• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembagian Harta Warisan Almarhum Soebaroe Hendrodjojo Terhadap Ahli Warisnya Yang Beragama Kristen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembagian Harta Warisan Almarhum Soebaroe Hendrodjojo Terhadap Ahli Warisnya Yang Beragama Kristen"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Pembagian Harta Warisan Almarhum Soebaroe Hendrodjojo Terhadap Ahli Warisnya Yang Beragama Kristen

Jerseca Hillary S

(Mahasiswa Program S1 Fakultas Hukum Universitas Trisakti) (Email: Jersecahillary@gmail.com)

Wahyuni Retnowulandari

(Dosen Fakultas Hukum Trisakti) (Email: wahyuni.r@trisakti.ac.id)

ABSTRAK

Permasalahan yang sering kita temui dalam ilmu faraid adalah mengenai halangan dalam mewaris, salah satu salah satu halangan dalam mewaris adalah adanya perbedaan agama antara pewaris dengan ahli warisnya. Mengenai permasalahan tersebut masih banyak hakim yang memberikan putusan yang tidak sesuai dengan peraturan mengenai hukum kewarisan Islam, salah satunya terjadi pada Putusan Pengadilan Agama No. 1035/Pdt.G/2013/PA.Badg dan Pengadilan Tinggi Agama No. 94/Pdt.G/2014/PTA.Bdg. Hasil penelitian yang dilakukan dengan metode penelitian normaitf menunjukan bahwa Ahli waris yang tidak beragama Islam tidak bisa mendapatkan harta waris dari pewaris yang beragama Islam sebagai ahli waris. Hal ini sesuai dalam Al-Qur’an pada surat An-Nisa ayat 141, Hadist Rasulullah SAW dan pasal 171 huruf c KHI dan ahli waris yang tidak beragama Islam juga tidak dapat mendapatkan harta waris melalui wasiat wajibah, namun ahli waris yang non-Islam tersebut dapat mendapatkan harta pewaris yang beragama Islam melalui wasiat dengan bagian maksimal sebesar 1/3 bersama-sama sesuai dalam Al-Qur’an pada surat An-Nisa ayat 11-14 dan Hadist Rasulullah SAW.

Kata Kunci : Hukum Waris Islam, Pembagian Waris.

(2)

Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur mengenai pemindahan hak pemilikan harta peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-masing.

Salah satu pembahasan dalam ilmu faraid adalah pembahasan tentang penyebab kewarisan dan penghalangnya. Penyebab seseorang berhak menerima warisan adalah adanya hubungan kerabat, hubungan perkawinan, hubungan wala’, dan hubungan sesama Islam.1

Tetapi, adanya hubungan kewarisan itu belum menjamin secara pasti hak kewarisan, hal tersebut masih bergantung kepada hal lain yaitu bebas dari segala penghalang.2 Halangan-halangan dalam kewarisan yaitu:3

1. Diputuskan oleh hakim pengadilan sebagai pembunuh pewaris (al-qotl)

2. Berstatus budak belian (ar-riqqu) 3. Berstatus non-muslim (ikhtilafuddiin) 4. Terhalang

Jadi, yang dimaksud dengan penghalang dalam mewarisi ialah keberadaan penghalang yang menggugurkan hak seseorang untuk mewarisi harta peninggalan. Orang semacam ini disebut sebagai orang yang diharamkan mendapatkan warisan, keberadaannya bagaikan tidak ada, dan dia tidak dapat menghalangi ahli waris yang lainnya, baik secara hirman (tidak dapat warisan) maupun nuqshan (pengurangan).4

Para ahli fiqih telah bersepakat bahwasannya, berlainan agama antara orang yang mewaris dengan orang yang mewariskan, merupakan salah satu penghalang dari beberapa penghalang untuk mewaris. Dengan

1 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, Cet. 1, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 174

2 Ibid., h. 192.

3 Ahmad Bisyri Syakur, Panduan Lengkap Mudah Memahami Hukm Waris Islam:

Dilengkapi Hibah & Wasiat, (Jakarta: Visimedia Pustaka, 2015), h. 50.

4 Komite Fakultas Syariah Universitas Al-azhar Mesir, Hukum Waris (Jakarta:

(3)

demikian, orang kafir tidak bisa mewarisi harta orang Islam dan seorang muslim tidak dapat mewarisi harta orang kafir.5

Dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim menjelaskan bahwa orang muslim tidak bisa mewarisi orang kafir (begitu juga sebaliknya) orang kafir tidak bisa mewarisi orang muslim. Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam (selanjutnya disingkat dengan SAW) sendiri mempraktekkan pembagian warisan, dimana perbedaan agama menjadi penghalang mewarisi. Ketika paman beliau, Abu Talib orang yang cukup berjasa dalam perjuangan Nabi Muhammad SAW meninggal sebelum masuk Islam, oleh Nabi harta warisannya hanya dibagikan kepada anak-anaknya yang masih kafir, yaitu ‘Uqail dan Talib. Sementara anak-anaknya yang telah masuk Islam, Ali dan Ja’far, tidak diberikan harta warisan.6

Hukum waris Islam memiliki sifat yang memaksa (ijbar), yaitu seorang muslim tidak dapat memilih ketentuan lain selain dari ketentuan yang telah ditetapkan Allah.Oleh karena itu, seorang muslim harus melakukan pembagian harta warisan sesuai dengan aturan Islam, dimana di dalam Ilmu faraid tidak mengatur mengenai pembagian harta warisan terhadap muslim. Sehingga pembagian harta warisan terhadap non-muslim hukumnya adalah haram, karena tidak menggunakan ketentuan Ilmu faraid.

Dalam Putusan yang saya akan kaji dalam tulisan ini yaitu Putusan Nomor 1035/Pdt.G/2013/PA.Badg dan Pengadilan Tinggi Agama No. 94/Pdt.G/2014/PTA.Bdg dalam pembagian harta warisan Almarhum Soebaroe Hendrodjojo yang meninggalkan seorang istri sah (Penggugat) dari perkawinan ketiga Almarhum serta 3 orang anak (Tergugat) dari perkawinan pertama Almarhum. Hakim memutus penggugat dan 3 orang tergugat menjadi ahli waris dan memberikan harta warisan Almarhum

5 Ibid., h. 47.

(4)

Soebaroe Hendrodjojo kepada Penggugat, Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat III dengan bagian yang sudah ditentukan berdasarkan ketentuan Waris Islam. Dimana dalam hal ini, Tergugat I dan Tergugat III yang diputuskan menjadi ahli waris dan mendapatkan harta warisan Almarhum Soebaroe Hendrodjojo tidak beragama islam (non-muslim). Apakah diperbolehkan hakim memberikan harta warisan kepada orang-orang yang tidak diatur pembagiannya sebagai ahli waris berdasarkan ketentuan Waris Islam?

B. Metode Penelitian

Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah tentang pembagian harta warisan terhadap ahli waris yang beragama Kristen dalam Putusan Pengadilan Agama No. 1035/Pdt.G/2013/PA.Badg dan Putusan Pengadilan Tinggi Agama No. 94/Pdt.G/2014/PTA.Bdg. Penelitian ini menggunakan tipe penelitian hukum normatif, Sifat penelitiannya adalah deskriptif Analisis. Data yang digunakan adalah data sekunder, adapun data sekunder menggunakan bahan hukum primer antara lain Al-Qur’an, Hadist dan Instruksi Presiden No. 1 Tahun 1991 tentang Kompilasi Hukum Islam dan bahan hukum sekunder yaitu dari berbagai literatur mengenai Hukum Waris Islam di Indonesia serta Putusan Pengadilan Agama No. 1035/Pdt.G/2013/PA.Badg dan Putusan Pengadilan Tinggi Agama No. 94/Pdt.G/2014/PTA.Bdg. Cara pengumpulan data melalui studi kepustakaan. Analisis data yang digunakan melalui analisis secara kualitatif. Penarikan kesimpulan yang digunakan dengan menggunakan logika deduktif.

C. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Pengaturan Pembagian Waris Terhadap Ahli Waris Yang Beragama Kristen Menurut Hukum Waris Islam Di Indonesia.

Dalam melakukan Dalam melakukan pembagian harta waris, orang yang berhak atas harta warisan tersebut disebut sebagai ahli waris.

(5)

Menurut Pasal 171 huruf c KHI ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena hukum untuk menjadi ahli waris. Salah satu permasalahan yang sering kita temui dalam pembagian waris adalah terhalangnya si ahli waris, dimana halangan waris ini dapat menggugurkan hak ahli waris untuk mendapatkan harta warisan. 7 Hal-hal yang menghalangi pewarisan adalah pembunuhan, perbedaan agama, perbudakan dan adanya kelompok keutamaan.

Terkait pada kasus dalam putusan ini, dimana diantara ahli waris Alm. Soebaroe Hendrodjojo terdapat ahli waris yang berbeda agama dengan Alm. Soebaroe Hendrodjojo yaitu Tergugat I dan Tergugat III. Tergugat I dan Tergugat III memeluk agama kristen sedangkan Alm. Soebaroe Hendrodjojo memeluk agama Islam.

Dalam kasus ini, Tergugat I dan Tergugat III mendapatkan harta warisan Alm. Soebaroe Hendrodjojo karena mereka merupakan anak kandung pewaris dari perkawinan pertamanya. Selain Tergugat I dan III yang menjadi ahli waris, terdapat pula ahli waris lainnya yang beragama Islam yaitu Penggugat selaku istri ketiga Alm.Soebaroe Hendrodjojo dan Tergugat II selaku anak kandung Alm.Soebaroe Hendrodjojo dari perkawinan pertamanya. Namun, yang menjadi masalah adalah perbedaan agama antara Alm. Soebaroe Hendrodjojo selaku pewaris dengan Tergugat I dan Tergugat III selaku ahli waris. Dimana dalam hukum kewarisan Islam sudah sangat jelas sekali bahwa perbedaan agama merupakan salah satu faktor ahli waris menjadi terhalang haknya untuk mendapatkan warisan.

Hal ini dijelaskan dalam sebuah Hadist Rasulullah SAW, yaitu:

(6)

“Orang Islam tidak dapat mewarisi harta orang kafir dan orang kafirpun tidak dapat mewarisi harta orang Islam” (H.R Bukhary dan Muslim)

Berdasarkan Hadist diatas, dapat kita ketahui bahwa diantara orang Islam dengan orang non-Islam tidak dapat saling mewaris. Nabi Muhammad SAW sendiri juga mempraktekkan mengenai pembagian warisan, dimana perbedaan agama menjadi penghalang untuk mewaris. Ketika paman beliau, Abu Talib orang yang cukup berjasa dalam perjuangan Nabi Muhammad SAW meninggal dunia sebelum masuk Islam sehingga Nabi Muhammad SAW membagikan harta warisannya hanya kepada anak-anaknya yang masih kafir, yaitu ‘Uqail dan Talib. Sementara anak-anak Abu Talib yang telah masuk Islam, Ali dan Ja’far tidak diberikan harta warisan ayahnya karena terhalang oleh perbedaan agama antara Abu Talib dengan Ali dan Ja’far.8

Dijelaskan juga dalam KHI pada pasal 171 huruf c, bahwa yang dimaksud ahli waris adalah orang yang pada saat pewaris meninggal dunia memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris dan beragama Islam serta tidak terhalang oleh hukum untuk menjadi ahli waris. Dalam pasal tersebut sudah sangat jelas dikatakan bahwa ahli waris adalah orang yang beragama Islam dan tidak menyebutkan agama lainnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa hanya ahli waris yang beragama Islam saja yang dapat mewarisi harta waris dari pewaris yang beragama Islam juga.

Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa hukum kewarisan Islam memiliki 3 sumber hukum yaitu Al-Qur’an, Sunnah Nabi/Hadist Nabi dan Ijtihad. Sumber hukum ini berfungsi sebagai dasar hukum hakim pengadilan untuk memutuskan suatu perkara.

(7)

Pada uraian diatas penulis sudah menjelaskan bahwa berdasarkkan Al-Qur’an, Sunnah Nabi/Hadist Nabi dan Ijtihad mengenai pembagian harta waris terhadap ahli waris yang tidak beragama Islam merupakan suatu halangan untuk mewaris dan hal itu dilarang serta tidak diatur mengenai pembagiannya pada sumber-sumber hukum tersebut.

Perbedaan agama antara Tergugat I dan Tergugat III dengan Alm.Soebaroe Hendrodjojo menyebabkan gugurnya hak Tergugat I dan Tergugat III untuk memperoleh bagian waris dari harta waris Alm.Soebaroe Hendrodjojo sebagai ahli waris. Oleh karena itu, apabila Tergugat I dan Tergugat III dinyatakan sebagai ahli waris dan mendapatkan bagian warisnya sebagai ahli waris, hal itu sangat bertentangan dengan sumber-sumber hukum kewarisan Islam sehingga tidak dimungkinkan Tergugat I dan Tergugat III ditetapkan sebagai ahli waris dan mendapatkan bagian warisnya sebagai ahli waris Alm.Soebaroe Hendrodjojo.

2. Kesesuaian Putusan Pengadilan Agama No. 1035/Pdt.G/ 2013/PA. Badg dan Putusan Pengadilan Tinggi Agama No.94/Pdt.G/ 2014/PTA.Bdg Tentang Pembagian Harta warisan Almarhum Soebaroe Hendrodjojo kepada ahli warisnya menurut Hukum Waris Islam di Indonesia.

Putusan Pengadilan Agama No. 1035/Pdt.G/2013/PA.Badg dan Putusan Pengadilan Tinggi Agama No. 94/Pdt.G/2014/PTA.Bdg tersebut, menurut penulis sangat tidak sesuai dengan sumber hukum waris Islam yang berlaku di Indonesia yaitu Al-Qur’an, Sunnah Nabi/Hadist Nabi dan Ijtihad, karena menetapkan Tergugat I dan Tergugat III yang bukan merupakan seorang muslim menjadi ahli waris adalah tindakan yang bertentangan dengan sumber-sumber hukum kewarisan Islam tersebut.

(8)

Mengenai halangan mewaris yang disebabkan karena adanya perbedaan agama antara pewaris dengan ahli waris diatur secara tersirat oleh Allah SWT dalam Al-Qu’ran pada surat An-Nisa ayat 89 dan 144:

“Mereka ingin supaya kamu menjadi kafir sebagaimana mereka telah menjadi kafir, lalu kamu menjadi sama (dengan mereka). Maka janganlah kamu jadikan diantara mereka penolong-penolong(mu), hingga mereka berhijrah pada jalan Allah. Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja kamu menemuinya dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong.”

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu).”

Kedua ayat tersebut menjelaskan secara tersirat bahwa ahli waris yang berbeda agama dengan pewaris tidak dapat mendapatkan harta waris si pewaris sebagai ahli warisnya, karena di dalam ayat tersebut menjelaskan adanya larangan seorang muslim untuk menjadikan orang non-muslim sebagai penolong atau walinya. Larangan seorang non-muslim menjadi penolong seorang muslim dapat diartikan sebagai larangan untuk saling waris mewaris, karena apabila kita melihat dari sejarah hukum waris Islam bahwa salah satu faktor untuk mewaris pada zaman Rasulullah SAW adalah adanya rasa tolong menolong antara sesama muslim.

Selain ayat-ayat Al-Qur’an yang penulis uraikan diatas, terdapat juga Hadist Rasulullah SAW mengenai larangan perbedaan agama dalam hal waris mewaris, yaitu:

(9)

“Orang Islam tidak dapat mewarisi harta orang kafir dan orang kafirpun tidak dapat mewarisi harta orang Islam” (H.R Bukhary dan Muslim)

Selain Hadist tersebut, Rasulullah SAW juga mempraktekkan sendiri mengenai pembagian waris terhadap non-muslim yaitu dimana pada saat paman beliau, Abu Talib orang yang cukup berjasa dalam perjuangan Nabi Muhammad SAW meninggal dunia sebelum masuk Islam sehingga Nabi Muhammad SAW membagikan harta warisannya hanya kepada anak-anaknya yang masih kafir, yaitu ‘Uqail dan Talib. Sementara anak-anak Abu Talib yang telah masuk Islam, Ali dan Ja’far tidak diberikan harta warisan ayahnya karena terhalang oleh perbedaan agama antara Abu Talib dengan Ali dan Ja’far.9

Selain itu, berdasarkan Pasal 171 huruf c bahwa yang dimaksud ahli waris adalah orang yang pada saat pewaris meninggal dunia memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris dan beragama Islam serta tidak terhalang oleh hukum untuk menjadi ahli waris. Dalam pasal tersebut sudah sangat jelas dikatakan bahwa ahli waris adalah orang yang beragama Islam dan tidak menyebutkan agama lainnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa hanya ahli waris yang beragama Islam saja yang dapat mewarisi harta waris dari pewaris yang beragama Islam juga.

Berdasarkan apa yang penulis uraikan diatas, dapat disimpulkan bahwa perbedaan agama antara pewaris dengan ahli warisnya merupakan salah satu faktor terhalangnya ahli waris tersebut untuk mewarisi harta warisan si pewaris. Apabila dikaitkan dengan putusan hakim pada Kasus Putusan Pengadilan Agama No. 1035/Pdt.G/ 2013/PA.Badg, maka putusan hakim tersebut sangat tidak sesuai dan bertentangan dengan sumber-sumber hukum kewarisan Islam.

(10)

Dimana pada putusan tersebut terdapat 2 orang non-muslim yaitu Tergugat I dan Tergugat III yang diputuskan dan ditetapkan sebagai ahli waris dari Alm.Soebaroe Hendrodjojo dan mendapatkan bagian warisnya sebagai ahli waris, sedangkan hal tersebut dilarang di dalam agama Islam.

Putusan Pengadilan Agama No. 1035/Pdt.G/ 2013/PA.Badg juga

tidak sesuai dengan sumber-sumber hukum waris Islam yang

berlaku di Indonesia yaitu Al-Qur’an, Sunnah/Hadist Rasul dan ijtihad, karena pada putusan tersebut hakim menetapkan Tergugat I dan Tergugat III yang bukan merupakan seorang muslim menerima harta warisan Alm.Soebaroe Hendrodjojo melalui wasiat wajibah, sedangkan wasiat wajibah hanya di peruntukkan untuk anak angkat dan orangtua angkat saja.

Hal tersebut diatur dalam KHI pada pasal 209, berdasarkan Pasal tersebut dapat disimpulkan bahwa yang berhak menerima wasiat wajibah adalah anak angkat atas harta orang tua angkatnya begitu juga sebaliknya orangtua angkat atas harta anak angkatnya dan KHI tidak mengatur siapa lagi yang berhak mendapatkan wasiat wajibah selain anak angkat dan orang tua angkat.

Walaupun terdapat yuriprudensi Hakim mengenai pembagian wasiat wajibah terhadap ahli waris yang berbeda agama, yaitu pada Putusan Mahkamah Agung No. 368K/AG/1995 yang memutuskan bahwa ahli waris yang terhalang karena perbedaan agama dapat mendapatkan harta waris si pewaris melalui wasiat wajibah. Namun seperti yang telah penulis jelaskan diatas, bahwa wasiat wajibah hanya diperuntukkan untuk anak angkat dan orang tua angkat saja dan hal tersebut diatur dalam KHI pada pasal 209 sehingga apabila kita memberikan wasiat wajibah bukan kepada anak angkat/orangtua angkat, maka hal tersebut tidak sesuai dengan peraturan mengenai Hukum waris Islam.

(11)

Apabila dikaitkan ke dalam kasus Putusan Pengadilan Tinggi Agama No. 94/Pdt.G/ 2014/PTA.Bdg, pemberian waris terhadap Tergugat I dan Tergugat III melalui wasiat wajibah adalah salah. Menurut penulis, Tergugat I dan Tergugat III tetap bisa mendapatkan harta waris ayah kandungnya tetapi tidak melalui wasiat wajibah melainkan melalui wasiat yang telah dibuat oleh si pewaris. Hal tersebut dikarenakan Alm.Soebaroe Hendrodjojo telah membuat surat wasiat sebelum beliau meninggal dunia, surat wasiat tersebut berisikan mengenai harta peninggalan Alm.Soebaroe Hendrodjojo dan bagian-bagian waris untuk para ahli warisnya yaitu dalam kasus Putusan ini adalah Penggugat, Tergugat I, Tergugat II dan Tergugat III.

Berdasarkan surat An-Nisa ayat 11-14 yang pada intinya menjelaskan bahwa pembagian terhadap harta waris pewaris dapat dilaksanakan setelah wasiat yang dibuat oleh pewaris dilaksanakan terlebih dahulu dan apabila melanggar hal-hal tersebut, niscaya Allah memasukannya ke dalam api neraka. Pada ayat Al-Qur’an tersebut, dapat disimpulkan bahwa memenuhi wasiat si pewaris merupakan hal yang wajib dilaksanakan selama wasiat tersebut tidak merugikan ahli waris. Oleh karena itu, alangkah lebih baiknya jika ahli waris yang terhalang mendapatkan waris karena adanya perbedaan agama dengan si pewaris mendapatkan harta warisnya melalui wasiat bukan melalui wasiat wajibah, hal itu dikarenakan adanya surat wasiat yang dibuat oleh Alm.Soebaroe Hendrodjojo sehingga surat wasiat tersebut wajib dilaksanakan dan tidak diabaikan. Selain itu, pembagian wasiat juga tidak diatur mengenai peruntukkannya secara spesifik, tidak seperti wasiat wajibah yang hanya diperuntukkan untuk anak angkat dan orangtua angkat saja.

Tergugat I dan Tergugat III tidak dapat mendapatkan bagian warisnya berdasarkan bagian ahli waris karena adanya halangan yang disebabkan perbedaan agama antara pewaris dengan ahli waris,

(12)

tetapi Tergugat I dan Tergugat III dapat mendapatkan harta waris Alm.Soebaroe Hendrodjojo yang merupakan ayah kandungnya melalui wasiat dengan besaran 1/3 bagian bersama-sama.

Bagian tersebut berdasarkan atas Hadist Rasulullah SAW, yaitu: “Aku berkata: ‘Ya Rasulullah, bolehkan saya berwasiat dengan semua harta saya? Beliau menjawab: ‘Tidak.‘ Aku berkata: ‘Separo? Beliau menjawab: ‘Tidak.‘ Aku berkata: ‘Sepertiga?’ Beliau menjawab: ‘Sepertiga dan sepertiga itu banyak dan sesungguhnya engkau meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya lebih baik dari pada engkau tinggalkan mereka dalam kondisi fakir meminta-minta kepada orang lain (mengharapkan pemberian) tangan mereka.”

Berdasarkan apa yang telah penulis jelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa memberikan wasiat kepada ahli waris yang bukan merupakan seorang muslim dapat dilaksanakan, dengan persyaratan ahli waris lainnya menyetujui pemberian wasiat tersebut dan besaran bagiannya adalah 1/3 bersama-sama berdasarkan Hadist dan Sunnah Rasul diatas. Oleh karena itu menurut penulis untuk melaksanakan perintah Allah SWT agar tetap berbuat baik dan adil, maka Tergugat I dan Tergugat III dapat mendapatkan harta waris Alm.Soebaroe Hendrodjojo melalui surat wasiat dengan besaran bagiannya 1/3 bersama-sama.

D. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan

a) Pada Surat An-Nisa ayat 141, Hadist Rasulullah SAW dan Pasal

171 huruf c KHI mengatur bahwa perbedaan agama merupakan salah satu faktor terhalangnya ahli waris untuk mewaris. Oleh karena itu, ahli waris yang berbeda agama dengan pewaris tidak dapat mendapatkan harta warisan si pewaris sebagai ahli warisnya.

(13)

b) Putusan hakim pada kasus Putusan Pengadilan Agama No. 1035/Pdt.G/2013/PA.Badg dan Putusan Pengadilan Tinggi Agama No. 94/Pdt.G/2014/PTA.Bdg tidak sesuai dengan sumber hukum waris Islam di indonesia, seharusnya Ahli waris yang tidak beragama Islam tidak dapat mendapatkan harta waris melalui wasiat wajibah, namun ahli waris yang non-Islam tersebut dapat mendapatkan harta pewaris yang beragama Islam melalui wasiat/hibah maksimal sebesar 1/3 bersama-sama dari harta waris sesuai dalam Al-Qur’an pada surat An-Nisa ayat 11-14 dan Hadist Rasulullah SAW.

2. Saran

Mengenai non-muslim yang ditetapkan sebagai penerima wasiat wajibah yang diperuntukkan selain anak angkat/orangtua angkat seharusnya menerima warisan melalui wasiat/hibah.

E. Daftar Pustaka

Buku

Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, Cet. 1, Jakarta: Kencana, 2004.

Mustafid Amna, et.al. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Agama Islam, Bandung: UPT Bidang Studi Universitas Padjajaran, 2010.

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: Akademika Pressindo, 1992.

Ahmad Bisyri Syakur, Panduan Lengkap Mudah Memahami Hukm Waris Islam: Dilengkapi Hibah & Wasiat, Jakarta: Visimedia Pustaka, 2015.

Komite Fakultas Syariah Universitas Al-azhar Mesir, Hukum Waris, Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2004.

Ahmad Rafiq, Fiqh Mawaris, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993.

(14)

Al-Qaradòawi, Fatwa-Fatwa Kontemporer, Jilid ke-3, Jakarta: Gema Insani Press, 2002.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1986.

Mardani, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, Jakarta: Rajawali Pers, 2014.

Moh. Muhibbin dan Abdul Wahid, Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaruan Hukum Positif di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.

Ahmad Azar Basyir, Hukum Waris Islam, Yogyakarta: UII Press, 2004.

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1989.

Aulia Muthiah, Hukum Islam-Dinamika Perkembangan Seputar Hukum Perkawinan dan Hukum Kewarisan, Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2017.

Faturrahman, Hukum Waris, Bandung: Al Ma’arif, 1975.

Teungku M. Hasbi ash-Shiddieqy, Fiqh Mawaris, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1997.

Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002. Abdul Ghofur Anshori, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia,

Yogyakarta: 2002.

Sajuti Thalib, Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2008.

Amin Husein Nasution, Hukum Kewarisan Suatu Analisis Komparatif Pemikiran Mujtahid dan Komplikasi Hukum Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2012.

Ibnu Rusyd, Analisa Fiqih Para Mujtahid Juz III, Jakarta: Pustaka Imami, 2002.

Beni Ahmad Saebani, Fiqih Mawaris, Bandung: Pustaka Setia, 2009.

(15)

Suhrawardi K. Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam (lengkap & praktis), Jakarta: Sinar Grafika, 2004.

Peraturan Perundang-Undangan

Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penerapan metode mind mapping dan penggunaan media gambar berseri berbasis IT dapat meningkatkan: (1) kualitas

Seperti pada pembelajaran pada umumnya, pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SMP juga masih dominan berpusat pada guru. Metode pembelajaran IPS

Abstrak: Tonsilitis merupakan peradangan tonsil palatina yang merupakan bagian dari cincin waldeyer.Tonsilitis adalah infeksi (virus atau bakteri) dan inflamasi pada tonsil.Tujuan

non-heme pada diet vegetarian yang lebih rendah dibanding zat besi heme yang bersumber dari pangan hewani, asupan zat besi yang direkomendasikan untuk vegetarian adalah 1,8

Penelitian ini menyimpulkan bahwa UIN Sunan Gunung Djati Bandung melalui Pusat Penelitian dan Penerbitan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LP2M)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pupuk cair organik EM4 dari kulit pepaya pada pertumbuhan sawi dan mengetahui perbedaan pertumbuhan tanaman sawi

Yaprak alma işlemi dikkate alınmaksızın soda ve kükürt yeşil aksam uygulamalarında her 3 yılda konvansiyonel bağ ile kıyaslandığında külleme hastalığı

Pada simulasi ini p mendekati access point access point. Dengan dem pengguna melakukan mobil akan semakin cepat menjau pengguna akan semakin cep terjauh dari access