Pembimbing : dr. Lady, SpKK Pembimbing : dr. Lady, SpKK
Presentan :
Presentan : Nuzma Nuzma AnbiaAnbia
Kelainan Kulit Pada Usia Lanjut
Pendahuluan
Pendahuluan
Penyakit kulit tidak termasuk dalam daftarPenyakit kulit tidak termasuk dalam daftar
penyakit terbanyak atau penyebab kematian penyakit terbanyak atau penyebab kematian pada lansia
pada lansia
Proses degenerasi, perubahan-perubahanProses degenerasi, perubahan-perubahan
metabolik, pengaruh
metabolik, pengaruh faktor ekstrinsik faktor ekstrinsik (polusi, UV(polusi, UV,, rokok), mobilitas yang menurun, polifarmasi,
rokok), mobilitas yang menurun, polifarmasi, berkurangnya kemandirian
berkurangnya kemandirian faktor risiko faktor risiko timbulnya penyakit kulit pada lansia
timbulnya penyakit kulit pada lansia
Penelitian di amerika dengan sampel 20,000 Penelitian di amerika dengan sampel 20,000
menunjukkan hampir 40% usia 65 to 75 tahun menunjukkan hampir 40% usia 65 to 75 tahun setidaknya mempunyai 1 masalah kulit, dengan setidaknya mempunyai 1 masalah kulit, dengan keluhan terbanyak adalah gatal
Skin
Karakteristik Kulit Menua
Kulit kering, kasar, dan bersisik Kulit berkerut dan kendor
Gangguan pigmentasi pada kulit Perubahan rambut dan kuku
Types of Skin Agig
Intrinsic aging (chronologic aging)
perubahan yang terjadi secara alamiah
karena penuaan. disebabkan berbagai faktor
dari dalam tubuh sendiri (e.g genetik,
hormonal) terjadi pada semua individu dan
tidak dapat dihndari
Extrinsic aging
perubahan yang diinduksi oleh berbagai faktor
dari luar tubuh, seperti paparan sinar UV,
Metalloproteinase
A member of a group of enzymes that can
break down proteins, such as collagen, that
are normally found in the spaces between
cells in tissues (i.e., extracellular matrix
proteins). Because these enzymes need zinc
or calcium atoms to work properly, they are
called metalloproteinases. Matrix
metalloproteinases are involved in wound
healing, angiogenesis, and tumor cell
Kelainan Kulit yang sering terjadi pada
lansia
Ulkus dekubitus Dermatitis-eksema Keratosis Seboroika Xerosis Kutis Infeksi Bakteri (Impetigo bulosa) Infeksi Virus (Herpes Zoster)
Common Cutaneous Disorders in the
Elderly
Ulkus Dekubitus
Adalah ulkus yang terjadi akibat tekanan yang lama
yang menyebabkan terjadinya iskemi
Banyak terjadi pada lansia, biasanya >70 tahun,
khususnya dg resiko tinggi :
Teraplegi,
Penderita kanker stadium akhir, Diabetes,
Penderita ginjal tahap akhir, Fraktur femor,
Status mental menurun, Mobilitas yang kurang, dll
Etiologi dan Patogenesis
Tekanan
Friction
Dapat pula akibat hilangnya atau
berkurangnya ransang sensorik, gangguan
vaskular seperti aterosklerosis
Stadium Ulkus Dekubitus
I. Kemerahan yang menetap pada kulit yang
masih utuh
II. Nekrosis superfisialis atau separuh ketebalan
epidermis-dermis
III. Nekrosis yang lebih dalam, hilangnya seluruh
kedalaman kulit dan meluas sampai dalam, namun belum melalui fasia
IV. Nekrosis yang meluas masuk melewati fasia,
bisa sampai otot, tulang dan struktur jaringan penopang lain
Pengobatan
Hindarkan tekanan yang terus-menerus
mobilisasi penderita
Jaringan nekrotik nekrotomi
Kompres, salep antibiotika yang sesuai dengan
keadaan ulkus pasien
Dapat dilakukan kultur untuk penentuan Ab yang
• Tergantung penyebab. • 50-70% dapat sembuh
dengan terapi non-surgical.
• Pada pasien dengan penyakit beragam,
prognosis lebih buruk, dapat terjadi komplikasi, hingga kematian
Patofisiologi
Compromised local cutaneous health predisposing to
growh of infective organism
Age-associated decreased immune funcion Underlying systemic disorder associated with
decreased immune function
Bakteri : impetigo bulosa non bulosa Virus : herpes zoster
Parasit : skabies
Jamur : kandidiosis, tinea kruris, tinea pedis
Infeksi Bakteri
Etiologi
Etiologi
Penyebab Penyebab terbanyak terbanyak pada pada lansia: lansia: stafilokokus stafilokokus dandan
streptokokus streptokokus
Keadaan mendukung : perubahan struktur kulitKeadaan mendukung : perubahan struktur kulit
akibat trauma, malnutrisi. akibat trauma, malnutrisi.
Epidemiologi
Epidemiologi
•
•
Banyak terjadi pada lansia terkait kerentanan
Banyak terjadi pada lansia terkait kerentanan
lansia.
lansia.
•
•
Penyakit tersering : impetigo bulosa maupun
Penyakit tersering : impetigo bulosa maupun
nonbulosa
nonbulosa
Manifestasi klinis
Manifestasi klinis
Predileksi: ketiak, dada,Predileksi: ketiak, dada,
punggung punggung
VVesikel progresif esikel progresif menjadimenjadi
bullae bullae
Bullae dapat muncul padaBullae dapat muncul pada
kulit yg terlihat normal. kulit yg terlihat normal.
Bullae berisi cairan jernihBullae berisi cairan jernih
kekuningan dan dapat kekuningan dan dapat
menjadi kuning kehitaman. menjadi kuning kehitaman.
Bullae dapat pecahBullae dapat pecah
membentuk krusta. membentuk krusta.
Terapi
Antibiotik :Dicloxacin atau eritromisin 250-500
mg PO 4x perhari
Pada lansia terjadi resistensi obat yg
mempengaruhi morbiditas, mortalitas.
Pengobatan infeksi kulit lansia
mempertimbangkan : tipe infeksi, parameter
farmakokinetik pasien, suseptibilitas
Epidemiologi
• Dapat menyerang semua usia
• Pada lansia biasa terjadi pada panti (hidup
bersama)
Skabies
Etiologi
Manifestasi Klinis
Pruritus nokturna
Menyerang dalam kelompok Terdapat kunikulus/
terowongan, pada ujungnya dapat ditemukan papul atau vesikel
Menemukan tungau Pada lansia terdapat
penurunan imunitas
manifestasi klinis atipikal
tanda inflamasi dan gatal tidak menonjol
Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan
mikroskopis
menemukan tungau
Terapi
Pemberian obat topikal :
belerang endap, Emulsi
benzil-benzoas, gama
benzena heksa klorida,
krotamiton 10%,
Epidemiologi
Penyakit virus yg biasa timbul pada lansia : Herpes
Zoster.
varicella-zoster virus (VZV), berkaitan dengan
turunnya imunitas pada lansia, sehingga terjadi
reaktivasi virus.
Etiologi
Herpes
Zoster
Komplikasi
Neuralgia pasca HZ berlangsung lama, sakit atau nyeri terus menerus, kadang
disertai rasa terbakar
Terapi
• Berikan 72 jam
pertama
• Asiklovir 5x
800 mg
selama 5-7
hari atau
valasiklovir 3x
Manifestasi Klinis
• gejala prodormal sistemik dan lokal
• setelah itu timbul
eritemavesikel berkelompok dasar kulit eritematosa dan
edema pustul krusta. • bisa terjadi herpes zoster hemoragik.
Jamur
Epidemiologi
penyakit jamur kulit yang paling sering dijumpai: kandidiosis, tinea kruris, tinea pedis, jamur kuku.
Predisposisi
1. Endogen: perubahan fisiologik, umur,
imunologik
2. Eksogen : iklim (panas dan kelembaban),
Kandidiosis
Epidemiologi :
banyak dijumpai pada lansia yang mengalami kelemahan, selalu tiduran, penderita diabetes.
Etiologi
terseing Candida albicans
Predileksi : daerah lipatan, seperti inguinal,
aksila, anogenital, bawah payudara
Kandidiosis intertriginosa
lesi : bercak berbatas tegas, bersisik, basah, eritematosa. Lesi
dikelilingi oleh satelit berupa
vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah
meninggalkan daerah erosif, dengan pinggir yang kasar, dan
Kandidiosis Intertriginosa
Pembantu Diagnosis
1. Pemeriksaan langsung : kerokan kulit atau
usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10%, atau Gram, terlihat sel ragi,
blastospora, atau hifa semu
2. Pemeriksaan biakan : tanam di agar saboraud
Pengobatan :
1. Hidari atau hilangkan faktor predisposisi 2. Topikal : group azol mikonazol 2%,
klotrimazol 1%, tiokonazol, bufonazol, isokonazol
Tinea Kruris
Bentuk tinea yang sering ditemukan di Indonesia Dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum,
dan sekitar anus
Dapat bersifat akut atau menahun bahkan dapat
berlangsung seumur hidup
Lesi dapat terbatas pada genito-krural saja, atau
meluas ke daerah sekitar anus, gluteus, perut bagian bawah atau daerah tubuh lain
Lesi di tepi lebih nyata dari pada daerah
Tinea Kruris
Bila penyakit menahun dapat berupa bercak
Tinea Pedis
Dermatofitosisi pada
kaki, teruama sela-sela jari dan telapak kaki
Bentuk tersering :
bentuk interdigitalis
Banyak terlihat pd
orang banyak pakai sepatu, perawatan kaki buruk.
Pengobatan
Pada umumnya diberi griseofulvin bersifat
fungistatik
dosis : o,5-1 g untuk dewasa, 0,25-0,5 g untuk
anak atau 10-25 mg per kg BB
Efek samping jarang ditemui, jika ada : sefalgia,
Epidemiologi
Usia puncak 55 – 65 tahun pada laik-laki
dan perempuan.
Pada orang dewasa lebih sering pada pria
daripada wanita.
Etiopatogenesis
Infeksi stafilokokus dan mikrokokus Dermatitis kontak
Trauma fisik dan kimiawi
Stres emosional, alkohol, dan lingkungan dengan
kelembaban rendah dapat memicu eksaserbasi
Hidrasi stratum korneum rendah kulit penderita
Manifestasi Klinis
Sangat gatal
Lesi akut: vesikel dan papulovesikel
membesar dengan berkonfluensi
membentuk lesi numular,
eritematosa, sedikit edematosa dan berbatas tegas vesikel pecah
(basah, oozing) eksudasi krusta kekuningan penyembuhan dimulai dari tengah.
Lesi lama: likenifikasi dan skuama Lesi berjumlah satu atau banyak dan
tersebar simetris atau bilateral, ukuran bervariasi.
Komplikasi
Infeksi bakteri sekunder
Lesi dapat hilang timbul atau terus menerus, kekambuhan timbul pada tempat semula.
Prognosis
Terapi
• Topikal : preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus
• Bila lesi eksudatif : dikompres dengan larutan permanganas kalikus 1:10.000.
• Infeksi bakteri : antibiotik sistemik
• Kortikosteroid sistemik pada kasus berat dan refrakter pada waktu jangka pendek.
Epidemiologi
•Dapat terjadi pada semua usia, baik laki-laki maupun perempuan
•Jumlah penderita DKA<DKI
•DKI: Pada lansia tangan sering terkena (hand eczema)
Etiologi
• DKI : bahan iritan, disertai faktor yg berperan berupa lama kontak, kekerapan, trauma fisik, suhu, kelembapan. Pada usia lanjut mudah teriritasi.
• DKA : alergen, dengan faktor: potensi sensitisasi alaergen, dosis, lama pajanan luas daerah yang terkena, vehikulum, pH.
Manifestasi Klinis
DKI akut (segera timbul) : kulit
pedih,panas, rasa terbakar,
eritema, edema, bula, nekrosis, pinggir berbatas tegas, dan
umumnya asimetris.
DKI akut lambat : gejala mirip
akut tetapi baru muncul 8-24 jam.
DKI kumulatif : kulit kering,
eritema, skuama,
hiperkeratosis, likenifikasi, difus, dapat terbentuk fisur
Reaksi iritan DKI traumatik
Manifestasi Klinis
DKA : gatal, dimulai bercak
eritematosa berbatas tegas, edema, papulovesikel, vesikel, bula, erosi, eksudasi basah..
Pada lansia erupsi kurang
meradang, gatal kurang tetapi berlangsung lama.
Sulit dibedakan DKA dan DKI
Terapi
DKI :menjauhi dari pajanan iritan, kortikosteroid topikal
DKA : Menghindarkan alergen, kortikosteroid,
Epidemiologi
• jenis eczema banyak dijumpai pada lansia.
• akibat kulit kering, banyak dijumpai pada ekstremitas
bawah
Etiologi
hilangnya lumbrikasi epidermis
Terapi
Dermatitis Asteatotik (xerosis)
kulit kering disertai
skuama yg lebar, agak
kemerahan, dengan
gambaran crazy paving .
Tumor Jinak
Keratosis Seberoik
Jenis umor jinak paling sering ditemui Asal : epidermis
Etiologi :
Genetik
Paparan sinar matahari Infeksi
Manifestasi Klinis
Lesi dimulai berbatas tegas,
brown-patches, datar dan kusam.
Kemudian berkembang
menjadi papul, lunak, stuck-on appearance.
Tempat predileksi : tempat
berminyak, wajah ,tubuh bagian atas.
Terapi
Destruksi dengan cryotherapy, electro-desiccation
diikuti kuret atau laser ablation.
Lesi yg berukuran besar dengan derm-abrasion
atau fluorourasil topical.
Komplikasi dari tindakan destruksi tersebut:
scaring, perubahan pigmentasi, incomplete removal, atau rekuren.
Prognosis : bonam, terutama dengan
Tumor Ganas
Squamos Cell Carcinoma Basal Cell Carcinoma
Squamos Cell Carcinoma
Lebih sering pada laki-laki, umur 40-50 th Predileksi : tersering pada tungkai bawah Berasal dari sel epidermis, memiliki tingkat
kematangan: intraepidermal, invasif dan metastasis jauh
Etiologi : sinar matahari, ras/herediter
(putih>hitam), genetik, arsen inorganik, radiasi, faktor hidrokarbon, sikatriks, keloid, ulkus kronik, fistula
Squamous Cell Carcinoma
Prognosis :
bergantung pada diagnosis dini, cara pengobatan dan
kerjasama antara dokter dan pasien
Prognosis lebih
buruk tumor tumbuh di atas kulit normal (de novo),
ekstremitas bawah. Lebih baik pada
tumor yg ditemukan di kepala dan leher
Basal Cell Carcinoma
Asal : sel epidermal pluripotensial, atau dari
epidermis/adneksanya
Predisposisi : faktor lingkungan dan genetik.
Faktor lingkungan : radiasi, bahan kimia (mis arsen), pekerjaan yang banyak terkena sinar matahari.
Basal Cell Carcinoma
Gejala klinis : umumnya ditemukan di daerah
berambut, invasif, jarang metastasis. Dapat merusak daerah sekitarnya (sampai tulang),
cenderung residif terlebih jika pengobatan tidak adekuat
Bentuk klinis : bentuk nodulus (tersering), bentuk
kistik, bentuk superfisial, bentuk morfea
Malignant Melanoma
Jarang ditemukan, 1-3% dari seluruh keganasan,
Lk=Pr, frekuensi tertinggi usia 30-60 tahun, jarang pada anak
Etiologi : belum diketahui. Predisposisi : faktor
keganasan, iritasi tahi lalat berulang.
Patofisiologi : cumulative age-associated DNA
damage
Klasifikasi berdasar tingkat penyebaran secara
histologik :
I. Intraepidermal (M.M. in situ)
II. Infiltrasi sampai papila dermis akan tetapi
serta-serat retikulum dermis masih utuh
III. Infiltrasi sampai ke dalam jar. ikat kolagen dermis IV. Infiltrasi sampai ke dalam jaringan ikat kolagen
dermis
Malignant Melanoma
Gejala klinis: bentuk dini sangat sulit dinilai.
Menurut CLARK dan MIHM gambaran klinis dan histogenesis sbb:
1. Bentuk superfisial (paling sering ditemukan) 2. Bentuk nodular
3. Lentigo maligna melanoma
Prognosis : buruk. Dipengaruhi oleh : tumor
primer, stadium, organ yang telah di infiltrasi, laki-laki, adanya melanogen di urin, kondisi hospes
Melanoma
Maligna
Perawatan Kulit pada Lansia
Kebersihan
Mengurangi kekeringan dan gatal Mandi
Menjaga lingkungan
Pengobatan : pelembab, antihistamin, kortikosteroid
topikal, preparat hormon, memilih bentuk kosmetika, pelindung terhadap sinar matahari, gizi cukup,
istirahat& olahraga teratur.