• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Mata pelajaran Matematika 2.1.1.1 Pengertian Matematika

Matematika, menurut Ruseffendi (1991) adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif, ilmu tentang pola keteraturan dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsure yang tidak didefinisikan ke unsur yang didefinisikan ke aksioma dan akhirnya ke dalil.

Menurut Soedjadi (1999) menyatakan bahwa matematika itu abstrak karena objeknya harus fakta, konsep, operasi dan prinsip.

2.1.1.2 Karakteristik matematika di Sekolah Dasar

Siswa Sekolah Dasar umumnya berkisar antara 6 sampai 13 tahun. Menurut Piaget, siswa berada pada fase operasional konkret, kemampuan dalam proses berpikir untuk mengoperasionalkan kaidah-kaidah logika, meskipun masih terikat dengan objek yang bersifat konkret.

Dalam matematika yang abstrak, siswa memerlukan alat bantu berupa media dan alat peraga yang dapat memperjelas apa yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih mudah untuk dipahami dan dimengerti.

2.1.1.3 Tujuan Matematika

Menurut Heruman (2010) Tujuan yang utama dalam pembelajaran matematika di Sekolah Dasar adalah siswa dapat terampil dalam menggunakan beberapa konsep dalam kehidupan sehari-hari, akan tetapi untuk menunju tahap ketrampilan tersebut haraus melalui langkah-langkah benar yang sesuai dengan kemampuan siswa itu sendiri dan lingkungan siswa yang mendukung.

Menurut Permendiknas (2006) mata pelajaran matematika bertujuan agar siswamemiliki kemampuan sebagai berikut.

(2)

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah,

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika,

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh,

d. Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah,

e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

2.1.1.4 Hakikat Matematika

Hakikat matematika menurut Soedjadi (2000) yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan dan pola pikir yang deduktif.

2.1.1.5 Konsep-konsep matematika di Sekolah Dasar

Merujuk pada berbagai pendapat para ahli, konsep-konsep pada kurikulum matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar yaitu:

a. Penanaman konsep dasar yaitu pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mendapatkan konsep tersebut. Langkah ini dapat menjadikan jembatan yang harus dapt menghubungkan kemampuan kognitif siswa yang konkret dengan konsep baru matematika yang abstrak.

b. Pemahaman konsep yaitu pembelajaran lanjutan dan penanaman konsep dasar yang bertujuan agar siswwa lebih memahami suatu konsep metematika.

c. Pembinaan ketrampilan adalah pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dasar dan pemahaman konsep, langkah ini mempunyai tujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep matematika.

(3)

2.1.1.6 Ruang lingkup matematika

Menurut Permendiknas (2006) mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

a. Bilangan,

b. Geometri dan pengukuran, c. Pengolahan data.

2.1.1.7 Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar

Pembelajaran Matematika diberikan sejak kelas 1. Pembelajaran Matematika merupakan dasar pembelajaran dari mata pelajaran yang lain.

Menurut standar isi (Permendiknas:2006), kompetensi Matematika yang akan diteliti untuk kelas 4 semester II untuk meningkatkan hasil belajar dalah sebagai berikut.

Tabel 2.1

Kompetensi Matematika di SD yang akan diteliti

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

8.Memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar

8.1 Menentukan sifat-sifat bangun ruang sederhana

8.2 Menentukan jaring-jaring balokdan kubus 8.3 Mengidentifikasi benda-benda dan bangun

datar simetris

8.4 Menentukan hasil pencerminan suatu bangun datar

2.1.2 Hasil Belajar

2.1.2.1 Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek–aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep.

Tujuan pembelajaran merupakan bentuk harapan yang dikomunikasikan melalui pernyataan dengan cara menggambarkan perubahan yang diinginkan pada diri siswa yakni pernyataan tentang apa yang diinginkan pada diri siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajar (Anni dalam Wulandari, 2007: 15).

(4)

Hasil belajar dapat diketahui setelah melalui proses evaluasi. Evaluasi adalah penelitian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan. (Sidjiono, 2008: 1)

2.1.2.2 Faktor-faktor hasil belajar

Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yakni faktor intern/internal dan faktor eksternal. Kedua faktor tersebut saling memberikan pengaruh dalam proses belajar individu dan menentukan kualitas dari hasil belajar.

a. Faktor Intern/internal

Faktor intern/internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu.Faktor-faktor internal ini meliputi faktor fisiologis.

1) Kecerdasan/bakat

Kecerdasan/bakat merupakan salah satu faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam mengikuti kegiatan belajar tertentu (Rahardjo, 2002: 32).

Dan kecerdasan adalah “tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil daripada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah”(Slameto,2003 dalam Sudjana, 2011).

2) Hasil belajar

Hasil belajar adalah keadaan dalam diri seseorang yang mendorong melakukan sesuatu kegiatan untuk mencapai tujuan. Hasil belajar siswa baik yang intrinsik maupun ekstrinsik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar akan mempengaruhi terhadap efektifitas dan efisiensi pelaksanaan kegiatan tersebut. 3) Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang menurut Winkel (1996:24). minat adalah “kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa tertarik pada bidang/hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu.”

(5)

4) Sikap

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun secara negatif (Syah, 2003 dalam Baharuddin dkk, 2007: 25)

5) Bakat

Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Ungkapan ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh para ahli, bahwa “bakat dalam hal ini lebih dekat pengertiannya dengan kata atitude yang berarti kecakapan, yaitu mengenai kesanggupan-kesanggupan tertentu” (Purwanto, 1986:28).

b. Faktor eksternal

Faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah “keadaan keluarga, keadaan sekolah dan lingkungan masyarakat” (Slameto, 2003 dalam Sudjana, 2011).

1. Lingkungan Sosial

a. Lingkungan Sosial Keluarga

Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Dalam hal ini dikatakan bahwa “Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah anak mendapatkan pendidikan dan bimbingan dalam kehidupan sehari-hari, sedangkan tugas utama dalam keluarga bagi pendidikan” (Hasbullah,1994:46 dalam sunartombs.wordpress.com).

b. Lingkungan Sosial Sekolah

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat.“Guru dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan, dan memiliki tingkah laku yang tepat dalam mengajar” (Kartono, 1995:6). Oleh sebab itu, guru harus dituntut untuk menguasai bahan pelajaran yang disajikan, dan memiliki metode yang tepat dalam mengajar.

(6)

c. Lingkungan Sosial Masyarakat

Kondisi Lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan saat memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya (Syah, 2003 dalam Baharuddin dkk, 2007: 27).

2.1.3Pendekatan Kontekstual

Menurut beberapa ahli pendekatan kontekstual merupakan proses pembelajaran yang bertujuan untuk membelajarkan siswadalam memahami bahan ajar atau materi pembelajaran secara bermakna yang dapat dikaitkan dengan kehidupan nyata. Dengan itu siswadapat memperoleh ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang dapat diaplikasikan dan ditransfer dari satu masalah ke masalah lainnya. Dalam pendekatan kontekstual ini, pembelajaran dapat dimulai dengan sajian atau tanya jawab lisan yang terkait dalam dunia nyata kehidupan siswa, sehingga akan terasa manfaat dari materi pembelajaran yang akan disajikan.

“Thus, CTL helps students connect the content they are learning to the life contexts in which that content could be used. Students then find meaning in the learning process. As they strive to attain learning goals, they draw upon their previous experiences and build upon existing knowledge. By learning subjects in an integrated, multidisciplinary manner and in appropriate contexts, they are able to use the acquired knowledge and skills in applicable contexts (Berns and Erickson 2001).”

Dengan demikian, CTL akan membantu siswa menghubungkan isi yang mereka pelajari dengan konteks kehidupan dimana isi yang dapat digunakan. Siswa kemudian menemukan arti dalam proses pembelajaran. Karena mereka berusaha untuk mencapai tujuan pembelajaran, mereka memanfaatkan pengalaman mereka sebelumnya dan membangun pengetahuan yang ada. Dengan mempelajari mata pelajaran secara terpadu, multidisiplin, dan dalam konteks yang tepat, mereka dapat menggunakan pengetahuan yang diperoleh dan keterampilan dalam konteks yang berlaku (Berns dan Erickson 2001).

Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning Approach) merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat membatu siswa untuk langsung

(7)

mengetahui dan terlibat langsung dalam proses pembelajaran tersebut. Pembelajaran yang sangat membantu siswa dan mempermudah siswa dalam mengingat dan memahami isi dari materi tersebut.

2.1.3.1 Pengertian Pendekatan Kontekstual

Pendekatan kontekstual learning merupakan proses pembelajaran yang bertujuan untuk membelajarkan siswa dalam memahami bahan ajar atau materi pembelajaran secara bermakna yang dapat dikaitkan dengan kehidupan nyata. Dengan itu siswadapat memperoleh ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang dapat diaplikasikan dan ditransfer dari satu masalah ke masalah lainnya(Sugiyanto:18).

“Contextual teaching and learning approach is a conception of teaching and learning that helps teachers relate subject matter content to real world situations; and motivates students to make connections between knowledge and its applications to their lives as family members, citizens, and workers and engage in the hard work that learning requires(Berns dan Erickson 2001).”

Pendekatan kontekstual adalah konsep pengajaran dan pembelajaran yang membantu guru menghubungkan isi mata pelajaran dengan situasi dunia nyata, dan memotivasi siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan dan aplikasinya untuk kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga, dan pekerja dan terlibat dalam kerja keras yang membutuhkan pembelajaran (Berns dan Erickson 2001).

2.1.3.2 Proses Belajar pada Pendekatan Kontekstual

Dalam pendekatan kontekstual proses belajar dapat dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut.

a. Belajar tidak hanya menghafal,

b. Ilmu pengetahuan merupakan kumpulan dari fakta-fakta,

c. Siswadapat menghadapi situasi baru dan dibiaskan dalam belajar, d. Belajar secara berkesinambungan dan struktur.

Dalam perkembangan kognitif terdapat tujuh proses yang dapat membantu dan membangun perngertian pesan terarah (Anderson dkk:2001). Ketujuh proses tersebut sebagai berikut.

(8)

1) Menafsirkan

Menafsirkan dapat diartikan mengodekan ulang atau kemampuan untuk mengubah informasi dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Menafsirkan ini terjadi ketika siswamencatat apa yang guru sampaikan dan siswadapat menyalin atau mengartikan ke dalam bahasa siswaitu sendiri.

Banyak hal yang aka diperoleh siswadari instruksi langsung dalam menafsirkan (Elaine dalam Oliver&Bowler:1996) menafsirkan bisa memiliki beragam bentuk. Dan menurut (Stiggins:2001) menyarankan bahwa latihan penafsiran untuk penilaian dan dapat memberikan bagian singkat, kolom atau tabel, dan minta sejumlah pertanyaan yang terkait dengan penafsiran materi. 2) Mencontohkan

Mencotohkan adalah latihan komunikasi dengan cara menjelaskan melalui contoh, contoh ini dapat diartikan bahwa pemikiran yang mewakili kelompok tertentu, pola tertentu, persoalan serupa yang dibandingkan dengan yang pernah dilakukan atau latihan yang menjelaskan prinsip atau konsep tertentu.

Menurut Khan (2002) seperangkat contoh meliputi contoh sederhana yaitu penjelasan bagi diri sendiri dan contoh khusus yaitu mencangkup semua karakteristik mengenai suatu hal.

3) Mengklasifikasi

Menurut Anderson dkk:2001(dalam Elaine,2011) menjelaskan bahwa mengklasifikasikan dan mencontohkan adalah kemampuan yang saling melengkapi. Mengklasifikasikan bisa dilakukan berdasarkan guru mengarahkan dan guru memberikan elemendan kategori yang akan diklasifikasikan.

4) Meringkas

Ada dua hal yang mendasar dalam meringkas yaitu mengisi bagian yang hilang dan menerjemahkan informasi ke dalam bentuk penggabungan (Marzano, Pickering & Pollack,2001 dalam Elaine,2011).

5) Menyimpulkan

Menyimpulkan adalah kemampuan untuk membuat konklusi berdasarkan bukti. Harvey dan Goudvis (2000) mengusulkan bahwa untuk memahami

(9)

kesimpulan bisa dilakukan dengan tebak kata, dalam hal ini ahli juga mengatakan bahasa tubuh dan ekspresi juga dapat membantu siswa.

6) Membandingkan

Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan merupakan cara nomor satu untuk meningkatkan prestasi siswa, sesuai dengan hasil sebuah analisis yang menggabungkan dan menganilisis beberapa hasil penelitian (Marzano:1998). 7) Menjelaskan

Menjelaskan mempunyai dua pemahaman sebab dan akibat. Dalam penjelasan sebuah sistem, siswadapat mengembangkan dan menggunakan model sebab dan akibat.

2.1.3.3 Teori yang melandasi Pendekatan Kontekstual

Beberapa teori yang di kemukakan oleh beberapa ahli yang berkembang berkaitan dengan pendekatan kontekstual sebagai berikut.

a. Knowledge-Based Constructivism

Teori ini beranggapan bahwa belajar bukan hanya menghafal, melainkan mengalami, dimana siswa dapat membangun pengetahuannya dengan berperan aktif dalam proses pembelajaran.

b. Effort-Based Learning

Teori ini beranggapan bahwa bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar akan mendorong siswa memiliki komitmen terhadap belajar.

c. Socialization

Teori ini beranggapan bahwa belajar merupakan proses sosial yang dapat menentukan tujuan belajar.

d. Situated Learning

Teori ini beranggapan bahwa pengetahuan dan pembelajaran harus situasional, baik dalam konteks fisik maupun sosial dalam rangka mencapai tujuan belajar.

e. Distributed Learning

Teori ini beranggapan bahwa siswa merupakan bagian yang integral dari proses pembelajaran dan di dalam pembelajaran tersebut terjadi banyak proses

(10)

meliputi pengetahuan dan bermacam-macam tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.

2.1.3.4 Karakteristik Pendekatan Kontekstual

Karakteristik pendekatan kontekstual sebagai berikut. a. Kerjasama antara siswa dan guru,

b. Saling membatu antara siswa dan guru, c. Belajar yang menyenangkan,

d. Pembelajaran terintegrasi secara konstektual, e. Menggunakan multi media dan sumber belajar, f. Cara belajar siswa aktif,

g. Siswa aktif , kritis dan guru kreatif, mengetahui kebutuhan siswa, h. Dinding kelas dan lorong kelas penuh dengan karya siswa, i. Mempunyai banyak laporan dari siswa.

2.1.3.5Komponen Pendekatan Kontekstual

Beberapa komponen yang ada dalam pendekatan kontekstual sebagai berikut. a. Konstruktivisme, b. Inkuiri, c. Bertanya, d. Masyarakat belajar, e. Pemodelan, f. Refleksi.

2.1.3.6 Faktor-faktor dalam Pendekatan Kontekstual

Faktor-faktor yang ada dalam pendekatan kontekstual (Stiggins:2001) sebagai berikut.

a. Merencanakan pembelajaran,

b. Membentuk kelompok belajar yang saling bergantung, c. Mempertimbangkan keberagaman siswa,

d. Menyediakan lingkungan yang mendukung pembelajaran mandiri, e. Memperhatikan multi-intelegensi,

(11)

g. Mengembangkan pemikiran siswa, h. Memfasilitasi terhadap penemuan, i. Mengembangkan rasa ingin tahu,

j. Menciptakan masyarakat belajar dengan kerjasama antara siswa. 2.1.3.7Indikator dalam Pendekatan Kontekstual

Indikator-indikator yang ada dalam pendekatan kontekstual sebagai berikut. a. Konstruktivisme. b. Menemukan, c. Bertanya, d. Masyarakat belajar, e. Pemodelan, f. Refleksi,

g. Penilaian yang sebenarnya.

Indikator yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian sebagai berikut. a. Menemukan masalah,

b. Bertanya,

c. Kerjasama atau kerja dalam kelompok,

d. Dapat mengungkapkan pendapat yang berkaitan dengan masalah yang diberikan oleh guru.

2.1.3.8 Cara mengatasi kendala penerapan Pendekatan Kontekstual

Cara mengatasi kendala penerapan pendekatan kontekstual untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas 4 SD Negeri 01Gandulan adalah guru harus terampil dalam menerapkan pendekatan kontekstual sebagai berikut.

a. Mengkaji konsep dan kompetensi dasar yang akan dipelajari oleh siswa,

b. Memahami latar belakang dan pengalaman hidup siswa melalui proses pengkajian secara seksama,

c. Mempelajari lingkungan sekolah dan tempat tinggal siswa, selanjutnya memilih dan mengaitkannya dengan konsep dan kompetensi yang akan dibahas dalam proses pembelajaran kontekstual,

(12)

d. Merancang pembelajaran dengan mengaitkan konsep atau teori yang dipelajari dengan mempertimbangkan pengalaman yang dimiliki siswa di lingkungan kehidupan mereka,

e. Melaksanakan pengajaran dengan selalu mendorong siswa untuk mengaitkan apa yang sedang dipelajari dengan pengetahuan/pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya dan mengaitkan apa yang dipelajarinya dengan fenomena kehidupan sehari-hari,

f. Melakukan penilaian terhadap pemahaman siswa. Hasil penilaian tersebut dijadikan sebagai bahan refleksi terhadap rancangan pembelajaran dan pelaksanaan.

2.1.3.9Langkah-langkah Pendekatan Kontekstual

Pembelajaran pendekatan kontekstual dalam kelas mempunyai langkah-langkah (Arends, 2008: 14 dalam Elaine,2011) sebagai berikut.

a. Pemilihan Topik dan diskusi seluruh siswa, b. Siswa memilih subtopik tertentu,

c. Dalam bidang permasalahan umum tertentu, yang biasanya diterangkan oleh guru,

d. Siswa kemudian diorganisasikan kedalam kelompok-kelompok kecil berorientasi tugas yang beranggotakan dua sampai enam orang. Komposisi kelompoknya heterogen baik secara akademis maupun etnis,

e. Siswa dan guru merencanakan prosedur, tugas, dan tujuan belajar tertentu dengan sub topik.

Langkah-langkah penyusunan RPP berbasis pendekatan kontekstual sebagai berikut.

a. Menyatakan kegiatan pertama pembelajaran, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa merupakan gabungan standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok dan pencapaian belajar,

b. Menyatakan tujuan umum pembelajarannya,

c. Rincilah media dan alat peraga untuk mendukung kegiatan itu, d. Buatlah scenario tahap demi tahap,

(13)

e. Nyatakan authentic assessment, dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.

2.1.4 Project Based Learning

Project-based learningan approach that focuses on the central concepts and principles of a discipline, involves students in problem-solving investigations and othermeaningful tasks, allows students to work autonomously to construct their own learning,and culminates in realistic products (Buck Institute for Education 2001).

Pembelajaran berbasis proyek merupakanpendekatan yang berfokus pada suatu konsep dan mempunyai prinsip disiplin, melibatkan siswa dalam mencari pemecahan masalah dan tugas bermakna lainnya, memungkinkan siswa untuk bekerja mandiri untuk membangun belajar mereka sendiri, dan meningkat dengan hasil produk nyata (Buck Institute for Education 2001).

Dalam Project Based Learningsiswa lebih fokus pada pembuatan proyek yang sebelumnya merupakan hasil pemecahan masalah baik individu dan kelompok. Project Based Learningini berpusat pada siswa, kekreatifan siswa lebih diutamakan dan siswa diajarkan pada keadaan nyata atau realistik sesuai dengan lingkungan sekitar siswa.

2.1.4.1 Pengertian Project Based Learning

Definisi secara lebih komperehensif tentang Project Based Learning menurut The George LucasEducational Foundation (2005) adalah sebagai berikut.

a. Project-based learning is curriculum fueled and standards based. Project Based Learning merupakan pendekatan pembelajaran yang menghendakiadanya standar isi dalam kurikulumnya. Melalui Project Based Learning, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun (a guiding question) dan membimbing siswa dalam sebuah proyekkolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalamkurikulum. Pada saat pertanyaan terjawab, secara langsung siswa dapat melihat berbagai elemen

(14)

mayor sekaligus berbagai prinsip dalamsebuah displin yang sedang dikajinya (The George Lucas Educational Foundation: 2005).

b. Project-based learning asks a question or poses a problem that each student can answer. Project Based Learning adalah model pembelajaranyang menuntut pengajar dan atau siswa mengembangkanpertanyaan penuntun (a guiding question). Mengingat bahwa masing-masingsiswa memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Project Based Learning memberikan kesempatan kepada para siswa untukmenggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yangbermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Halini memungkinkan setiap siswapada akhirnya mampu menjawabpertanyaan penuntun (The George Lucas Educational Foundation: 2005).

c. Project-based learning asks students to investigate issues and topics addressing real-world problems while integrating subjects across the curriculum. Project Based Leraning merupakan pendekatan pembelajaranyang menuntut siswa membuat “jembatan” yang menghubungkan antar berbagai subjek materi. Melalui jalan ini, siswa dapat melihat pengetahuan secara holistik. Lebih daripada itu, Project Based Learning merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata, hal iniakan berharga bagi atensi dan usaha siswa(The George LucasEducational Foundation: 2005).

d. Project-based learning is a method that fosters abstract, intellectual tasks to explore complex issues. Project Based Learning merupakan pendekatanpembelajaran yang memperhatikan pemahaman. Siswa melakukaneksplorasi, penilaian, interpretasi dan mensintesis informasi melalui carayang bermakna (The George Lucas Educational Foundation: 2005).

2.1.4.2 Karakteristik Project Based Learning

Global SchoolNet (2000) melaporkan hasil penelitian the AutoDesk Foundation tentang karakteristik Project Based Learning. Hasil penelitiantersebut menyebutkan bahwa Project Based Learning adalah pendekatan pembelajaran yang memiliki karakteristik sebagai berikut.

a. Siswa membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja,

(15)

c. Siswa mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang diajukan,

d. Siswa secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses danmengelola informasi untuk memecahkan permasalahan,

e. Proses evaluasi dijalankan secara berkelanjutan,

f. Siswasecara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudahdijalankan, g. Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif,

h. Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan (Global SchoolNet, 2000).

2.1.4.3 Langkah-langkah pembelajaran Project Based Learning

Langkah-langkah pembelajaran dalam Project Based Leraning sebagaimana yang dikembangkan oleh The George Lucas Educational Foundation (2005) terdiri dari:

a. Starts With the Essential Question

Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi penugasan siswadalam melakukan suatuaktivitas.Mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Pengajar berusaha agar topik yang diangkat relefan untuk siswa (The George LucasEducational Foundation : 2005).

b. Design a Plan for the Project

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan siswa. Dengan demikian siswa diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek (The George Lucas Educational Foundation : 2005).

c. Creates a Schedule

Pengajar dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek.Aktivitas pada tahap ini sebagai berikut.

(16)

2) membuat deadline penyelesaian proyak,

3) membawa siswa agar merencanakan carayang baru,

4) membimbing siswa ketika mereka membuat carayang tidak berhubungan dengan proyek, dan

5) memintasiswa untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara (The George Lucas Educational Foundation:2005).

d. Monitor the Students and the Progress of the Project

Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas siswaselama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi siswapada setiap proses. Dengan kata lain pengajar berperan menjadi mentor bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting (The George LucasEducational Foundation : 2005).

e. Assess the Outcome

Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai siswa, membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya (The George Lucas EducationalFoundation : 2005).

f. Evaluate the Experiences

Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan siswa melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan siswamengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran (The George Lucas EducationalFoundation : 2005). 2.1.4.4 Penerapan Project Based Learning

Neumont University (2006) melaporkan hasil riset yang dilakukan oleh National Training Laboratory tentang model pembelajaran yang melibatkan siswa

(17)

untuk saling berperan aktif dalam proses pembelajaran sebagaimana yang dikembangkan dalam Project Based Learning yaituresearch shows that we retain significantly more of what we learnwhen we learn by doing or from teaching others than we retain when we learnfrom lectures or from reading.

Rata-rata daya serap siswa

Itulah beberapa penelitian yang dilakukan oleh para praktisi pendidikan yang menggambarkan bagaimana pendekatan Project Based Learning dapat digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah dalam rangka peningkatan keberhasilan pendidikan dan peningkata hasil belajar siswa.

2.1.4.5 Perbandingan kelas konvensional dan kelas Project Based Learning Perbandingan kelas konvensional dan kelas Project Based Learningmenurut Global SchoolNet, 2000 sebagai berikut.

(18)

Tabel 2.2

Perbandingan Kelas Konvensional dan Kelas Project Based Learning

(Global SchoolNet, 2000)

Kelas Konvensional Kelas Project Based Learning

2.1.5 Sintaks pembelajaran Pendekatan Kontekstual melalui Project Based

Learning

Menurut beberapa ahli, sintaks pembelajaran Pendekatan Kontekstual melalui Project Based Learning sebagai berikut.

Tabel 2.3

Sintaks Pembelajaran Pendekatan Kontekstual Melalui Project Based Learning

Tahapan Aktivitas Keterangan

Pembukaan  Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan keperluan yang dibutuhkan, mengajukan permasalahan, dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih pada hari itu.

(19)

Eksplorasi  Siswa diajak untuk melihat lingkungan sekitar,

 Guru menjelaskan materi,

 Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut,  Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan

informasi,

 Guru membagi kelompok pada siswa,

 Siswa membuat project yang sudah ditentukan dalam kelompok.

Elaborasi  Siswa diberikan soal / LKS,

 Siswa mengerjakan soal individu / kelompok / games.

Konfirmasi  Mencocokan soal yang dikerjakan individu / yang dikerjakan kelompok ( games ),

 Siswa mendemonstrasikan project yang dibuatnya dalam kelompok.

Penutup  Guru dan siswa membuat kesimpulan atau refleksi yang sudah diajarkan,

 Siswa diberikan pekerjaan rumah

2.2 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Pendekatan Kontekstual suatu strategi pembelajaran yang menekankan kepada prospek keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga memotivasi siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka dan medorong siswa untuk aktif (Wina Sanjaya, 2006: 253).

Penelitian dilakukan oleh Siti Lestari dalam judulnya “Penerapan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan hasil belajar matematika kelas II SD Negeri III Bubakankecamatan Girimarto kabupaten Wonogiri tahun pelajaran 2009/2010”, yaitu ditandai dengan: Siswa kelas II sebanyak 22 anak mengalami peningkatan hasil belajar sebesar 63,63% dibandingkan sebelum tindakan yang hanya 36,37%

Penelitian yang dilakukan Lina Hidayatul Ilmiyah dalam judulnya “Penerapan pendekatan pembelajaran Kontekstual di kelas II di SD N V Puspo Pasuruan” hasil penelitian pada siklus I berdasarkan nilai yang diperoleh siswa dengan ketuntasan individu 60% dari 18 siswa dikategorikan tuntas. Sedangkan

(20)

untuk ketuntasan kelas 70% sudah tercapai dengan nilai rata-rata kelas 83,5 nilai tertinggi 94 dan nilai terendah 71 siklus I sudah tuntas. Siklus II sebagai siklus konfirmasi tujuannya untuk memantapkan apakah ketuntasan siklus I hanya kebetulan saja atau ada faktor yang lain, dari 18 siswa dengan ketuntasan individu 70%, 16 siswa dikategorikan tuntas dan 2 siswa dikategorikan tidak tuntas, ketuntasan kelas 80% sudah tercapai dengan nilai rata-rata kelas 81,8, nilai tertinggi 91, dan nilai terendah 63 siklus II dikategorikan tuntas.

Penelitian yang dilakukan oleh Lestari Wulan Puji dalam judulnya “Penerapan pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) untuk meningkatkan hasil belajar daya ingat siswa kelas XI mata pelajaran akutansi di SMAN 1 Sutojayan Kabupaten Blitar”.Hasil penelitian menunjukkan bahwa hasil belajar daya ingat siswa di kelas XI IPS V mengalami peningkatan.Hal ini dapat ditunjukkan dengan meningkatnya hasil belajar daya ingat siswa dengan melakukan tes evaluasi. Hasil belajar daya ingat siswa dapat dilihat dari presentase pada siklus II meningkat dari skor rata- rata sebesar 74, 31dengan presentase 56% meningkat menjadi 77, 09 dengan presentase 75%.

2.3 Kerangka Berpikir

Banyaknya siswayang belum mencapai KKM dikarenakan guru masih cenderung pada teksbook dan ceramah atau mengunakan pembelajaran konvensional. Dan guru tidak mengingat bahwa siswa belum bisa berpikir dan fokus lama terhadap pelajaran jika siswa hanya mendengarkan dan tidak mengalami langsung atau terlibat dalam pembelajaran.

Dengan masalah tersebut peneliti menggunakan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran. Dengan pendekatan kontekstual melalui Project Based learning siswa, siswa dapat mengingat materi pelajaran lebih lama karena siswa dapat mengalami langsung dalam pembelajaran tersebut. Dan siswa dapat lebih lama fokus dengan materi tersebut.

(21)

Bagan 2.1

Bagan kerangka berpikir

Dampak dengan diberikan pendekatan kontekstual melalui Project Based Learning, siswa dapat mudah menghafalkan materi yang diberikan.Siswa dapat lebih aktif dan kreatif dalam pembelajaran.Siswa tidak hanya mudah menghafalkan materi tetapi siswa juga dapat membuat hasil karya / proyek yang sudah diajarkan oleh guru. Sehingga hasil belajar siswa akan lebih meningkat karena materi yang siswa dapat langsung diaplikasikan ke proyek.

Dengan adanya penelitian ini, siswadiharapkan dapat mencapai nilai KKM yang sudah ditetapkan oleh guru, kepala sekolah dan pemerintah kecamatan setempat. Dan siswa dapat lebih memahami materi yang diberikan denga mudah.

2.4 Hipotesis Penelitian

Penerapan Pendekatan kontekstual melalui Project Based Learningdiduga dapat meningkatkan hasil belajar pembelajaran Matematika Standar Kompetensi “memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar” kelas IV di SD N 01 Gandulan.

Hasil kurang maksimal dan belum tuntasnya

KKMkkksndajdnadadkurang mencapai 50%

Guru menggunakan pendekatan kontekstual melalui Project Based Learning. Berdampak dengan siswa yang dapat belajar lebih aktif, kreatif dan dari materi yang siswa dapatkan dari penjelasan guru dapat di realisasikan dengan pembuatan proyek Ceramah Pendekatan Kontestual melalui Project Based Learning Peningkatan Hasil Belajar Pra tindakan Tindakan Hasil akhir

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan yang telah dipaparkan, belum ada penelitian tentang media pembelajaran klasifikasi dengan Model Tree berbasis Android, sehingga penelitian yang dilakukan

Hasil penelitian tentang keefektifan metode bermain peran (Role Playing) terhadap pembelajaran berpidato pada siswa kelas VI SD Negeri Ciampel kecamatan Padalarang tahun

Studi Tempat Lahir Tanggal Lahir Alamat HP Email Kampus Email Pribadi. 61 180103012

Di dalam pelaksanaan supervisi kepala sekolah yang diterapkan dalam rangka meningkatkan motivasi dan kinerja guru di SMPN 3 Masbagik Kabupaten Lombok Timur Tahun

Pada alat tenun ini benang lusi dalam posisi vertikal dan selalu tegang karena ada pemberat atau beban, sedangkan benang pakan disisipkan dengan suatu alat yang disebut

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap sistem persediaan barang pada PT Sakura Yasa Prima dan mengembangkan system

Menentukan sasaran satuan pendidikan yang akan didampingi anggota POKJA, dengan memprioritaskan pada satuan pendidikan yang telah menerima bantuan dana untuk penguatan ekosistem

Konveksi paksa adalah perpindahan suatu panas pada gas/aliran fluida, terjadi karena pengaruh energy dari luar. Mekanisme pada konveksi ini terjadi adanya pengaruh luar seperti