• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurakunman Vol.14, No.1, Januari 2021 P-ISSN: X O-ISSN:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurakunman Vol.14, No.1, Januari 2021 P-ISSN: X O-ISSN:"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

APAKAH ADA PERBEDAAN NILAI INDEKS PRESTASI SEMESTER (IPS) MAHASISWA PADA SAAT DIBERLAKUKANNYA STUDI PERIOD

DENGAN TIDAK DIBERLAKUKANNYA STUDI PERIOD DI STIE SURYA NUSANTARA PADA TA 2019/2020

Oleh:

Drs. Yusuf Siregar, MBA

STIE Surya Nusantara

ABSTRACT

Penelitian ini adalah merupakan penelitian kuantitatif dan bersifat penelitian evaluasi, yang diharapkan dapat memberikan masukan atau mendukung pengambilan keputusan tentang nilai relative dari dua atau lebih alternative tindakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kebijakan meniadakan kegiatan studi period akan berakibat merosotnya pencapaian IPS mahasiswa. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan uji statistik dari dua sampel yang saling berhubungan yaitu nilai indeks prestasi semester (IPS) mahasiswa pada saat studi period dilakukan (semester ganjil TA 2019/2020), dibandingkan dengan nilai IPS mahasiswa pada saat studi period tidak dilaksanakan (semester genap TA 2019/2020). Populasi penelitian adalah mahasiswa yang tinggal di asrama yang berjumlah 94 orang dan karena dianggap tidak terlalu besar maka diputuskan untuk meneliti semua populasi yang ada. Uji Wilcoxon digunakan untuk menentukan ada tidaknya perbedaan rata-rata dua sampel yang saling berhubungan. Hasil penelitian Sig 0,054 > 0,05 maka Ho diterima dan Z table -1,96 > dari Z hitung -1,93 ada di dalam daerah penerimaan, maka Ho diterima. Ternyata IPS mahasiswa tidak menjadi lebih rendah dengan ditiadakannya kebijakan studi period, malahan dengan belajar mandiri di asrama mereka dapat meningkatkan IPS.

Keywords: Study period, IPS dengan studi period, IPS tanpa studi period, suasana akademik

PENDAHULUAN Latar Belakang

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Surya Nusantara (STIE SN) berkembang dari Sekolah Lanjutan Advent (SLA) dan pada waktu pertama berdiri di sebut dengan North Sumatera Training School (NSTS) yang didirikan oleh Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh (GMAHK) pada tahun 1949. Mengingat kebutuhan akan Perguruan Tinggi bagi anak-anak anggota GMAHK yang telah menyelesaikan jenjang pendidikan SLTA di Pulau Sumatera, maka pada bulan Januari 1977 Institute Theologia dan Keguruan Advent (ITKA) Bandung membuka program extension di Kampus SLA Pematangsiantar. Karena pemerintah kemudian mengeluarkan larangan untuk menjalankan program pendidikan bentuk extension, maka pada tahun akademik 1989/1990 UNAI Extension Pematangsiantar mengambil alih kepemilikan dan pengoperasian Universitas Surya Nusantara Tebingtingi. UNAI Extension pada tahun 1992 berubah menjadi STIE Surya Nusantara Pematangsiantar dengan izin Departemen Pendidikan Nasional, melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI) tanggal 2 Juli 1992 dengan SK. No.:234/DIKTI/Kep 1992, dengan jenjang program Diploma III untuk program studi Akuntansi dan Manejemen, kemudian peningkatan jenjang pendidikan telah terjadi pada tanggal 19 November 1997 oleh DIKTI, dengan SK.

(2)

No.:80/D/O/1997 untuk jenjang pendidikan Strata I, program studi Akuntansi dan Manejemen.

Sejak NSTS tahun 1949, SLA dan Unai Extension tahun 1977, dan STIE SN diselenggarakan tahun 1992, mahasiswa yang tinggal di asrama wajib untuk mengikuti studi period. Studi period adalah waktu belajar mandiri bagi mahasiswa di luar jam kelas yang telah ditentukan. Pada jam studi period mahasiswa harus keluar dari asrama dan masuk ke ruangan kelas yang telah ditentukan untuk belajar mandiri, dengan pengawas hanya untuk menjaga ketertiban belajar. Pada awal sekolah ini didirikan ada tiga waktu studi period yang harus diikuti oleh mahasiswa/i yang tinggal di asrama. Mahasiswa wajib melakukan studi period pada siang hari, malam hari dan hari Minggu. Jam studi period siang hari adalah dari jam 15.00 -16.00 WIB pada hari Senin sampai Jumat. Waktu studi period malam dari Minggu malam sampai Kamis malam dari jam 19.30-21.00 WIB. Studi period hari Minggu pada jam 8.00-10.00 WIB (Buku Panduan Kurikulum 2019-2022: 14).

Seiring dengan berjalannya waktu maka budaya studi period mulai terkikis, studi period siang mulai dihapus, karena ada alasan melelahkan bagi mahasiswa, dan studi period hari Minggu juga mulai ditinggalkan karena alasan disitu adalah waktu yang paling tepat bagi mahasiswa untuk mencuci pakaian. Terakhir melalui rapat dosen STIE Januari 2020, di keluarkan keputusan studi period malam bagi STIE SN ditiadakan, dengan alasan mahasiswa sudah dewasa dapat mengatur waktu dan diri sendiri, tidak perlu diawasi terus.

Inilah yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul APAKAH ADA PERBEDAAN NILAI INDEKS PRESTASI SEMESTER (IPS) MAHASISWA PADA SAAT DIBERLAKUKANNYA STUDI PERIOD DENGAN TIDAK DIBERLAKUKANNYA STUDI PERIOD DI STIE SURYA NUSANTARA PADA TA 2019/2020.

Rumusan Masalah

Masalah pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pencapaian IPS mahasiswa pada saat ada studi period? 2. Bagaimanakah pencapaian IPS mahasiswa setelah tidak ada studi period? 3. Apakah pencapaian IPS mahasiswa akan lebih rendah bila studi period

ditiadakan?

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana pencapaian IPS mahasiswa pada saat ada studi period.

2. Untuk mengetahui pencapaian IPS m ahasiswa setelah tidak ada studi period. 3. Untuk mengetahui apakah pencapaian IPS mahasiswa akan lebih rendah bila studi

period ditiadakan. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah untuk mengatasi masalah pro dan kontra mengenai studi period yang pada saat ini sudah mulai memudar pamornya.

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan agar manejemen STIE SN tidak membuat keputusan yang keliru di dalam meniadakan studi period.

2. Hasil penelitian ini dapat ditindak lanjuti untuk menyusun strategi pengganti untuk studi period.

(3)

Suasana Akademik

Di dalam pengelolaan perguruan tinggi suasana akademik adalah unsur utama yang perlu diperhatikan. Suasana akademik inilah yang sebenarnya ditawarkan oleh perguruan tinggi ke masyarakat. Masyarakat menyebutkan suasana akademik adalah citra kampus. Menurut Amir (2016:176) suasana akademik adalah iklim atau budaya kampus yang berbentuk perilaku, sikap, dan persepsi masyarakat kampus terhadap lingkungan yang diupayakan oleh institusi. Dosen dan mahasiswa sebagai anggota civitas akademika begitu datang di kampus bagaikan menghadiri sebuah pesta. Mereka akan menghadapi setiap hidangan akademik yang ada di kampus dalam rangka memuaskan kebutuhan kepribadiannya. Seperti halnya di pesta yang tersedia banyak makanan sehingga para tamu berlama-lama disana, begitu pula dosen dan mahasiswa akan berlama- lama di kampus karena banyak makanan ilmiah yang harus dikonsumsinya. Sebaliknya, mereka tidak akan betah tinggal di kampus karena fasilitasnya yang gersang, tidak ada yang harus mereka nikmati dan konsumsi.

Terhadap suasana akademik di perguruan tinggi, dari sisi perilaku masing- masing dosen dan mahasiswa tidak dalam posisi menunggu seperti para pelanggan di perusahaan. Mereka dituntut untuk bertindak aktif, secara sadar dan sengaja memberdayakan potensi dirinya untuk membangun proses pembelajaran yang berkualitas. Kalau mereka hanya menunggu dan tidak berbuat apa-apa, mereka tidak akan menjadi manusia yang pintar dan cerdas. Salah satu suasana akademik yang sudah membudaya di kampus STIE Surya Nusantara adalah studi period. Studi Period

Untuk membuat sivitas akademika aktif dan memberdayakan potensi dirinya, maka diadakanlah kegiatan studi period. Kegiatan studi period dilakukan sejak perguruan ini berdiri. Menurut buku panduan kurikulum 2019-2022 (2018: 14) studi period adalah belajar pada malam hari ditetapkan pukul 19.30 – 21.00 pada jam itu semua mahasiswa wajib belajar dan tidak dibenarkan melakukan kegiatan lain, kecuali mendapat izin khusus dari yang berwenang. Pada jam studi period mahasiswa belajar diruangan kelas yang telah ditentukan dengan diawasi oleh seorang dosen. Mahasiswa bebas untuk menentukan subjek yang akan dipelajari dan dapat mengerjakan tugas pada jam studi period ini. Dosen pengawas bertugas untuk mengawasi dan memantau agar ketertiban belajar terpelihara.

Indeks Prestasi Semester dan Indeks Prestasi Kumulatif

Untuk mengetahui prestasi mahasiswa di dalam mengikuti perkuliahan diukur dengan indeks prestasi semester. Menurut Permen Ristekdikti No. 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (2015: 23) indeks prestasi semester (IPS) adalah hasil penilaian capaian pembelajaran lulusan di tiap semester. IPS dinyatakan dalam besaran yang dihitung dengan cara menjumlahkan perkalian antara nilai huruf setiap mata kuliah yang ditempuh dan sks mata kuliah bersangkutan dibagi dengan jumlah sks mata kuliah yang diambil dalam satu semester.

Permen Ristekdikti No. 44 tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi (2015: 24) indeks prestasi kumulatif (IPK) adalah hasil penilaian capaian pembelajaran lulusan pada akhir program studi. IPK dinyatakan dalam besaran yang dihitung dengan cara menjumlahkan perkalian antara nilai huruf setiap mata kuliah yang ditempuh dan sks mata kuliah bersangkutan dibagi dengan jumlah sks mata kuliah yang diambil yang telah ditempuh.

(4)

Kriteria Perhitungan Nilai

Menurut buku panduan kurikulum (2018: 22) nilai pencapaian mahasiswa untuk setiap mata kuliah yang ditempuh dihitung sebagai berikut:

Nilai quiz 20%

Nilai tugas 10%

Nilai ujian tengah semester 30% Nilai ujian akhir semester 40%

Dengan skala penilaian seperti yang dinyatakan di dalam buku Panduan Kurikulum, seperti table di bawah.

Pedoman Penilaian

Adapun pedoman penilaian dari panduan kurikulum STIE Surya Nusantara (2018: 21) adalah sebagai berikut:

Derajat Penguasaan Skala Mutu Nilai Markah Sebutan Mutu 95 – 100 90 – 94 85 - 99 80 – 84 75 – 79 70 – 74 65 – 69 60 – 64 50 – 54 0 – 49 4,00 3,67 3,33 3,00 2,67 2,33 2,00 1,67 1,33 1,00 0,00 A A- B+ B B- C+ C C- D+ D F I W

Istimewa Sekali Istimewa Baik Sekali Baik

Cukup Baik Lebih Dari Cukup Cukup

Hampir Cukup Kurang Sangat Kurang Gagal Tidak Lengkap* Mengundurkan Diri

*Huruf I berarti nilai yang tidak lengkap diberikan kepada mahasiswa yang belum melengkapi bagian penilaian tugas-tugas pada waktunya. Dosen dapat memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melengkapi nilai tersebut selambat-lambatnya 3 (tiga) minggu terhitung sejak semester baru dimulai.

Keputusan Untuk Belajar Dengan Tepat

Salah satu factor keberhasilan untuk mencapai prestasi yang baik di dalam perkuliahan adalah mempunyai metode belajar yang tepat. Mahasiswa secara pribadi harus mencari cara belajar yang tepat baginya untuk dapat menguasai mata kuliah dengan baik. Dia harus terus memantau pencapaiannya di dalam perkuliahan dengan melihat hasil kuis dan tugas-tugas yang diberikan di dalam kelas, bila hasil jauh dari yang diharapkan mahasiswa dengan kesadaran sendiri diharapkan mau mengoreksi diri dan cara belajarnya. Middlecamp dan Kean (1985:160) melakukan penelitian pada mahasiswa dan mengatakan telah kami lihat banyak mahasiswa salah mempertimbangkan apa yang diharapkan untuk dipelajari. Sebahagian mahasiswa bergulat untuk mempelajari bahan yang sangat banyak. Mahasiswa lain tidak belajar cukup atau mempelajari banyak informasi yang tidak diharuskan, sementara ia tidak mempelajari beberapa yang justru diharuskan. Mahasiswa terakhir ini seringkali yakin bahwa mereka belajar dengan benar sampai mereka ujian untuk pertama kalinya dan gagal.

(5)

mengantar ke keberhasilan, inilah keputusan yang harus dibuat mahasiswa/i untuk berhasil dalam belajar, yaitu:

1 Apa yang harus saya pelajari?

a. Sumber informasi kuliah, buku pelajaran, diktat, tugas-tugas 2 Bagaimana seharusnya langkah saya dalam belajar?

a. Baca buku pelajaran sepintas lalu sebelum kuliah b. Ikuti kuliah dan buatlah catatan kuliah yang lengkap c. Susunlah catatan anda, hubungkan dan bentuk informasi d. Setelah kuliah, bacalah bagian buku pelajaran yang ditugaskan e. Pelajari catatan dan buku pelajaran, kemudian kerjakan soal-soal f. Lengkapi studi anda, uji diri dan tinjau kembali

3 Berapa banyak waktu saya untuk belajar?

a. Perkirakan waktu anda yang disediakan (disarankan 2 jam) b. Nilai kualitas dari waktu belajar anda

4 Cukup baikkah cara belajar saya?

a. Gunakan nilai kuis sebagai umpan balik untuk menilai kemajuan 5 Apa yang harus saya lakukan jika cara belajar saya tidak baik?

a. Apakah saya mengharapkan terlalu banyak dalam waktu yang terlalu singkat?

b. Meminta pertolongan dosen

c. Menilai alasan-alasan pribadi mengapa saya tidak belajar dengan efektif

d. Terlalu tegangkah saya untuk mengikuti kuliah ini?

e. Apakah saya ada dalam arah yang benar dan kesempatan yang tepat? Variabel X

Variable pertama (X) adalah prestasi mahasiswa yang tinggal di asrama yang dinilai dari pencapaian IPS semester ganjil TA 2019/2020, dimana studi period masih berlangsung.

Variabel Y

Variable Y adalah prestasi mahasiswa yang tinggal di asrama yang dinilai dari pencapaian IPS semester genap TA 2019/2020, dimana kebijakan studi period tidak diberlakukan.

METODE PENELITIAN Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan bersifat penelitian evaluasi. Menurut Sugiyono (2008:12) metode kuantitatif adalah karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Kuncoro (2013:7) menuliskan penelitian evaluasi adalah penelitian yang diharapkan dapat memberikan masukan atau mendukung pengambilan keputusan tentang nilai relative dari dua atau lebih alternative tindakan.

Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan melakukan uji statistik dari dua sampel yang saling berhubungan yaitu nilai indeks prestasi semester (IPS) mahasiswa pada saat studi period dilakukan (semester ganjil TA 2019/2020), dibandingkan dengan nilai indeks prestasi semester mahasiswa pada saat studi period tidak dilaksanakan

(6)

(semester genap TA 2019/2020). Lokasi, Populasi, Sample Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di kampus STIE Surya Nusantara, Jl. Rakutta Sembiring, Pematangsiantar. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa/i STIE Surya Nusantara yang tinggal di asrama. Pengumpulan data dilakukan melalui kantor Registrar. Data yang digunakan adalah indeks prestasi semester (IPS) mahasiswa pada semester ganjil TA 2019/2020 pada saat studi period masih berjalan, dan data IPS semester genap TA 2019/2020 yang akan datang, dimana studi period tidak diberlakukan. Sampel penelitian ini diambil dari setiap kelas mahasiswa dari tingkat I sampai tingkat III saja, karena tingkat ini yang sangat terpengaruh pada kebijakan tidak diberlakukannya studi period. Besar sampel di tentukan dengan menggunakan rumus Slovin, yaitu: n = N/N(d)2 + 1

Dimana n = sampel, N = populasi, d = nilai presisi 95% atau significant = 0,05 Berdasarkan rumus diatas jumlah populasi STIE SN, N= 94, tingkat kesalahan yang diperkenankan adalah 5%, maka N = 94/94 (0,05)2 + 1 = 94/1,235 = 76 orang.

Untuk penelitian ini seharusnya cukup diambil sampel dari 76 mahasiswa/I yang terdiri dari tingkat I sampai tingkat III, dan dilakukan secara acak, sehingga setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi responden. Tetapi karena jumlah keseluruhan populasi hanya 94 mahasiswa dan dianggap tidak terlalu besar maka diputuskan untuk meneliti semua populasi yang ada.

Hipotesa

Ho : Tidak ada perbedaan IPS mahasiswa bila studi period dijalankan dengan bila studi period dihapuskan

H1 : Ada ada perbedaan IPS mahasiswa bila studi period dijalankan

Dengan bila studi period dihapuskan. Alat Pengolah Data

Uji Wilcoxon digunakan untuk menentukan ada tidaknya perbedaan rata- rata dua sampel yang saling berhubungan. Mulyono (2003:293) mengatakan jika uji tanda hanya memperhatikan arah perbedaan dalam pasangan, uji Wilcoxon digunakan jika besar maupun arah perbedaan diperhatikan dalam menentukan apakah ada perbedaan nyata antara data pasangan yang diambil dari satu sampel atau sampel yang berhubungan. SPSS Indonesia mengatakan: uji Wilcoxon juga digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata dua sampel yang saling berpasangan. Data penelitian yang digunakan dalam uji ini idealnyua adalah data yang berskala ordinal atau interval. Uji Wilcoxon atau disebut juga dengan Wilcoxon signed rank test merupakan bagian dari metode statistic non parametric. Karena merupakan bagian dari statistic non parameteik, maka dalam uji Wilcoxon tidak diperlukan data penelitian yang berdistribusi normal. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa penggunaan uji Wilcoxon sebagai pengganti uji paired sampel t test ketika data penelitian tidak berdistribusi normal adalah langkah yang tepat. SPSS v 23 akan digunakan untuk mengolah data yang akan diuji.

(7)

Variable Penelitian dan Defenisi Operasional

Variabel di dalam penelitian ini adalah indeks prestasi semester (IPS) mahasiswa pada saat studi period dilaksanakan dan indeks prestasi semester (IPS) pada saat studi period tidak dilaksanakan pada tahun ajaran 2019/2020, terdapat dalam Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1

Defenisi Operasional Variabel

No Variabel/Sub Variabel

Defenisi Operasion

al

Alat Ukur Kategori Skala Ukur 1 Nilai pada saat studi

period jalan ( X) Ada Studi Period IPS 1. Istimewa 2. Baik sekali 3. Baik 4. Cukup Baik 5. Lebih dari cukup 6. Cukup

Skala Interv al

2 Nilai pada saat studi period tidak dijalankan (Y) Tidak ada Studi Period. IPS 1. Istimewa 2. Baik sekali 3. Baik 4. Cukup Baik 5. Lebih dari cukup 6. Cukup

Skala Interv al

Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti dan pegawai registrar. Prosedur Pengumpulan data dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama yaitu tahap mengumpulkan IPS mahasiswa pada semester ganjil TA 2019/2020 yang merupakan tahapan dimana kebijakan studi period masih dilaksanakan. Tahap kedua adalah tahap mengumpulkan IPS mahasiswa setelah selesai semester genap berakhir pada TA 2019/2020 dimana kebijakan studi priod tidak dilaksanakan. Kerangka Pemikiran

Studi period mempunyai potensi untuk meningkatkan IPS mahasiswa/i, karena pada jam studi period ini semua mahasiswa/i yang tinggal di asrama akan mengulang pelajarannya dan mengerjakan tugas perkuliahan. Seperti dapat dilihat pada diagram alir 1di bawah ini, dimana semua diharuskan ikut studi period. Kelemahan sistem pertama ini adalah ada saja yang tidak serius belajar sehingga mereka akan mengganggu temannya yang lain.

Diagram 1 Semua Mahasiswa yang Tinggal di Asrama Wajib Ikut Studi Period

Kuliah Studi

Period

(8)

Alternative lain adalah hanya mahasiswa yang IPS < 2,75 untuk diwajibkan ikut studi period, mahasiswa yang pencapaian IPS > 2,75 bebas belajar di dalam asrama. Kebaikan metode ini mahasiswa akan berusaha untuk belajar dengan baik untuk menaikkan harga dirinya dan bisa bebas dari kewajiban studi period. Bila pada semester berikut IPS mereka . 2,75 mereka dapat belajar mandiri dan yang IPS < 2,75 (anjlok) akan masuk studi period. Seperti pada diagram alir 2, di bawah ini. Diagram 2

Bila tidak ada dijalankan program studi period dikhawatirkan tidak akan ada mekanisme untuk memantau pencapaian IPS mahasiswa, sehingga mahasiswa yang motivasi belajarnya rendah akan sulit keluar dari permasalahan belajarnya. Pemantauan pencapaian proses belajar mengajar ini adalah hal yang penting pada perguruan tinggi yang mewajibkan mahasiswa/i tinggal di asrama, dan juga untuk menjalankan tanggung jawab pembinaan moral dan karakter yang telah dipercayakan oleh orang tua kepada STIE Surya Nusantara.

Analisis

Untuk dapat menentukan alat analisis yang sesuai dengan kumpulan data yang akan diolah pertama sekali dilakukan uji normalitas. Menurut Sujarweni (2016:68) bahwa uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui distribusi data yang akan digunakan dalam penelitian. Normalitas data dapat dilihat dengan menggunakan uji Normal Kolmogorov-Smirnov. Hasilnya seperti table berikut:

Tidak Kuliah IPS > 2,75 Studi Period Belajar Mandiri Ya

(9)

Pengambilan keputusan:

Jika Sig > 0,05 maka data berdistribusi normal. Jika Sig < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.

Dari hasil perhitungan one sample Kolmogorov-Smirnov, sig untuk IPS ada studi period adalah 0,000 ini adalah lebih kecil dari 0,05 sehingga dikatakan data tidak berdistribusi normal, sig IPS tanpa studi period adalah 0,200 ini lebih besar dari 0,05 sehingga dikatakan data berdistribusi normal.

Karena data tidak berdistribusi normal maka untuk menguji apakah ada perbedaan antara IPS dengan program studi period dijalankan dengan IPS tanpa menjalankan studi period dipergunakanlah uji Wilcoxon. Hasil uji adalah sebagai berikut:

Dari table Rank Wilcoxon menggunakan ranking dari selisih data diperoleh: Perbedaan negatif yaitu ada sebanyak 41 responden yang selisih antara IPS non studi period lebih kecil dari IPS dengan studi period, dengan rata-rata ranking data negatif adalah 41,02 dan jumlah ranking data negatif adalah 1.682.

Perbedaan positif yaitu ada sebanyak 52 responden yang selisih antara IPS non studi period lebih besar dari IPS dengan studi period, dengan rata-rata ranking data positif adalah 51,71 dan jumlah ranking data positif adalah 2.689.

Ada satu orang mahasiswa yang pendapaian IPS tanpa studi period sama dengan IPS dengan studi period.

Dari hasil ranking ini ternyata IPS mahasiswa lebih baik dengan belajar mandiri daripada belajar di studi period karena ranking nilai positif lebih besar dari

(10)

ranking nilai negatifnya.

Output kedua adalah sebagai berikut:

Perumusan masalah adalah apakah ada perbedaan nilai IPS mahasiswa dengan menjalankan program studi period dengan IPS mahasiswa bila studi period dihapuskan.

Hipotesa

Ho : Tidak ada perbedaan IPS mahasiswa bila studi period dijalankan dengan bila studi period dihapuskan

H1 : Ada ada perbedaan IPS mahasiswa bila studi period dijalankan

dengan bila studi period dihapuskan. Pengambilan keputusan:

Cara 1:

Jika Sig > 0,05 maka Ho diterima Jika Sig < 0,05 maka Ho ditolak Dari table di atas Sig 0,054 > 0,05 maka Ho diterima Cara 2:

Jika Z table < Z hitung maka Ho ditolak Jika Z table > Z hitung maka Ho diterima Dengan α = 5%, maka Z table adalah 1,96 dan -1,96 sehingga daerah kritis adalah Z< -1,96 dan Z > 1,96

Karena Z table -1,96 > dari Z hitung -1,93 ada di dalam daerah penerimaan, maka Ho diterima.

Kesimpulan

Berdasarkan analisa data diatas dapat dikatakan:

1 Rata-rata IPS dari 94 responden pada saat ada kebijakan studi period adalah 3,11

2 Rata-rata IPS dari 94 responden setelah kebijakan studi period ditiadakan adalah 3,18

3 Ternyata IPS mahasiswa tidak menjadi lebih rendah dengan ditiadakannya kebijakan studi period, malahan dengan belajar mandiri di asrama mereka dapat meningkatkan IPS.

Saran

Disarankan bagi dosen dan pengelola STIE untuk lebih memberikan kebebasan belajar mandiri kepada mahasiswa untuk lebih meningkatkan prestasinya.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, F. M. (2016). Manajemen Kinerja Perguruan Tinggi. Jakarta: Mitra Wacana Media Buku Panduan Kurikulum 2019-2022 (2018). STIE Surya Nusantara. Kuncoro, M (2013). Metode riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Edisi 4. Jakarta:

(11)

Middlecamp C dan Kean E. (1985). Panduan Belajar Kimia Dasar. Jakarta: PT Gramedia

Mulyono, S (2003). Statistik untuk Ekonomi. Edisi 2. Jakarta: LPFE UI Sugiyono (2008). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfa Beta.

Sujarweni V, W. (2016). Penelitian Akuntansi dengan SPSS. Yogyakarta: Pustaka Baru

http://www.spssindonesia.com

http://lldikti13 kemdikbud.go.id. Permenristekdikti Nomor 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi

Gambar

Diagram 1 Semua Mahasiswa yang Tinggal di Asrama Wajib Ikut Studi Period

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan apabila dilihat dari pengaruh frekuensi pemangkasan tajuk pada berbagai level pemupukan N, maka pada perlakuan tanpa pemangkasan maupun yang dipangkas 1

Hak-hak atas tanah yang memberi wewenang sebagaimana atau mirip dengan hak yang dimaksud dalam pasal 41 ayat 1 seperti yang disebut dengan nama sebagai di bawah, yang ada pada

Di bawah ini disajikan hasil analisis data dengan menggunakan tabulasi silang yang menjelaskan hubungan antara pengetahuan PMO tentang TB Paru dengan kejadian

Hasil uji hipotesis berdasarkan tabel (uji t) menunjukkan bahwa tingkat signikansi variabel Kepercayaan sebesar 0,009 lebih kecil dari 0,05, sehingga kepercayaan

Studi yang menyebutkan mengenai perbedaan gender dalam tingkat pengetahuan ilmiah, bahwasanya pengetahuan wanita jauh lebih sedikit dibandingkan pria, hal ini sesuai

Dengan demikian, renstra ini akan menjadi “jembatan” yang akan mengantar FKIK Untad meraih mimpi tersebut melalui beberapa tahapan, antara lain : peningkatan

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk memahami peran public relations pada divisi Marcomm Binus dalam memelihara citra positif, dan untuk memahami kendala

Persentase yang diperoleh dari hasil Faktor yang melatar-belakangi tingkat akurasi dan atau tidak akurasinya penilaian yang dilakukan oleh pada dosen terhadap praktik PKP dan