• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN KOMUNIKASI DALAM MENCEGAH KONFLIK HORIZONTAL SESAMA PENGUNGSI ERUPSI SINABUNG DI POSKO PENGUNGSIAN DI BERASTAGI KABUPATEN KARO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANAN KOMUNIKASI DALAM MENCEGAH KONFLIK HORIZONTAL SESAMA PENGUNGSI ERUPSI SINABUNG DI POSKO PENGUNGSIAN DI BERASTAGI KABUPATEN KARO"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERANAN KOMUNIKASI DALAM MENCEGAH KONFLIK

HORIZONTAL SESAMA PENGUNGSI ERUPSI SINABUNG DI

POSKO PENGUNGSIAN DI BERASTAGI KABUPATEN

KARO

Oleh : Setiamenda Ginting,M.Si

Abstrak

Gunung berapi Sinabung di dataran tinggi Karo pertengahan Agustus 2010 meletus, dan pada September 2013 meletus kembali, dan berlangsung hingga kini., menyebabkan ribuan penduduk dari 21 Desa dan 5 desa radius bahaya 5 km yaitu Desa Sigarang garang, Simacem, Bakerah,Naman Teran, dan Sukameriah harus diungsikan ke beberapa posko pengungsian. , Gereja , Mesjid, dan posko lainnya. Kehidupan yang sangat berat dan persoalan tanah dan rumah mereka harus ditinggalkan selama-lamanya membuat para pengungsi beresiko terjadi koflik sosial. Komunikasi sangat diharapkan untuk membuat mereka tenang dan dapat beraktifitas secara normal, Permasalahan yang sering terjadi adalah konflik sosial yang karena cenderung emosional, perasaan saling mencurigai, perbedaan atau diskriminasi dll. Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Mencegah terjadinya konflik horizontal yang terjadi antara sesama pengungsi..2. Mengurangi kesenjangan komunikasi karena adanya perbedaan asal daerah, kebiasaan , tingkat sosial ekonomi. 3.Tersusunnya rencana pemerintah kabupaten dalam mengantisipasi terjadinya konflik . Lokasi Penelitian dilakukan di Posko Pengungsi di Berastagi. Metode penelitian dengan menggunakan pendekatan deskriptif dan jenis penelitian kualitatif. Hasil penelitian diperoleh bahwa peranan komunikasi didalam mencegah konflik horizontal sesama pengungsi erupsi sinabung sudah terkordinasi walaupun belum sepenuhnya efektif. Hasil penelitian ini akan menjadi terobosan bagi pemerintah dalam mengurangi beban pemerintah dalam mencegah terjadinya konflik horizontal di tengah masyarakat.

Kata kunci : Peranan Komunikasi, Mencegah Konflik Horizontal

1.Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Gunung berapi Sinabung yang berada di dataran Tinggi Karo sudah lama tidak meletus sejak tahun 1600, tetapi pada pertengahan Agustus 2010, meletus dan kemudian pada September 2013 meletus

kembali berlangsung hingga kini , mengeluarkan muntahan awan panas dan lahar dingin yang menyebabkan korban jiwa dan ribuan penduduk dari 21 Desa dan 5 desa radius bahaya 5 km yaitu Desa Sigaranggarang,Simacem,

Bakerah,Naman Teran, dan Sukameriah harus diungsikan ke

(2)

2 tempat yang aman yang sudah

disiapkan oleh pemerintah Kabupaten Karo , BNPB ,ataupun Gereja , Mesjid, dan posko lainnya yang tersebar di Kota Kabanjahe, Berastagi, TigaBinanga, Perbesi, bahkan ada yang diluar dari Kabupaten Karo mis : Desa Telagah di Kabupaten Langkat. Keadaan tersebut membuat kehidupan masyarakat yang terkena dampak erupsi semakin terpuruk dari segi soaial ekonomi, ribuan hektar lahan pertanian menjadi rusak kena semburan vulkanik sinabung , perekonomian menjadi merosot tajam,dan menimbulkan konflik soaial, dan terjadi konflik secara horizontal. Situasi tinggal di tempat pengungsian sungguh membuat perasaan pengungsi sangat tidak nyaman, bercampur dengan warga yang berasal dari daerah yang berbeda, agama berbeda, dan ada juga suku berbeda. Tempat tinggal yang sangat padat,berdesak desakan dan keluarga yang sudah tidak dapat lagi berkumpul bersama, dan mendapatkan makanan dari dapur umum yang sudah dijatah sesuai aturan posko pengungsian

,kebutuhan MCK juga yang terbatas membuat sesama pengungsi sering terjadi perselisihan,pendidikan anak menjadi terganggu. Jumlah pengungsi yang ada di pengungsian di tanah karo ada lebih kurang 33.511 jiwa yang disebar ke sejumlah Posko pengungsian 34 posko/lokasi dan tiap posko dihuni lebih kurang 800 orang. Ditengah gelombang kehidupan yang sangat berat dan persoalan relokasi tempat tinggal yang belum jelas, dan persoalan tanah dan rumah mereka harus ditinggalkan selama-lamanya membuat para pengungsi sering mudah emosi kepada dirinya dan kepada orang lain. Komunikasi sangat diharapkan untuk membuat mereka tenang dan dapat beraktifitas secara normal. Rencana pemulangan 2443 pengungsi dari desa Sukanalu dan Sigarang garang kecamatan Namanteran yang dijadwalkan 12 Pebruari 2015 terancam batal karena erupsi Sinabung terus terjadi.informasi dari pemerintah yang belum ada kepastian membuat pikiran pengungsi menjadi khwatir .

(3)

3 Sebagai mahluk sosial, manusia

senantiasa ingin berhubungan dengan orang lain, ingin mengetahui apa

yang terjadi pada dirinya dan pada diri orang lain, dan lingkungan sekitarnya.

rasa ingin tahu inilah yang memaksa manusia untuk berkomunikasi . Kleinjan, E yang dikutip oleh Cangara , H ( 2004 ) mengemukakan bahwa komunikasi merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas, sepanjang manusia ingin hidup , maka ia perlu komunikasi. Komunikasi merupakan kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam hidup bermasyarakat karena tanpa komunikasi masyarakat tidak akan terbentuk. Komunikasi sebagai pemersatu masyarakat sangat diperlukan agar konlik tidak sampaiberkepanjangan

Issue Strategis :

Adanya persoalan tanah yang dimiliki harus ditinggalkan, dan janji relokasi yang belum jelas karena belum semua data warga pengungsi mendapat tanah dan rumah , walaupun pemerintah sudah berusaha untuk membangun daerah relokasi yaitu daerah Siosar

Kecamatan Merek Kabupaten Karo. menimbulkan prasangka sosial atau stereotipe masyarakat , emosional pengungsi kadang-kadang tidak terkendali, maka muncul pula ketidak-percayaan masyarakat kepada pemerintah kurang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup mereka dan kelanjutan pendidikan anak-anak mereka.

1.2 Tujuan Umum

Mengetahui Peranan Komunikasi didalam mencegah terjadinya konflik horizontal sesama pengungsi di Posko pengungsian erupsi gunung Sinabung di Berastagi Kab.Karo.

1.2.1 Tujuan Khusus

1).Mencegah terjadinya konflik sosial yang terjadi antara sesama pengungsi erupsi Gunung Sinabung di Posko pengungsian di Berastagi dan tidak terjadi gangguan integritas berbangsa dan bernegara.2) Mengurangi kesenjangan komunikasi sesama pengungsi karena adanya perbedaan asal daerah, kebiasaan ,

(4)

4 tingkat sosial ekonomi.3)

Tersusunnya rencana pemerintah kabupaten dalam mengantisipasi terjadinya konflik sesama pengungsi ,sehingga tidak menimbulkan konflik horizontal.

1.3 Pendekatan Pemecahan Masalah

a) Melakukan upaya sosialisasi nilai-nilai demokrasi dan kebangsaan

terhadap seluruh lapisan masyarakat yang berasal dari berbagai suku, agama dan budaya yang beragamPeningkatan koordinasi dan komunikasi dari berbagai pihak dalam penyelesaian konflik baik pihak-pihak yang berkonflik maupun bagi pihak yang menjadi penengah konflik

; c) Peningkatan kapasitas masyarakat sipil dalam penyelesaian konflik dan pemulihan wilayah pasca konflik, artinya dengan melibatkan berbagai unsur dalam masyarakat sipil seperti tokoh-tokoh nasional, LSM-LSM dan unsur-unsur lainnya dalam masyarakat sipil d ) Pemerintah perlu mendukung penuh dalam memfasiltasi penyelesaian dan pencegahan konflik e ) Penguatan kerjasama dan saling pemahaman dengan negara-negara tetangga maupun masyarakat internasional dalam mengatasi disintegrasi wilayah NKRI f ) Membangun kemitraan antara pemerintah dengan masyarakat dan media untuk mendorong penerapan kode etik jurnalistik dalam pemberitaan konflik; karena sering kali media massa disini mengumbar

berita-berita tentang konflik secara berlebihan bahkan tidak jarang justru menyesatkan dan hal ini justru dapat memicu munculnya konflik-konflik baru di daerah lainnya. g )

Rehabilitasi adalah suatu proses

untuk membantu masyarakat yang terkena berncana termasuk sarana dan prasarana agar segera berfungsi kembali, memulihkan tata keh kehidupan serta kemampuan masyarakat dalam menghadapi bencana berdasarkan azas ke mandirian agar kembali mampu melaksanakan fungsi-fungsinya

dengan baik.(

(5)

5 2.Metode Penelitian

2.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif dan dalam

mendeskripsikan/menggambarkan masalah peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. dengan tujuan untuk mengetahui Peranan Komunikasi didalam mencegah konflik horizontal sesama pengungsi erupsi gunung sinabung di posko pengungsian Gereja GBKP Jl.KotacaneKabanjahe

3.Hasil dan Pembahasan

Gunung Sinabung berjarak sekitar 30 km dari Kota Kabanjahe Ibukota Kabupaten Karo. Hampir semua penduduk yang tinggal di daerah tersebut adalah suku Karo,walaupun sebagian kecil ada juga pendatang dari suku lain misalnya tapanuli, simalungun , jawa dll. Mata pencaharian penduduk mayoritas adalah petani dengan bercocok tanam tanaman hijau yaitu , jeruk, tomat, wartel, kol, cabe, markisa, kentang, dll. Erupsi Sinabung yang pertama terjadi di pertengahan Agustus 2010 dimana dari kawah gunung sinabung mengeluarkan debu dan awan panas yang sangat mengganggu kesehatan dan bahkan nyawa manusia.

Pada September 2013 Sinabung meletus kembali , letusan mengeluarkan muntahan awan panas dan lahar dingin yang menyebabkan ribuan penduduk dari 21 Desa dan 5 desa radius bahaya 5 km yaitu Desa Sigarang garang, Simacem, Bakerah,Naman Teran, dan Sukameriah harus diungsikan ke tempat yang aman yang sudah

disiapkan oleh pemerintah Kabupaten Karo , BNPB ,ataupun Gereja , Mesjid, dan posko lainnya yang tersebar di Kota Kabanjahe, Berastagi ,TigaBinanga, Perbesi, bahkan ada yang diluar dari Kabupaten Karo mis : Desa Telagah di Kabupaten Langkat.sebanyak 33 posko pengungsian.seperti tabel

dibawah ini :

(6)

6 Tabel 1.

Data Lokasi Posko Pengungsian Erupsi Sinabung Kabupaten Karo 26 februari 2014

NO. Nama Posko Jlh

Pengungsi JLH KK

Kesehatan Pendidikan Sarana

Prasaran a

1 LosdDesa Tigabinanga 933 org 269 Terlayani Aman Aman 2 Losd Desa Perbesi 249 org 83 Terlayani Aman Aman 3 Gereja GBKP Rg.Tanjung

Mbelang

206 org 82 Terlayani Aman Aman

4 Lap.Futsal Sumbul 303 org 100 Terlayani Aman Aman 5 Losd Desa Surbakti/Gudang

Jeruk

535 org 204 Terlayani Aman Aman

6 GPDI Simp.IV 187 org 65 Terlayani Aman Aman 7 Klasis GBKP K.Jahe 443 org 186 Terlayani Aman Aman 8 GBKP Kota K.Jahe 1123 org 393 Terlayani Aman Aman 9 Zentrum Kabanjahe 414 org 146 Terlayani Aman Aman 10 GBKP Asr.Kodim 207 org 68 Terlayani Aman Aman 11 Kantor Asap 198 org 80 Terlayani Aman Aman 12 Paroki G.Katolik Jl.Irian 986 org 283 Terlayani Aman Aman

13 GBKP Jl.Kotacane 736 org 204 Terlayani Aman Aman

14 GBKP Simp.VI 533 org 166 Terlayani Aman Aman 15 Paroki G.Katolik 219 org 58 Terlayani Aman Aman 16 Gedung KNPI 669 org 214 Terlayani Aman Aman 17 GBKP Simp Katepul 292 org 102 Terlayani Aman Aman 18 Losd Katepul 238 org 67 Terlayani Aman Aman 19 Mesjid Agung K.Jahe 765 org 226 Terlayani Aman Aman 20 UKA K.Jahe 1 990 org 306 Terlayani Aman Aman 21 UKA K.Jahe 2 1227 org 344 Terlayani Aman Aman 22 Islamic Centre 399 org 115 Terlayani Aman Aman 23 Ora et Labora 198 org 55 Terlayani Aman Aman

24 KWK Berastagi 684 org 181 Kacau Aman Aman

25 Klasis GBKP B.Tagi 806 org 239 Terlayani Aman Aman 26 GBKP Kota Berastagi 199 org 57 Terlayani Aman Aman 27 Mesjid Istihrar 570 org 175 Terlayani Aman Aman 28 Jamburtaras Berastagi 190 org 64 Terlayani Aman Aman 29 Losd Desa Telagah 725 org 225 Terlayani Aman Aman

30 Gereja Adven Sumbul 60 orang 18 Terlayani Aman Aman 31 Mesjid Taqwa Muhamadyah

K.Jahe

27 org 7 Terlayani Aman Aman

32 Rumah Kabanjahe 96 org 28 Terlayani Aman Aman 33 Gudang Jagung Konco 543borg 188 Terlayani Aman Aman

Jumlah 15.959 org 5.004

Sumber : Posko Tanggap Darurat Pebruari 2014

Pada 1 Pebruari 2015 dimana status sinabung dianggap sudah

mulai reda erupsi sudah jarang terjadi maka beberapa penduduk desa

(7)

7 dikembalikan ke desa masing –

masing yaitu desa Sigarang garang, Sukanalu sebanyak 2.443 jiwa, dan sebagian sudah di relokasi ke Desa Siosar yang sudah disiapkan pemerintah rumah lebih kurang 500 unit yang menjadi hak milik mereka, dan mendapatkan tanah untuk lahan pertanian se luas 0,5 ha sebagai hak pakai.

Pada pertengahan Desember 2015 setelah tiga bulan pulang ke desa, erupsi kembali terjadi sehingga mengharuskan mereka kembali ke pengungsian sampai saat ini dan ditempat kan di 9 ( sembilan ) lokasi pengungsian .seperti tabel dibawah ini

Tabel 2

Data Pengungsi Erupsi Gunung Sinabung Kab.Karo Tgl 23 Maret 2016 N O. Nama Posko Alamat Jlh Pen gun gsi JLH KK Asal Pengungsi P.Jawab posko Kordinator 1 Paroki G.Katolik Kabanjahe JL.Irian K.Jahe 997 297 Desa Tiga Pancur Kep.Bapeluh( Sarjana Purba ) Bastanta Purba 2 Gedung Serba Guna KNPI Kabanjahe JL.Pahlawan K.Jahe 1197 341 Desa Sukanalu Ka.Dispora(R obert Perangin angin S.Pd, M.Si )

Bali Ukur Ginting Dina Sinaga 3 GBKP Ndokum Siroga Desa Ndokum Siroga 274 77 Desa Pintu Besi Kep.Dishub( Lesta Karo-karo)

Sekdes Pintu Besi

4 Gedung Serba Guna GBKP K.Jahe JL.Mariam Ginting K.Jahe 1517 420 Desa Sigarang Garang Ka.DKI dan PDE ( Drs.Agustin M.Si ) Zulkarnaen Tarigan 5 Gudang Jeruk Surbakti/TK Surbakti Desa Surbakti

671 192 Desa Jeraya Camat Simpang Empat(Drs.Ed dy Ridwan Ginting MM) Kades Jeraya/Sekdes Jeraya 6 BPPT Jambur Tongkoh

Tongkoh 2176 577 Desa Kuta Rayat Camat Dolat Rayat (Asmona Peranginangin SH) Pj.Kades Kuta Rayat 7 Jambur Korpri Jl.Jamin Ginting Berastagi 1041 265 Desa Kuta Gugung dan Dusun Lau Kawar Sekcam Berastagi Kades Gurusinga 8 Gudang Konco Desa Jandi Meriah 934 263 Desa Mardingding Camat Tiganderket

Camat Tiga Nderket

9 GPDI Ndokum Siroga Simpang Empat 516 160 Desa Kuta Tengah Camat Simpang Empat(Drs.Ed

(8)

8 dy Ridwan Ginting MM) JUMLAH 9.32 3 2.592

Sumber Data : Media Centre Penanganan Tanggap Darurat Bencana ErupsiSinabung Kab.Karo jam 14.00 wib

Informan dalam penelitian ini adalah Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo, dan Kordinator Pengungsi dari Posko

Pengungsian Gedung KNPI

Kabanjahe , 2 ( dua ) orang Relawan posko pengungsian KWK Berastagi, Kordinator Posko Pengungsian Desa Tongkoh, dan 2( dua ) orang pengungsi dari masing masing posko..

3.2 Komunikasi / Informasi

Kategori pertama yang diperoleh dari hasil transkrip wawancara dengan ke tujuh informan adalah informasi. Informasi yang diterima oleh pengungsi didapatkan melalui Vulkanologi yang disampaikan kepada Camat dan diteruskan kepada kepala desa masing –masing. Setiap kepala desa wajib mengumumkan kepada semua warga agar segera mengungsi karena gunung sinabung sudah ada tanda-tanda mau meletus. Informasi yang sudah disampaikan itu disebar keseluruh pelosok desa dan

berkumpul di balai desa karena bus atau pengangkutan sudah disiapkan. Walaupun demikian tetap juga warga merasa bingung tidak tau apa yang harus dilakukan , apa yang perlu dibawa, bagaimana dengan harta benda yang harus ditinggalkan , oleh sebab itu kebanyakan tidak sempat membawa apa – apa selain pakaian di badan asalkan anak –anak dan keluarga bisa berkumpul bersama dan selamat. Hal ini sesuai dengan pernyataan I1 sebagai berikut :

“...Informasi yang kita

sampaikan berdasarkan apa yang sudah didapat dari vulkanologi bu, status gunung sinabung dalam status awas , meletus mengeluarkan awan panas yang sangat berbahaya maka hal tersebut kita sampaikan ke tiap desa, dan kepada tiap kepala desa kita berikan HT sebanyak 70 buah

(9)

9

agar setiap saat situasi atau perkembangan sinabung dapat diketahui.”.

Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa informasi yang disampaikan kepada pengungsi sudah dilaksanakan sesuai dengan apa yang dinstrukasikan oleh vulkanologi walaupun masih ada juga warga yang merasa kurang jelas, karena panik, dan kejadiannya pada malam hari. Demikian juga sesuai dengan yang disampaikan I5 dengan

pernyataan sebagai berikut :

...”.kami memang semua panik bu, gak tau apa yang harus kami bawa karena tiba – tiba ada pengumuman dari kepala desa harus segera mengungsi dan berkumpul di balai desa sehingga saya tidak ada bawa apapun kecuali hanya pakaian di badan, yang penting anak dan keluargaku semua selamat “

Dari pernyataan informan I5 diatas dapat diketahui bahwa setelah disampaikan tentang status gunung sinabung hal ini membuat warga menjadi lebih cemas , dan bingung karena tidak tau sampai kapan

mereka mengungsi dan posko lokasi pengungsian pun masih belum jelas keberadaanya dan harta, rumah dll bagaimana keamanannya di desa.

Informasi yang dilakukan mengenai pemberian bantuan dilakukan oleh relawan adalah seperti yang disampaikan oleh Informan I3 sbb :

...”Kami

menginformasikannya ada waktu pagi pagi hari sebelum mereka berangkat kerja,atau malam hari keruanganruangan

menginformasikannya, kalau ump tidak jelas kepada ketua kelompoknya, setiap kampung , dan setiap ketua kelompoknya kami suruh menginformasikannya. Tapi untuk lebih jelasnya kami keruanganya.

Tetapi masalah

pendistribusian bantuan sering juga menimbulkan konflik diantara sesama pengungsi karena sering ada kecurigaan antara sesama pengungsi.

...”Kalau masalah bantuan ,

barangkali karena jumlah mereka banyak ada 750 orang, dan

(10)

10

sementara orang2 kasi bantuan tikar misalnya hanya seratus. Mereka mau memiliki itu tikar dibagikan . Itu yang sering menjadi keributan , karena merasa sering kami di posko itu merasa keberatan karena kami simpan, curiga , dipikir kami simpan...”

Demikian juga mengenai informasi tentang sampai kapan pengungsi berada di pengungsian belum dapat dipastikan , karena situasi gunung sinabung juga sampai saat ini masih tetap terjadi erupsi. Dari bagian vulkanologi belum dapat memastikan hal tersebut karena situasi sinabung tetap terjadi erupsi ini bisa terlihat dari pantauan pusat vulkanologi sinabung. Seperti yang disampaikan oleh informan I1 dibawah ini :

...” mengenai sampai

kapan mereka berada di

pengungsian belum bisa

dipastikan bu , karena situasi gunung sinabung yang sampai saat ini masih tetap erupsi dan pemulangan pengungsi ke desa asal belum dapat dilakukan walaupun sekitar 370 KK

sudah di relokasi ke desa Siosar.Dan mengenai kepemilikan rumah sudah menjadi hak milik dan diberikan sertifikat, tapi kalau untuk lahan pertanian yang diberikan 0,5 ha/KK itu masih sebatas hak pakai saja...”

Kordinasi yang dilakukan dengan semua pihak terkait tetap dilakukan bahwa setiap 3 jam sekali data tetap di up date yang di terima dari bagian vulkanologi, dan segera di sampaikan kepada semua posko pengungsian melalui ketua posko dan juga mengenai status sinabung. Informasi ini juga tetap dimasukkan kedalam website sinabung : www.karokab.go.id atau Email : mediacentresinabung@karokab.go.id agar bisa dibaca semua orang juga diberitakan di media cetak dan TV. Kordinasi dengan BNPB, BPBD, dan pemerintah Pusat dan pemerintah daerah tetap terkordinasi , melalui rapat rutin dan juga laporan dalam penanggulangan dan penyaluran bantuan. Seperti yang diperoleh hasil wawancara dari informan I1.

...”Kita tetap kordionasi bu , BPBD dengan pemerintah baik di Pusat maupun daerah, juga misalnya

(11)

11

mengenai bantuan makanan, penempatan posko, rehabilitasi, karena sampai saat ini bantuan makanan untuk para pengungsi tetap datang dari BNPB, selain ada juga dari pihak instansi swasta, gereja, mesjid, BUMN dll...”

3.2 Struktur /Ukuran Kelompok Adapun posko pengungsian bagi warga terkena dampak erupsi sinabung ditentukan oleh BPBD Kab.Karo kerja sama dengan relawan, dan pemerintah setempat juga organisasi lain seperti gereja, mesjid, gedung milik pemerintah, dll.seperti yang tertulis di tabel 1.

Kehidupan di posko yang penuh sesak dan padat dimana dalam satu posko dihuni oleh sekitar 736 orang ( GBKP Jl Kotacane bulan Feb.2014 ), dan KWK Berastagi sekitar 684 orang ( Feb, 2014 ) bercampur dewasa dan anak-anak, juga laki laki dan perempuan , membuat semua pengungsi jauh dari rasa nyaman karena fasilitas MCK, yaitu air dan tempat tidur sungguh sangat prihatin karena tidur diatas lantai yang hanya beralaskan tikar

walaupun sebagian ada yang menggunakan kasur tipis , dan lembaran selimut, tentu membuat sedih dan menambah beban pikiran pengungsi dan juga bercampur dari desa lainyang mempunyai kebiasaan berbeda ,sehingga membuat mudah sekali terjadi konflik sosial seperti yang disampaikan oleh informan I4

...” mengenai masalah pasti ada bu, karena keberagaman, tempat, berbagai latar belakang, jadi masalah masalah yang terjadi, salah paham, ejek mengejek, pertikaian sindir menyindir pernah ada yang berkelahi , ejek mengejek, korban namanya B. Bangun di keroyok oleh satu desa juga dia dikeroyok sehingga sampai berurusan sama polisi, sesudah itu kita damaikan, hanya, masalah ejek mengejek, tata krama, komunikasi. hanya masalah sepele.

Demikian juga yang disampaikan oleh informan I3, bahwa sering terjadi perselisihan diantara sesama pengungsi hanya karena masalah sepele

(12)

12 ...” Di posko KWK ada 5

kampung : Naman teran, Sukanalu, Sigarang garang, Kuta rayat dan Kebayaken. jadi untuk 2 kampung berasal Sukanalu dan Naman teran, Sigarang garang sering disini memang kecil apanya, mereka

memang sering bikin

keributan,ditempat ini karena persoalan makan, anak-anak, yang ada di tempat ini justru pernah kami diadukan ke sinode dan BPBD , dan masalah bantuan2 juga..”

Dari beberapa pernyataan diatas dapat diketahui bahwa konflik sering terjadi di beberapa posko pengungsi antara sesama pengungsi karena masalah anak-anak , masalah makanan, dan pembagian bantuan yang diterima . Juga seperti yang disampaikan informan I2

...” Sesama pengungsi

sering terjadi perselisihan ataupun konflik hanya karena masalah sepele misalnya tentang makan, sebenarnya pengungsi tersebut sudah makan, tapi dia bilang belum makan aku katanya...”

Hal tersebut tentunya membuat pengungsi lain bisa tidak mendapat jatah makan karena dengan jumlah yang begitu banyak dan tidak mempunyai aturan makan tentulah dapat menimbulkan konflik sesama. Dari hasil wawancara dengan informan I5 dan I6 di posko pengungsian KNPI Kabanjahe , keduanya berasal dari pengungsi Posko GBKP jl.Kotacane dari Desa asal Naman Teran bahwa :

....”Kami sudah pernah dipulangkan

bu, pada bulan pebruari 2015 karena dianggap situasi sinabung sudah aman, tapi pada bulan september 2015 kami disuruh kembali ke pengungsian dan sekarang kami di posko KNPI ini bersatu dari satu desa yaitu desa sukanalu, tapi kami belum tau sampai kapan...”

3.3 Variabel Pribadi

Sumber konflik lainnya yang potensial adalah faktor pribadi, yang meliputi: sistem nilai yang dimiliki tiap-tiap individu, karakteristik kepribadian yang menyebabkan individu memiliki keunikan (idiosyncrasies) dan berbeda dengan

(13)

13 individu yang lain. Seperti yang

diungkapkan oleh informan I7 yang mengatakan bahwa dari sesama pengungsi pernah terjadi konflik dari desa yang berbeda.

4.Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah :Peranan Komunikasi didalam mencegah terjadinya konflik horizontal sesama pengungsi di Posko pengungsian erupsi gunung Sinabung di Berastagi Kab.Karo. sudah terlaksana dilakukan oleh BPBD, selalu kordinasi dengan Bagian Vulkanologi, kerjasama dengan TNI dan Masyarakat. Yang selalu disampaikan ketiap tiap Posko pengungsian,walaupun belum sepenuhnya efektif karena sampai saat ini informasi tentang sampai kapan pengungsi berada di pengungsian belum ada kepastian karena gunung sinabung juga sampai saat ini masih tetap erupsi dan mengeluarkan lahar dingin yang dapat membahayakan penduduk sekitar sinabung. Zona merah

sebagai larangan untuk dimasuki terutama daerah yang berjarak kurang dari 5km dari sinabung sering juga menjadi pemicu konflik antara pengungsi dengan Penjaga yaitu TNI, atau Polri karena sering dilanggar untuk dimasuki oleh warga.

DAFTAR PUSTAKA Azwadblack.blogspot.com ( 2009) Cangara, H. ( 1998 ). Pengantar

Ilmu Komunikasi, Rajawali Press. Jakarta.

Jalaluddin Rakhmat, ( 1986 ) Teori- Teori Komunikasi dan Filsafat Komunikasi, Remaja Karya. Bandung.

Liliweri , Allo ( 1991 ) Komunikasi Antar Pribadi : Penerbit ; PT Citra Aditya Bakti. Bandung

Mulyana, Deddy. (2010 ), Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, PT Remaja, Rosdakarya. Bandung. Marheni Fajar, ( 2009 ) , Ilmu

Komunikasi Teori & Praktek, Graha Ilmu , Edisi pertama. Yogyakarta. Nursalam & S.Pariani ( 2001 ),

Metodologi Penelitian , : Sagung Seto. Jakarta. Onong Uchjana Effendy, ( 2003 ) ,

Ilmu ,Teori dan Filsafat Komunikasi : penerbit PT .Citra Aditya Bakti : Bandung.

---Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Remaja

(14)

14 Rosda Karya 2005,

cetakan19, Bandung.

Rachmat Kriyanto, ( 2006 ), Teknik Praktis Riset Komunikasi Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Riyanto, Theo, Martinus Th.( 2008.)

Kelompok Kerja yang Efektif, Kanisius, - Dian

Rakyat .Jakarta. Ramli, Soehatman, ( 2010 ) Pedoman Praktis Manajemen Bencana Yogyakarta. Siagian,Sondang.P(2002),Teori Pengembangan Organisasi,

Bumi Aksara, , cet. IV. Jakarta.

Winardi J. ( 2006,) Manajemen

Perubahan, Kencana

Prenada Media Group, cet. II. Jakarta.

_________,( 2004 ) Manajemen

Perilaku Organisasi, Kencana

Prenada Media Group, Cet. II. Jakarta.

-Sugiyono, (2009), Metode Penelitian

Kuantitatif,Kualitatif dan R&D Alfabeta. Bandung . Penelitian Tinambunan, ( 2012 )

Fungsi Komunikasi Antar Budaya Dalam Mengurangi Konflik Horizontal dan Sengketa Tanah Pada Petani Kelapa Sawit di Kabupaten Rokan Hilir Propinsi Riau. Ihromi,( 1996), Antropologi Budaya,

Yayasan Obor Indonesia, Jakarta

Widaghdo, dkk, (2009), Ilmu Budaya Dasar, Bumi Aksara, Jakarta

Sandi Pakaya. ( 2014). Penelitian tentang :Managemen Komunikasi dalam

Referensi

Dokumen terkait

Jika pada masa Orde Baru, dinamika politik dalam produksi dan konsumsi budaya pop terjebak dalam pertentangan antara kubu yang menerima dan kubu yang melawan status quo

Satuan pendidikan dapat melibatkan orang tua dalam kegiatan yang bersifat sukarela di lembaga. Kegiatan ini bisa berupa pertemuan antara orang tua, peserta didik dan pihak

Dari hasil pengamatan yang dilakukan untuk kelompok II dengan tipe padang penggembalaan yang datar dan curam dapat disimpulkan bahwa kambing muara dewasa akan lebih sering

Namun dapat disimpulkan bahwa jajanan dan permainan popular era ’80-an dapat menjadi bagian dari identitas budaya karena kedua hal tersebut merupakan ciri khas atau

Hal terpening dalam membangun kemitraan antara sekolah, orang tua, dan masyarakat agar dapat berjalan dengan baik dan benar adalah pemahaman semua warga sekolah tentang

JUDUL : KELUARGA BISA MENCEGAH PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH. MEDIA : HARIAN JOGJA TANGGAL : 28

Salah satu penyebab rendahnya produktivitas tanaman ubi kayu di Kabupaten Serdang Bedagai yaitu penggunaan pupuk yang tidak efisien, hal ini dikarenakan masih banyak petani

Penelitian yang dilakukan oleh Ashari, dkk (1994) membuktikan bahwa profitabilitas merupakan faktor yang berpengaruh terhadap praktik perataan laba, perusahaan dengan