ISSN : 2620-6692
Volume 04 No. 01 Januari-Juni 2021
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
69
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
DAN KEMAMPUAN AWAL TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP
DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA SMP
Yunita Dalimunthe
Dosen Tetap STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi, Jalan, Gatot Subroto KM. 3 No. 3 Kota Tebing Tinggi, E-mail: dalimunthe.yunita@gmail.com
Abstrak: Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen. Tujuannya adalah untuk mengeiahui pengaruh
model PBM pada materi statistkai terhadap hemampuan komunikasi matematis dan self-efficacy siswa Al-hidayah Medan. Untuk mengetahui scberapa besar peningkstan yang diperoleh, siswa dibcrikan tes kemamnuan komunikasi matematik dan angket untuk mengukur skala sikap self-efficacy siswa. Peningkatan kemampusn komunikesi matemnat:k dan self-efficacy dianalisis dengan menggunakan gain temormalisasi dan dan kemudien dilanjutkan dengan ANAVA dua jalur untuk mengetabui terdapat udaknya interaks: antara kemampuan awal siswa terhadap model pembelajaran dan kemampuen komunikasi matematik dan self-efficacy siswa. Pengaruh model pembelajaran terhadap kemampuan komunikasi matematik do self-efficacy dihitung dengan menggunaken analisis regresi. Hasil pecelitian menunjukkan bahwa (1) Kemampuan komunikesi matematik siswa yang memperoleh pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dari pada siswa yang memperoleh pembelajaran langsung. (2) Self-Efficacy Siswa yangmemperoleh berbasis masalah lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran langsung. (3) tidak terdapat interaksi kemampuan awal terhadap model PBM dan kemampuan komunikasi matematik siswa, (4) tidak terdap interaksi kemampuan awal terhadap model PBM terhadap Self-Efficacy siswa, (5) Tidak terdapat pengaruh yang signifikan model PBM terhadap kemampuan komunikasi matematik, (6) Tidak terdapat pengaruh yang signifikan model PBM terhadap kemampuan Self-Efficacy siswa.
Kata Kunci: Komunikas Matemati, Self-Efficacy, Model Pembelajaran Berbasis Masalah PENDAHULUAN
Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua siswa dari SD hingga SLTA dan bahkan juga perguruan tinggi. Ada banyak alasan tentang perlunya siswa belajar matematika. Cornelius dalam Abdurahman (2009: 253) mengemukakan lima alasaan pemrlunya belajar matematika karena matematika (1) sarana berpikir yang jelas dan logis, (2) sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, (3) sarana untuk mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, (4) sarana untuk mengembangkan kreativitas, dan (5) sarana untuk meningkatkan
kesadaran terhadap perkembangan budaya
Peran ilmu matematika sangat besar dalam kehidupan manusia. Besarnya peran ilmu matematika tersebut menuntut siswa harus mampu menguasai konsep matematika dan mengapliksikannya dalam kehidupan sehari-hari. Tinggih (Hudojo, 2005: 37) mengatakan bahwa matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasi-operasinya, melainkan juga unsure ruang sebagai sasarannya. Namun penunjukkan kuantitas seperti itu belum memenuhi sasaran matematik yang lain, yaitu yang
ISSN : 2620-6692
Volume 04 No. 01 Januari-Juni 2021
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
70 ditunjukkan kepada hubungan pola, bentuk dan struktur.
Dari uraian tersebut jelas bahwa obyek penelahaan matematika tidak sekedar kuantitas, tetapi lebih dititik beratkan kepada hubungan, pola, bentuk dan struktur karena kenyataannnya, sasaran kuantitas tidak banyak artinya dalam matematika. Sehingga dapat dikatakan matematika itu berkenaan dengan gagasan berstuktur yang hubungan-hubungannya diatur secara logis.
Wahyudin (2008: 29) menyebutkan bahwa matematika sebagai mata pelajaran adalah suatu sistem yang sangat teratur dan terstruktur dengan teliti dan tersusun dari ide-ide yang saling berkaitan. Kelebihan dari struktur ini terletak pada fakta bahwa ide-ide matematika bersifat saling berkaitan, suatu kualitas yang dapat mempermudah mata pelajaran ini untuk dipahami dan diingat.
Cocroft dalam Abdurrahman (2003: 253) juga mengemukakan bahwa: “Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1) Selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) Semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) Merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) Dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) Meningkatkan kemampuan
berrpikir logis, ketelitian dan kesadaran keruangan; dan (6) memberikan kemampuan terhadap usaha memecahkan masalah yang matang.”
Pemahaman dan komunikasi matematis dibutuhkan setiap orang dalam kegiatan, karena matematika bukan hanya ilmu yang berkaitan dengan angka semata, melainkan ilmu yang membentuk pola pikir logisa dalam setiap tindakan. Pemahaman konsep siswa terhadap pelajaran matematika tentunya sangat dipengaruhi terhadap model pembelajaran yang digunakan guru ketika proses belajar mengajar. Kebanyakan guru mengajar dengan sistem pembelajaran yang masih terfokus pada guru sebagai sumber utama, menyebabkan siswa merasa bosan untuk belajar matematika. Dari rasa bosan yang dimiliki siswa ketika belajar matematika secara tidak langsung akan mengakibatkan kemampuan matematik siswa rendah khususnya kemampuan pemahaman konsep matematika siswa. Selain kemamapuan pemahaman konsep, kemampuan komunikasi matematik juga perlu dikuasai siswa karena dalam dunia pendidikan tidak terlepas dari peran komunikasi. Kemampuan komunikasi matematik adalah kemampuan untuk menyatakan ide matematika melalui
ISSN : 2620-6692
Volume 04 No. 01 Januari-Juni 2021
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
71 ucapan, tertulis, demonstrasi, dan melukiskan secara visual dalam tipe yang berbeda, memahami, menafsirkan, dan menilai ide yang disajikan dalam tulisan, lisan atau dalam bentuk visual, mengkontruksikan dan menghubungkan bermacam-macam representasi ide dan hubungannya.
Kemampuan komunikasi matematik merupakan kemampuan matematik yang esensial untuk siswa SMP. Dalam pembelajaran, komunikasi matematik sangatlah penting dan perlu mendapat perhatian. Sullivan dan Mousley (Ansari, 2009:10-11) mempertegas bahwa komunikasi matematik bukan hanya sekedar menyatakan ide melalui tulisan tetapi lebih luas lagi yaitu kemampuan siswa dalam hal bercakap, menjelaskan, menggambarkan, mendengar, menanyakan, klarifikasi, bekerja sama (sharing), menulis dan akhirnya melaporkan.
Dalam proses pembelajaran guru harus bisa memilih model pembelajaran yang akan diterapkan dan juga harus bisa melihat aspek psikologi siswa, mengingat matematika itu obyek-obyek penalaahnnya abstrak, tetapi harus dipelajari oleh siswa, maka dalam pembelajaran perlu memperhatikan
aspek psikologi siswa, guru yang dapat mengenal dan memahami karakter dan kemampuan siswanya dengan baik, dapat merupakan modal awal yang sangat menunjang dalam pelaksanaan proses pembelajaran dikelas.
Selain itu perlu diingat bahwa setiap siswa mempunyai kemampun yang berbeda dalam memahami matematika. Dari sekelompok siswa akan selalu dijumpai siswa yang memiliki kemampuan tingggi, sedang dan rendah. Kesadaran akan perbedaan kemampuan yang dimiliki siswa bukan semata-mata merupakan bawaan dari lahir, tatapi juga dapat dipengarui oleh lingkungan.
Kemampuan awal dan
karakteristik siswa adalah pengetahuan dan keterampilan yang relevan, termasuk di dalamnya latar belakang informasi karakteristik siswa yang telah ia miliki pada saat mulai mengikuti suatu program pengajaran. Masalah sering terjadi dalam memperkirakan kemampuan dan keadaan siswa. Kadang-kadang perkiraan itu terlalu rendah (under
estimate), namun kadang-kadang perkiraan itu terlalu tinggi (over
estimate).
Manakala terjadi masalah pertama di mana guru memperkirakan
ISSN : 2620-6692
Volume 04 No. 01 Januari-Juni 2021
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
72 kemampuan siswa terlalu rendah, maka akan terjadi bahwa guru mengajarkan sesuatu yang sebenarnya tidak perlu. Dengan kejadian itu berarti terjadi penghamburan waktu yang sangat berguna atau bahkan membuat siswa pada bosan. Oleh sebab itu, menjadi kelaziman bagi para pendidik perlu memperhatikan perbedaan-perbedaan individual di antara para siswa.
Menurut Trianto (2011: 90), model pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan penyelesaian nyata dari permasalahn yang nyata. Model pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang dalam pembelajarannya lebih mengutamakan kegiatan siswa (student centered)
daripada kegiatan guru. Model pembelajaran berbasis masalah dirangsang berdasarkan masalah riil kehidupan yang bersifat tidak terstruktur, terbuka, dan mendua. Pembelajaran berdasarkan masalah dengan masalah yang nyata, merupakan salah satu model pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan
kompetensi kinerja ilmiah. Agar efektif digunakan, diperlukan perencanaan yang lebih baik dan lebih teliti, termasuk mengorganisasikan siswa, materi, alat, bahan, sumber belajar yang lebih baik.
Penulis mencoba menerapkan model pembelajaran berbasis masalah yang diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konsep dan komunikasi matematis siswa dilihat dari kemampuan awal dan siswa dapat bekerja saling membantu dalam kelompok kecil. Dalam hal ini guru sangat berperan penting untuk membimbing siswa dalam melakukan diskusi, sehingga tercipta suasana belajar yang kominikatif, aktif, kreatif dan menyenangkan. Dengan pembelajaran berbasis masalah siswa dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi dengan kelopok, saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan dari hasil kerja serta mempresentasekannya di depan kelas. Dengan pembelajaran berbasis masalah siswa mampu berkomunikasi secara kelompok maupun individu, baik antara siswa dengan siswa maupun antara siswa dengan guru, dengan demikian target tujuan pembelajaran bisa tercapai.
ISSN : 2620-6692
Volume 04 No. 01 Januari-Juni 2021
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
73 Tujuan dari penelitian ini yaitu : (1) untuk mengetahui apakah komunikasi matematik siswa yang diajar dengan pembelajaran model PBM lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan model pembelajaran langsung; (2) Untuk mengetahui apakah ada perbedaan peningkatan pemahaman antara siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah; (3) Untuk mengetahui apakah ada perbedaan peningkatan komunikasi matematik siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, sedang, dan rendah; (4) Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara model pembelajaran yang digunakan dengan kemampuan awal siswa terhadap peningkatan kemampuan pemahaman dan komunikasi matematis siswa; dan (5) Untuk mendeskripsikan proses penyelesaian soal-soal yang terkait dengan kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi matematis siswa melalui PBM dan PL.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah kuasi eksperimen untuk melihat pengaruh model pembelajaran berbasis masalah dan kemampuan awal terhadap peningkatan kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi siswa.
Perlakuan yang diberikan adalah menerapkan model PBM pada model pembelajaran yang biasanya menggunakan model pembelajaran langsung.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Al-HIDAYAH Medan , dan yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas VIII yang dipilih dua kelas secara acak (Cluster Random Sampling) yang masing-masing satu kelas sebagai kelas eksperimen dan yang lain sebagai kelas kontrol, kemudian terpilih kelas VIII-3 sebagai kelas eksperimen dengan perlakuan model PBM dan kelas VIII-1 sebagai kelas kontrol dengan model pembelajaran langsung, dengan ketentuan kelas yang diambil bukan kelas unggulan agar dapat mengukur parameternya dengan baik
Data penelitian dianalisis dengan menggunakan ANAVA satu dan dua jalur, uji Scheffe, serta uji chi-square untuk analisis eksistensi asosiasi.
Sebelum pelaksanaan eksperimen, subjek diberi tes Kemampuan awal matematika (PAM) yang terdiri dari 20 butir tes uraian yang diambil dari soal-soal UAN. Berdasarkan skor dalam tes KAM, siswa diklasifikasikan pada tiga kelompok,
ISSN : 2620-6692
Volume 04 No. 01 Januari-Juni 2021
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
74 yaitu kelompok KAM tinggi (di atas 70% skor ideal), kelompok KAM sedang (antara 50% - 69% skor ideal), dan kelompok KAM rendah (di bawah 50% skor ideal).\
HASIL PENELITIAN
Kemampuan Awal Matematik (KAM)
Rata-rata pencapaian dan perolehan kemampuan komunikasi matematik siswa untuk setiap kelompok
pembelajaran, level sekolah, dan KAM disajkan pada Tabel 1. Pada Tabel 1 tersebut dapat diketahui bahwa secara keseluruhan, semakin tinggi level sekolah dan KAM siswa, semakin tinggi pula pencapaian dan perolehan kemampuan komunikasi matematik siswa. Di samping itu, pencapaian dan perolehan kemampuan komunikasi matematik siswa PMB lebih tinggi daripada siswa PL.
Tabel 1. Diskripsi mean dan standar deviasi tes kemampuan matematika siswa kelompok eksperimen dan kelas kontrol
Kelas N Mean Std
Deviation
Min Mak
PMB (Kelas Eksprimen) 30 41,166 15,010 20,00 70,00 PL (Kelas Kontrol) 32 38,906 14,631 20,00 65,00
Deskripsi kemampuan komunikasi matematik
Kemampuan komunikasi matematika merupakan gambaran peningkatan kemampuan komunikasi
matematik siswa antara yang diberikan pembelajaran yang diberi dengan PBM dengan siswa yang diberikan PL. hasil perhitungan dapat dilihat dari table berikut ini.
Table 2 : Deskripsi data kemampuan siswa kelompok PBM dan PL
M.PEMBELAJARAN KAM Mean Std.Deviation N
KAM Rendah ,516800 ,0878924 8 Sedang ,481425 ,1178155 16 Tinggi ,450425 ,01109834 6 Total ,480233 ,1095772 30 KMB Rendah ,389541 ,11274074 9 Sedang ,394708 ,1822160 13 Tinggi ,335422 ,11274074 10 Total ,391581 ,1415876 32 TOTAL Rendah ,467588 ,1304073 17 Sedang ,442552 ,1202382 29 Tinggi ,389541 ,1304073 16 Total ,434477 ,1337576 62
ISSN : 2620-6692
Volume 04 No. 01 Januari-Juni 2021
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
75 Dari hasil uji ANAVA satu jalur dapat diketahui bahwa ada perbedaan rerata pencapaian dan perolehan kemampuan komunikasi matematik antara ketiga kelompok pembelajaran. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa PMB lebih baik daripada PL.
Deskripsi Self-Effecacy
Self-efficacy matematik merupakan gambaran peningkatan sel=efficacy siswa antara yang diberi PMB dengan siswa yang diberi PL . Hasil rangkuman kemampuan self-efficacy siswa dengan pembelajaran berbasis masalah (SEA) dan Kemampuan self-efficacy pembelajaran langsung (SEB)
Tabel 3 : Deskripsi data self-efficacy siswa kelompok PBM dan PL
M.PEMBELAJARAN KAM Mean Std. Deviation N
SEA Rendah ,376375 ,1785010 8 Sedang ,398600 ,1276679 16 Tinggi ,431483 ,1315014 6 Total ,399250 ,1395083 30 SEB Rendah ,333263 ,1216308 9 Sedang ,368100 ,1171704 13 Tinggi ,374690 ,1141433 10 Total ,3360363 ,1149749 32 TOTAL Rendah ,353553 ,1477458 17 Sedang ,384928 ,1218760 29 Tinggi ,395988 ,1199491 16
Dari hasil uji ANAVA satu jalur dapat diketahui bahwa ada perbedaan rerata pencapaian dan perolehan self-efficacy yang diberikan PMB lebih baik daripada self-efficacy yang diberikan Pembelajaran Langsung dan didukung gambar dibawah ini.
Gambar 4 Interaksi antara Pembelajaran dan KAM terhadap Disposisi Matematik
ISSN : 2620-6692
Volume 04 No. 01 Januari-Juni 2021
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
76 Gambar 4 menunjukkan bahwa pada ketiga level KAM, pencapaian DM siswa PKnt lebih baik daripada siswa PKBK dan keduanya lebih baik daripada siswa PEks. Gambar 1 juga menunjukkan secara jelastidak adanya interaksi antara pembelajaran dengan level KAM terhadap pencapaian PBM siswa. Hal ini dapat dilihat dari adanya perbedaan selisih antara PMB dan PL pada ketiga level KAM . Dari grafik diatas Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran dengan kemampuan awal matematik siswa terhadap pencapaian kemampuan komunikasi matematik siswa dengan pembelajaran PMB dan pembelajaran PL.
PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematik dan self efficacy siswa dapat ditingkakan melalui penerapan pembelajaran pembelajaran berbasis masalah dan pembelajaran langsung. dan keduanya lebih baik daripada menerapkan pembelajaran ekspositori . Hal ini berarti bahwa siswa perlu mengupayakan penggunaan masalah kontekstual sebagai titik awal pembelajaran matematika dan menggunakan media yang dapat menarik
perhatian siswa untuk aktif belajar di kelas. Hal ini dapat diupayakan melalui pemberian situasi yang beragam dan terkait dengan keseharian siswa. Sejalan dengan itu, Kadir (2010) menyatakan bahwa keragaman situasi yang disajikan kepada siswa akan memberi daya tarik tersendiri bagi mereka untuk menunjukkan kemampuan komunikasi matematik yang dimilikinya.
Hasil analisis data juga menunjukkan bahwa faktor pembelajaran memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pencapaian kemampuan komunikasi dan disposisi matematik siswa. Hasil uji lanjut bahkan menunjukkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan PMB dan PL telah berhasil membuat siswa mencapai kemampuan komunikasi dan disposisi matematik yang lebih tinggi secara signnifikan daripada kemampuan komunikasi dan disposisi matematik siswa PMB
Hal ini berarti bahwa, pembelajaran dengan menggunakan masalah kontekstual yang disusun dalam bentuk software tutorial interaktif lebih baik untuk digunakan dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan disposisi matematik siswa daripada pembelajaran kontekstual biasa atau
ISSN : 2620-6692
Volume 04 No. 01 Januari-Juni 2021
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
77 pembelajaran ekspositori. Hal ini sejalan dengan penelitian Yaniawati (2006) dan Rohendi (2009) yang menemukan bahwa pembelajaran blended learning lebih berhasil daripada pembelajaran
e-learning penuh dalam mengembangkan
kemampuan matematik mahasiswa dan siswa SMA. Demikian juga penjelasan Kariadinata (2006), bahwa melalui penggunaan media komputer, siswa dapat belajar sesuai dengan kecepatannya masing-masing. Di samping itu, karena bahan ajar disusun menarik maka kemudian siswa termotivasi untuk terus mencoba soal-soal yang memerlukan proses berpikir lebih tinggi dan berinteraksi dengan siswa lainnya terkait solusi dan proses pemecahan masalah untuk melatih kemampuan komunikasi matematik mereka yang dilatihkan guru melalui penggunaan masalah kontekstual. Kegiatan ini dapat meningkatkan self-efficacy siswa.
Di samping faktor pembelajaran, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa faktor level sekolah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perbedaan pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematik siswa. Semakin tinggi level sekolah siswa, semakin tinggi pula
kemampuan komunikasi dan disposisi matematik yang dimilikinya. Hal ini menunjukkan adanya asosiasi antara kemampuan komunikasi dan disposisi matematik.
Faktor KAM juga memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematik siswa. Secara umum tampak bahwa untuk setiap kategori KAM, siswa yang mendapat PBM memperoleh pencapaian dan peningkatan kemampuan komunikasi dan disposisi matematik yang lebih tinggi daripada siswa yang mendapat PL
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan maka disimpulkan sebagai berikut.
1) Kemampuan komunikasi matematik siswa yang mendapat pembelajaran berbasis masalah lebih tinggi dibandingkan pembelajaran langsung.
2) self-efficacy siswa yang mendapat pembelajaran berbasis masalah lebih baik dibandingkan yang mendapatkan pembelajaran langsung.
3) Terdapat interaksi antara model PBM dengan kemampuan awal
ISSN : 2620-6692
Volume 04 No. 01 Januari-Juni 2021
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
78 siswa terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa 4) Tidak terdapat interaksi antara
pembelajaran dengan kemampuan awal matematik siswa terhadap pencapaian kemampuan komunikasi matematik siswa. Disebabkan karena factor pembelajaran bukan kemampuan awal matematika siswa.
5) Tidak terdapat interaksi antara pembelajaran antara pembelajaran denagan kemampuan awal matematika siswa terhadap peningkatan self-effecacy siswa disebabkan karena model pembelajaran dan kemampuan matematika siswa. 6) Tidak terdapat pengaruh
pembelajarn berbasis masala
terhadap kemampuan
komunikasi matematk siswa. 7) Tidak terdapat pengaruh
pembelajarn berbasis masala terhadap self-effecacy siswa
Saran
1. Pembelajaran berbasis masalah hendaknya jadi alternative pembelajaran bagi guru di SMP, terutama untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
matematik dan self-efficacy siswa.
2. Agar lebih efektif dalam melaksanakan PBM guru perlu mengembangkan
kemampuannya dalam menggali masalah kontekstual..
3. Bagi guru yang akan menerapkan PBM pada siswa sekolah level tengah kurang atau siswa dengan KAM sedang dan rendah, perlu lebih sabar dalam memberikan bimbingan dan intervensi serta motivasi agar siswa dapat lebih tekun dalam mengikuti proses pembelajaran yang dijalankan. 4. P eneliti yang berminat meneliti
tentang self-efficacy siswa melalui PMB disarankan untuk meneliti tentang perbandingan setiap aspek self-efficacy matematik yang meliputi (1) pengalaman otentik, (2) Pengalaman orang lain, pendekatan social atau verbal. 5. Perlu dilakukan penelitian
lanjutan dengan pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan komunikasi matematik dan self-efficacy siswa maksimal untuk memperoleh hasil penelitian
ISSN : 2620-6692
Volume 04 No. 01 Januari-Juni 2021
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
79 yang maksimal dengan meneliti aspek lain secara terperinci yang belum terjangkau dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan
Bagi Anak berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Ansari, B.I. 2009. Komunikasi matematika. Banda Aceh : Yayasan Pena.
Arends, R.I, 2008. Learning To Teach. Pustaka Pelajar.
Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Dahar, R.W. 1991. Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga
Departemen Pendidikan Nasional. 2003.
Kurikulum 2004, Standar Kompetensi, Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah.
Jakarta: Depdiknas.
__________. 2006. Permendikas Nomor
22 Tahun 2006 Tentang Standart Isi Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.
Hamalik, O. 2005. Perencanaan
Pengajaran Berdasarkan
Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi
Aksara.
Hasanah, A. 2004. Mengembangkan
Kemampuan Pemahaman dan Penalaran Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah Yang Menekankan Pada Representasi Matematik. Tesis
tidak diterbitkan. Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung
Hudojo, H. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: Penerbit
Universitas Negeri Malang. Kurikulum 2013. Konserium Sertivikasi
Guru Devisi PLPG-PSG Royan 102. Universitas Negeri Medan.
Manurung, S.L. 2010. Peningkatan
Kemampuan Pemahaman
Matematika dan Berpikir Kritis Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Creative Problem
Solving (CPS) dengan
Menggunakan Software
Autograph. Tesis tidak diterbitkan.
Medan: UNIMED.
Ratnaningsi, N. 2003. Pengembangan
Kemampuan Berpikir Matematika
Guru Mengembangkan
Kompetensi Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung. Tarsito.
ISSN : 2620-6692
Volume 04 No. 01 Januari-Juni 2021
Murabbi : Jurnal Ilmiah dalam Bidang Pendidikan STIT Al-Hikmah Tebing Tinggi
80 Sanjaya, W. 2010. Stategi Pembelajaran
Berorentasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana
---, 2010. Perencanaan Dan
Desin Sistem Pembelajaran.
Jakarta: kencana
Siregar, S.U. 2011. Pengembangan
perangkat pembelajaran berbasis masalah dalam peningkatan kemampuan pemecahan masalah siswa kelas V MIN pada pokok bahasan pecahan. Medan; program pacasarjana Unimed Medan.
Sofyan, D. 2008. Pembelajran Berbasis
Masalah Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Dan Komunikasi Matematika Siswa SMP. Tesis tidak diterbit.Bandung :UPI Bandung Siregar, N. 2011. Penerapan
Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Pengetahuan
Prosedural Matematia Siswa
SMP. Medan: Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan
Tandiling, E. Pengembangan Instumen
untuk Mengukur Kemampuan
Komunikasi Matematik,
Pemahaman Matematik, dan Selfregulated Learning Siswa dalam Pembelajaran Matematika di Sekolah Menengah Atas. Jurnal
Online. jurnal. Upi.edu/file/4-edy_tandiling.pdf, diakses 03 Oktober 2013.
Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progresif. Jakarta. Kencana Prenada Media Group
Turmudi. 2008. Landasan Filsafat dan
Teori Pembelajaran Matematika (Berparadigma Eksploratif dan Investigatif). Jakarta: Leuser Cita
Pustaka.
Wahyudin. 2008. Pembelajaran dan
Model-model Pembelajaran Pelengkap untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogis para Guru dan Calon Guru Profesional, Seri 2. Jakarta: IPA Abong.
Yaniawati, P. 2006. Pengembangan
Daya Matematik Mahasiswa Calon Guru melalui E-Learning.
Disertasi pada PPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan.