariwisata terdiri dari bermacam-macam unsur

(15)

Pada dasarnya ada tiga golongan pokok produk industri pariwisata tersebut

yaitu :

1. Obyek pariwisata yang terdapat pada daerah-daerah tujuan wisata yang

menjadi daya tarik orang-orang untuk datang berkunjung ke daerah tersebut.

2. Fasilitas yang diperlukan di tempat tujuan tersebut seperti akomodasi

perhotelan, bar dan restoran, entertaiment dan rekreasi.

3. Transportasi yang menghubungkan negara asal wisatawan dengan daerah

tujuan wisatawan serta transportasi di tempat tujuan ke obyek-obyek wisata.

Produk pariwisata tidak dihasilkan hanya oleh satu perusahaan saja, tetapi

oleh beberapa perusahaan yang secara bersama menghasilkan jasa-jasa bagi

kebutuhan wisatawan selama dalam perjalanannya, walau dikelola oleh banyak

pengusaha tetapi dikoordinir oleh suatu organisasi seperti Dinas Pariwisata yang

dapat dianggap sebagai produsennya.

Berikut merupakan ciri-ciri produk industri pariwisata yang terpenting :

1. Produk industri pariwisata tidak dapat dipindahkan. Karena itu dalam

penjualannya tidak mungkin pelayanan itu sendiri dibawa kepada konsumen,

sebaliknya konsumen (wisatawan) yang harus datang ke tempat produk

tersebut dihasilkan

2. Pada umumnya peranan perantara tidak diperlukan, karena proses produksi

terjadi pada saat yang bersamaan dengan konsumsi. Satu-satunya perantara

yang merupakan saluran dalam penjualan jasa-jasa industri pariwisata

(16)

3. Produk pariwisata tidak dapat ditimbun seperti halnya yang terjadi pada

industri barang lainnya, dimana penimbunan hanya merupakan kebiasaan

untuk meningkatkan permintaan.

4. Produk industri pariwisata tidak mempunyai standar atau ukuran yang

obyektif, hanya menggunakan patokan bagus, jelek, puas atau tidaknya orang

yang diberi pelayanan.

5. Permintaan terhadap produk industri pariwisata tidak tetap dan sangat

dipengaruhi oleh faktor-faktor non ekonomis.

6. Calon konsumen tidak dapat mencoba atau mencicipi produk yang dibelinya.

Calon konsumen hanya dapat melihat dari brosur, televisi maupun film yang

khusus wisata.

7. Produk industri pariwisata itu banyak tergantung dari tenaga manusia dan

sedikit sekali yang dapat digantikan dengan mesin.

8. Segi kepemilikan usaha, penyediaan produk industri pariwisata dengan

membangun sarana-sarana kepariwisataan yang besar, sedangkan perubahan

terhadap elastisitas permintaan sangat kuat.

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pariwisata

Menurut Yoeti (1996 : 94) permintaan dalam kepariwisataan terdiri dari

berbagai unsur tidak hanya berbeda sifat dan bentuk, tetapi juga manfaat dan

kegunaanya bagi wisatawan. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

permintaan dalam kepariwisataan yaitu :

1. Pendapatan

Jumlah penghasilan seseorang sangat berperan dalam menentukan intensitas

(17)

semakin tinggi pula kemungkinan seseorang untuk melakukan perjalanan

wisata.

2. Harga

Faktor harga sangat menentukan dalam persaingan antara sesama tour

operator. Bila perbedaan dalam fasilitas tidak begitu berbeda, wisatawan

cenderung akan memilih harga paket wisata yang lebih murah.

3. Kualitas

Kualitas yang dimiliki oleh obyek wisata sangat mempengaruhi hasrat

wisatawan untuk berkunjung ke tempat tersebut. Kualitas yang dimaksud

merupakan faktor pelayanan yang dimiliki oleh suatu obyek wisata.

4. Hubungan Politik antara Dua Negara

Hubungan politik yang terjalin dengan baik, maka akan membuat penduduk

kedua negara cenderung akan saling mengunjungi sehingga permintaan untuk

melakukan perjalanan pariwisata relatif besar.

5. Hubungan Ekonomi antar Negara

Dalam industri pariwisata modern, hubungan perekonomian antar negara

merupakan dorongan bagi orang-orang untuk mengunjungi suatu negara,

terutama dengan menggiatkan usaha-usaha konferensi, simposium dan

lain-lain.

6. Hubungan Sosial-Budaya antara Dua Negara

Industrialisasi yang menyebabkan meningkatnya pemerataan pendapatan

dalam masyarakat sehingga waktu senggang meningkat dan ada liburan yang

dibayar membuat orang-orang berkecenderungan sering melakukan

(18)

7. Perubahan Cuaca atau Iklim

Adanya pergantian musim membuat banyak orang melakukan perjalanan

wisata ke beberapa negara lain yang keadaan iklimnya berbeda.

8. Faktor Hari-Hari Libur

Adanya hari-hari libur bagi karyawan dan kesempatan pada

keluarga-keluarga untuk melakukan perjalanan pariwisata.

9. Peraturan Pemerintah

Adanya peraturan-peraturan pemerintah yang mengatur orang-orang yang

melakukan perjalanan pariwisata akan sangat mempengaruhi orang-orang

dalam melakukan perjalanan.

10. Teknologi Pengangkutan

Kemajuan teknologi pengangkutan yang dapat mempersingkat waktu untuk

menempuh jarak cukup jauh dengan segala fasilitas yang menarik dapat

mendorong orang-orang untuk melakukan perjalan pariwisata.

2.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Pariwisata

Menurut Yoeti (1996 : 80) dalam kepariwisataan yang dimaksud dengan

tuorism supply meliputi semua daerah tujuan yang ditawarkan kepada wisatawan

terdiri dari unsur-unsur daya tarik alam dan hasil ciptaan manusia, barang dan jasa

yang dapat mendorong orang-orang berkunjung ke obyek wisata. Faktor-faktor

tersebut antara lain :

1. Benda-benda yang disediakan dan terdapat dalam alam (Natural Amenities).

Kelompok ini diantaranya adalah :

a. Iklim, misalnya cuaca cerah, kering, hujan, dan sebagainya.

(19)

c. Hutan belukar misalnya hutan yang luas, banyak pohon-pohon.

d. Flora dan fauna.

e. Health center.

2. Hasil ciptaan manusia.

a. Monumen-monumen bersejarah dan sisa-sisa peradaban masa lampau.

b. Museum, art gallery, perpustakaan, kesenian rakyat, handicraft.

c. Acara-acara tradisional, pameran, festival dan upacara-upacara adat.

d. Rumah-rumah ibadah.

3. Prasarana, terdiri dari:

a. Prasarana umum seperti sumber air tawar, pembangkit tenaga listrik, jalan

raya, jembatan, pelabuhan laut, lapangan udara, irigasi, telekomunikasi,

dan lain-lain.

b. Kebutuhan masyarakat banyak seperti rumah sakit, apotik, bank, kantor

pos, badan legislatif, polisi, pengadilan, pompa bensin, kantor-kantor yang

berhubungan dengan kepariwisataan

4. Sarana Kepariwisataan dibagi atas tiga bagian yang penting, dimana satu

dengan yang lainnya saling menunjang. Ketiga sarana yang dimaksudkan

ialah :

a. Sarana pokok kepariwisataan. Kelompok ini diantaranya adalah : travel

agent dan tour operator, tourist transportation, accomodation, catering

trades, tourist objects dan tourist attractuions.

b. Sarana pelengkap kepariwisataan. Kelompok ini adalah fasilitas rekreasi

dan olah raga, seperti : sky resort, horse riding, boating facility, hunting

(20)

c. Sarana penunjang kepariwisataan, seperti: night club dan steambath,

casino dan entertainment, souvenir shops, dan lain-lain.

5. Tata cara hidup masyarakat adalah salah satu sumber yang amat penting

untuk ditawarkan kepada para wisatawan. Kebiasaan hidup dan adat istiadat

merupakan daya tarik bagi wisatawan agar dapat berkunjung ke daerah

tersebut.

2.3 Pariwisata

2.3.1 Pengertian Pariwisata

Menurut Sihite dalam Marpaung dan Bahar (2000:46-47) menjelaskan

Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan orang untuk sementara waktu,

yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain meninggalkan tempatnya

semula, dengan suatu perencanaan dan dengan maksud bukan untuk berusaha atau

mencari nafkah di tempat yang dikunjungi. Pariwisata dilakukan semata-mata

untuk menikmati kegiatan pertamasyaan dan rekreasi atau untuk memenuhi

keinginan yang beraneka ragam.

Sedangkan menurut Kodhyat (1983:4) Pariwisata adalah perjalanan dari

satu tempat ke tempat yang lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan

maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan

kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan

ilmu. Selanjutnya Wahab (1975:55) mengemukakan pariwisata adalah salah satu

jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan

penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta

(21)

komplek, pariwisata juga merealisasi industri-industri klasik seperti industri

kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan dan transportasi.

Menurut pendapat Spillane (1982:20) mengemukakan bahwa pariwisata

adalah kegiatan melakukan perjalanan dengan tujuan mendapatkan kenikmatan,

mencari kepuasan, mengetahui sesuatu, memperbaiki kesehatan, menikmati

olahraga atau istirahat, menunaikan tugas, berziarah dan lain-lain. Berdasarkan

pengertian pariwisata menurut para ahli diatas dapat di tarik kesimpulan bahwa

pariwisata adalah suatu kegiatan perjalanan dari suatu tempat ketempat lain yang

bertujuan untuk rekreasi menikmati keindahan suatu tempat, mencari kepuasan

serta beristirahat dalam jangka waktu tertentu.

2.3.2 Obyek Wisata

Yoeti (1996:172) menjelaskan pada dasarnya dalam literatur

kepariwisataan luar negeri tidak ditemukan adanya istilah objek wisata seperti

yang ada atau yang biasa dikenal di Indonesia. Tourist attractions merupakan

istilah yang lebih dikenal dalam dunia kepariwisataan luar negeri. Namun di

Indonesia sendiri antara obyek wisata dan tourist attraction keduanya memang

dikenal dan keduanya memiliki definisi tersendiri.

Obyek wisata menurut Ridwan (2012:5) adalah segala sesuatu yang

memilik keunikan, keindahan dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan

alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan

kunjungan wisatawan. Sedangkan atraksi wisata adalah sesuatu yang dipersiapkan

terlebih dahulu untuk dilihat serta dinikmati dengan melibatkan orang lain.

Sedangkan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun

(22)

baik itu yang merupakan perwujudan dari ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, budaya,

sejarah dan tempat serta keadaan alam yang memiliki daya tarik untuk kunjungan

wisata. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud

dengan obyek wisata adalah suatu tempat yang dapat menarik minat wisatawan

untuk mengunjunginya baik itu ciptaan manusia maupun keadaan alam.

2.3.3 Jenis-Jenis Pariwisata

Jenis-jenis pariwisata menurut Spillane (1987:29-31) berdasarkan motif

tujuan perjalanan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis pariwisata khusus,

yaitu:

1. Pariwisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism).

Jenis pariwisata ini dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan

tempat tinggalnya untuk berlibur ,mencari udara segar, memenuhi kehendak

ingin tahunya, mengendorkan ketegangan syaraf, melihat sesuatu yang baru,

menikmati keindahan alam, mengetahui hikayat rakyat setempat,

mendapatkan ketenangan.

2. Pariwisata untuk rekreasi (Recreation Tourism).

Pariwisata ini dilakukan untuk pemanfaatan hari-hari libur untuk

beristirahat, memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohaninya, dan

menyegarkan diri dari keletihan dan kelelahannya. Dapat dilakukan pada

tempat yang menjamin tujuan-tujuan rekreasi yang menawarkan kenikmatan

yang diperlukan seperti tepi pantai, pegunungan, pusat-pusat peristirahatan

(23)

3. Pariwisata untuk kebudayaan (Cultural Tourism).

Jenis ini ditandai oleh adanya rangkaian motivasi, seperti keinginan

untuk belajar di pusat-pusat pengajaran dan riset, mempelajari

adat-istiadat, kelembagaan, dan cara hidup masyarakat yang berbeda-beda,

mengunjungi monumen bersejarah, peninggalan masa lalu, pusat-pusat

kesenian dan keagamaan, festival seni musik, teater, tarian rakyat dan

lain-lain.

4. Pariwisata untuk olahraga (Sports Tourism).

Pariwisata ini dapat dibagi lagi menjadi dua kategori:

a. Big sports events, yaitu peristiwa-peristiwa olahraga besar

seperti Olympiade Games, kejuaraan ski dunia, kejuaraan tinju dunia, dan

lainlain yang menarik perhatian bagi penonton atau penggemarnya.

b. Sporting tourism of the Practitioners, yaitu pariwisata olahraga

bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekkan sendiri seperti

pendakian gunung, olahraga naik kuda, berburu, memancing dan

lain-lain.

c. Pariwisata untuk urusan usaha dagang (Business Tourism).

Menurut para ahli teori, perjalanan pariwisata ini adalah bentuk

profesional travel atau perjalanan karena ada kaitannya dengan pekerjaan

atau jabatan yang tidak memberikan kepada seseorang untuk memilih

tujuan maupun waktu perjalanan.

d. Pariwisata untuk berkonvensi (Convention Tourism).

Pariwisata ini banyak diminati oleh negara-negara karena ketika

(24)

hadir untuk tinggal dalam jangka waktu tertentu dinegara yang

mengadakan konvensi.

2.3.4 Bentuk Pariwisata

Menurut Pendit (2002: 37) bentuk pariwisata dapat diklasifikasikan

menjadi lima yaitu menurut asal wisatawan, menurut akibatnya terhadap neraca

pembayaran, menurut jangka waktu, menurut jumlah wisatawan, dan menurut alat

angkut yang digunakan. Bentuk-bentuk pariwisata tersebut dijelaskan sebagai

berikut:

1. Menurut asal wisatawan.

Wisatawan itu berasal dari dalam atau luar negeri. Jika asalnya dari dalam

negeri berarti wisatawan hanya pindah tempat sementara di dalam lingkungan

wilayah negerinya sendiri dan selama ia mengadakan perjalanan.

2. Menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran.

Kedatangan wisatawan dari luar negeri adalah membawa mata uang asing.

Pemasukan valuta asing ini berarti memberi dampak positif terhadap neraca

pembayaran luar negeri suatu negara yang dikunjunginya, hal ini disebut

pariwisata aktif. Sedangkan kepergian seorang warga negara ke luar negeri

memberikan dampak negatif terhadap neraca pembayaran luar negeri disebut

pariwisata pasif.

3. Menurut jangka waktu.

Kedatangan seorang wisatawan di suatu tempat atau negara diperhitungkan

pula menurut waktu lamanya ia tinggal di tempat atau negara yang

bersangkutan. Hal ini menimbulkan istilah-istilah pariwisata jangka pendek

(25)

ketentuan-ketentuan yang diberlakukan oleh suatu negara untuk mengukur pendek atau

panjangnya waktu yang dimaksudkan.

4. Menurut jumlah wisatawan.

Perbedaan ini diperhitungkan atas jumlah wisatawan yang datang, apakah

wisatawan datang sendiri atau rombongan. Maka timbullah istilah-istilah

pariwisata tunggal dan pariwisata rombongan.

5. Menurut alat angkut yang dipergunakan.

Dilihat dari alat angkut yang dipergunakan oleh wisatawan, maka kategori ini

dapat dibagi menjadi pariwisata udara, pariwisata laut, pariwisata kereta api

dan pariwisata mobil, tergantung apakah wisatawan tiba dengan pesawat

udara, kapal laut, kereta api atau mobil.

2.3.5 Sarana dan Prasarana Pariwisata

Sarana dan prasarana diartikan sebagai proses tanpa hambatan dari

pengadaan dan peningkatan hotel, restoran, tempat hiburan dan sebagainya serta

prasarana jalan dan transportasi yang lancar dan terjangkau oleh wisatawan.

Menurut Suwantoro (2004:21-22) adapun yang dimaksud dengan sarana dan

prasarana pariwisata adalah sebagai berikut:

1. Sarana Pariwisata

Sarana kepariwisataan (tourism infrastructure) adalah semua fasilitas yang

memungkinkan agar prasarana kepariwisataan dapat hidup dan

berkembang serta dapat memberikan pelayanan pada wisatawan untuk

memenuhi kebutuhan mereka yang beraneka ragam. Sarana pariwisata

merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk

(26)

2. Prasarana Pariwisata

Prasarana (infrastructure) adalah semua fasilitas yang dapat

memungkinkan proses perekonomian berjalan dengan lancar sedemikian

rupa, sehingga dapat memudahkan manusia untuk dapat memenuhi

kebutuhannya. Prasarana pariwisata adalah sumber daya alam dan sumber

daya manusia yang mutlak dibutuhkan oleh wisatawan dalam

perjalanannya di daerah tujuan wisata seperti jalan, listrik, air,

telekomunikasi, pelayanan kesehatan, terminal/pelabuhan, dan lain

sebagainya.

2.3.6 Wisatawan

Menurut Norval dalam Soekadijo (1996: 13) wisatawan merupakan setiap

orang yang datang dari suatu negara asing yang alasannya bukan untuk menetap

atau untuk bekerja di situ secara teratur dan yang dinegara dimana ia tinggal untuk

sementara itu membelanjakan uang yang didapatkannya dilain tempat. Definisi

lain mengenai wisatawan juga di kemukakan oleh U.N. Convention Concerning

Customs Facilities for Touring yang ditetapkan pada tahun 1954. Menurut definisi

itu yang disebut wisatawan ialah setiap orang yang datang di sebuah negara

karena alasan yang sah, kecuali untuk berimigrasi, dan yang tinggal

setidak-tidaknya selama 24 jam dan selama-lamanya 6 bulan dalam tahun yang sama.

Menurut definisi ini orang yang mengadakan perjalanan kurang dari 24 jam bukan

wisatawan.

Adanya berbagai definisi tersebut menimbulkan kesulitan dalam

membandingkan statistik pariwisata dari berbagai negara, maka IUOTO

(27)

seragam mengenai wisatawan. Definisi tersebut menggunakan istilah pengunjung,

untuk setiap orang yang datang ke suatu negara yang bukan tempat tinggalnya

yang biasa untuk keperluan apa saja, kecuali untuk melakukan pekerjaan yang

digaji.

Sedangkan menurut pemerintah indonesia dalam instruksi Presiden

Republik Indonesia No. 9 Tahun 1969 yang dimaksud dengan wisatawan

merupakan setiap orang yang berpergian dari tempat tinggalnya untuk berkunjung

ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu. Berdasarkan

definisi diatas dapat ditarik kesimpulan wisatawan merupakan setiap orang yang

berkunjung ke suatu daerah dengan meninggalkan tempat tinggalnya untuk

melakukan perjalanan.

Menurut Liga Bangsa-Bangsa dan IUOTO yang bisa dianggap wisatawan

adalah sebagai berikut :

1. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk kesenangan karena alasan

keluarga, kesehatan, dan lain-lain.

2. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk keperluan pertemuan-pertemuan

atau karena tugas-tugas tertentu (ilmu pengetahuan, tugas pemerintahan,

diplomasi, agama, olahraga, dan lain-lain).

3. Mereka yang mengadakan perjalanan dengan tujuan usaha.

4. Mereka yang datang dalam rangka perjalanan dengan kapal laut walaupun

(28)

2.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan sebagai bahan perbandingan dan referensi

dalam penulisan penelitian ini. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang relevan

antara lain :

1. Nururrifqi (2007) dengan penelitian yang berjudul “Peranan Sektor

Pariwisata dalam Pengembangan Peluang Usaha dan Kerja serta

Peningkatan Kesejahteraan Rumah Tangga Nelayan Di Pulau Untung

Jawa” dimana bertujuan untuk mengetahui peranan sektor pariwisata di

Pulau Untung Jawa terhadap peluang usaha dan kerja serta untuk

mengetahui peranan sektor pariwisata terhadap tingkat kesejahteraan

rumah tangga nelayan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan keberadaan pariwisata

di pulau untung jawa menciptakan peluang kerja bagi masyarakat terlihat

dari meningkatnya jumlah ragam usaha dari tahun 2001 sampai 2007.

Kontribusi pendapatan pariwisata terhadap pendapatan total nelayan

pariwisata adalah sebesar 44%.

2. Setiyanti (2011) menganalisis Dampak Pariwisata Terhadap Peluang

Usaha dan Kerja Luar Pertanian Di Daerah Pesisir, Kasus Pulau Pramuka,

Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara,

Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, dimana

penelitian ini dilakukan untuk untuk mengidentifikasi dan menganalisis

peluang usaha dan kerja yang tumbuh sebagai akibat adanya kegiatan

pariwisata di Pulau Pramuka dan karakteristik masyarakat yang

(29)

dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang didukung oleh metode

kuantitatif, sehingga penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan

didukung oleh pendekatan metode survei. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa hadirnya sektor pariwisata di Pulau Pramuka telah menciptakan

peluang usaha dan kerja di Pulau Pramuka, seperti dalam usaha homestay,

perdagangan, rumah makan, transportasi dan jasa. Usaha homestay

merupakan usaha dengan tingkat pertumbuhan yang tergolong tinggi,

dimana dalam kurun waktu enam tahun semenjak tahun 2005 tercatat

setiap tahunnya berdiri sekitar sembilan penginapan. Pemanfaat peluang

usaha dan kerja pariwisata cenderung menjadikan usaha dan kerja

pariwisata sebagai matapencaharian tunggal (68 persen). Sisanya 18

persen diantaranya menjadikan usaha dan kerja pariwisata sebagai

pekerjaan utama dengan pekerjaan sampingan di sektor lain, dan 14 persen

diantaranya menjadikan usaha dan kerja pariwisata sebagai pekerjaan

sampingan dengan pekerjaan utama di sektor lain.

3. Dritasto dan Anggraeni (2013) dengan penelitian yang berjudul “Analisis

Dampak Ekonomi Wisata Bahari Terhadap Pendapatan Masyarakat Di

Pulau Tidung. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode

analisis deskriptif .Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan terkaitnya

masyarakat dalam kegiatan wisata di Pulau Tidung maka dapat

memberikan dampak ekonomi masyarakat yaitu berupa pendapatan.

Secara umum kegiatan wisata yang ada di Pulau Tidung telah

memeberikan dampak ekonomi kepada masyarakat walaupun dampak

(30)

adanya perputaran uang antara wisatawan, unit usaha, dan tenaga kerja.

Semakin banyaknya wisatawan yang datang ke Pulau Tidung memberikan

dampak berupa pendapatan yang lebih banyak kepada unit usaha.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Sholik dan Sujali (2013) dengan judul

“Pengaruh Keberadaan Obyek Wisata Makam Dan Perpustakaan Bung

Karno Terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat Pelaku Usaha Perdagangan

Di Sekitarnya” yang menggunakan Model analisis statistik. Berdasarkan

perhitungan yang dilakukan dengan uji wilcoxon diperoleh probabilitas

sebesar 0,00 yang berarti nilainya < 0,05. Berdasarkan angka probabilitas

ini dapat disimpulkan H0 ditolak. Kedua rata-rata populasi adalah tidak

identik. Hal ini mengindikasikan rata-rata tingkat kesejahteraan responden

sebelum dan sesudah dilakukan pembangunan Perpustakaan Bung Karno

terdapat perbedaan yang nyata. Uji wilcoxon yang dilakukan juga terlihat

bahwa terjadi pengaruh cenderung positif terhadap 35 responden yang

ditandai dengan peningkatan kesejahteraan setelah dibangun Perpustakaan

Bung Karno, sedangkan 5 responden tidak mengalami perubahan atau

cenderung sama dengan kondisi sebelum dibangun Perpustakaan Bung

Karno.

5. Hartati, Dunia dan Nuridja (2014) dengan penelitian yang berjudul

“Pemanfaatan Objek Wisata Ceking Terrace Terhadap Pendapatan

Masyarakat Di Kawasan Ceking Terrace Tahun 2013”. Data dikumpulkan

dengan metode wawancara dan dokumentasi, dan dianalisis dengan teknik

kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan pendapatan masyarakat sebelum

(31)

Kabupaten Gianyar karena pekerjaan sebelumnya adalah petani dan buruh,

pendapatan masyarakat setelah bekerja di kawasan Ceking Terrace,

rata-rata meningkat menjadi di atas Upah Minimum Kabupaten Gianyar karena

adanya pengembangan objek wisata oleh Desa Pakraman Tegallalang

sehingga dapat memberikan peluang bagi masyarakat untuk membuka

usaha serta adanya lapangan kerja bagi masyarakat setempat manfaat

Gambar

Tabel 2.1 Persentase Kesuksesan Dasar Memulai Bisnis

Referensi

Dokumen terkait

Pergerakan IHSG hari ini kami estimasi akan berpeluang menguat terbatas dengan rentang perdagangan berada di 6.500 sampai dengan 6.600.. Indeks bursa saham AS, ditutup positif

Nilai-nilai positif yang sudah ditransformasikan ke peserta didik di sekolah, kemudian didistorsi oleh masyarakat (media sosial). Daya rusak oleh masyarakat lebih

tumbuh terhadap antera cabai rawit ( C. frutescens ) menyebabkan perbedaan persentase jumlah antera yang membesar. Hal

1.2.1 Jelaskan manfaat program studi terhadap institusi, masyarakat, serta bangsa dan negara. Untuk pengusulan program studi baru yang diusulkan oleh perguruan tinggi lama,

Berdasrkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan sebelumnya mengenai pengaruh konservatisme akuntansi , ukuran perusahaan , pengungkapan corporate social

o Mampu menyelesaikan tugas kelompok sesuai dengan capaian pembelajaran dari sub pokok atau materi bahasan yang ditugaskan; o masing-masing anggota kelompok memiliki peran

Sistem peradilan di Indonesia didasari pada Pancasila, terutama pada sila kelima, yang kemudian diturunkan ke dalam UUD 1945 pasal 24 ayat 2 dan 3 yang menyebutkan

Gambaran umum dari purwarupa robot lengan pemilah objek berdasarkan label tulisan secara realtime, adalah robot lengan digunakan untuk mengidentifikasi suatu objek