• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelainan Kulit Pada Usia Lanjut

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kelainan Kulit Pada Usia Lanjut"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

Pembimbing : dr. Lady, SpKK Pembimbing : dr. Lady, SpKK

Presentan :

Presentan : Nuzma Nuzma AnbiaAnbia

Kelainan Kulit Pada Usia Lanjut

(2)
(3)

Pendahuluan

Pendahuluan

 Penyakit kulit tidak termasuk dalam daftarPenyakit kulit tidak termasuk dalam daftar

penyakit terbanyak atau penyebab kematian penyakit terbanyak atau penyebab kematian pada lansia

pada lansia

 Proses degenerasi, perubahan-perubahanProses degenerasi, perubahan-perubahan

metabolik, pengaruh

metabolik, pengaruh faktor ekstrinsik faktor ekstrinsik (polusi, UV(polusi, UV,, rokok), mobilitas yang menurun, polifarmasi,

rokok), mobilitas yang menurun, polifarmasi, berkurangnya kemandirian

berkurangnya kemandirian  faktor risiko faktor risiko timbulnya penyakit kulit pada lansia

timbulnya penyakit kulit pada lansia

  Penelitian di amerika dengan sampel 20,000 Penelitian di amerika dengan sampel 20,000

menunjukkan hampir 40% usia 65 to 75 tahun menunjukkan hampir 40% usia 65 to 75 tahun setidaknya mempunyai 1 masalah kulit, dengan setidaknya mempunyai 1 masalah kulit, dengan keluhan terbanyak adalah gatal

(4)

Skin

(5)
(6)

Karakteristik Kulit Menua

 Kulit kering, kasar, dan bersisik  Kulit berkerut dan kendor

 Gangguan pigmentasi pada kulit  Perubahan rambut dan kuku

(7)

Types of Skin Agig

Intrinsic aging (chronologic aging)

perubahan yang terjadi secara alamiah

karena penuaan. disebabkan berbagai faktor

dari dalam tubuh sendiri (e.g genetik,

hormonal) terjadi pada semua individu dan

tidak dapat dihndari

Extrinsic aging

perubahan yang diinduksi oleh berbagai faktor

dari luar tubuh, seperti paparan sinar UV,

(8)
(9)

Metalloproteinase

 A member of a group of enzymes that can

break down proteins, such as collagen, that

are normally found in the spaces between

cells in tissues (i.e., extracellular matrix

proteins). Because these enzymes need zinc

or calcium atoms to work properly, they are

called metalloproteinases. Matrix

metalloproteinases are involved in wound

healing, angiogenesis, and tumor cell

(10)
(11)

Kelainan Kulit yang sering terjadi pada

lansia

 Ulkus dekubitus  Dermatitis-eksema  Keratosis Seboroika  Xerosis Kutis

 Infeksi Bakteri (Impetigo bulosa)  Infeksi Virus (Herpes Zoster)

(12)

Common Cutaneous Disorders in the

Elderly

(13)
(14)

Ulkus Dekubitus

 Adalah ulkus yang terjadi akibat tekanan yang lama

yang menyebabkan terjadinya iskemi

 Banyak terjadi pada lansia, biasanya >70 tahun,

khususnya dg resiko tinggi :

 Teraplegi,

 Penderita kanker stadium akhir,  Diabetes,

 Penderita ginjal tahap akhir,  Fraktur femor,

 Status mental menurun,  Mobilitas yang kurang, dll

(15)

Etiologi dan Patogenesis

Tekanan

Friction

Dapat pula akibat hilangnya atau

berkurangnya ransang sensorik, gangguan

vaskular seperti aterosklerosis

(16)
(17)

Stadium Ulkus Dekubitus

I. Kemerahan yang menetap pada kulit yang

masih utuh

II. Nekrosis superfisialis atau separuh ketebalan

epidermis-dermis

III. Nekrosis yang lebih dalam, hilangnya seluruh

kedalaman kulit dan meluas sampai dalam, namun belum melalui fasia

IV. Nekrosis yang meluas masuk melewati fasia,

bisa sampai otot, tulang dan struktur jaringan penopang lain

(18)
(19)

Pengobatan

 Hindarkan tekanan yang terus-menerus 

mobilisasi penderita

 Jaringan nekrotik  nekrotomi

 Kompres, salep antibiotika yang sesuai dengan

keadaan ulkus pasien

 Dapat dilakukan kultur untuk penentuan Ab yang

(20)

• Tergantung penyebab. • 50-70% dapat sembuh

dengan terapi non-surgical.

• Pada pasien dengan penyakit beragam,

prognosis lebih buruk, dapat terjadi komplikasi, hingga kematian

(21)
(22)

Patofisiologi

 Compromised local cutaneous health predisposing to

growh of infective organism

 Age-associated decreased immune funcion  Underlying systemic disorder associated with

decreased immune function

  Bakteri : impetigo bulosa non bulosa   Virus : herpes zoster

  Parasit : skabies

 Jamur : kandidiosis, tinea kruris, tinea pedis

(23)

Infeksi Bakteri

(24)

Etiologi

Etiologi

 Penyebab Penyebab terbanyak terbanyak pada pada lansia: lansia: stafilokokus stafilokokus dandan

streptokokus streptokokus

 Keadaan mendukung : perubahan struktur kulitKeadaan mendukung : perubahan struktur kulit

akibat trauma, malnutrisi. akibat trauma, malnutrisi.

Epidemiologi

Epidemiologi

Banyak terjadi pada lansia terkait kerentanan

Banyak terjadi pada lansia terkait kerentanan

lansia.

lansia.

Penyakit tersering : impetigo bulosa maupun

Penyakit tersering : impetigo bulosa maupun

nonbulosa

nonbulosa

(25)

Manifestasi klinis

Manifestasi klinis

 Predileksi: ketiak, dada,Predileksi: ketiak, dada,

punggung punggung

 VVesikel progresif esikel progresif menjadimenjadi

bullae bullae

 Bullae dapat muncul padaBullae dapat muncul pada

kulit yg terlihat normal. kulit yg terlihat normal.

 Bullae berisi cairan jernihBullae berisi cairan jernih

kekuningan dan dapat kekuningan dan dapat

menjadi kuning kehitaman. menjadi kuning kehitaman.

 Bullae dapat pecahBullae dapat pecah

membentuk krusta. membentuk krusta.

(26)

Terapi

 Antibiotik :Dicloxacin atau eritromisin 250-500

mg PO 4x perhari

Pada lansia terjadi resistensi obat yg

mempengaruhi morbiditas, mortalitas.

Pengobatan infeksi kulit lansia

mempertimbangkan : tipe infeksi, parameter

farmakokinetik pasien, suseptibilitas

(27)

Epidemiologi

• Dapat menyerang semua usia

• Pada lansia biasa terjadi pada panti (hidup

bersama)

Skabies

Etiologi

(28)

Manifestasi Klinis

 Pruritus nokturna

 Menyerang dalam kelompok  Terdapat kunikulus/

terowongan, pada ujungnya dapat ditemukan papul atau vesikel

 Menemukan tungau  Pada lansia terdapat

penurunan imunitas

manifestasi klinis atipikal

tanda inflamasi dan gatal tidak menonjol

(29)

Pemeriksaan

penunjang

Pemeriksaan

mikroskopis

menemukan tungau

Terapi

Pemberian obat topikal :

belerang endap, Emulsi

benzil-benzoas, gama

benzena heksa klorida,

krotamiton 10%,

(30)

Epidemiologi

Penyakit virus yg biasa timbul pada lansia : Herpes

Zoster.

varicella-zoster virus (VZV), berkaitan dengan

turunnya imunitas pada lansia, sehingga terjadi

reaktivasi virus.

Etiologi

Herpes

Zoster

(31)

Komplikasi

Neuralgia pasca HZ berlangsung lama, sakit atau nyeri terus menerus, kadang

disertai rasa terbakar

Terapi

• Berikan 72 jam

pertama

• Asiklovir 5x

800 mg

selama 5-7

hari atau

valasiklovir 3x

Manifestasi Klinis

• gejala prodormal sistemik dan lokal

• setelah itu timbul

eritemavesikel berkelompok dasar kulit eritematosa dan

edema pustul krusta. • bisa terjadi herpes zoster hemoragik.

(32)

Jamur

Epidemiologi

penyakit jamur kulit yang paling sering dijumpai: kandidiosis, tinea kruris, tinea pedis, jamur kuku.

  Predisposisi

1. Endogen: perubahan fisiologik, umur,

imunologik

2. Eksogen : iklim (panas dan kelembaban),

(33)

Kandidiosis

 Epidemiologi :

banyak dijumpai pada lansia yang mengalami kelemahan, selalu tiduran, penderita diabetes.

 Etiologi

terseing Candida albicans

 Predileksi : daerah lipatan, seperti inguinal,

aksila, anogenital, bawah payudara 

(34)

Kandidiosis intertriginosa

 lesi : bercak berbatas tegas, bersisik, basah, eritematosa. Lesi

dikelilingi oleh satelit berupa

vesikel-vesikel dan pustul-pustul kecil atau bula yang bila pecah

meninggalkan daerah erosif, dengan pinggir yang kasar, dan

(35)

Kandidiosis Intertriginosa

 Pembantu Diagnosis

1. Pemeriksaan langsung : kerokan kulit atau

usapan mukokutan diperiksa dengan larutan KOH 10%, atau Gram, terlihat sel ragi,

blastospora, atau hifa semu

2. Pemeriksaan biakan : tanam di agar saboraud

 Pengobatan :

1. Hidari atau hilangkan faktor predisposisi 2. Topikal : group azol  mikonazol 2%,

klotrimazol 1%, tiokonazol, bufonazol, isokonazol

(36)

Tinea Kruris

 Bentuk tinea yang sering ditemukan di Indonesia  Dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum,

dan sekitar anus

 Dapat bersifat akut atau menahun bahkan dapat

berlangsung seumur hidup

 Lesi dapat terbatas pada genito-krural saja, atau

meluas ke daerah sekitar anus, gluteus, perut bagian bawah atau daerah tubuh lain

 Lesi di tepi lebih nyata dari pada daerah

(37)

Tinea Kruris

 Bila penyakit menahun  dapat berupa bercak

(38)

Tinea Pedis

 Dermatofitosisi pada

kaki, teruama sela-sela jari dan telapak kaki

 Bentuk tersering :

bentuk interdigitalis

 Banyak terlihat pd

orang banyak pakai sepatu, perawatan kaki buruk.

(39)

Pengobatan

 Pada umumnya diberi griseofulvin bersifat

fungistatik

 dosis : o,5-1 g untuk dewasa, 0,25-0,5 g untuk

anak atau 10-25 mg per kg BB

 Efek samping jarang ditemui, jika ada : sefalgia,

(40)
(41)

Epidemiologi

Usia puncak 55 – 65 tahun pada laik-laki

dan perempuan.

Pada orang dewasa lebih sering pada pria

daripada wanita.

(42)

Etiopatogenesis

 Infeksi stafilokokus dan mikrokokus  Dermatitis kontak

 Trauma fisik dan kimiawi

 Stres emosional, alkohol, dan lingkungan dengan

kelembaban rendah dapat memicu eksaserbasi

 Hidrasi stratum korneum rendah  kulit penderita

(43)

Manifestasi Klinis

 Sangat gatal

 Lesi akut: vesikel dan papulovesikel

 membesar dengan berkonfluensi

 membentuk lesi numular,

eritematosa, sedikit edematosa dan berbatas tegas  vesikel pecah

(basah, oozing)  eksudasi krusta kekuningan  penyembuhan dimulai dari tengah.

 Lesi lama: likenifikasi dan skuama  Lesi berjumlah satu atau banyak dan

tersebar simetris atau bilateral, ukuran bervariasi.

(44)

Komplikasi

 Infeksi bakteri sekunder

Lesi dapat hilang timbul atau terus menerus, kekambuhan timbul pada tempat semula.

Prognosis

Terapi

• Topikal : preparat ter, glukokortikoid, takrolimus, atau pimekrolimus

• Bila lesi eksudatif : dikompres dengan larutan permanganas kalikus 1:10.000.

• Infeksi bakteri : antibiotik sistemik

• Kortikosteroid sistemik pada kasus berat dan refrakter pada waktu jangka pendek.

(45)

Epidemiologi

•Dapat terjadi pada semua usia, baik laki-laki maupun perempuan

•Jumlah penderita DKA<DKI

•DKI: Pada lansia tangan sering terkena (hand eczema)

Etiologi

• DKI : bahan iritan, disertai faktor yg berperan berupa lama kontak, kekerapan, trauma fisik, suhu, kelembapan. Pada usia lanjut mudah teriritasi.

• DKA : alergen, dengan faktor: potensi sensitisasi alaergen, dosis, lama pajanan luas daerah yang terkena, vehikulum, pH.

(46)

Manifestasi Klinis

 DKI akut (segera timbul) : kulit

pedih,panas, rasa terbakar,

eritema, edema, bula, nekrosis, pinggir berbatas tegas, dan

umumnya asimetris.

 DKI akut lambat : gejala mirip

akut tetapi baru muncul 8-24  jam.

 DKI kumulatif : kulit kering,

eritema, skuama,

hiperkeratosis, likenifikasi, difus, dapat terbentuk fisur

 Reaksi iritan  DKI traumatik

(47)

Manifestasi Klinis

 DKA : gatal, dimulai bercak

eritematosa berbatas tegas, edema, papulovesikel, vesikel, bula, erosi, eksudasi basah..

 Pada lansia erupsi kurang

meradang, gatal kurang tetapi berlangsung lama.

 Sulit dibedakan DKA dan DKI

(48)

Terapi

DKI :menjauhi dari pajanan iritan, kortikosteroid topikal

DKA : Menghindarkan alergen, kortikosteroid,

(49)

Epidemiologi

• jenis eczema banyak dijumpai pada lansia.

• akibat kulit kering, banyak dijumpai pada ekstremitas

bawah

Etiologi

hilangnya lumbrikasi epidermis

Terapi

(50)

Dermatitis Asteatotik (xerosis)

kulit kering disertai

skuama yg lebar, agak

kemerahan, dengan

gambaran crazy paving .

(51)

Tumor Jinak

Keratosis Seberoik

 Jenis umor jinak paling sering ditemui  Asal : epidermis

 Etiologi :

Genetik

Paparan sinar matahari Infeksi

(52)

Manifestasi Klinis

 Lesi dimulai berbatas tegas,

brown-patches, datar dan kusam.

 Kemudian berkembang

menjadi papul, lunak, stuck-on appearance.

 Tempat predileksi : tempat

berminyak, wajah ,tubuh bagian atas.

(53)

Terapi

 Destruksi dengan cryotherapy, electro-desiccation

diikuti kuret atau laser ablation.

 Lesi yg berukuran besar dengan derm-abrasion

atau fluorourasil topical.

 Komplikasi dari tindakan destruksi tersebut:

scaring, perubahan pigmentasi, incomplete removal, atau rekuren.

 Prognosis : bonam, terutama dengan

(54)

Tumor Ganas

 Squamos Cell Carcinoma  Basal Cell Carcinoma

(55)

Squamos Cell Carcinoma

 Lebih sering pada laki-laki, umur 40-50 th  Predileksi : tersering pada tungkai bawah  Berasal dari sel epidermis, memiliki tingkat

kematangan: intraepidermal, invasif dan metastasis jauh

 Etiologi : sinar matahari, ras/herediter

(putih>hitam), genetik, arsen inorganik, radiasi, faktor hidrokarbon, sikatriks, keloid, ulkus kronik, fistula

(56)

Squamous Cell Carcinoma

 Prognosis :

bergantung pada diagnosis dini, cara pengobatan dan

kerjasama antara dokter dan pasien

 Prognosis lebih

buruk tumor tumbuh di atas kulit normal (de novo),

ekstremitas bawah. Lebih baik pada

tumor yg ditemukan di kepala dan leher

(57)

Basal Cell Carcinoma

 Asal : sel epidermal pluripotensial, atau dari

epidermis/adneksanya

 Predisposisi : faktor lingkungan dan genetik.

Faktor lingkungan : radiasi, bahan kimia (mis arsen), pekerjaan yang banyak terkena sinar matahari.

(58)

Basal Cell Carcinoma

 Gejala klinis : umumnya ditemukan di daerah

berambut, invasif, jarang metastasis. Dapat merusak daerah sekitarnya (sampai tulang),

cenderung residif terlebih jika pengobatan tidak adekuat

 Bentuk klinis : bentuk nodulus (tersering), bentuk

kistik, bentuk superfisial, bentuk morfea

(59)

Malignant Melanoma

 Jarang ditemukan, 1-3% dari seluruh keganasan,

Lk=Pr, frekuensi tertinggi usia 30-60 tahun, jarang pada anak

 Etiologi : belum diketahui. Predisposisi : faktor

keganasan, iritasi tahi lalat berulang.

 Patofisiologi : cumulative age-associated DNA

damage

 Klasifikasi berdasar tingkat penyebaran secara

histologik :

I. Intraepidermal (M.M. in situ)

II. Infiltrasi sampai papila dermis akan tetapi

serta-serat retikulum dermis masih utuh

III. Infiltrasi sampai ke dalam jar. ikat kolagen dermis IV. Infiltrasi sampai ke dalam jaringan ikat kolagen

dermis

(60)

Malignant Melanoma

 Gejala klinis: bentuk dini sangat sulit dinilai.

Menurut CLARK dan MIHM gambaran klinis dan histogenesis sbb:

1. Bentuk superfisial (paling sering ditemukan) 2. Bentuk nodular

3. Lentigo maligna melanoma

 Prognosis : buruk. Dipengaruhi oleh : tumor

primer, stadium, organ yang telah di infiltrasi, laki-laki, adanya melanogen di urin, kondisi hospes

(61)

Melanoma

Maligna

(62)

Perawatan Kulit pada Lansia

 Kebersihan

 Mengurangi kekeringan dan gatal  Mandi

 Menjaga lingkungan

 Pengobatan : pelembab, antihistamin, kortikosteroid

topikal, preparat hormon, memilih bentuk kosmetika, pelindung terhadap sinar matahari, gizi cukup,

istirahat& olahraga teratur.

Referensi

Dokumen terkait

Tidak seorang penulis pun dapat menyamaiku – bahkan Rasul Paulus pun tidak.  Tuliskan kata Allah sebagai jawabannya di papan ketika ada yang menebak. Kemudian mintalah para

dokter kecil mencapai target provinsi ; 60% Kabupaten/ Kota, melaksanakan pelayanan kesehatan peduli remaja sesuai standar; 25% Kabupaten/Kota, melaksanakan pelayanan

Variabel dari penelitian yang akan diteliti adalah persepsi masyarakat tentang preman sebagai variabel dependen (Y) sedangkan variabel independen (X) adalah

Infeksi penyakit ini pada manusia umumnya berkaitan dengan pekerjaan, seperti pekerja pada rumah potong hewan, pada peternakan .Manusia dapat terinfeksi kuman Brucella akibat

Seperti halnya yang telah dijelaskan dalam PSAK No.19 (revisi 2009) aktiva atau aset tidak berwujud adalah aset non- moneter yang dapat diidentifikasi tanpa wujud

Atas kehendak-Nya pula peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Penggunaan Mind Mapping Terhadap Peningkatan Keterampilan Menulis Paragraf Narasi Mata

Pada proses pirolisis suhu yang tetap digunakan adalah suhu 250˚ C dan 300˚ C, dan bahan yang digunakan adalah plastik Low Density Polyethylene (LDPE) yang berasal

terpisahkan dengan komponen lainnya di dalam suatu sistem informasi sebagai hasil dari perencanaan analisis, perancangan, dan strategi implementasi yang didasarkan