BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sumatera Utara sebagai sebuah propinsi di Indonesia terdapat adat dan budaya yang beragam antara lain: Etnis Melayu, Nias, Pesisir, Batak yang terdiri dari enam sub-suku yaitu Toba, Karo, Simalungun, Pakpak, Angkola dan Mandailing.1 Masing-masing etnis tersebut memiliki adat-istiadat, makanan khas daerah, pakaian adat, tari, musik, nyanyian. Keberagaman budaya Sumatera Utara merupakan suatu kekayaan bagi setiap suku bangsa yang tidak terhitung nilainya. Budaya yang menjalar dan tersebar dihampir semua sudut Sumatera Utara perlu dijaga kelestariannya sebagai warisan nenek moyang terhadap anak cucunya untuk kemudian terus digali dan dikembangkan.
Dalam pembahasan ini, penulis akan mengkaji salah satu nyanyian suku Batak Toba yaitu ende tarombo. Istilah ende tarombo terbentuk dari kata ende dan
tarombo. Ende adalah musik vokal Batak Toba yang identik dengan nyanyian.
Sedangkan tarombo identik dengan silsilah marga. Jadi dapat disimpulkan secara garis besar, ende tarombo adalah nyanyian tentang silsilah marga.2Marga yang dijelaskan didalam ende tersebut menyangkut penyebaran, asal-usul, kebaikan, keberhasilan, kesejahteraan dan semua aspek-aspek yang berhubungan dengan
marga yang dijabarkan.
1 Lihat Buku Hukum dan Kemajemukan Budaya tulisan Ihromi, 2000:362
Jika dilihat dari liriknya pada umumnya ende tarombo mengandung nilai budaya yang menjadi pandangan hidup, cita-cita, harapan, keberadaan (kebesaran atau keagungan) pemilik tarombo tersebut, yang dirangkai dalam tiga falsafah yaitu:
Hasangapon (kehormatan), hagabeon (keturunan) dan Hamoraon (kekayaan).
Pandangan ini menjadi tolak ukur keberhasilan satu keluarga pada kehidupan bermasyarakat.
Masyarakat Batak Toba menyebutkan ende tarombo dengan istilah yang berbeda. Beberapa diantaranya menyebutnya dengan ende yang disambung dengan marga tertentu, Misalnya ende Marbun, maksudnya adalah nyanyian yang berisi tentang silsilah marga Marbun. Demikian juga halnya dengan marga lain. Kemudian ende juga disambung dengan nama leluhur suatu marga. Misalnya,
ende Sonak Malela, maksudnya adalah nyanyian yang berisi tentang silsilah
keturunan Raja Sonak Malela, dan beberapa sebutan lainnya yang digunakan akan tetapi maksudnya sama yakni nyanyian tentang silsilah, misalnya : Ende
Parsadaan disambung dengan marga tertentu.
Salah satu gagasan diciptakannya ende tarombo supaya tarombo tetap terjaga, diingat dan diketahui. Artinya, dengan mendengarkan ende tarombo memudahkan mengetahui urutan-urutan marga. Disisi lain, ende tarombo berguna untuk mengingatkan padan3 (janji) jika ada, dan untuk menjaga nama baik marga. Akan tetapi tidak semua marga Batak Toba yang membuat silsilah dalam bentuk nyanyian atau ende tarombo. Hal tersebut berdampak pada masyarakat dan berpengaruh kepada setiap marga.
Sehingga ende tarombo-nya akan diciptakan oleh pemilik marga tersebut ataupun oleh orang lain atas permintaan marga tersebut.4
Dewasa ini ende tarombo disajikan diberbagai aktivitas adat Batak Toba. Salah satunya adalah upacara adat perkawinan pomparan Sonak Malela di Medan.
Pomparan Sonak Malela secara harfiah diartikan sebagai turunan Raja Sonak
Malela. Raja Sonak Malela adalah Seorang leluhur yang berasal dari Toba
Samosir, Sumatera Utara. Beliau memiliki tiga orang anak yaitu, Raja Mardagul yang merupakan asal marga Simangunsong, Paung Mangaraja merupakan asal
marga Marpaung dan Ompu Raja Napitupulu yang merupakan asal marga
Napitupulu. Kemudian diangkat Raja Bonani Onan Pardede sebagai putera yang
merupakan asal dari marga Pardede. Ke empat anak Sonak Malela ini juga memiliki keturunan masing-masing.5
Ende tarombo Sonak Malela yang merupakan milik pomparan Sonak
Malela dinyanyikan dengan iringan musik dan sudah dipegaruhi oleh unsur-unsur
musik modern. Dengan masuknya unsur-unsur musik modern seperti halnya keyboard, drum, gitar listrik dan beberapa instrument tiup Barat6 menyebabkan munculnya suatu ensambel atau gaya musikal baru yang disebut kolaborasi dimana musik etnis dipadukan dengan musik modern.
Sebagai akibat dari perubahan ini unsur musik vokal juga dimasukkan dalam ensambel dan digunakan dalam aktivitas adat Batak Toba.
4Tidak semua ende tarombo diciptakan oleh pemilik marga tersebut. Bisa saja diciptakan oleh orang lain atas pesanan pemilik marga atau atas keinginan sendiri dari pencipta.
5Akan dibahas dalam Bab selanjutnya
6Lihat Skripsi Musa Siagian tentang Suatu Tinjauan Perkembangan Musik Tiup Pada
Dalam upacara adat ende tarombo Sonak Malela merupakan sebuah nyanyian yang dianggap penting karena selain sebagai hiburan juga mengandung makna yang bermanfaat bagi seluruh yang mendengarkannya.
Adapun lirik ende Sonak Malela sebagai berikut:
Lirik lagu Tarombo Sonak Malela
Molo ni ida mai torop nai da Sonak Malela I, ale amang Ai tung sude do di desa na ualu di ingani tahe
Ai namartua mai ompu i ompu parsadaan i Sonak Malela i Di sude Sibagot Ni Pohan i siampudan tahe
Raja mangunsong mai anak nai anak siahaan I, ale amang Raja marpaung mai napaidua pinomparna tahe
Napitupulu ma I da paitolu I dirajahon ma muse raja pardede i Tung torop do tahe pomparan ni Sonak Malela I
Raja naburju do simangunsong i Laho manganju sude angina i Raja marpaung torop pinompar ni Angka parpangkat na timbo-timbo i
Napitupulu dohot pardede i Holan na mora torop pinomparni Tokke tu tokke sude pinompar ni na hadohan goar i
Adong do sada tona ni ompu i di Sonak Malela I, ale amang Tu Naga Baling na di Balige i bona ni Sintatar i
Si sada lulu di anak dohot boru, boru na pe udang boi marsitindian i Tona I, padan I, da tona I, sai na hot do tahe
Adong do sada na istimewa i di Sonak Malela I, ale amang Di boru muli, manang anak mangoli di pestana tahe
Da tanda- tanda doi molo marudan do olaonna I, manang pestana i Tanda gabe mai da parhorasan, tu pinomparna i
Nang pe marboru Sonak Malela i Holan na basa do tu boruna i Laos songoni do muse boru nai Holan na burju marhula hula i Alani i tung langku-langku do i Anggo boru Sonak Malela i Maradu-adu sude anak ni halak Laho mangaririt i
Ende tarombo Sonak Malela adalah salah satu dari beberapa ende tarombo
yang ada dalam kebudayaan musik Batak Toba. Beberapa alasan penulis sehingga memilih ende tarombo Sonak Malela adalah sebagai berikut: Pertama, Ende
tarombo Sonak Malela salah satu ende tarombo yang populer di Medan, hal
tersebut berbeda dengan ende tarombo lainnya. Sebagai indikator, berdasarkan pengamatan penulis dan wawancara dengan para pemusik di Kota Medan mengatakan; hampir semua pemusik mengetahui dan hafal ende tarombo Sonak
Malela.7
Kedua, dilihat dari pemilik ende tarombo tersebut yakni turunan Raja Sonak
Malela khususnya di Kota Medan, dalam pelaksanaan upacara adat perkawinan
turunan Raja Sonak Malela (Simangunsong, Marpaung, Napitupulu dan
Pardede), mereka selalu ambil bagian dan bekerjasama untuk berlangsungnya
upacara. Misalnya; Jika yang berpesta marga Simangunsong, biasanya yang menjadi Parhata8(protocol) adalah diantara ketiga marga lainnya (Marpaung,
Napitupulu dan pardede), dan demikian juga sebaliknya. Akantetapi hal tersebut
disesuaikan dengan situasi dan tempat.9 Hal ini merupakan sebuah indicator bahwasanya turunan Sonak Malela masih memegang teguh pesan leluhurnya yang terdapat dalam ende tarombo mereka hingga saat ini. Ketiga, dalam ende tarombo
Sonak Malela terdapat beberapa teks yang istimewa untuk dikaji contoh: Dalam
teks ende disebutkan jika datang hujan itu adalah pertanda kesuksesan pesta mereka, hal tersebut berbanding terbalik dengan pesta adat biasanya dimana jika datang hujan merupakan sesuatu hal yang tidak diinginkan.
Ende tarombo Sonak Malela yang diciptakan Nahum Situmorang10, selalu
dinyanyikan dalam berbagai acara adat dari keturunan Raja Sonak Malela, terutama adat perkawinan. Menurut Bapak Humala Pardede, ende tarombo Sonak
Malela selalu disajikan dalam setiap acara adat. Akan tetapi lebih diutamakan
pada upacara perkawinan. Hal tersebut karena dalam upacara perkawinan terdapat sebuah aktivitas social yang menjadikan pihak tertentu menjadikan sebuah ikatan kekeluargaan dengan pihak lain. Atau dengan kata lain, dalam upacara
8Parhata merupakan seseorang yang peting dalam acara adat Batak Toba,tanpa parhata acara tidak berlangsung. Parhata biasanya mengetahui hukum adat dan mampu menguraikan tahap-tahap acara.
perkawinan mengakibatkan dua belah pihak terikat dalam sebuah adat dalam konteks kekeluargaan. Dalam penyajiannya, ende tarombo dapat disajikan secara instrumentalia dan bisa juga vocal yang diiring dengan ensambel. Dinyanyikan oleh marga itu sendiri maupun oleh pemusik yang diundang pada acara tersebut. Nyanyian tentang silsilah Batak Toba sudah pernah dikaji oleh Tiolina Sinambela, dengan Judul Skripsi: “Tarombo Dalam Gaya Nyanyian Pada Kebudayaan Etnis Batak Toba: Suatu Kajian Musikologis dan Tekstual”. Dalam
tulisannya beliau mendeskripsikan nyanyian silsilah secara garis besar. Berbeda dengan tulisan ini yang mengkaji nyanyian silsilah atau ende tarombo khususnya
ende tarombo Sonak Malela. Tulisan ini mendeskripsikan ende tarombo secara
mendetail terutama penggunaanya dalam upacara adat perkawinan turunan Sonak
Malela di Kota Medan. Akantetapi hasil tulisan ini dapat digunakan untuk
mengetahui eksistensi, perubahan dan guna, fungsi ende tarombo yang dikaji sebelumnya.
Berdasarkan berbagai alasan di atas, penulis tertarik untuk mengkaji ende
tarombo Sonak Malela ini dalam sebuah karya ilmiah berupa skripsi yang
berjudul : Kajian Musik dan Teks Ende Tarombo Sonak Malela pada Upacara Perkawinan Pomparan Raja Sonak Malela di Medan.
1.2Pokok Permasalahan
Ada lima pokok masalah yang akan dikaji dalam tulisan ini yaitu : 1. Bagaimana sejarah turunan Raja Sonak Malela?
3. Bagaimana ende tarombo Sonak Malela disajikan pada upacara adat perkawinan turunan Raja Sonak Malela?
4. Bagaimana struktur musik dan makna teks ende tarombo Sonak Malela? 5. Apakah kegunaan dan fungsi ende tarombo ini bagi masyarakat Batak
Toba, khususnya keturunan Raja Sonak Malela? 1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengkaji sejarah turunan Raja Sonak Malela
2. Untuk mengkaji penyajian upacara perkawinan turunan Raja Sonak
Malela di Medan.
3. Untuk mengkaji ende tarombo Sonak Malela pada upacara perkawinan turunan Raja Sonak Malela.
4. Untuk mengkaji struktur musik dan makna teks ende tarombo Sonak Malela.
5. Untuk mengkaji kegunaan dan fungsi ende tarombo bagi masyarakat Batak Toba, khususnya keturunan RajaSonak Malela?
1.3.2 Manfaat
Ketiga, dapat dipergunakan oleh mahasiswa Etnomusikologi dalam mengkaji musik dan teks nyanyian (ende).
1.4Konsep dan Teori
1.4.1 Konsep
Koentjaraningrat (1980:207) menyebutkan bahwa konsep adalah suatu sistem pedoman hidup dan cita-cita yang akan dicapai oleh banyak individu dalam suatu masyarakat.
Secara konseptual, kajian menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) mengkaji adalah mempelajari, memeriksa, dan menyelidiki suatu hal. Sedangkan menurut Badudu (1983:132), mengkaji adalah membaca, mempelajari, memeriksa, meneliti, mempertimbangkan, mendalami. Dalam konteks tulisan ini, titik fokus kajian yang dimaksud adalah aspek musikal dan teks ende tarombo Sonak Malela.
Musik adalah kejadian bunyi atau suara dapat dipandang dan dipelajari jika mempunyai kombinasi nada, ritme dan dinamika sebagai komunikasi secara emosi, estetika atau fungsional dalam suatu kebiasaan atau tidak berhubungan dengan bahasa (Malm dalam terjemahan Takari 1993:8)
Teks dalam KBBI merupakan naskah yang berupa kata-kata. Dalam pembahasan ini teks dimaksud meliputi naskah yang terdapat dalam lagu yang akan dibahas.
Sedangkan tarombo identik dengan silsilah. ende tarombo adalah sebuah istilah yang digunakan untuk menuturkan silsilah marga dalam bentuk nyanyian.
Pomparan Raja Sonak Malela terbentuk dari kata pomparan, Raja dan
Sonak Malela. Pomparan artinya anak cucu atau turunan. Raja merupakan salah
satu sebutan atau panggilan kehormatan kepada leluhur oleh suku Batak Toba, sedangkan Sonak Malela adalah seorang Raja yang berasal dari Toba Samosir, Sumatera Utara, merupakan asal marga Simangunsong, Marpaung, Napitupulu
dan Pardede.
1.4.2 Teori
Menurut KBBI (1992:154-155), teori merupakan pendapat-pendapat atau aturan-aturan untuk melakukan sesuatu. Koentjaraningrat (1973:10), mengatakan teori merupakan alur logika atau penalaran yang merupakan seperangkat konsep, definisi dan proposisi yang disusun secara sistematis. Teori merupakan alat yang penting dalam suatu pengetahuan. Tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan. Sebagai pedoman yang digunakan untuk menyelesaikan permasalah dalam tulisan ini maka penulis menggunakan beberapa teori.
Membincangkan sejarah asal-usul Raja Sonak Malela dan turunannya penulis menggunakan metode sejarah dari Kuntowijoyo (1994:38) yakni; model
sinkronis yaitu untuk mengetahui gambaran lingkungan sosial, historis, fungsi,
Untuk mengkaji upacara perkawinan turunan Raja Sonak Malela, penulis menggunakan teori tentang upacara yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1985: 243) mengatakan terdapat 4 (empat) komponen dalam segala sesuatu peristiwa yang tergolong ke dalam upacara. Keempat komponen upacara tersebut, yaitu: (1) tempat upacara, (2) saat upacara, (3) benda-benda dan alat-alat upacara, dan (4) orang yang melakukan dan memimpin upacara. Teori upacara Koentjaraningrat ini melihat komponen upacara lebih umum, yaitu tempat, waktu, benda, dan orang yang terlibat dalam suatu upacara dalam kebudayaan. Teori ini digunakan untuk mendeskripsikan upacara perkawinan pomparan Raja Sonak
Malela secara jelas mulai dari lokasi upacara, saat-saat berlangsungnya upacara,
berbagai peralatan yang digunakan untuk mendukung terlaksananya upacara dengan baik hingga pelaku-pelaku yang terlibat selama upacara.
Untuk mengkaji ende tarombo Sonak Malela pada upacara perkawinan turunan Raja Sonak Malela penulis menggunakan teori semiotika yaitu pendekatan untuk mengkaji seni dalam rangka usaha untuk memahami bagaimana makna diciptakannya dan dikomunikasikan melalui sistem simbol yang membangun sebuah peristiwa seni.
Untuk mengkaji struktur musik dan makna teks ende tarombo Sonak
Malela, penulis menggunakan teori Malm yang merupakan terjemahan dari Takari
Untuk mengkaji kegunaan dan fungsi ende tarombo ini bagi masyarakat Batak Toba, khususnya keturunan Raja Sonak Malela penulis menggunakan teori Alan P. Merriam yang mengemukakan tentang kegunaan dan fungsi (use and
function) musik. Adapun fungsi musik dimaksud terdiri dari 10 yakni:
Pengungkapan emosional, penghayatan estetis, hiburan, komunikasi, perlambangan, reaksi jasmani, berkaitan dengan norma-norma sosial, pengesahan lembaga sosial, kesinambungan kebudayaan dan pengintegrasian masyarakat.
Dalam tulisan ini, fungsi diartikan sebagai kegunaan suatu objek dan dampaknya bagi sekitar terutama bagi masyarakat pendukungnya. Fungsi sebuah unsur kebudayaan dalam masyarakat merupakan kemujaraban dalam memenuhi kebutuhan yang ada, atau dalam mencapai tujuan tertentu (Merriam, 1964:223-226). Lebih jauh, Alan P. Merriam mengungkapkan bahwa guna lebih ditekankan pada situasi bagaimana musik disajikan sedangkan fungsi pada untuk tujuan apa musik digunakan, atau kenapa musik digunakan demikian?.
Dengan beberapa teori tersebut diharapkan tulisan ini lebih mampu mendapatkan hasil informasi lebih baik, akurat, sistematis dan mudah dimengerti oleh semua pihak.
1.5 Metode Penelitian
Metode penelitian adalah prosedur atau langkah serta urutan-urutan kerja yang dilakukan dalam kegiatan penyelidikan dalam suatu bidang yang bertujuan untuk memperoleh kenyataan-kenyataan.
memperkuat pengertian- pengertian. Oleh sebab itu penulis menggunakan metode penelitian sebagai langkah dalam pengerjaan penelitian ini.
Adapun metode penelitian yang digunakan adalah penelitian jenis kualitatif dengan memperoleh data dari berbagai sumber. Pendekatan kualitatif yaitu suatu rangkaian kegiatan atau suatu proses menyaring data dan informasi yang bersifat sewajarnya mengenai permasalahan suatu objek dalam bidang tertentu (Bogdan dan Taylor,1975:176). Dalam suatu penelitian dengan pendekatan kualitatif memungkinkan kita memahami masyarakat secara personal dan memandang mereka sediri dalam mengungkapkan dunianya (Bogdan 1975:4-5). Menurut Netll (1964:62:64) ada dua hal untuk melakukan aktivitas penelitian dalam disiplin etnomusikologi yaitu : kerja lapangan (field work) dan kerja laboratorium (desk work). Dalam kerja lapangan mencakup pemilihan informan, pendekatan dan pengambilan data, pengumpulan dan perekaman data.
Kemudian kerja laboratorium meliputi pengolahan data, menganalisis dan membuat simpulan dari semua data yang diperoleh.
1.5.1 Studi Kepustakaan
dapat dijadikan sebagai landasan dalam melakukan penelitian. Mengumpulkan data dengan menggunakan teknologi internet juga dilakukan untuk mendapatkan informasi dan data untuk membantu penulis dalam membandingkan dan mempelajarinya guna untuk kesempurnaan skripsi ini.
Adapun buku-buku yang menjadi sumber bacaan utama sebagai acuan dalam skripsi ini antara lain: Tarombo Dalam Gaya Nyanyian Pada Kebudayaan
Etnis Batak Toba: Suatu Kajian Musikologis dan Tekstual, Skripsi Tiolina
Sinambela, 1994; Pengatar Ilmu Sejarah, Karya Prof. Dr. Kuntowijoyo, 1994;
The Anthropology of Music, tulisan Alan P.Merriam , 1964; Music Cultures of the
Near East and Asia, Karya Wiliam P. Malm, 1977; Theory and Method in
Ethnomusicology, karya Bruno Nettl, 1864, serta buku- buku pendukung yang
relevan dalam tulisan ini. Adapun buku- buku tersebut antara lain; pokok-pokok
Antropologi Budaya, karya T.O Ihromi, 1987, Kamus musik karya M. Soeharto,
1995; Sejarah Sastra Batak karya Dra. Peraturen Sukapiring,S.U. dan Drs. Jhonson Pardosi, 2014; Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh Depdikbud, 2005;
Pengantar Ilmu Antropologi karya Koentjaraningrat, 1987; Manusia dan Seni
Budaya karya L.Dyson,1987; Seni, Tradisi, Masyarakat karya Masyarakat dan
hukum adat Batak Toba karya J. C. Vergouwen, 2004; Manusia dan kebudayaan
di Indonesia karya M. Junus,1971.
1.5.2 Pengumpulan Data di Lapangan
Untuk mendapatkan keseluruhan data yang diinginkan pada suatu daerah dimana objek yang akan diteliti merupakan salah satu fungsi penelitian lapangan. Pengumpulan data dilapangan terdiri dari observasi, wawancara dan perekaman. 1.5.2.1 Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data yang berguna untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan. Pancaindera merupakan hal utama dalam metode observasi (Burhan Bungin, 2007:115). Dalam penelitian lapangan penulis menggunakan observasi langsung. Adapun observasi langsung ke lapangan ini dilakukan untuk mendapatkan secara langsung data-data yang dibutuhkan. Penulis meneliti acara perkawinan pomparan Raja Sonak
Malela yang menyajikan ende tarombo Sonak Malela.
1.5.2.2 Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara, selanjutnya jawaban responden akan dicatat atau direkam dengan media rekam (Suhartono,1995:67). Dalam wawancara penulis melakukan wawancara berencana dimana sebelumnya telah tersedia daftar pertanyaan yang akan diajukan kepada informan. Ketika mengajukan pertanyaan tersebut penulis harus menyesuaikan dengan keadaan dilapangan. Dengan kata lain pertanyaan tidak harus sesuai urutan daftar yang telah disediakan.
berfokus yakni pertanyaan tidak mempunyai stuktur tertentu dan selalu berpusat satu pokok permasalahan. Kedua, wawancara bebas yakni pertanyaan yang diajukan tidak hanya berpusat kepada pokok permasalah akan tetapi beraneka ragam selama masih berkaitan dengan objek penelitian. Ketiga, wawancara sambil lalu yakni pertanyaan dalam hal ini diajukan kepada narasumber dan situasi yang tidak terkonsep atau tanpa persiapan. Dengan kata lain informan dijumpai secara kebetulan. Adapun teknik wawancara yang penulis gunakan adalah teknik wawancara bebas dimana teknik ini lebih fleksibel.
1.5.2.3 Perekaman
Untuk mendapatkan dokumentasi dalam pelaksanaan kegiatan ini penulis menggunakan kamera dan handycam serta gadget yang lain. Ada dua jenis perekaman yang penulis lakukan yaitu perekaman audio dan perekaman audio visual. Spesifikasi media rekam yang dipakai yaitu: kamera DSLR Nikon D5000 dan Handycam merk Sony.
1.5.3 Analisis Data di Laboratorium
Dalam menganalisis data di laboratorium dimulai dari proses pengkajian terhadap semua data-data yang telah terkumpul untuk kemudian diolah, diseksi dan disaring. Data tersebut meliputi data dari lapangan dan dari studi kepustakaan. Proses selanjutnya adalah menganalisis data.
tuntas terhadap proses tersebut. Kedua, menganalisis makna yang ada dibalik informasi, data dan proses atau fenomena sosial tersebut.
Dengan menggunakan jenis analisis tersebut penelitian akan dijelaskan dengan cara berdasarkan data yang diperoleh. Analisis kualitatif yang penulis gunakan diharapkan mampu menguraikan tentang Kajian musik dan teks ende tarombo
Sonak Malela dengan maksimal.