• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbandingan Algoritma Simple Additive Weighting (SAW) dan Preference Ranking Organization for Enrichment Evaluation (PROMETHEE) Dalam Pemilihan Sepeda Motor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbandingan Algoritma Simple Additive Weighting (SAW) dan Preference Ranking Organization for Enrichment Evaluation (PROMETHEE) Dalam Pemilihan Sepeda Motor"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Pendukung Keputusan

2.1.1. Definisi keputusan

Ralph C. Davis (Hasan, 2004) berpendapat Keputusan adalah hasil pemecahan masalah yang dihadapinya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang pasti terhadap suatu pertanyaan. Keputusan harus dapat menjawab pertanyaan tentang apa yang dibicarakan dalam hubungannya dengan perencanaan. Keputusan dapat pula berupa tindakan terhadap pelaksanaan yang sangat menyimpang dari rencana semula.

2.1.2. Proses pengambilan keputusan

Adapun proses dalam pengambilan keputusan terdiri dari 4 tahapan menurut Simon (Umar, 2001), yaitu :

1. Penelusuran (Intelligence)

Penelusuran adalah tahap pendefinisian masalah dan mengidentifikasi informasi yang dibutuhkan dan berkaitan dengan persoalan yang dihadapi serta keputusan yang akan diambil.

2. Perancangan (Design)

Proses perancangan adalah proses dalam mempresentasikan model sistem yang akan dibangun yang berdasarkan pada asumsi yang telah ditetapkan. Dalam tahap ini, suatu model dari masalah dibuat, diuji, dan divalidasi.

3. Pemilihan (Choice)

Pemilihan merupakan suatu proses pengujian yang dilanjutkan dengan pemilihan keputusan terbaik berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan dan mengarah kepada tujuan yang ingin dicapai.

4. Implementasi (Implementation)

(2)

Implementasi adalah proses pelaksanaan dari keputusan yang sudah diambil. Pada tahap ini disusun serangkaian tindakan yang terencana, sehingga hasil keputusan dapat dipantau dan disesuaikan apabila diperlukan.

Keempat proses pengambilan keputusan tersebut dapat dijelaskan seperti pada Gambar 2.1.

Intelligence

Penelusuran lingkup masalah

Design

Prancangan penyelesaian masalah

Choice Pemilihan tindakan

Implementation Pelaksanaan tindakan

Sistem informasi manajemen / pengolahan data elektronik

Ilmu manajemen / operations research

Gambar 2.1. Proses Pengambilan Keputusan

2.1.3. Definisi SPK

Konsep-konsep mengenai sistem pendukung keputusan atau Decision Support System diungkapkan pertama kali oleh Scott Morton pada awal 1970 dengan istilah "Management Decision System". Management Decision System merupakan suatu sistem berbasis komputer yang membantu mengambil keputusan dengan memanfaatkan data dan model untuk menyelesaikan masalah yang tidak terstruktur. (Turban, 2005).

Sistem pendukung keputusan juga mempunyai karakteristik dan kapabilitas yang menjadi kunci dari sistem pendukung keputusan (Turban, E., 2005) yaitu :

1. Dukungan kepada pengambil keputusan, terutama pada situasi semi terstruktur dan tak terstruktur, dengan menyertakan penilaian manusia dan informasi terkomputerisasi.

2. Dukungan untuk semua level manajerial, dari eksekutif puncak sampai manajer lini.

3. Dukungan untuk semua individu dan kelompok. Masalah yang kurang terstruktur sering memerlukan keterlibatan individu dari departemen dan tingkat organisasional yang berbeda atau bahkan dari organisasi lain.

(3)

4. ukungan untuk keputusan independen dan atau sekuensial. Keputusan bisa di buat satu kali, beberapa kali, atau berulang (dalam interval yang sama).

5. Dukungan di semua fase proses pengambilan keputusan: intelegensi, desain, pilihan, dan implementasi.

6. Dukungan di berbagai proses dan gaya pengambilan keputusan

7. daptivitas sepanjang waktu. Pengambil keputusan seharusnya reaktif, bisa menghadapi perubahan kondisi secara cepat, dan mengadaptasi Sistem Pendukung Keputusan untuk memenuhi perubahan tersebut. Sistem Pendukung Keputusan bersifat fleksibel. Oleh karena itu, pengguna bisa menambahkan, menghapus, menggabungkan, mengubah, atau menyusun kembali elemen-elemen dasar. Sistem Pendukung Keputusan juga fleksibel dalam hal ini bisa di modifikasi untuk memecahkan masalah lain yang sejenis.

8. Peningkatan efektivitas pengambilan keputusan (akurasi, timeliness, kualitas) ketimbang pada efisiennya (biaya pengambilan keputusan). Ketika Sistem Pendukung Keputusan disebarkan, pengambilan keputusan sering membutuhkan waktu yang lebih lama, tetapi hasilnya lebih baik.

9. Kontrol penuh oleh pengambil keputusan terhadap semua langkah proses pengambilan keputusan dalam memecahkan suatu masalah. Sistem Pendukung Keputusan secara khusus menekankan untuk mendukung pengambilan keputusan, bukannya menggantikan.

10.Peningkatan efektivitas pengambilan keputusan (akurasi, timeliness, kualitas) ketimbang pada efisiennya (biaya pengambilan keputusan). Ketika Sistem Pendukung Keputusan disebarkan, pengambilan keputusan sering membutuhkan waktu yang lebih lama, tetapi hasilnya lebih baik.

11.Ramah pengguna, kapabilitas grafis yang sangat kuat, dan antarmuka manusia-mesin yang interaktif dengan satu bahasa alami bisa sangat meningkatkan efektivitas Sistem Pendukung Keputusan .

12.Pengguna akhir bisa mengembangkan dan memodifikasi sendiri sistem sederhana. 13.Biasanya, model-model di gunakan untuk menganalisis situasi pengambilan keputusan. Kapabilitas pemodelan memungkinkan eksperimen dengan berbagai strategi yang berbeda di bawah konfigurasi yang berbeda.

14.Akses di sediakan untuk berbagi sumber data, format, dan tipe, mulai dari sistem informasi geografis (GIS) sampai sistem berorientasi objek.

(4)

15.Dapat di gunakan sebagai alat standalone oleh seorang pengambil keputusan pada satu lokasi atau di distribusikan di suatu organisasi secara keseluruhan dan di beberapa organisasi sepanjang rantai persediaan.

Karakteristik dan kapabilitas kunci dari sistem pendukung keputusan tersebut membolehkan para pengambil keputusan untuk membuat keputusan yang lebih baik dan lebih konsisten

Gambar 2.2 Karateristik dan Kapabilitas SPK

2.2 Algoritma

Algoritma merupakan langkah-langkah penyelesaian masalah dalam bentuk kalimat dengan jumlah kata terbatas tetapi tersusun secara logis dan sistematis. Algoritma juga merupakan suatu prosedur yang jelas untuk menyelesaikan suatu persoalan dengan menggunakan langkah-langkah tertentu dan terbatas jumlahnya.

Ciri-ciri Algoritma ini saya berpandangan sesuai dengan pendapat seorang ahli dibidang teknologi dan sains yaitu Donald E. Knuth yang menyatakan bahwa ada beberapa ciri algoritma, yaitu:

(5)

1. Algoritma mempunyai awal dan akhir, suatu algoritma harus berhenti setelah mengerjakan serangkaian tugas. Dengan kata lain, suatu algoritma memiliki langkah yang terbatas.

2. Setiap langkah harus didefinisikan dengan tepat sehingga tidak memiliki arti ganda, tidak membingungkan (not ambigous).

3. Memiliki masukan (input) atau kondisi awal. 4. Memiliki keluaran (output) atau kondisi akhir.

5. Algoritma harus efektif, bila diikuti benar-benar maka akan menyelesaikan persoalan.

2.3. Fuzzy Multiple Attribute Decision Making Methods (FMADMM)

Fuzzy Multiple Attribute Decision Making Methods ialah sekumpulan algoritma pemilihan untuk menentukan sebuah keputusan, algoritma SAW dan PROMETHEE merupakan sub bagian pada kesatuan ini.

2.3.1 Algoritma SAW

Algoritma SAW sering juga dikenal dengan istilah algoritma penjumlahan terbobot. Konsep dasar algoritma SAW adalah mencari penjumlahan terbobot dari rating kinerja pada setiap alternatif pada semua atribut. Algoritma SAW membutuhkan proses normalisasi matriks keputusan ke suatu skala yang dapat dibandingkan dengan semua rating alternatif yang ada.

Terdapat beberapa langkah dalam menggunakan algoritma SAW untuk memecahkan masalah, langkah-langkah perhitungan dengan algoritma SAW adalah sebagai berikut :

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan tujuan, kriteria, dan alternatif yang dibutuhkan.

2. Memberikan nilai bobot (Wj) pada tiap kriteria (Cj).

3. Memberikan nilai setiap alternatif (Ai) pada setiap kriteria (Cj) yang sudah

ditentukan, dimana nilai i = 1, 2, 3, ..., m, dan j = 1, 2, 3, ..., n.

4. Melakukan normalisasi matriks dengan cara menghitung nilai rating kinerja ternormalisasi (rij) dari alternatif (Ai) pada atribut (Cj) berdasarkan persamaan

yang disesuaikan dengan jenis atribut (atribut keuntungan ataupun biaya).

(6)

Jika j adalah atribut keuntungan (benefit) :

Jika j adalah atribut biaya (cost) :

Keterangan :

rij = nilai rating kinerja ternormalisasi

xij = nilai atribut yang dimiliki dari setiap kriteria

max xij= nilai terbesar dari setiap kriteria

min xij = nilai terkecil dari setiap kriteria

benefit = jika nilai terbesar adalah terbaik cost = jika nilai terkecil adalah terbaik

5. Hasil akhir diperoleh dari proses perangkingan, yaitu hasil penjumlahan dari perkalian matriks ternormalisasi (rij) dengan nilai bobot (Wj) sehingga

diperoleh semua nilai untuk setiap alternatif (Ai), dan nilai alternatif terbesar

adalah yang dipilih sebagai alternatif terbaik dan digunakan sebagai solusi. Untuk mengetahui nilai dan rangking setiap alternatif (Vi) adalah dengan cara

sebagai berikut:

Keterangan :

Vi = nilai untuk setiap alternatif

Wj = nilai bobot dari setiap kriteria

rij = nilai rating kinerja ternormalisasi

Langkah-langkah dalam algoritma SAW tersebut dapat dijelaskan dengan flowchart seperti pada Gambar 2.3.

(7)

Mulai

Mendefinisikan masalah

Pembobotan kriteria

Pembobotan alternatif tiap kriteria

Normalisasi

Perangkingan

Selesai

Gambar 2.3. Langkah-langkah dalam Algoritma SAW

2.3.2. Algoritma Preference Ranking Organization for Enrichment Evaluation (PROMETHEE)

Diperkenalkan oleh Jean Pierre Brans dan Bertrand Marsechal pada tahun 1984.[5] PROMETHEE adalah suatu metode penentuan urutan (prioritas) dalam analisis multikriteria. PROMETHEE didasarkan atas kesederhanaan, kejelasan , dan kestabilan. Dugaan dari dominasi kriteria yang digunakan dalam PROMETHEE adalah penggunaan nilai dalam hubungan outranking (Brans, 1984) . Ini adalah metode peringkat yang cukup sederhana dalam konsep dan aplikasi dibandingkan dengan metode lain untuk analisis multikriteria.

PROMETHEE menyediakan kepada user untuk menggunakan data secara langsung dalam bentuk tabel multikriteria sederhana. PROMETHEE mempunyai kemampuan untuk menangani banyak perbandingan, pengambil keputusan hanya mendefenisikan skala ukurannya sendiri tanpa batasan, untuk mengindikasi prioritasnya dan preferensi untuk setiap kriteria dengan memusatkan pada nilai (value). Metode PROMETHEE menggunakan kriteria dan bobot dari masing-masing kriteria yang kemudian diolah untuk menentukan pemilihan alernatif lapangan, yang hasilnya berurutan berdasarkan prioritasnya.

Penggunaan metode PROMETHEE dapat dijadikan metode untuk pengambilan keputusan di bidang pemasaran, sumber daya manusia, pemilihan lokasi, atau bidang lain yang berhubungan dengan pemilihan alternatif.

(8)

Dalam PROMETHEE disajikan enam bentuk fungsi preferensi kriteria. Hal ini tentu saja tidak mutlak, tetapi bentuk ini cukup baik untuk beberapa kasus, antara lain: 1. Kriteria Biasa (Usual Criterion)

H(d) =

Keterangan:

H (d) = selisih kriteria antara alternatif d = selisih nilai kriteria { d = f(a) - f(b) }

Pada kasus ini, tidak ada beda (sama penting) antara a dan b jika dan hanya jika f (a) = f (b) ; apabila nilai kriteria pada masing-masing alternative memiliki nilai berbeda, pembuat keputusan membuat preferensi mutlak untuk alternatif memiliki nilai yang lebih baik.

Gambar 2.4 Kriteria Biasa

2. Kriteria Quasi (Quasi Criterion)

H(d) =

Keterangan:

H (d) = fungsi selisih kriteria antara alternatif d = selisih nilai kriteria { d = f(a) - f(b) } Parameter (q) = harus merupakan nilai tetap

Dua alternatif memiliki preferensi yang sama penting selama selisih atau nilai H (d) dari masing-masing alternatif untuk kriteria tertentu tidak melebihi nilai q, dan

0 jika d ≤ 0

1 jika d > 0

0 jika ≤ q

1 jika d > q

(9)

apabila selisih hasil evaluasi untuk masing-masing alternatif melebihi nilai q maka terjadi bentuk preferensi mutlak.

Gambar 2.5 Kriteria Quasi

3. Kriteria dengan preferensi linier

H(d) =

Keterangan:

H (d) = fungsi selisih kriteria antara alternatif d = selisih nilai kriteria { d = f(a) - f(b) } p = nilai kecenderungan atas

Kriteria preferensi linier dapat menjelaskan bahwa selama nilai selisih memiliki nilai yang lebih rendah dari p, preferensi dari pembuat keputusan meningkat secara linier dengan nilai d. Jika nilai d lebih besar dibandingkan dengan nilai p, maka terjadi preferensi mutlak

Gambar 2.6 Kriteria Preferensi linear 0 jika d ≤ 0

d/p jika 0 < d ≤ p

1 jika d > p

(10)

4. Kriteria Level (Level Criterion)

H(d) =

Keterangan:

H (d) = fungsi selisih kriteria antara alternatif p = nilai kecenderungan atas

q = harus merupakan nilai yang tetap

Kecenderungan tidak berbeda q dan kecenderungan preferensi p adalah ditentukan secara simultan. Jika d berada di antara nilai q dan p, hal ini berarti situasi preferensi yang lemah (H(d) = 0.5) (Brans, 1984).

Gambar 2.7 Kriteria Level

5. Kriteria dengan preferensi linier dan area yang tidak berbeda

H(d) =

Keterangan:

H (d) = fungsi selisih kriteria antara alternatif 0 jika d ≤ q

0,5 jika q < d ≤ p 1 jika d > p

0 jika d ≤ q

(d-q)/p-q jika q < d ≤ p 1 jika d > p

(11)

d = selisih nilai kriteria { d = f(a) - f(b) } p = nilai kecenderungan atas

q = harus merupakan nilai yang tetap

Pengambilan keputusan mempertimbangkan peningkatan preferensi secara linier dari tidak berbeda hingga preferensi mutlak dalam area antara dua kecenderungan q dan p. dua parameter tersebut telah ditentukan.

Gambar 2.8 Kriteria dengan preferensi linier dan area yang tidak berbeda

6. Kriteria Gaussian (Gaussian Criterion)

H(d) =

Fungsi ini bersyarat apabila ditentukan nilai , dimana dapat dibuat berdasarkan distribusi normal dalam statistik (Brans, 1998).

Gambar 2.9 Kriteria Gaussian

Langkah-langkah perhitungan dengan Algoritma PROMETHEE adalah sebagai berikut :

Diperlukan tahapan-tahapan yang harus dilakukan oleh pembuat keputusan untuk mendapatkan hasil penyeleksian dengan metode PROMETHEE.

0 jika d ≤ 0

1 – exp(-

) jika d > 0

(12)

1. Menentukan beberapa alternatif

Alternatif disini bisa diartikan dengan obyek yang akan diseleksi (obyek seleksi). Pada perhitungan penyeleksian dengan PROMETHEE diperlukan penentuan beberapa obyek yang akan diseleksi (minimal 2 obyek). Dimana antara obyek yang satu dengan obyek lainnya akan dibandingkan.

2. Menentukan beberapa kriteria

Setelah melakukan penentuan obyek yang akan diseleksi, maka dalam perhitungan penyeleksian PROMETHEE juga diperlukan penentuan beberapa kriteria, penentuan kriteria disini sebagai syarat atau ketentuan dalam penyeleksian.

3. Menentukan dominasi kriteria

Ketika menentukan kriteria, decision maker harus menentukan bobot atau dominasi kriteria dari kriteria lainnya. Setiap kriteria boleh memiliki nilai bobot yang sama atau berbeda.

4. Menentukan tipe preferensi untuk setiap kriteria yang paling cocok didasarkan pada data dan pertimbangan dari decision maker. Tipe preferensi ini berjumlah Enam (Usual, Quasi, Linear, Level, Linear Quasi dan Gaussian.

5. Memberikan nilai threshold atau kecenderungan untuk setiap kriteria berdasarkan preferensi yang telah dipilih. Nilai kecenderungan tersebut adalah nilai indifference, preference, dan Gaussian.

6. Perhitungan Entering Flow, Leaving Flow dan Net Flow.

a. Nilai Entering Flow adalah jumlah dari yang memiliki arah mendekat dari node a dan hal ini merupakan karakter pengukuran outranking. Untuk semua nilai node a dalam grafik nilai outranking ditentukan berdasarkan entering flow dengan persamaan:

(2.3)

Keterangan : (a1) = Entering Flow

b. Leaving flow adalah jumlah dari yang memiliki arah menjauh dari node a. dan hal ini merupakan pengukuran outrangking. Adapun persamaannya:

(2.4)

(13)

Keterangan : (a2) = Leaving Flow

c. Nilai Net Flow adalah penilaian secara lengkap. Lengkap disini adalah penilaian yang didapat dari nilai Entering Flow yang dikurangi nilai Leaving Flow. Jadi bisa diartikan, nilai Net Flow adalah nilai akhir atau hasil yang didapat dari nilai positif yang dikurangi nilai negatif dari sebuah node. Adapun persamaannya ialah:

(2.5) Keterangan : (a1) = Entering Flow

(a2) = Leaving Flow

2.4. Pendekatan Objek Oriented

2.4.1. UML (Unified Modeling Language)

UML adalah bahasa pemodelan yang digunakan untuk sebuah sistem (perangkat lunak) yang berparadigma berorientasi objek. (Bentley, 2007). Pemodelan digunakan untuk menyederhanakan permasalahan yang kompleks agar lebih mudah untuk dipelajari dan dipahami. Pemodelan juga digunakan sebagai sarana analisis, pemahaman, visualisasi, dan komunikasi antar anggota tim pengembang dan sebagai sarana dokumentasi yang berguna untuk menelaah prilaku perangkat lunak yang telah dikembangkan. (Bentley, 2007). Adapun beberapa jenis diagram pada UML, yaitu Package Diagram, Sequence Diagram, StatiChart Diagram, Deployment Diagram, Composite Structure Diagram, Timing Diagram, Class Diagram, Object Diagram, Collaboration Diagram, Activity Diagram, Component Diagram, Interaction Overview Diagram, dan Use Case Diagram (Bentley, 2007). Pada penulisan ini penulis hanya menggunakan beberapa di antaranya, yaitu Use Case Diagram, Activity Diagram, dan Sequence Diagram.

1. Use Case Diagram

Use Case Diagram adalah jenis bahasa pemodelan yang digunakan untuk menganalisis komponen-komponen yang ada pada sistem yang dirancang, dan untuk memahami bagaimana sistem tersebut bekerja. Dengan bahasa pemodelan Use Case Diagram, dapat diperoleh dengan mudah sebuah gambaran proses dari sistem. Use Case Diagram dapat mempresentasikan

(14)

interaksi yang terjadi antara actor dan sistem. Klasifikasi Use Case Diagram tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Pengklasifikasian dalam Use Case Diagram

Klasifikasi Kegunaan Notasi

Actor Menggambarkan semua objek yang ada di luar sistem namun berinteraksi dengan sistem yang dikembangkan, seperti pengguna dan perangkat lunak. Use Case Menggambarkan fungsi yang dimiliki

oleh sistem. Use Case

Selain itu, ada pula yang disebut relasi di dalam bahasa pemodelan Use Case Diagram. Relasi berfungsi untuk menggambarkan hubungan antara actor dan use case. Klasifikasi relasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Relasi-relasi dalam Use Case Diagram

Relasi Kegunaan Notasi

Asosiasi Lintasan komunikasi antara actor dengan use case.

Extend Penambahan perilaku ke suatu use case dasar.

<extends>

Generalisasi Use Case

Menggambarkan hubungan antara use case yang bersifat umum dengan use case-use case yang bersifat lebih spesifik.

Include Penambahan perilaku ke suatu use case dasar yang secara eksplisit mendeskripsikan penambahan tersebut

<includes>

2. Activity Diagram

Activity Diagram adalah jenis bahasa pemodelan yang digunakan untuk menggambarkan proses yang terjadi pada awal hingga akhir aktivitas (Bentley,

(15)

2007). Pada Activity Diagram terdapat simbol-simbol yang mudah digunakan. Simbol-simbol tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Simbol-simbol pada Activity Diagram

Relasi Fungsi Notasi

State sederhana

State sederhana dan tanpa ada

struktur lain di dalamnya. State State

komposit

State yang memiliki state-bagian lainnya.

State and sub state

Initial state State yang menggambarkan awal rangkain state dari diagram state. Final state State yang menggambarkan akhir

rangkain state dari diagram state.

3. Sequence Diagram

Diagram adalah salah satu jenis bahasa pemodelan yang berfungsi untuk menggambarkan rangkaian interaksi diagram dua dimensi. Dimensi vertical disebut sumbu yang menerangkan waktu, sedangkan dimensi horizontal disebut sumbu yang menerangkan peran pengklasifikasi yang mempresentasikan objek-objek mandiri. Peran pengklasifikasian yang dipresentasikan sebagai kolom-kolom vertical dalam Sequence Diagram disebut sebagai sumbu waktu. Bilamana objek ada maka peran digambarkan dengan garis tegas, dan bilamana aktivasi prosedur pada objek aktif maka sumbu waktu digambarkan dengan garis ganda. Pesan-pesan digambarkan dengan garis bertanda panah dari sumbu waktu ke sumbu objek. Tanda panah yang menjelaskan aliran pesan antar pengklasifikasi digambarkan sesuai urutan waktu kejadian dan dari atas ke bawah (Bentley, 2007).

2.5. Flowchart

Flowchart adalah bagan-bagan yang mempunyai arus yang menjelaskan langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah. Sebuah flowchart memperlihatkan urutan proses dalam sistem dengan menampilkan input, output dan alat penyimpanan dalam proses pengolahan data (Al-Bahra, 2006). Ada dua kategori simbol flowchart, yaitu :

(16)

1. Program flowchart

Program flowchart adalah simbol yang berfungsi untuk menjelaskan logika proses terhadap data (Skitmore, 2013). Simbol dapat dilihat pada Tabel 2.4.

Tabel 2.4. Simbol Program Flowchart

Simbol Keterangan

Input/Output

Menerima input atau menampilkan output

Seleksi/Pilihan

Memilih aliran berdasarkan syarat

Terminator Mulai atau selesai Proses

Menyatakan proses terhadap data Connector

Penghubung

Off-page Connector

Penghubung halaman halaman yang berbeda

Predefined-Data

Definisi dari awal dari variable atau data

Predefined-Process

Lambang fungsi atau sub-program

2. Sistem Flowchart

Sistem flowchart adalah simbol yang menjelaskan proses pengolahan data. Simbol tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.5.

(17)

Tabel 2.5. Sistem Flowchart

Simbol Nama

Keyboard

Printer

File/Storage

Display/Monitor

Magnetic Tape

Magnetic Disc

Sorting

Extract

Merge

Gambar

Gambar 2.1. Proses Pengambilan Keputusan
Gambar 2.2 Karateristik dan Kapabilitas SPK
Gambar 2.3. Langkah-langkah dalam Algoritma SAW
Gambar 2.5 Kriteria Quasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Improvement yang dilakukan adalah merubah aktifitas internal menjadi aktifitas eksternal pada tahapan proses changeover model serta merekayasa gauge tool untuk

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Rata-rata Kelas Ketuntasan Klasikal.. mengembangkan tanggapannya tidak hanya dengan cara menghafal tanpa memmperdalam dan memperluaskan

Tidak Dilakukannya Penuntutan karena Alasan Kebijaksanaan, hal ini terkait dengan isi Pasal 46 ayat (1) huruf c KUHAP yang menentukan pula adanya wewenang lain

Periode ??-?1? juga membaa pertumbuhan yang signifikan dalam manufaktur mobil di 6ropa, meskipun pada skala yang jauh lebih kecil daripada di #merika 'erikat. Industri

Mengapa para pelaku pasar harus berhadapan dengan risiko nilai tukar seperti dijelaskan di atas, karena di dalam istilah teknis para pelaku foreign exchange

Pada halaman ini, sistem menampilkan hasil proses dari pilihan kriteria harga, kapasitas dimensi layar, kecepatan prosesor, kapasitas harddisk, dan kapasitas RAM laptop

Tujuan : Diketahuinya Hubungan preeklamsia dengan bayi baru lahir risiko tinggi pada persalinan sectio caesarea di RSUD Panembahan Senopati Bantul 2014.. Metode : Penelitian

Beberapa penelitian mengenai hubungan paparan prenatal valproat terhadap perkembangan neuron anak menunjukkan hasil bahwa valproat dapat meningkatkan risiko munculnya