• Tidak ada hasil yang ditemukan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "*Fakultas Kesehatan Masyarakat"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR LINGKUNGAN DAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI KELURAHAN TOSURAYA BARAT KECAMATAN RATAHAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

Jefin K. Saerang*, Woodford B.S. Joseph*, Jootje M. L. Umboh* *Fakultas Kesehatan Masyarakat

ABSTRAK

World Health Organization (WHO) tahun 2013 mengatakan bahwa Diare merupakan penyakit yang menyebabkan kematian pada anak-anak di bawah lima tahun (Balita). Tahun 2016 penderita diare di Puskesmas Ratahan terbanyak pada kelompok umur 1-4 tahun dan berdasarkan data puskesmas, wilayah paling banyak di Kelurahan Tosuraya Barat. Diare disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor lingkungan dan hygiene perorangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor lingkungan dan hygiene perorangan dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Tosuraya Barat Kecamatan Ratahan Kabupaten Minahasa Tenggara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini survey analitik dengan rancangan Cross sectional study. Pada sampel 90 responden dengan pengambilan data yang menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Data yang terkumpul disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Analisis bivariate dengan menggunakan uji chi square dengan p-value = 0.05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara faktor lingkungan penyediaan air bersih (p=0.544), jenis lantai rumah (p=1.000), pembuangan air limbah (p=0.574), dan ketersediaan jamban (p=723) dengan kejadian diare pada balita. Ada hubungan antara hygiene perorangan (p=0.020) dengan kejadian diare pada balita.

Kata kunci : Faktor Lingkungan, Higiene Perorangan, Diare pada Balita. ABSTRACT

World Health Organization (WHO) stated that in 2013 diarrhea is a disease that causes death to toddlers. The year of 2016 most diarrhea suffered in Ratahan Health Center were some toddlers aged 1-4 years old and based on Ratahan Health Center data, in Tosuraya West was most. Diarrhea caused by several factors such as environmental factors and personal hygiene. This study aims to determine whether there is relationship between environmental factors and personal hygiene with incident of diarrhea in infants at Tosuraya West, Subdistrict Ratahan Southeast Minahasa. This research method used analytical survey method with cross sectional approach. with a sample of 90 respondents, the instrument used is questionnaire and observation sheet. The collected data is presented with frequency distribution table. Bivariate analysis using chi square test with p-value 0,05. The results of this study indicate that there is no relationship between environmental factors of water supply (p=0,574), Type of home floor (p=1.000), wastewater disposal (p=0,574) and availability of latrines (p=723) with the cases of diarrhea. There is a relationship between personal hygiene (p=0,020) with the cases of diarrhea in toddlers.

(2)

2 PENDAHULUAN

Masalah kesehatan masyarakat salah satunya yaitu penyakit diare. Diare sampai saat ini masih merupakan salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian hampir diseluruh geografis di dunia dan semua kelompok usia bisa terkena diare, tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama terjadi pada bayi dan anak balita (Wulandari, 2009). Diare membunuh 760.000 anak setiap tahunnya. Di dunia terdapat 1,7 miliar kasus diare yang terjadi setiap tahunnya (WHO, 2013).

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya diare, diantaranya faktor lingkungan dan hygiene perorangan. Faktor lingkungan yaitu sarana air bersih, pembuangan kotoran manusia, sampah, saluran pembuangan air limbah, dan perumahan (kondisi rumah) (A.P Ariani, 2016).,

Penyakit diare menjadi masalah kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Ratahan. Berdasarkan data Puskesmas Ratahan jumlah kunjungan kasus diare tertinggi pada tahun 2016 sebanyak 369 kunjungan. Penderita diare di Puskesmas Ratahan terbanyak pada kelompok umur 1-4 tahun (balita) dengan jumlah penderita sebanyak 98, berdasarkan wilayah paling tinggi penderita diare di wilayah Tosuraya Barat dengan jumlah 64 penderita (Puskesmas Ratahan, 2016). Berdasarkan observasi awal di wilayah kelurahan Tosuraya Barat mengenai faktor lingkungan yaitu sumber air bersih masyarakat yang ada di Tosuraya Barat berasal dari sumur, air

pegunungan/mata air dan PDAM, tentang keadaan jenis lantai rumah masih ada sebagian masyarakat yang jenis lantai rumahnya masi dari tanah, untuk saluran pembuangan air limbah, air limbahnya (sisa cucian, dll) dialirkan di sekitar rumah dan yang lain langsung di alirkan ke sungai untuk rumah yang dekat sungai, dan yang lainnya di alirkan ke perkebunan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara faktor lingkungan diantaranya yaitu penyediaan air bersih, jenis lantai rumah, pembuangan air limbah dan ketersediaan jamban dan hygiene perorangan dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Tosuraya Barat Kecamatan Ratahan Kabupaten Minahasa Tenggara

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan pendekatan cross sectional. (potong lintang). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang memiliki anak balita di Kelurahan Tosuraya Barat, sampel pada penelitian ini berjumlah 90 responden. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2013 di Kelurahan Tosuraya Barat. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner dan lembar observasi. Pengumpulan data melalui data primer dan sekunder. Pengolahan data yang dilakukan yaitu secara manual dan menggunakan program aplikasi pengolahan data, editing, pengkodean, entri data dan pembersihan data. Analisis data dengan analisis univariat dan bivariat.

(3)

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kejadian Diare

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Diare

Kejadian Diare n %

Diare 17 18.9

Tidak Diare 73 81.1

Jumlah 90 100

Pada tabel 8, dapat dilihat bahwa kejadian diare dalam tiga bulan terakhir berjumlah 17 (18,9%) balita yang diare, sedangkan yang tidak diare berjumlah 73 (81,1%) balita.

Faktor Lingkungan

Tabel 2. Faktor Lingkungan

Faktor Lingkungan n %

Penyediaan Air Bersih Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat 67 23 74.4 25.6 Jumlah 90 100

Jenis Lantai Rumah Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat 25 65 27.8 72.2 Jumlah 90 100

Pembuangan air limbah Tidak memenuhi syarat Memenuhi syarat 86 4 95.6 4.4 Jumlah n % Ketersediaan Jamban Tidak Memiliki jamban Memiliki jamban 14 76 15.6 84.4 Jumlah 90 100

Berdasarkan tabel 11, dapat dilihat bahwa faktor lingkungan tentang penyediaan air bersih yang memenuhi syarat berjumlah 23 (25.6%) dan yang tidak memenuhi syarat berjumlah 67 (74.4%). Faktor lingkungan tentang jenis lantai rumah yang memenuhi syarat sebanyak 65(72.2%) dan tidak memenuhi syarat 25 (27.8). faktor lingkungan pembuangan air bersih yang memenuhi syarat sebanyak 4 (4.4%) dan tidak memenuhi syarat sebanyak 86 (95.6%). Kemudian faktor lingkungan ketersediaan jamban, keluarga anak balita yang memiliki jamban sebanyak 76 (84.4%) dan yang tidak memiliki jamban sebanyak 14 (15.6%) keluarga.

Higiene Perorangan

Tabel 3. Higiene Perorangan Hygiene Perorangan n % Baik 86 95.6 Tidak Baik 4 4.4 Jumlah 90 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa responden dengan hygiene perorangan yang Baik sebanyak 86 (95.6%). Sedangkan yang tidak baik sebanyak 4 (4.4%).

(4)

4

Hubungan Antara Faktor Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita Faktor Lingkungan Penyediaan Air Bersih

Tabel 4. Hubungan Penyediaan Air Bersih dengan Kejadian Diare Penyediaan

Air Bersih

Kejadian Diare

Total P value Diare Tidak Diare

n % n % n % Tidak memenuhi syarat 14 15.6 53 58.9 67 74.4 0.544 Memenuhi syarat 3 3.3 20 22.2 23 25.6 Jumlah 17 18.9 73 81.1 90 100

Hasil uji statistik diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara faktor lingkungan mengenai penyediaan air bersih dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Tosuraya Barat dimana p value = 0.544 (p > 0.05).

Hasil penelitian ini tidak sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh J. W. Tangka, R. Alamri, dan J. M. Laoh pada tahun 2013 tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dimana dalam penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan faktor lingkungan penyediaan air bersih dengan kejadian diare pada balita dengan p value = 0,001 (p < 0.05).

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, sebagian responden yang penyediaan air bersihnya tidak memenuhi syarat tidak langsung mengkonsumsi air bersih tersebut melainkan didiamkan terlebih dahulu dalam sebuah wadah yang disiapkan khusus untuk persediaan air munum dan air untuk memasak, selanjutnya air bersih tersebut di masak hingga mendidih setelah itu air baru dapat digunakan atau dikonsumsi.

Air merupakan Zat yang penting bagi kehidupan setelah udara. Air juga dapat menularkan penyakit seperti diare apabila air tersebut tidak memenuhi syarat air bersih. Salah satu syarat air bersih yaitu air bersih secara fisik (tidak berwarna, berbau, dan berasa) dan untuk air minum sebaiknya di masak hingga mendidih (Chandra, 2006 & Depkes RI 2009).

Faktor Lingkungan Jenis Lantai Rumah Tabel 5. Hubungan Jenis Lantai Rumah dengan Kejadian Diare

Hasil uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan antara faktor lingkungan jenis lantai rumah dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Tosuraya Barat, dimana niali p value = 1.000 (p > 0.05).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jenis Lantai Rumah Kejadian Diare Total P value Diare Tidak Diare n % n % n % Tidak memenu hi syarat 5 5.6 20 22.2 25 27.8 1.000 Memenu hi syarat 12 13.3 53 58.9 65 72.2 Jumlah 17 18.9 73 81.1 90 100

(5)

5 Melitia tentang hubungan antara sanitasi lingkungan dengan kejadian diare pada balita diwilayah kerja Puskesmas Tahuna Timur Kabupaten Kepulauan Sangihe Tahun 2014 yang menyimpulkan bahwa ada hubungan antara jenis lantai rumah dengan kejadian diare pada balita dengan p value = 0.002. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki jenis lantai rumah yang kedap air atau memenuhi syarat.

Jenis lantai rumah yang memenuhi syarat kesehatan yaitu tidak berdebu pada musim kemarau dan tidak basah saat musim hujan jenis lantainya yaitu lantai ubin atau semen (kedap air). Lantai yang basah dan berdebu dapat menjadi sarang penyakit (Daryanto, Mundiatum, 2014).

Faktor Lingkungan Pembuangan Air Limbah

Tabel 6. Hubungan Antara Pembuangan Air Limbah dengan Kejadian Diare

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pembuangan air limbah dengan kejadian diare pada balita di

Kelurahan Tosuraya Barat, dimana p value = 0.574 (p>0.05).

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hanifati Sharfina, Rudi Fakhriadi, dan Dian Rosadi tentang pengaruh faktor lingkungan dan perilaku terhadap kejadian diare pada balita di wilayah kerja puskesmas sungai tabuk kabupaten Banjar tahun 2015 yang mendapatkan hasil bahwa ada pengaruh antara pembuangan air limbah dengan kejadian diare dengan p value = 0.001 (p<0.05).

Berdasarkan hasil pengamatan diperoleh bahwa sebagian besar responden di Tosuraya Barat memiliki pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat namun tidak menjadi salah satu faktor yang menyebabkan diare berdasarkan uji statistik.

Air limbah adalah sisa air yang dibuang yang berasal dari rumah tangga, industri ataupun dari tempat-tempat umum lainnya dan pada umumnya mengandung bahan-bahan atau zat-zat yang dapat membahayakan bagi kesehatan manusia serta mengganggu lingkungan hidup. (Soekidjo, 2011). Pembua ngan Air Limbah Kejadian Diare Total P value Diare Tidak Diare n % n % n % Tidak memenu hi syarat 16 17.8 70 77.8 8 6 95.6 0.574 Memen uhi syarat 1 1.1 3 3.3 4 4.4 Jumlah 17 18.9 73 81.1 9 0 100

(6)

6 Faktor Lingkungan Ketersediaan Jamban Tabel 7. Hubungan Antara Ketersediaan Jamban dengan Kejadian Diare

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara ketersediaan jamban dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Tosuraya Barat dengan p value = 0.723 (p>0.05).

Hasil penelitian ini tidak sama dengan hasil penelitian Hanifati Sharfina, Rudi Fakhriadi, dan Dian Rosadi tentang pengaruh faktor lingkungan dan perilaku terhadap kejadian diare pada balita di wilayah kerja puskesmas sungai tabuk kabupaten Banjar tahun 2015 yang mendapatkan hasil bahwa ada pengaruh antara ketersediaan jamban dengan kejadian diare pada balita dimana p value = 0.001.

Hasil pengamatan diperoleh bahwa balita yang menderita diare lebih banyak dari keluarga yang memiliki jamban dibandingkan dengan keluarga yang tidak memiliki jamban, dan dari hasil uji statistic juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara ketersediaan jamban dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Tosuraya Barat.

Setiap rumah tangga harus menggunakan jamban untuk buang air besar dan kecil, dengan adanya jamban dan kotoran yang ditampung di septik tank dapat mencegah tercemarnya sumber air yang ada di sekitarnya serta tidak mengundang datangnya lalat atau serangga yang dapat menjadi penular penyakit, seperti penyakit diare (Depkes RI, 2009).

Hubungan Antara Higiene Perorangan Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Kelurahan Tosuraya Barat

Tabel 8. Hubungan Antar Higiene Perorangan dengan Kejadian Diare

Higiene Peroranga n Kejadian Diare Total P value Diare Tidak Diare n % n % n % Tidak Baik 3 3.3 1 1.1 4 4.4 0.020 Baik 14 15.6 72 80 86 95.6 Jumlah 17 18.9 73 81.1 90 100 Hasil uji statistik menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara hygiene perorangan dengan kejadian diare pada balita di Kelurahan Tosuraya Barat dengan p value = 0.020 (p<0.05). Responden dengan hygiene perorangan yang baik sebanyak (95.6%) dan yang tidak baik sebanyak (4.4%).

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh J. W. Tangka, R. Alamri, dan J. M. Laoh pada tahun 2013 tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diare pada balita di Puskesmas Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara dimana dalam penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan hygiene Keterse diaan Jamban Kejadian Diare Total P valu e Diare Tidak Diare N % n % n % Tidak memilik i jamban 3 3.3 11 12.2 14 15. 6 0.72 3 Memili ki jamban 14 15.6 62 68.9 76 84. 4 Jumlah 17 18.9 73 81.1 90 100

(7)

7 perorangan dengan kejadian diare pada balita dengan p value = 0.003.

Higiene perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahtraan, baik fisik maupun psikisnya (Hendrik, 2015).

KESIMPULAN

1. Tidak ada hubungan antara penyediaan air bersih dengan kejadian diare pada balita.

2. Tidak ada hubungan antara jenis lantai rumah dengan kejadian diare pada balita.

3. Tidak ada hubungan antara pembuangan air limbah dengan kejadian diare pada balita.

4. Tidak ada hubungan antara ketersediaan jamban dengan kejadian diare pada balita.

5. Ada hubungan antara hygiene perorangan dengan kejadian diare pada balita.

SARAN

1. Bagi Masyarakat

Meningkatkan tindakan pencegahan terjadinya diare dengan menjaga kebersihan perorangan (hygiene perorangan) serta menjaga kebersihan lingkungan.

2. Bagi Instansi Terkait

Di harapkan bagi instansi terkait dalam hal ini instansi kesehatan (puskesmas), dan pemerintah setempat untuk bekerja sama dalam

upaya pencegahan seperti memberikan penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta memberikan informasi tentang faktor resiko penyakit diare.

3. Bagi Peneliti Lain

Mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan yang sama, namun dengan variabel yang berbeda dalam hubungan nya dengan kejadian diare pada balita.

DAFTAR PUSTAKA

Ariani Ayu. 2016. Diare Pencegahan dan Pengobatannya. Yogyakarta : Nuha

Medika

Chandra Budiman, Pengantar Kesehatan Lingkungan, Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC, 2006.

Elias Melitia. 2014. Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Tahuna Timur Kabupaten Kepulauan Sangihe Tahun 2014. Manado : FKM UNSRAT

Hartini, Munandar.2016.Sikap Dan Perilaku Keluarga Tentang Manfaat Jamban Dengan Kejadian Diare Di Bondowoso Attitude And Behaviour About Toilet With Diarrhea In Bondowoso. Jurnal Biologi dan Pembelajaran Biologi. Vol. 1(1). Kementerian Kesehatan RI.2015.Profil

(8)

8 Kelurahan Tosuraya Barat . 2017. Data jumlah keluarga yang memiliki Balita

Mundiatun, Daryanto. 2014. Pengelolaan Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta : GAVA MEDIA

Puskesmas Ratahan 2016. Data Puskesmas Ratahan : Puskesmas Ratahan Puskesmas Ratahan.2015.Profil Puskesmas

Ratahan : Puskesmas Ratahan Sharfina, Fakhriadi, Rosadi. 2015. Pengaruh

Faktor Lingkungan Dan Perilaku Terhadap Kejadian Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Sungai Tabuk Kabupaten Banjar. Jurnal Publlikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia. Vol. 3(3). Tangka J, Alamri, Laoh.2014.Faktor-Faktor

Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Di Puskesmas Bintauna Kabupaten Bolaang Mongondow Utara. JUIPERDO, Vol 3 (2).

Umiati.2010.Hubungan Antara Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare Pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Nogosari Kabupaten Boyolali Tahun 2009. Surakarta : FIK Universitas Muhamadiyah

WHO.2013.DiarrhoealDisease.(http://www. who.int/mediacentre/factsheets/fs33/e n/ ) diakses pada tanggal 26 Februari 2017 pukul 11.25 WITA.

Wijoyo, Y. 2013.Diare Pahami Penyakit dan Obatnya.Yogyakarta : Citra Aji Praman.

Wulandari Anjar. Hubungan Antara Faktor Lingkungan dan Faktor Sosiodemografi dengan Kejadian Diare Pada Balita di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Tahun 2009. Surakarta: Universitas Muhamadiyah

Gambar

Tabel 2. Faktor Lingkungan
Tabel 4. Hubungan Penyediaan Air Bersih dengan Kejadian Diare  Penyediaan

Referensi

Dokumen terkait

Sektor-sektor ekonomi lainnya yang memberikan kontribusi cukup besar terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Banjarnegara, yaitu sektor industri pengolahan;

Sosialisme Sjahrir juga tidak berlebihan dalam menolak kapitalisme, bahkan masih memberi kesempatan pada ekonomi pasar dan usaha- usaha swasta untuk dapat bekerja secara

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui konsistensi pengaruh dana pihak ketiga, capital adequacy ratio , loan to deposit ratio , return

 Situasi pendidikan , dengan demikian, menjadi keunikan wilayah kajian pendidikan yang akan membedakan pendidikan dari ilmu-ilmu lain yang menjadi ilmu bantu pendidikan di

Output dari pengabdian ini berupa sejumlah karya guru menerjemahkan al-Qur’an dengan memanfaatkan aplikasi Microsoft Office, font, dan aksara Lontara dalam

Besarnya potensi energi terbarukan khususnya panas bumi dengan pemanfaatan yang masih kurang maksimal sebagi sumber energi terbarukan, maka penelitian ini bermaksud melakukan

tersebut,Teacher bisa langsung klik pada salah satu notifikasi, contoh 1 Turned-In Assignement, maka akan muncul nama Student yang

keberadaan Pendidikan Agama Islam sebagai salah satu mata kuliah MKDU/MPK di UNANDA perlu adanya pengembangan dosen yang profesional dalam melaksanakan tugas dan