• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA STRATEGIS

(RENSTRA)

DEPUTI BIDANG INVESTIGASI

TAHUN 2010 -2014

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Rencana Strategis (Renstra) pada dasarnya merupakan dokumen yang bersifat taktis strategis yang menjabarkan strategis pelaksanaan tugas dan fungsi yang akan dilaksanakan oleh Deputi Bidang Investigasi.

Rencana Strategis Deputi Bidang Investigasi Tahun 2010-2014 tidak terlepas dari Rencana Strategis Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan yang disusun dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010–2014 yang telah ditetapkan dengan Peraturan Presiden No.5 Tahun 2010 pada tanggal 15 Maret 2010.

Rencana Strategis berisi merupakan dokumen perencanaan yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program, dan kegiatan dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.

Dengan adanya Renstra diharapkan Deputi Bidang Investigasi mampu dapat mewujudkan iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara. Selain itu Deputi Bidang Investigasi diharapkan dapat berkontribusi langsung terhadap penurunan praktik korupsi di lingkungan aparatur negara yang ditandai dengan semakin membaiknya Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia.

Akhirnya, kami berharap Renstra Tahun 2010-2014 dapat memberi arah bagi Direktorat di Lingkungan Deputi Bidang Investigasi dan Perwakilan BPKP Bidang Investigasi dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya.

Deputi Kepala BPKP Bidang Investigasi,

Suradji

(4)

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL I KATA PENGANTAR DAFTAR ISI ii iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1

B. Capaian Kinerja Tahun 2005-2009 2

C. Analisis Kebutuhan Stakeholders D. Identifikasi Permasalahan

E. Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Tantangan

3 3 4 BAB II VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN STRATEGIS

A. Pernyataan Visi 5

B. Pernyataan Misi 6

C. Tujuan Strategis 8

D. Sasaran Strategis 9

BAB III ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

A. Arah Kebijakan dan Strategi 11

B. Program dan Kegiatan 15

C. Indikator Kegiatan 16

BAB IV PENUTUP 17

LAMPIRAN:

TARGET PROGRAM DAN KEGIATAN DEPUTI BIDANG INVESTIGASI TAHUN 2010-2014

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rencana Strategis (Renstra) pada dasarnya merupakan dokumen yang bersifat taktis strategis yang menjabarkan strategis pelaksanaan tugas dan fungsi yang akan dilaksanakan oleh Deputi Bidang Investigasi.

Rencana Strategis Deputi Bidang Investigasi Tahun 2010-2014 tidak terlepas dari Rencana Strategis Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan yang disusun dengan mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010–2014 yang telah ditetapkan dengan Peraturan Presiden No.5 Tahun 2010 pada tanggal 15 Maret 2010.

Rencana Strategis berisi merupakan dokumen perencanaan yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program, dan kegiatan dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Rencana Strategis Tahun 2010-2014 mengalami perubahan yang signifikan diselaraskan dengan restrukturisasi program yang dilakukan oleh Bappenas dan adanya mandat baru BPKP seiring dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) pada tanggal 28 Agustus 2008.

B. Capaian Kinerja Tahun 2005-2009

Deputi Bidang Investigasi telah berusaha untuk menunjukkan kinerja yang baik khususnya dalam rangka menciptakan iklim pencegahan KKN. Dalam rangka mendukung pengelolaan pemerintahan yang baik dan bersih (good and clean governance) juga berupaya membantu pemerintah untuk mewujudkan sasaran prioritas RPJMN 2004-2009 dalam pemberantasan tindak pidana korupsi dengan menerapkan strategi preemtif/edukatif, preventif, dan represif.

(6)

Secara ringkas langkah-langkah yang telah dilaksanakan dalam tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 adalah sebagai berikut:

1) Pengawasan intern atas kegiatan yang bersifat lintas sektoral.

2) Melakukan audit investigatif atas kasus-kasus yang berindikasi terjadinya kerugian keuangan negara, memberikan bantuan perhitungan kerugian keuangan negara, dan pemberian keterangan ahli kepada instansi penyidik. 3) Melakukan sosialisasi program anti korupsi dan bimbingan teknis Fraud

Control Plan (FCP).

4) Melakukan kajian terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk mengidentifikasikan potensi terjadinya KKN dalam rangka memberikan

masukan/usulan penyempurnaan terhadap peraturan perundangan yang diidentifikasikan berpotensi penyebab KKN kepada pemerintah.

Hasil yang telah dicapai periode 2005-2009 antara lain:

1. Jumlah keseluruhan temuan hasil pengawasan periode tahun 2005-2009 yang berasal dari audit keuangan, audit operasional, audit kinerja dan audit investigasi non tindak pidana korupsi (non-TPK) adalah sebanyak 62.556 kejadian senilai Rp36,93 triliun dan telah ditindaklanjuti sebanyak 40.999 kejadian senilai Rp26,35 triliun.

2. Upaya represif dengan melaksanakan audit investigatif. Jumlah laporan audit investigatif mencapai 866 laporan dengan nilai kerugian keuangan negara sebesar Rp2,44 triliun dan US$18,68 juta.

3. Bantuan penghitungan kerugian keuangan negara sebanyak 1.822 dengan nilai kerugian keuangan negara sebesar Rp8,69 triliun, US$195,23 juta, RM21,93 juta, KIP5,47 juta, GBP2.160 dan Yuan 10,28 juta.

4. Sosialisasi program anti-korupsi melalui 20 Focus Group Discussion (FGD) dengan jumlah peserta 18.453 orang dan pencegahan korupsi dengan Fraud Control Plan (FCP) pada 52 satuan kerja instansi pemerintah pusat dan daerah. 5. Pemberian keterangan ahli di Kejaksaan, Kepolisian, KPK, Pengadilan Negeri

(7)

C. Analisis Kebutuhan Stakeholders

Terkait dengan peran dan fungsinya, Deputi Bidang Investigasi melakukan analisis berbagai ekspektasi stakeholders dan kontribusi yang dapat disumbangkan bagi stakeholders.

1. Aparat Penegak Hukum (Kepolisian, Kejaksaan, dan Komisi Pemberantasan Korupsi/KPK)

Ekspektasinya adalah dapat memberikan bantuan audit dalam rangka pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (TPK).

Deputi Bidang Investigasi dapat membantu pengungkapan kasus indikasi TPK dengan melakukan audit investigatif, penghitungan kerugian keuangan negara, dan pemberian keterangan ahli.

2. Instansi Pemerintah Pusat (IPP), Instansi Pemerintah Daerah (IPD), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)

Ekspektasinya adalah dapat memberikan bantuan dalam rangka pecegahan dan pemberantasan KKN.

Deputi Bidang Investigasi dapat membantu pengembangan instrumen pencegahan KKN, peningkatan kesadaran anti KKN, diseminasi langkah-langkah anti KKN. Selain itu juga dapat membantu menyelesaikan kasus TPK, hambatan kelancaran pembangunan, penyesuaian harga, dan klaim.

D. Identifikasi Permasalahan

Permasalahan yang dihadapi Deputi Bidang Investigasi dalam melaksanakan kegiatan pengawasan dan pembinaan dalam rangka pencegahan dan pemberantasan KKN antara lain:

1. Masih terdapat banyak praktik korupsi, kolusi dan nepotisme.

2. Masih rendahnya Indeks Persepsi Korupsi, meskipun telah mengalami peningkatan dari 2,20 di tahun 2005 menjadi 2,80 di tahun 2009.

3. Masih ada keengganan dari Instansi Pemerintah Pusat (IPP), Instansi Pemerintah Daerah (IPD), Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) untuk bekerjasama dalam mencegah terjadinya KKN.

(8)

Permasalahan tersebut menjadi tantangan Deputi Bidang Investigasi untuk diselesaikan bagi dalam lima tahun mendatang.

E. Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan

Tantangan

Keberhasilan Deputi Bidang Investigasi dalam mencapai misinya didukung dengan adanya SDM pengawasan yang kompeten, berpengalaman dan berintegritas serta memiliki produk unggulan yang dibutuhkan oleh Stakeholder yaitu Fraud Control Plan (FCP). Di sisi lain terdapat kelemahan yaitu komposisi SDM pengawasan belum memadai.

Deputi Bidang Investigasi diharapkan mampu memberikan kontribusi nyata untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi pemerintah sehingga diharapkan dapat diwujudkan tata kepemerintahan yang baik dan bersih dengan adanya kepercayaan yang besar dari instansi penyidik untuk melakukan audit investigatif atas kasus TPK.

(9)

BAB II

VISI, MISI, TUJUAN, DAN

SASARAN STRATEGIS

A. Pernyataan Visi

Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bebas dari KKN, kepada pemerintah diamanatkan untuk mengimplementasikan dan menegakkan kebijakan dan program anti korupsi secara bertahap dan sistematis, mengembangkan lingkungan sosial yang anti korupsi, memperluas dan mengembangkan partisipasi warga negara, mengembangkan infrastruktur anti korupsi, meningkatkan pembaharuan administrasi pada bidang-bidang rawan korupsi dalam rangka membangun good governance dalam pengelolaan pemerintahan dan pembangunan di Indonesia.

Semangat reformasi tersebut menjadi inspirasi bagi BPKP sebagai pengawas internal pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden untuk mereposisi dan meredefinisi perannya agar dapat mendorong terwujudnya sistem pengawasan nasional yang efektif. reposisi dan redefinisi peran BPKP ini diharapkan mampu meningkatkan efektivitas sistem pengawasan nasional dalam memberantas KKN dan mendorong terwujudnya good governance baik dalam sektor pemerintahan maupun sektor publik.

Deputi Bidang Investigasi sebagai bagian integral dari BPKP, harus ikut mereposisi dan meredefinisi perannya untuk mendukung visi BPKP demi terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN serta tercapainya kelancaran pembangunan yang berkesinambungan.

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Deputi Bidang Investigasi telah menetapkan visi yang menjadi arah perkembangan organisasi di masa mendatang. Visi tersebut mengacu pada kebijakan pengawasan nasional dan visi BPKP yang telah ditetapkan sebelumnya.

(10)

Visi Deputi Bidang Investigasi sebagaimana dinyatakan dalam rencana strategis adalah sebagai berikut:

“Menjadi investigator yang profesional, berintegritas dan berperan aktif dalam pemberantasan KKN dan penanggulangan hambatan kelancaran

pembangunan dalam mewujudkan Good Governance”

Demi terwujudnya visi yang telah disepakati tersebut, Deputi Bidang Investigasi dan seluruh jajarannya mempunyai komitmen yang kuat bahwa dalam pelaksanaan tugas audit investigatif mendatang harus berani menampilkan dirinya sebagai auditor investigatif dengan mengembangkan kapabilitas, berdisiplin pada pelaksanaan tugas, menghargai waktu, berorientasi pada pencapaian hasil yang berkualitas, serta memiliki integritas moral dan etika yang lebih baik.

Dengan integritas yang tinggi, Deputi Bidang Investigasi membantu pemerintah untuk mengungkap kasus-kasus yang berindikasi KKN dan penanggulangan hambatan kelancaran pembangunan bekerja sama dengan aparat penegak hukum untuk kepentingan publik dalam rangka pemberantasan KKN.

Deputi Bidang Investigasi menanggapi tuntutan masyarakat terhadap pemerintah untuk melaksanakan penyelenggaraan pemerintah yang baik sejalan dengan meningkatnya tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat dari pengaruh globalisasi.

B. Pernyataan Misi

Visi yang telah ditetapkan merupakan kesepakatan yang harus dilaksanakan oleh seluruh jajaran Deputi Bidang Investigasi.

Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan, Deputi Bidang Investigasi menetapkan misi sebagai berikut:

(11)

Misi Kedua:

“Meningkatkan kualitas hasil investigasi di bidang pemberantasan KKN dan penanggulangan Hambatan Kelancaran Pembangunan”

Penetapan misi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

Misi kesatu, yaitu: “Membantu terwujudnya aparatur pemerintah yang bersih dan terselenggaranya manajemen pelaksanaan pembangunan yang baik”.

Misi ini dilatarbelakangi suatu tekad bahwa untuk mengakomodasi aspirasi masyarakat yang sangat cepat berubah, dipersyaratkan suatu manajemen pemerintahan yang responsif, antisipatif dan mampu mengarahkan masyarakat menjalani perubahan dan melakukan perbaikan–perbaikan. Melalui manajemen pemerintahan yang demikian, diharapkan pemerintah dapat bekerja dengan lebih efisien, efektif, responsif dan aspiratif terhadap perubahan. Hal ini menimbulkan inspirasi bagi administrasi pemerintahan yang baik, meliputi transparansi, partisipatif, dan akuntabel.

Misi kedua, yaitu: “Meningkatkan Kualitas Hasil Investigasi Di Bidang Pemberantasan KKN dan Penanggulangan Hambatan Kelancaran Pembangunan” BPKP sebagai lembaga yang memiliki tugas utama melakukan pengawasan pembangunan, tidak terlepas dari kegiatan pemeriksaan yang menjadi bagian dari kegiatan pengawasan. dalam melakukan pemeriksaan, termasuk yang dilakukan atas permintaan kejaksaan atau kepolisian. BPKP melalui Deputi Bidang Investigasi harus dapat berperan aktif membantu manajemen pemerintah di dalam mewujudkan pemerintahan yang baik, yang salah satu tugasnya adalah melakukan pemeriksaan terhadap kasus-kasus penyimpangan yang merugikan negara dan berindikasi tindak pidana korupsi. Hal ini sejalan dengan salah satu butir misi sebagaimana diamanatkan dalam TAP MPR No.IV/MPR/1999 yang menyatakan antara lain, bahwa untuk mewujudkan visi bangsa indonesia di masa depan perlu diwujudkan “Aparatur negara yang berfungsi melayani masyarakat, profesional, berdaya guna, produktif, transparan dan bebas dari KKN”.

(12)

Dengan peran yang sangat strategis, diharapkan Deputi Bidang Investigasi akan mampu memenuhi aspirasi atau harapan bangsa dan negara untuk mewujudkan instansi pemerintah yang akuntabel dan aparatur negara yang bersih. Dengan adanya instansi pemerintah yang akuntabel akan tumbuh budaya berakuntabilitas di seluruh jajaran pemerintahan dan juga masyarakat secara luas, yang merupakan salah satu pilar dari ciri-ciri kepemerintahan yang baik (good governance), sehingga harapan masyarakat Indonesia untuk terwujudnya pemerintahan yang bersih dan bebas dari KKN dapat segera direalisasikan.

C. Tujuan Strategis

Penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi yang akan dicapai dalam jangka waktu satu sampai lima tahun dituangkan dalam tujuan strategis Deputi Bidang Investigasi. Tujuan akan menjadi arah perjalanan Deputi Bidang Investigasi dan perbaikan-perbaikan yang diinginkan sesuai dengan tugas dan fungsi Deputi Bidang Investigasi.

Dalam rangka mencapai misinya, Deputi Bidang Investigasi telah menetapkan tujuan:

Misi Kesatu, yaitu: “Membantu terwujudnya aparatur pemerintah yang bersih dan terselenggaranya manajemen pelaksanaan pembangunan yang baik”, dengan tujuan:

1. Meningkatkan pemahaman mengenai praktek-praktek penyelenggaraan Good Governance.

2. Perbaikan penyelenggaraan manajemen pelaksanaan pembangunan.

3. Terakomodasinya beberapa upaya strategi pemberantasan KKN dalam peraturan perundang-undangan.

Misi Kedua, yaitu: “Meningkatkan kualitas hasil investigasi di bidang pemberantasan KKN dan penanggulangan Hambatan Kelancaran Pembangunan”, dengan tujuan:

(13)

2. Meningkatkan kapasitas Sarana dan Prasarana penunjang kegiatan penanganan kasus KKN dan Hambatan Kelancaran Pembangunan (HKP).

D. Sasaran Strategis

Sasaran strategis merupakan ukuran pencapaian dari tujuan dan mencerminkan berfungsinya outcome dari semua program yang telah ditetapkan.

SASARAN STRATEGIS

No. Tujuan Sasaran Strategis Target

2010 2014

1. Meningkatnya kualitas 1 LKPP, 90% LKKL, dan 90% LKPD

Persentase masukan yang

dimanfaatkan Presiden 70% 70% 2. Meningkatnya kesadaran dan keterlibatan K/L, Pemda, BUMN/BUMD dalam upaya pencegahan dan pemberantasan kotupsi menjadi 77%

Persentase pemahaman dan kepedulian atas

permasalahan korupsi

70% 80%

IPP/IPD/BUMN/BUMD berisiko fraud yang

mengimplementasikan FCP 10 Instansi 14 Instansi IPP/IPD/BUMN/BUMD yang membuat/mengoreksi kebijakan 10 Instansi 5 Instansi Persentase terselesaikannya kasus HKP, klaim, dan penyesuaian harga 80% 84% Persentase penyerahan kasus kepada instansi penegak hukum

85% 85%

Hasil audit investigasi yang ditindaklanjuti oleh Instansi Berwenang

(14)

No. Tujuan Sasaran Strategis Target

2010 2014

Persentase telaahan terhadap laporan

penugasan investigasi yang memenuhi standar

80% 90%

Reviu terhadap laporan dan pengaduan masyarakat ditindaklanjuti

(15)

BAB III

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

Dalam RPJMN 2010-2014 dinyatakan bahwa salah satu prioritas bidang aparatur adalah penyelenggaraan tata kelola pemerintahan yang baik yang dijabarkan lebih lanjut ke dalam 7 fokus prioritas yaitu: (i) peningkatan efektifitas peraturan perundang-undangan, (ii) peningkatan kualitas pelayanan publik, (iii) peningkatan kapasitas dan akuntabilitas instansi pemerintah, (iv) peningkatan koordinasi pelaksanaan reformasi birokrasi instansi, (v) peningkatan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, (vi) peningkatan kinerja lembaga penegak hukum, dan (vii) peningkatan penghormatan terhadap HAM.

Penugasan RPJMN 2010-2014 terhadap Deputi Bidang Investigasi tercakup dalam fokus prioritas kelima yaitu peningkatan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme. Terkait dengan hal tersebut, Deputi Bidang Investigasi dituntut peran dan kiprahnya dalam rangka mengawal terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas KKN.

A. Arah Kebijakan dan Strategi

Dalam rangka mendukung agenda pemerintah untuk meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan bebas korupsi, kolusi, dan nepotisme, kebijakan pengawasan Deputi Bidang Investigasi Tahun 2010-2014 diarahkan untuk dapat memenuhi akuntabilitas yang menjadi perhatian para stakeholder yaitu:

1. Akuntabilitas Kebendaharaan Umum Negara dan Pengelolaan Aset

Kebijakan untuk mendukung tercapainya akuntabilitas kebendaharaan umum negara dan pengelolaan aset berupa rencana kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka penghematan keuangan negara. Kegiatan pengawasan yang dilaksanakan adalah audit penyesuaian harga dan audt klaim. Audit penyesuaian harga adalah serangkaian prosedur yang dilakukan untuk

(16)

menilai kesesuaian usulan penyesuaian harga kontrak yang diajukan dengan ketentuan yang tercantum dalam dokumen kontrak atau ketentuan pemerintah yang berlaku bertujuan memberikan bahan pertimbangan bagi pemerintah/pemberi kerja dalam pengambilan keputusan penyesuaian harga. Manfaat dari audit penyesuaian harga adalah diperoleh nilai penyesuaian harga yang dihitung secara akurat dan dapat dipertanggungjawabkan berdasarkan ketentuan yang berlaku, sehingga dicapai penghematan pengeluaran negara.

Audit klaim adalah serangkaian prosedur, analisis dan penilaian yang dilaksanakan secara independen dan obyektif terhadap pengajuan klaim yang bertujuan memberikan bahan pertimbangan kepada auditan untuk penyelesaian klaim yang diajukan pihak ketiga. Manfaat dari audit klaim adalah diperolehnya nilai klaim yang wajar, dihasilkan dari perhitungan yang mengacu pada kondisi yang benar-benar terjadi dan memenuhi 3 (tiga) aspek yaitu aspek legal kontraktual, aspek teknis dan aspek keuangan.

2. Akuntabilitas Perwujudan Iklim bagi Pemerintah yang Baik dan Bersih

Kebijakan untuk mendukung tercapainya akuntabilitas ini adalah berupa rencana kegiatan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya Tindak Pidana Korupsi (TPK) dan kegiatan pemberantasan TPK.

Kegiatan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya TPK adalah: a. Sosialisasi Program Anti Korupsi.

Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kepedulian publik bahwa KKN ikut berdampak negatif bagi pembangunan bangsa dan negara. Manfaat dari sosialisasi pemahaman publik atas program anti KKN adalah terwujudnya kepedulian publik (public awareness) atas permasalahan korupsi kepada beberapa elemen pemerintahan dan masyarakat secara berkesinambungan.

b. Bimtek/Asistensi/Implementasi Fraud Control Plan (FCP) yang bertujuan untuk mencegah, menangkal dan memudahkan pendeteksian kasus

(17)

c. Kajian Hasil Pengawasan yaitu melakukan penelaahan peraturan yang berindikasi menyebabkan terjadinya KKN dan memberikan masukan/usulan penyempurnaan terhadap peraturan yang diidentifikasikan berpotensi penyebab KKN. Kajian terutama dilakukan terhadap kelemahan dalam unsur pengendaliannya.

Kegiatan pemberantasan TPK yang bertujuan untuk mendeteksi, mengungkap, dan menindaklanjuti kejadian KKN sesuai dengan peraturan perundang-undangan dalam upaya penegakan hukum. Pelaksanaan kegiatan ini bekerjasama dengan instansi penyidik (Kejaksaan RI, Kepolisian Negara RI, Komisi Pemberantasan Korupsi) dan Instansi Lain. Tujuan kegiatan ini adalah mendeteksi, mengungkap, dan menindaklanjuti kejadian KKN sesuai peraturan perundang-undangan dalam upaya penegakan hukum.

Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan pada:

a. Adanya indikasi penyimpangan yang dapat menimbulkan kerugian keuangan negara dari hasil audit reguler.

b. Pengembangan informasi laporan/pengaduan masyarakat yang layak untuk ditindaklanjuti.

c. Permintaan instansi penyidik atau penetapan dari pengadilan. d. Permintaan dari Instansi Lain.

Kegiatan yang dilaksanakan meliputi:

a. Audit investigatif atas kasus berindikasi TPK b. Penghitungan kerugian keuangan negara

Audit investigatif atas kasus berindikasi TPK dan penghitungan kerugian keuangan negara memprioritaskan pada kegiatan yang bersifat strategis, signifikan, dan nilainya cukup material, maupun beberapa current issues yang berkembang. Tujuan kegiatan ini adalah mendeteksi, mengungkap, dan menindaklanjuti kejadian KKN sesuai peraturan perundang-undangan dalam upaya penegakan hukum.

(18)

c. Pemberian keterangan ahli

Pemberi Keterangan Ahli adalah pemberian keterangan ahli di bidang akunting dan auditing di persidangan guna membuat terang suatu perkara tindak pidana korupsi.

d. Pemantauan Tindak Lanjut

Merupakan pelaksanaan kegiatan monitoring perkembangan tindak lanjut atas LHAI/LHPKKN yang diserahkan kepada Aparat Penegak Hukum (APH) dilaporkan kepada Kepala BPKP, seiring dengan tuntutan penyampaian laporan atensi dari BPKP kepada Presiden dan penyediaan informasi untuk mendukung kehumasan BPKP.

e. Audit investigatif atas permintaan Instansi Lain f. Peer reviu atas laporan penugasan investigasi

Dalam rangka pelaksanaan fungsi Perencanaan dan Pengendalian (RENDAL) kegiatan keinvestigasian, setiap hasil audit investigasi yang dilakukan oleh Perwakilan BPKP dilakukan penelaahan untuk memperoleh keseragaman mutu kualitas hasil audit.

g. Peer reviu terhadap laporan dan pengaduan masyarakat

Informasi dugaan KKN umumnya disampaikan melalui surat pengaduan masyarakat dan permintaan dari instansi penyidik, serta instansi lainnya. Setiap surat pengaduan atau tembusan surat pengaduan baik yang diterima secara langsung melalui Kepala BPKP atau Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dilakukan penelaahan untuk ditindaklanjuti. Surat pengaduan yang diterima Deputi Bidang Investigasi ditindaklanjuti untuk diteliti, diaudit, diketahui atau diteruskan kepada instansi terkait/Perwakilan BPKP untuk diteliti, diaudit atau sebagai informasi.

3. Akuntabilitas Pengelolaan Program Lintas Sektoral

Untuk mendukung tercapainya akuntabilitas pengelolaan program lintas sektoral, Deputi Bidang Investigasi melaksanakan pengawasan terhadap

(19)

B. Program dan Kegiatan

Penyusunan program dan kegiatan Deputi Bidang Investigasi tahun 2010-2014 mengacu pada kebijakan restrukturisasi program dan kegiatan yang diterapkan dalam penyusunan RPJMN tahun 2010-2014. Program tersebut adalah

Program Pengawasan Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)

Dari program tersebut selanjutnya disusun kegiatan yang merupakan sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya berupa personil, barang modal termasuk peralatan dan teknologi, dana dan atau kombinasi dari beberapa atau kesemua jenis sumber daya tersebut sebagai masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output) dalam bentuk barang/jasa.

Program Pengawasan Akuntabilitas Keuangan Negara dan Pembinaan Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) terdiri atas:

No. Uraian Outcome Kegiatan Teknis

1. Meningkatnya kualitas pengawasan intern akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraan SPIP terkait kegiatan investigasi

Pengendalian /Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP terkait kegiatan investigasi pada Kementerian/Lembaga

Pengendalian /Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP terkait kegiatan Investigasi pada BUMN/D

Pengendalian /Pelaksanaan Pengawasan Intern dan Pembinaan Penyelenggaraan SPIP terkait Hambatan Kelancaran Pembangunan

(20)

C. Indikator Kegiatan

Setiap program dan kegiatan dinyatakan dalam suatu indikator kinerja yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan berjangka waktu. Keberhasilan program diukur dengan indikator hasil (outcome), sedangkan keberhasilan kegiatan diukur dengan menggunakan indikator keluaran (output).

Indikator-indikator kinerja utama Deputi Bidang Investigasi adalah sebagai berikut:

No. Tujuan IndikatorOutcome Target

2010 2014

1. Meningkatnya kualitas akuntabilitas keuangan negara

Persentase masukan yang

dimanfaatkan Presiden 70% 70% 2. Terciptanya iklim yang mencegah kecurangan dan memudahkan pengungkapan kasus yang merugikan keuangan negara

Persentase pemahaman dan kepedulian atas permasalahan korupsi 70% 80% IPP/IPD/BUMN/BUMD berisiko fraud yang mengimplementasikan FCP 10 Instansi Instansi14 IPP/IPD/BUMN/BUMD yang membuat/mengoreksi kebijakan 10 Instansi Instansi5 Persentase terselesaikannya kasus HKP, klaim, dan penyesuaian harga

80% 84%

Persentase penyerahan kasus kepada instansi penegak hukum

85% 85%

Hasil audit investigasi yang ditindaklanjuti oleh Instansi Berwenang

20% 50%

Persentase telaahan terhadap laporan penugasan investigasi yang memenuhi standar

(21)

BAB IV

PENUTUP

Rencana Strategis (Renstra) pada dasarnya merupakan dokumen perencanaan yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan serta program, dan kegiatan dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang akan dilaksanakan oleh Deputi Bidang Investigasi. Renstra Deputi Bidang Investigasi Tahun 2015-2019 tidak terlepas dari Renstra Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan.

Renstra ini merupakan komitmen bersama yang wajib ditegakkan dan dilaksanakan agar visi, misi, dan tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai. Renstra ini masih perlu dijabarkan lebih lanjut dalam rumusan-rumusan yang lebih operasional dan dijabarkan dalam kegiatan-kegiatan pengawasan baik yang bersifat preemtif, preventif maupun represif.

Referensi

Dokumen terkait

Sistem ini merupakan pedoman atau alat bantu yang memberikan informasi spasial dan tabular tentang prediksi musim, awal tanam, pola tanam, luas tanam potensial, wilayah

Kemudian terkait dengan apa yang mau dilakukan, apa yang mau untuk mengatasi permasalahan itu, jadi kalau saya menurut saya kalau ada masalah rekomendasi yang

Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Tata Ruang Kota Bekasi merupakan dokumen perencanaan 5 (lima) tahunan yang memuat tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program dan kegiatan

Rencana Strategis (RENSTRA) merupakan dokumen perencanaan jangka menengah (5 tahun) yang memuat tujuan, strategi, kebijakan, program, dan kegiatan-kegiatan

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengembangkan perangkat pembelajaran model Cooperative Learning tipe STAD yang memenuhi kelayakan sebagai perangkat pembelajaran

Penggunaan ERP menjadikan semua sistem di dalam suatu perusahaan menjadi satu sistem yang terintegrasi dengan satu database, sehingga beberapa departemen menjadi

Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian harga pokok variabel5. Mahasiswa dapat menentukan

6.Sesudah menerapkan Balanced Scorecard, bagaimana kinerja perusahaan secara keseluruhan dilihat dari keempat perspektif, yaitu perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis