• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Lamun

Lamun (seagrass) merupakan bentangan

tumbuhan berbiji tunggal (monokotil) dari klass angiospermae, tumbuhan air berbunga yang telah menyesuaikan diri hidup terbenam di lingkungan perairan dangkal pesisir tropis dan temperata, tumbuhan sejati berpembuluh, berdaun, berimpang, dan berakar. Produksi serbuk sari dan penyerbukan sampai pembuahan semuanya terjadi di dalam medium air laut. Akar rimpang yang mencengkram pada dasar laut dapat membantu pertahanan pantai dari gerusan ombak dan gelombang (Supriadi & Haris, 2008).

B. Morfologi Lamun

Tumbuhan lamun mempunyai akar rhizome, daun, bunga, buah, biji, dan jaringan-jaringan yang dilapisi lignin sebagai penyalur bahan makanan, air, dan gas. Rhizome merupakan batang yang terpendam , merayap secara mendatar, dan berbuku-buku. Pada buku-buku tersebut tumbuh akar dan batang pendek yang tegak ke atas, memiliki daun-daun tipis memanjang seperti pita dan mempunyai saluran-saluran air (Nybakken, 1992). Bentuk daun seperti ini dapat memaksimalkan difusi gas, nutrien, dan proses fotosintesis di permukaan daun (Philips & Menez, 1988).

(2)

6

Daun lamun dapat menyerap hara secara langsung dari perairan sekitarnya dan mempunyai rongga untuk mengapung sehingga dapat berdiri tegak di air. Lamun merupakan komponen biotik yang bersifat autotrof dan tidak mempunyai stomata (Hertanto, 2008).

C. Fungsi Padang Lamun

Menurut Hutomo & Azkab (1987), fungsi utama padang lamun adalah (1) sebagai produsen primer bagi duyung (Dugon dugon), manate (Trichechus manatus), udang, penyu hijau ( Chelonia mydas), jenis ikan herbivora, ikan karang, dan ekhinodermata, (2) sebagai pendaur hara (penyaring zat-zat yang berbahaya), (3) sebagai habitat dan tempat tumbuh berbagai spesies rumput laut (algae), (4) sebagai daerah asuhan, tempat

mencari makan, tempat berlindung, tempat

berkembangbiak berbagia biota laut seperti, ikan, moluska, krustasea, ekhinodermata, reptillia, mamalia laut, dan tempat menempelnya algae, (5) sebagai tudung yang melindungi penghuni padang lamun dari sengatan matahari, (6) sebagai penangkap sedimen lamun yang lebat dapat memperlambat gerakan air dari arus dan ombak . Sedimen ditangkap dan digabungkan sehingga air menjadi jernih, (7) menstabilkan substrat yang lunak dengan sistem perakaran yang padat dan saling menyilang sehingga terhindar dari erosi dan aberasi, (8) sebagai komoditi yang sudah banyak dimanfaatkan oleh

(3)

7

masyarakat baik secara tradisional maupun secara modern. Secara tradisional adalah untuk bahan baku tenunan keranjang, kompos untuk pupuk, cerutu, mainan anak-anak, untuk mengisi kasur, untuk dimakan, dibuat jaring ikan dan tumpukan untuk pematang. Secara modern digunakan untuk penyaring limbah, stabilisator pantai, bahan pembuatan kertas, obat-obatan, makanan, sumber bahan kimia, (9) tempat pariwisata, dan (11) tempat kegiatan manikultur berbagai jenis ikan, kerang-kerangan.

D. Ekologis Padang Lamun

Menurut Efendy (2009), padang lamun memiliki kondisi ekologis yang sangat khusus yaitu (1) terdapat di perairan pantai yang landai, dataran lumpur , berpasir lunak dan tebal, (2) terdapat di batas terendah daerah pasang surut dekat hutan bakau atau di dataran terumbu karang, (3) mampu hidup sampai kedalaman 30 meter di perairan tenang dan terlindung, (4) sangat tergantung pada cahaya matahari yang masuk ke perairan, (5) mampu melakukan proses metabolisme termasuk daur generatif secara optimal jika keseluruhan tubuhnya terbenam air, (6) mempunyai sistem perakaran

yang berkembang baik, (7) temperatur (antara 200C –

300C dan tropis), (8) kecepatan arus air sekitar 0,5 m/s,

(9) substrat (kedalaman sedimen yang cukup dengan peranan sebagai pelindung tanaman dari arus air laut,

(4)

8

tempat pengolahan dan pemasok nutrien), dan (10) kadar salinitas (antara 25 – 35 per mil atau 10 - 40% dengan optimum 35%).

E.

Klasifikasi Lamun

Phillips & Menez (1988), mengklasifikasikan lamun sebagai berikut : Kingdom : Plantae Divisi : Anthophyta Kelas : Angiospermae Subkelas : Monocotyledonae Ordo : Helobiae Famili : Hydrocharitaceae Genus : Enhalus

Species : Enhalus acoroides Genus : Halophila

Species : Holophila decipiens

Holophila ovalis Holophila spinulosa

Holophila minor Holophila tricostata Genus : Thalassia

Species : Thalassia hemprichii

Spesies : Thalassia testudinum Famili : Patamogetonaceae

Genus : Cymodocea

Species : Cymodocea rotundata

Cymodocea serrulata

Genus : Halodule

Species : Halodule pinifolia

Halodule universis

Genus : Syringodium

Species : Syringodium isoetifolium Genus : Thalassodendron

Species : Thalassodendron ciliatum Genus : Amphibolis

(5)

9

Genus : Zoztera

Spesies : Zostera capricorni Genus : Phyllospadix Genus : Heterozostera

Subfamili : Posidonioidiae Genus : Posidonia

Spesies : Posidonia oceanic

F.

Pola Distribusi Dan Sebaran Geografis

Lamun

Zonasi sebaran lamun dari pantai ke arah tubir pada

umumnya berkesinambungan namun perbedaan

biasanya terdapat pada komposisi jenisnya (vegetasi tunggal atau campuran) maupun luas penutupannya (Hutomo et al. 1989 in Zulkifli, 2000). Lamun membutuhkan substrat dasar yang lunak mulai dari lumpur lunak sampai berpasir agar mudah ditembusi oleh akar dan rimpangnya guna menyokong tumbuhan ditempatnya (Nybakken, 1993).

Secara umum terdapat tiga tipe vegetasi padang lamun (Tomascik et al. 1997) yaitu (1) padang lamun vegetasi tunggal (monospesific seagrass beds) dimana hanya terdapat satu spesies saja, (2) padang lamun yang berasosiasi dengan dua atau tiga spesies dimana lebih sering dijumpai dibandingkan vegetasi tunggal, (3) padang lamun vegetasi campuran (mixed seagrass beds) umumnya terdiri dari spesies Enhalus acoroides,

Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Syringodium isoetifolium, Halodule uninervis,

(6)

10

dan Halophila ovalis. Padang lamun perairan Indonesia umunya termasuk padang lamun vegetasi campuran (Nienhuis et al. 1989 in Zulkifli, 2000)

G. Parameter Ekologi Yang Mempengaruhi

Pertumbuhan Lamun

1. Suhu

Suhu perairan merupakan faktor yang sangat

berpengaruh terhadap proses biokimia lamun,

fotosintesis , pertumbuhan, reproduksi, menentukan ketersediaan unsur hara, penyerapan unsur hara, respirasi, panjang daun serta faktor fisiologis dan ekologis lainnya. Lamun dapat mentolerir suhu perairan

antara 20 – 360C tetapi suhu optimum fotosintesis

lamun berkisar antara 28 – 300C (Phillips & Menez,

1988; Nybakken, 1993).

2. Salinitas

Lamun mentolerir kisaran salinitas yang luas

yaitu 6 – 600/00 bahkan dapat mentolerir air tawar dalam

periode pendek (Phillips & Menez, 1988). Untuk pertumbuhan lamun yang optimum dibutuhkan salinitas

lebih kurang 350/00 (Zieman in Berwick, 1983) .

Perubahan salinitas sangat berpengaruh terhadap proses fotosintesis, biomassa, produktifitas, kerapatan, lebar daun dan kecepatan pulih ( Efendi, 2009).

(7)

11

3. Derajat Keasaman (pH)

Nilai pH di lingkungan perairan laut relatif stabil dan berada pada kisaran yang sempit biasanya berkisar antara 7,5 – 8,2 (Nybakken, 1993). Batas toleransi organisme perairan terhadap pH bervariasi tergantung pada suhu, DO, dan tingkat stadium dari biota yang

bersangkutan. Nilai pH mengidentifikasi tingkat

kesuburan perairan ( Banarjen in Widianingsih, 1991).

4. Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut dalam laut dimanfaatkan oleh organisme perairan untuk respirasi dan penguraian zat-zat organik oleh mikro-organisme. Sumber utama oksigen di perairan laut adalah udara melalui difusi dan proses fotosintesis fitoplankton. Oksigen yang masuk ke dalam sedimen dipakai oleh bakteri nitrifikasi dalam proses siklus nitrogen di padang lamun (Kiswara, 1995). Kandungan oksigen terlarut di perairan dapat dijadikan sebagai indikator pencemaran. Konsentrasi oksigen yang terlalu rendah menyebabkan kematian pada biotai air. Rendahnya kandungan oksigen disebabkan oleh pesatnya aktivitas bakteri dalam menguraikan bahan organik di perairan.

5. Substrat

Penyebaran horizontal lamun sangat dipengaruhi oleh karakteristik substrat dan kondisi gerakaan air

(8)

12

(Nybakken, 1993). Lamun hidup pada berbagai tipe sedimen ( lumpuran, pasir lumpur, pasir karang, puing karang, dan batu) . Semakin tipis substrat menyebabkan kehidupan lamun tidak stabil, sebaliknya semakin tebal substrat perairan lamun akan tumbuh subur, berdaun panjang, rimbun serta pengikatan dan penangkapan sedimen semakin tinggi (Zieman, 1975).

6. Kecepatan arus

Arus adalah gerakan air yang menyebabkan perpindahan horizontal dan vertikal massa air. Wetzel (1975) menyatakan beberapa spesies algae yang menempel dapat mendominasi perairan berarus kuat. Berkurangnya kecepatan arus akan meningkatkan keragaman jenis organisme yang melekat. Hicks (1996) & Armonies (1988) in Susetiono (1994) membuktikan laju penempelan biota terhadap lamun dipengaruhi oleh adanya gaya-gaya hidrodinamika di dalam massa air seperti arus dan gelombang yang menyebabkan

pengadukan sedimen. Menurut Odum (1971),

pengendapan partikel di dasar perairan tergantung pada kecepatan arus. Jika perairan memiliki arus yang kuat maka partikel yang mengendap adalah partikel berukuran lebih besar. Sebaliknya pada tempat yang arusnya lemah maka yang mengendap di dasar perairan adalah partikel berukuran kecil . Kecepatan arus air

(9)

13

yang baik untuk pertumbuhan lamun adalah 0,5 m/det (Berwick, 1983).

7. Kedalaman

Penyebaran lamun berbeda untuk setiap spesies sesuai kedalaman air. Batas kedalaman sebagian besar spesiesnya adalah 10 – 12 meter tetapi pada perairan yang sangat jernih dapat dijumpai pada tempat yang lebih dalam (Hutomo & Azkab, 1987). Untuk spesies lamun yang bersifat pioner (seperti Cymodoceae spp,

Halodule spp, Syringodium spp) cenderung tumbuh di

perairan dangkal sebaliknya spesies yang bersifat klimaks (seperti Pasidonia spp) tumbuh pada perairan dalam karena berkaitan dengan rhizoma dan kebutuhan

respirasi. Kedalaman perairan dapat membatasi

distribusi lamun secara vertikal. Lamun tumbuh di zona intertidal bawah dan subtidal atas hingga mencapai kedalaman 30 meter. Kedalaman perairan akan mempengaruhi tingkat kerapatan dan pertumbuhan lamun (Kiswara, 1995).

8. Nitrat

Nitrat adalah bentuk utama nitrogen di perairan dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae . Ketersediaan zat hara nitrat di padang lamun dapat berperan sebagai faktor pembatas pertumbuhannya (Hillman et al. 1989 in Zulkifli, 2000).

(10)

14

Dengan demikian efisiensi daur nutrisi dalam sistem menjadi sangat penting untuk memelihara produktivitas primer lamun. Zat hara nitrat dan fosfat di sedimen

berada dalam bentuk terlarut di air antara,

terjerap/dapat dipertukarkan dan terikat. Hanya bentuk

terlarut dan dapat dipertukarkan yang dapat

dimanfatkan oleh lamun (Abal & Dennison, 1996).

9. Fosfat

Fosfat adalah bentuk fosfor yang dapat

dimanfaatkan oleh tumbuhan dan merupakan unsur esensial bagi tumbuhan tingkat tinggi dan algae sehingga dapat menjadi faktor pembatas dan mempengaruhi tingkat produktivitas perairan. Sumber fosfor di perairan dan sedimen adalah deposit fosfor, industri, limbah domestik, aktivitas pertanian, pertambangan batuan fosfat, dan penggungdulan hutan (Ruttenberg, 2004). Fosfor di perairan dan sedimen berada dalam bentuk senyawa fosfat terlarut dan fosfat partikulat. Fosfat terlarut terdiri dari fosfat organik dan fosfat anorganik yang terdiri dari ortofosfat dan polifosfat (McKelvie, 1999).

10. Kekeruhan

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang menyebabkan terjadinya fenomena pembiasan cahaya dan menyebabkan terhalangnya penetrasi cahaya matahari ke dalam kolom air. Nilai kekeruhan

(11)

15

berbanding terbalik dengan kecerahan; semakin rendah nilai kekeruhan maka semakin tinggi nilai kecerahan perairan yang berarti semakin besar tingkat penetrasi cahaya pada kolom air (Abal & Dennision, 1996).

Kekeruhan dapat disebabkan oleh adanya partikel-partikel tersuspensi, zat-zat koloid, bahan-bahan organik, jasad renik yang melayang dalam kolom air. Lamun dapat menurunkan kekeruhan air karena mampu meredam atau mengurangi kecepatan arus yang melaluinya (Hamid, 1996). Dalam keadaan surut rimpang dan akar lamun dapat menangkap dan

menggabungkan sedimen sehingga meningkatkan

stabilitas permukaan di bawahnya. Daun lamun dapat menangkap sedimen halus melalui kontak karena daun-daun tersebut biasanya diliputi oleh mikro-organisme (Hutomo & Azkab, 1987).

11. Bahan Organik Total Dan Bahan Organik Karbon Kandungan bahan organik dalam substrat berkaitan

erat dengan jenis substrat. Jenis substrat dasar perairan yang berbeda akan mempunyai kandungan bahan organik yang berbeda pula. Jumlah bahan organik yang terdapat dalam substrat dasar secara keseluruhan disebut bahan organik total sedangkan bahan organik hasil dekomposisi yang mengendap di dasar perairan disebut organik karbon (Irawan , 2003 in Patang, 2009).

Referensi

Dokumen terkait

Implikasi dari model hubungan tersebut maka menurut mahkamah konstitus terdapat tiga hal yang terjadi, yaitu: Pertama, Pemerintah tidak dapat secara langsung melakukan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan isolat protein kedelai pada bakso ikan swangi menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05) terhadap

Pengelolaan perbekalan farmasi harus dikelola secara efektif karena merupakan komponen terbesar dalam pengeluaran rumah sakit (±40-50%) dan dana kebutuhan obat rumah sakit

Pembangunan yang kurang berorientasi pada lingkungan tersebut pada akhirnya memaksa pemerintah untuk menerapkan konsep pembangunan lain yang lebih memperhatikan

+elan!utnya peneliti melakukan penelitian tentang tiga leel !ustifikasi yang dibutuhkan (no justification, unconditional justification, dan  justification of disagreement  ) untuk

kontak dengan bahan mengandung virus rabies pada kulit lecet atau mukosa dan cakaran hewan penderita rabies atau dapat pula lewat luka yang terkena air liur hewan penderita rabies.

Pemilihan format dalam pengem- bangan bahan ajar ini dimaksudkan mendesain atau merancang isi pembe- lajaran, pemilihan model, pendekatan, dan sumber belajar. Format

Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti dapat memberikan suatu pengertian bahwa kemampuan pemecahan masalah matematika siswa merupakan suatu kecakapan yang harus