• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE BERCERITA DENGAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK PADA ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE BERCERITA DENGAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK PADA ANAK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE BERCERITA DENGAN MEDIA BONEKA

TANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK

PADA ANAK

Ni Komang Juliandari

1

,

I Nyoman Wirya

2

,

Nice Maylani Asril

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:

Juliandari72@gmail.com

1

,

nyomanwirya14@gmail.com

2

,

nice.asril@gmail.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan menyimak pada anak, setelah diterapkan metode bercerita pada anak kelompok B TK Mahawidya Kumara Batuan Kaler Tahun Pelajaran 2014/2015. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B TK Mahawidya Kumara yang berjumalah 22 orang. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus, terdiri dari 16 pertemuan dalam 1 siklus dan 8 pertemuan pada siklus 2. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui observasi. Observasi merupakan penilaian dengan mengamati secara langsung serta mendokumantasikan hal-hal penting yang terjadi dalam penelitian. Dalam penelitian ini data yang dikumpulkan melalui lembar observasi. Data dianalisis melalui teknik analisis deskeriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukan penerapan metode bercerita dengan media boneka tangan dapat meningkatkan kemampuan menyimak pada anak kelompok B TK Mahawidya Kumara Batuan Kaler Tahun Pelajaran 2014/2015. Kemampuan menyimak anak meningkat secara signifikan, hal ini dapat dilihat dari siklus I sebesar 65,31% menjadi 84,37% pada siklus II yang berada kategori tinggi. Jadi telah terjadi peningkatan kemampuan menyimak pada anak setelah diterapkan metode bercerita dengan media boneka tangan sebesar 19,06%.

Kata-kata kunci: Metode bercerita, Media boneka tangan, Kemampuan menyimak. Abstract

This research was aimed to know the improvement of students’ listening skill by implementing storytelling method for B group students in TK Mahawidya Kumara BatuanKaler on academic year 2014/2015. The subject of this research were of B group’s students in TK Mahawidya Kumara BatuanKaler on academic year 2014/2015 which were contained 22 students. This research was classroom action research (CAR) which was held in two cycles, 12 meetings in one cycle. Each meeting continuously held from planning, implementation, observation, and reflection. In this research, technique of data collection used observation method. Observation method is assessment that involves the researcher to observe continuously, directly and collect some documentation which is important in learning process. In this research, the data collection was collected by using observation sheet. The data was analyzed by using quantitative descriptive statistical analysis. The result of this research showed that the implementation of storytelling with hand puppet can increase students’ listening skill in TK Mahawidya Kumara BatuanKaler on academic year 2014/2015. The students’ ability was significant improved, it can be seen in first cycle with percentage about 65.31 and then change into 84.37% in the second cycle. In conclusion, there was an improvement on students’ listening skill by integrating storytelling method with hand puppet which has percentage about 19.6%.

(2)

PENDAHULUAN

Keberhasilan pembangunan nasional ditentukan oleh sumber daya manusia yang memiliki kualitas, dan tentunya kualitas sumber daya manusia itu akan tergantung dari mutu pendidikan yang ada. Banyak faktor yang ikut terlibat dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan seperti peranan pemerintah, orang tua anak, guru dan masyarakat. Dalam meningkatkan kualitas pendidikan sumber daya manusia, semestinya di mulai dari anak usia dini. Pendidikan anak usia dini pada hakekatnya adalah pendidikan yang diselenggarakan dengan tujuan untuk memfasilitasi pertumbuhan anak secara menyeluruh atau menekankan pada pengembangan seluruh aspek kepribadian anak. Pendidikan bagi anak usia dini adalah pemberian upaya untuk menstimulasi, membimbing, mengasuh dan pemberian kegiatan pembelajaran dan keterampilan pada anak Taman Kanak- kanak (TK)

Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah pendidikan yang sangat penting dan sangat medasar bagi setiap manusia. Inilah yang merupakan tahun- tahun yang sangat menentukan untuk perkembangan dan pertumbuhan anak. Undang- undang Nomer 20 tahun 2003 (dalam permendiknas No. 58 Tahun (2009) tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa, Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Taman Kanak- kanak yang selanjutnya disingkat TK merupakan salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang ada dijalur pendidikan formal yang menyediakan program pendidikan bagi anak usia 4-6 tahun sebelum memasuki pendidikan dasar. Pada usia 4-6 tahun merupakan masa peka bagi anak untuk menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak. Pengalaman yang diperoleh anak dari lingkungan, termasuk

stimulasi yang diberikan oleh orang dewasa, akan mempengaruhi kehidupan anak dimasa yang akan datang. Untuk itu, agar perkembangan anak tercapai secara optimal, maka dibutuhkan situasi dan kondisi yang kondusif pada saat memeberikan stimulasi dan upaya- upaya pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan anak yang satu dengan lainnya. Oleh karena itu, pendidikan yang dilakukan pada anak usia dini adalah upaya memfasilitasi seluruh potensi anak.

Perkembangan kemampuan bahasa adalah salah satu kemampuan dasar anak. Perkembangan kemampuan bahasa dalam hal menyimak merupakan kemampuan anak untuk dapat mendengar pendapat orang lain dengan indera pendengarannya, dan anak juga dapat memahami apa yang didengarnya. Kemampuan menyimak anak TK dapat dilihat dari kegiatan anak dalam mengulang cerita, mengulang kalimat yang telah didengarnya, dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa, dimana, berapa dan bagaimana serta mentebutkan tokoh- tokoh yang ada dalam cerita. Kemampuan bahasa dipelajari dan diperoleh anak usia dini secara alamiah untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Sebagai alat sosialisasi, bahasa merupakan suatu cara untuk merespon orang lain, ada empat macam bentuk bahasa yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis Bromley (Dhieni 2011: 1.19)

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan guru pada tanggal 10 Desember di TK Mahawidya Kumara Batuan Kaler semester II tahun ajaran 2014/2015 menunjukkan kurangnya perkembangan bahasa anak TK khususnya dalam kemampuan menyimak. Hal ini terlihat dari hasil belajar anak kelompok B yang menunjukan bahwa, dimana dari 22 anak 4 anak mendapat nilai belum berkembang (*), dan 9 anak yang mulai berkembang (**), dari data-data tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perkembangan bahasa khususnya dalam kemampuan menyimak di TK Maha Widya Kumara Batuan Kaler perlu di tingkatkan.

(3)

Sebagai pendidik di TK, guru sebaiknya memiliki cara untuk memecahkan masalah tersebut maka digunakan metode pembelajaran yang tepat untuk menghasilkan kegiatan pembelajaran yang inovatif. Sebagai seorang pendidik anak TK pemilihan metode pembelajaran yang tepat sebaiknya disesuaikan dengan kemampuan anak dan memeperhatikan prinsip-prinsip pendidikan untuk anak usia dini. Metode bercerita dapat digunakan untuk mengembangkan prilaku dan kemampuan dasar pada anak usia dini. Metode bercerita mampu memberikan hasil yang maksimal untuk mengembangkan potensi kemampuan menyimak pada anak, agar metode bercerita bisa diterapkan lebih efektif, diperlukan media yang menarik untuk membatu kegiatan pembelajaran. Metode bercerita berbantuan media boneka tangan dapat mengembangkan kemampuan menyimak anak, karena dengan bantuan media boneka tangan anak akan menjadi lebih tertarik untuk medengarkan cerita. Boneka tangan merupakan media yang lucu dan memiliki bentuk dan warna yang unik, sehingga anak mampu mengingat cerita dan tokoh- tokoh yang diperankan oleh boneka tangan. Hal ini diperdegas dengan pendapat Dhieni (2011:6.29) yang menyatakan sebuah cerita akan menarik didengarkan dan diperhatikan apabila menggunakan alat peraga.

Berdasarkan latar belakang tersebut untuk mengetahui kemampuan menyimak anak usia dini maka, dilakukan suatu penelitian yang berjudul Penerapan Metode Bercerita Dengan Media Boneka Tangan Untuk Meningkatkan Kemampuan Menyimak Pada Anak Kelopok B Semester II Tahun Pelajaran 2014/2015 di TK Mahaidya Kumara Batuan Kaler.

Metode merupakan bagian dari strategi kegiatan. Metode dipilih berdasarkan strategi kegiatan yang sudah dipilih dan ditetapkan. Menurut (Agung, 2012:1) Metode adalah jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan. Metode yang dianggap sesuai dan dapat digunakan dalam kegiatan pembelajar di TK adalah sebagi berikut. 1) metode bermain; 2)

metode karyawiasata; 3) metode bercakap-cakap; 4) metode bercerita/ mendongeng; 5) metode demonstrasi; 6) metode proyek; 7) metode pemberian tugas. Yuliantini (2010: 31). Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran di TK adalah metode bercerita.

Menurut Isjoni (2011: 90) Metode bercerita adalah cara untuk meneruskan warisan dan metode bercerita juga dapat menjadi media untuk menyampaikan nilai-nilai moral dan perkembangan bahasa pada anak. Pengertian metode bercerita menurut yuliantini (2010: 37) bahwa metode bercerita merupakan salah satu bentuk pemberian pengalaman belajar bagi anak dengan cara membawakan cerita secara lisan ataupun dengan membaca secara langsungdari buku. Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi secara lisan dengan alat atau tanpa alat, untuk menyampaikan pesan dan informasi kepada pendidik. bercerita adalah suatu kegiatan yang menjelaskan terjadinya suatu hal, peristiwa dan kejadian yang dialami diri sendiri maupun orang lain. Kegiatan bercerita dapat memberikan hiburan dan merangsang imajinasi siswa dan dapat mengembangkan nilai- nilai moral anak.

Tujuan metode bercerita menurut bercerita menurut Dhieni (2011: 6.7) Tujuan bercerita adalah agar anak mampu mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang disampaikan oleh orang lain sehingga anak dapat menceritakan dan mengekspresikan apa yang didengarkan dan diceritakannya kepada orang lain. Menurut Isjoni (2011: 90-91) menyatakan bahwa tujuan dari metode bercerita adalah 1) membantu mengembangkan fantasi anak, 2) mengembangkan perkembangan bahasa anak, dan 3) mengembangkan nilai moral pada anak. Manfaat metode bercerita menurut Dhieni, dkk. (2011:6.8) menyatakan bahwa, ada beberapa manfaat metode bercerita adalah: 1)Melatih daya serap untuk mampu memahami isi atau ide-ide pokok dalam cerita secara keseluruhan, 2) melatih daya pikir anak untuk proses cerita dan mempelajari hubungan- hubungan sebab akibat, 3) melatih daya konsentrasi anak

(4)

untuk memusatkan kepada keseluruhan cerita untuk menangkap ide pokok dalam cerita, 4) mengembangkan daya imajinasi anak untuk menggambarkan situasi yang berada diluar jangkauan indranya bahkan yang jaug dari lingkungan sekitarnya, 5) menciptakan situasi yang menggembirakan serta mengembangkan suasana hubungan yang akrab sesuai dengan tahap perkembangannya, 6) membantu perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi secara efektif dan efisien sehingga proses percakapan menjadi komunikatif. Berdasarkan pedapat beberapa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa metode bercerita bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar, menanamkan pesan- pesan moral-agama yang ada dalam cerita misalnya antara perbuatan baik dan perbuatan tidak baik, mengembangkan kemampuan bahasa, melatih anak untuk mendengarkan, melatih kemampuan mengingat anak serta mengembangkan potensi kreatif yang dimiliki oleh anak. Sedangkan manfaat metode bercerita adalah membantu perkembngan bahasa anak, memberikan pengalaman belajar untuk melatih mendengarkan dan menyimak.

Langkah-langkah pelaksanaan metode bercerita pada dasarnya merupakan urutan yang dilakukan oleh guru pada saat melakukan kegiatan bercerita. Adapun langkah- lankah kegiatan bercerita menurut menurut Dhieni, dkk (2011: 6.53) menyatakan bahwa, 1) anak memperhatikan guru menyiapkan alat peraga dan boneka yang dipergunakan, 2) anak mengatur posisi tempat duduknya, 3) anak memperhatikan guru menunjukan alat peraga yang telah disiapkan dan menyebutkan nama- nama tokoh dalam cerita, 4) memberitahukan kepada anak judul cerita, 5) anak mendengarkan guru bercerita dengan melaksanakan dialog/ percakapan antar boneka, 6) sambil bercerita guru menggerakan boneka tangan secara bergantian sesuai isi cerita, 7) setelah selesai bercerita guru memperlihatkan kembali seluruh boneka tangan secara bergantian, 8) guru dan anak menyimpulkan isi cerita.

Pada hakekatnya kegiatan pembelajaran merupakan proses komunikasi. Peranan media dalam komunikasi pembelajaran di TK semakin penting artinya mengingat perkembangan anak, pada saat itu berada pada masa kongkrit. Media dalah alat bantu apasaja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan, guna mencapai tujuan pengjaran Bahri (2006: 121).

Jenis- jenis media pembelajaran adalah: 1)Media visual adalah media yang digunakan hanya mengandalkan indra penglihatan anak, 2) Media audio adalah jenis media yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan hanya melibatkan indra pendengaran anak, 3) Media Audio Visual adalah jenis media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan melibatkan pendengaran dan penglihatan dalam satu proses atau kegiatan Asyhar (2012: 45).

Salah satu media pendidikan berupa media boneka tangan dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran di TK adalah boneka tangan. Menurut Ahira (Mutaqin 2013: 33) menyatakan bahwa, Boneka tangan adalah, boneka yang cara memainkannya hanya dengan satu dan boneka ini hanya terdiri dari kepala dan dua tangan saja. Bagian badan dan kakinya hanya merupakan baju yang menutup lengan orang yang memainkannya. Selain itu, penggunaan bendabenda nyata atau makhluk hidup dalam pengajaran sering kali dianggap paling baik. Ada berbagai karakter boneka tangan yang ada di pasaran, misalnya binatang, buah-buahan, orang dan tokoh kartun yang terkenal dikalangan anak-anak.

Media boneka tangan memiliki kelebihan dan kelemahan, menurut Dhieni (2011: 6.53) kelebihan media boneka tangan adalah 1) boneka dibuat sesuai dengan tokoh cerita, menarik bagi anak dan mudah dimainkan oleh anak dan guru, 2) boneka mudah dimainkan, saat memainkan memasukannya kedalam tangan sehingga tidak perlu keahlian khusus untuk memainkannya, 3) tidak memerlukan tempat dan persiapan terlalu rumit, dan kelemahan media boneka tangan adalah 1) hendaknya

(5)

hafal cerita, 2) bisa membedakan suara antara boneka satu dan yang lainnya, Dhieni (2011: 6.53). Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa kelemahan media boneka tangan adalah guru harus menghafal cerita dan guru sebaiknya mampu untuk membedakan suara boneka satu dengan boneka yang lainnya.

Perkembangan bahasa sebagai salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki anak, terdiri dari beberapa tahapan sesuai dengan usia dan karakteristik perkembangannya. Menurut Susanto (2012: 74) menyatakan bahwa, bahasa adalah alat untuk berfikir, mengekspresikan diri dan berkomunikasi.

Menurut Susanto (2012: 81) menyatakan bahwa fungsi perkembangan bahasa adalah: 1) sebagai alat berkomunikasi dengan lingkungan, 2) sebagai alat untuk mengembangkan kemampuan intelektual anak, 3) sebagai alat untuk pengembangan ekspresi anak, 4) sebagai alat untuk menyatakan perasaan dan buah pikiran kepada orang lain.

Kemampuan menyimak terdiri dari dua kata yaitu kemampuan dan menyimak, selanjutnya akan dijelaskan pengertian kemampuan menyimak sebagai satu kesatuan arti. Pengertian kemampuan menurut kamus besar bahasa indonesia (2001: 286) adalah kesanggupan yang artinya sanggup melakukan sesuatu yang diperintahkan oleh orang lain dan menyelesaikan tugas yang diberikan dengan baik.

Menyimak, menurut Musfiroh (Tastilati 2011), “merupakan kegiatan mendengarkan bunyi bahasa secara sungguh-sungguh, seksama”. Menurut Anderson (Dhieni dkk, 2011:4.6) menyimak bermakna “mendengarkan dengan penuh pemahaman dan perhatian serta apresiasi”. Menyimak sangat dekat maknanya dengan mendengar dan mendengarkan. Jika dipelajari lebih jauh, ketiga kata itu memiliki perbedaan pengertian. Namun, banyak orang yang kurang memahami perbedaan itu Sutari (Tasliati 2011). berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan menyimak adalah kesanggupan dalam mendengarkan secara

bersungguh- sungguh, dan memperhatikan baik- baik apa yang dikatakan oleh orang lain untuk memperoleh informasi yang disampaikan oleh orang lain melalui bahasa lisan.

Menyimak merupakan suatu kegiatan melatih anak untuk mendengarkan secara aktif agar memperoleh informasi. Menurut Dhieni (2011: 4.9) menyatakan bahwa, tujuan menyimak bagi anak, 1) Belajar bagi anak TK tujuan mereka menyimak pada umumnya adalah untuk belajar, 2) mengapresiasi artinya menyimak bertujuan untuk dapat memahami, menghayati, dan menilai bahan yang disimak, 3) menghibur diri menyimak yang bertujuan untuk menghibur diri artinya dengan menyimak anak merasa senang dan gembira, 4) memecahkan masalah yang dihadapi tujuan ini biasanya ditemui pada orang dewasa.

Menyimak memegang peranan peting dalam kehidupan manusia, demikian pula dalam kehidupan anak. Menurut Tragian (Dhieni 2011: 4.7) menyatakan bahwa tujuan menyimak adalah: 1) Memperoleh informasi; 2) membuat hubungan antar pribadi lebih efektif; 3) agar dapat memberikan respon yang positif; 4) mengumpulkan data agar dapat membuat keputusan yang masuk akal. Dari paparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dan fungsi menyimak merupakan dasar belajar berbahasa untuk mengembangkan kemampuan berbahasa tulis, memperlancar komunikasi lisan, dan menambah informasi serta pengetahuan memperoleh informasi. Sedangkan fungsi dari menyimak adalah belajar untuk membedakan bunyi-bunyi yang diperdengarkan oleh guru, memahami tentang apa yang didengarkan, menghibur diri serta memecahkan suatu masalah.

METODE

Menurut Agung (2010:2), PTK sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan- tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan mengembangkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesiaonal. Menurut Agung (2012: 24)

(6)

menyatakan PTK adalah penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas, segera, dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pembelajaran yang sedang berjalan. Pada penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan rancangan penelitian dengan menggunakan siklus yang terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan tahap refleksi. Dengan merencanakan sebanyak dua siklus namun apabila dalam dua siklus ini belum mampu meningkatkan kemampuan menyimak, maka tidak menutup kemungkinan untuk melanjutka ke siklus selanjutnya. Adapun rencana penelitian ini adalah sebagai berikut.

Perencanaan adalah rencana yang dilakukan untuk memeperbaiki, meningkatkan proses pembelajaran. Dalam perencanaan ini peneliti merancang dua siklus dimana didalam 2 siklus dimana didalam 1 siklus menggunakan 1 RKM yang terdiri dari 4 RKH. Kegiatan yang dilakukan pada rencana tindakan kelas ini adalah: a) menyiapkan materi yang akan diajar, b) menyusun kegiatan rencana harian (RKH), c) menyediakan media pembelajaran yang disesuaikan dengan perencanaan pembelajaran, yaitu mempersiapkan: memepersiapkan cerita yang ingin disampaikan dan media boneka tangan yang digunakan, d) menyiapkan instrumen penelian.

Pelaksanaan tindakan ini, merupakan penerapan dari perencanaan yang telah tersusun rapi. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan rencana kegiatan haraian yang telah dibuat.

Pada tahap ini, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan media boneka tangan. Kegiatan pembelajaran berpedoman pada RKH yang telah disusun sebelumnya, maka penerapan metode bercerita dengan media boneka tangan yang dilakukan oleh guru pada siklus I dan siklus dengan 16 kali pertemuan.

Evaluasi/observasi dilakukan untuk menegetahui hasil dari pembelajaran. Observasi dilakukan dalam setiap tindakan pada setiap siklus, alat yang digunakan

adalah lembar observasi. Adapun yang diobservasi adalah mengenai kemampuan menyimak anak dalam kegiatan bercerita berbantuan media boneka tangan oleh anak sebagai hasil dari tindakan yang dilakukan didalam kelas selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu, guru dapat melaksanakan evaluasi hasil belajar anak pada akhir siklus I dengan memeberikan kesempatan anak untuk bercerita dangan tujuan apakah anak mampu mengingat cerita yang telah diberikan oleh gurunya. Kegiatan observasi merupakan keberhasilan tindakan pada akhir siklus, jika dalam kegiatan ini hasilnya sebagian anak mengalami peningkatan dalam prestasi perkembangan bahasa khususnya dalam kemampuan menyimak.

Refleksi dilakukan untuk melihat, mengkaji dan mempertimbangkan dampak tindakan yang telah diberikan. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti bersama-sama guru dapat melakukan perbaikan kekurangan-kekurangan dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada rancangan refleksi ini adalah peneliti mengkaji dan merenungkan hasil penilaian terhadap pelaksanaan tindakan tersebut dengan maksud jika terjadi hambatan, akan dicari pemecahan masalahnya untuk direncakanakn tindakan pada siklus selanjutnya.

Penelitian dilaksanakan kelas ini pada semester II tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada kelompok B di TK Maha Widya Kumara Batuan Kaler, kecamatan sukawati, kabupaten gianyar.

Pengumpulkan data dalam penelitian ini digunakan metode yaitu metode observasi. Metode tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Untuk menjelaskan tentang metode observasi, dalam buku pengantar metodologi penelitian dikemukakan bahwa metode observasi adalah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang sesuatu objek tertentu” (Agung 2012: 61).

Pendapat di atas, dapat dipertegas bahwa metode observasi pada prinsipnya merupakan cara memperoleh data yang

(7)

lebih dominan menggunakan indera pengelihatan (mata) dalam proses pengukuran terhadap suatu objek atau variabel tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang aktifitas anak dan kemampuan anak dalam menyimak dalam proses pembelajaran dan bercerita kemudian ditulis kedalam dalam lembar observasi sebagai instrumen penelitian.

Observasi dilakukan terhadap kegiatan peneliti dan anak dalam menerapkan metode bercerita dengan media boneka tangan. Setiap kegiatan yang diobservasi dikategorikan kedalam tingkat kemampuan yang sesuai denagan perkembangan anak. Anak tidak mampu dengan tanda bintang satu (*), anak mampu dengan bantuan dengan tanda bintang dua (**), anak mampu mandiri dengan tanda bintang tiga (***), anak mampu lebih dari harapan dengan tanda bintang empat (****). Dalam menganalisis data ini digunakan metode analisi statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis statistik deskriptif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti: distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata, median, modus, mean dan standar deviasi, untuk menggambarkan suatu objek/ variabel tertentu, sehingga diperoleh kesimpulan umum, Agung (2012: 67). Sedangkan metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka- angka dan atau persentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum, Agung (2012: 67).

Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan kemampuan menyimak pada anak dengan metode bercerita kedalam Penelitian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Tingkat kemampuan menyimak yang diperoleh anak, hasilnya akan dikonversikan dengan cara, membandingkan nilai M (%) atau rata-rata persen kedalam Penilaian Acuan

Patokan (PAP) skala lima dengan kriteria sebagai berikut.

Tabel 1. Pedoman PAP Skala Lima Tentang Tingkat Kemampuan menyimak pada anak

Sumber (Agung, 2010:12)

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di TK Mahawidya Kumara Batuan Kaler dari 20 April – 28 Mei 2015. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok B TK Mahawidya Kumara yang berjumlah 22 anak, yang terdiri dari 13 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Siklus I dilaksanakan selama 16 kali pertemuan 12 kali pertemuan untuk melaksanakan latihan dan 4 kali pertemuan untuk melaksanakan evaluasi penilaian kemampuan menyimak pada anak kelompok B yang berjumlah 22 orang. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 20 April 2015, adapun tema yang dibahas pada siklus I ini adalah tanah airku. Siklus II dilaksanakan selama 8 kali pertemuan. 4 kali pertemuan untuk melaksanakan latihan dan 4 kali pertemuan untuk melaksanakan evaluasi penilaian kemampuan menyimak pada anak kelompok B yang berjumlah 22 orang. Penelitian siklus II dilakukan pada tanggal 18- 28 mei 2015. Adapun tema yang dibahas pada siklus II ini adalah Alam Semesta.

Dari tabel distribusi frekuensi kemampuan menyimak pada anak kelompok B semester II di TK Mahawidya Kumara Tahun 2014/2015 pada siklus I dapat

Tingkat Penguasaan % Kreteria Hasil Kemampuan Menyimak 90-100 Sangat Tinggi 89-89 Tinggi 65-75 Sedang 55-64 Rendah 0-54 Sangat Rendah

(8)

digambarkan menjadi grafik polygon sebagai berikut. 0 2 4 6 8 10 9 10 11 12 14 15 Frekuensi

Gambar 1. Grafik Kemampuan Menyimak pada siklus I

Berdasarkan perhitungan dan grafik

polygon di atas terlihat Mo < Me <M

(9<10,00<10,45), sehingga dapat disimpulkan bahwa skor kemampuan menyimak pada siklus I merupakan kurva juling positif yang berarti menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung rendah.

Dari tabel distribusi frekuensi kemampuan menyimak pada anak kelompok B semester II di TK Mahawidya Kumara Tahun 2014/2015 pada siklus II dapat digambarkan menjadi grafik polygon sebagai berikut. 0 1 2 3 4 5 6 7 12 13 14 15 16 17 Frekuensi

Gambar 2. Grafik Kemampuan Menyimak pada Siklus II.

Berdasarkan perhitungan dan grafik

polygon di atas terlihat Mo > Me > M

(15>14>13,5), sehingga dapat disimpulkan bahwa skor kemampuan menyimak pada siklus II merupakan kurva juling negatif yang berarti menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung tinggi. Nilai M% = 84,37% yang dikonversikan ke dalam PAP skala lima seperti yang terlihat pada tabel 3.4 M% berada pada tingkat penguasaan 80–89% yang berarti bahwa kemampuan menyimak pada siklus II berada pada kriteria tinggi.

Pembahasan

Penyajian hasil penelitian diatas memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode bercerita dengan media boneka tangan dapat meningkatkan kemampuan menyimak pada anak. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis yang memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode bercerita dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak kelompok B TK Mahawidya Kumara Batuan Kaler. Hal ini dapat dilihat dari perolehan rata-rata persentase anak pada siklus I sebesar 65,31% meningkat pada siklus II sebesar 84,37%. Situasi ini menunjukan adanya peningkatan dari siklus I ke siklus II sebesar 19,06%

Persentase kemampuan menyimak anak pada siklus I mencapai 65,31% yang berada pada kategori sedang. Hal ini disebabkan karena cara guru dalam bercerita kurang menarik sehingga anak masih kurang memperhatikan kegiatan bercerita. Pada kegiatan bercerita, volume suara guru juga masih kecil dan cerita yang disampaikan oleh guru jauh dari lingkungan anak. Situasi ini membuat anak tidak tertarik untuk mendengarkan dan sulit untuk mengingat serta tidak mampu untuk mengulang cerita. Hal ini perlu ditingkatkan dengan menciptakan suasana yang nyaman, cerita yang digunakan juga tidak jauh dari lingkungan anak sehingga anak lebih tertarik mendengarkan cerita. Guru mengajak anak mengalihkan perhatiannya untuk mendengarkan cerita dengan mengajak anak- anak menirukan suara tokoh yang ada di dalam cerita. Cara guru dalam penyampaian cerita juga dibuat Mo= 9 Me= 10

M= 10,45

Mo= 15

Me= 14

(9)

menarik dan volume suara guru lebih keras. Guru memberikan motivasi kepada anak-anak yang tidak mau melanjutkan cerita yang telah didengarnya. Dengan usaha tersebut terbukti pada siklus II kemampuan menyimak anak mengalami peningkatan menjadi 84,37% yng menunjukkan pada kategori tinggi.

Terjadinya peningkatan persentase kemampuan menyimak pada anak saat penerapan metode bercerita dengan media boneka tangan dari siklus I ke siklus II disebabkan oleh rasa tertarik anak mendengarkan cerita yang disampaikan dengan bahasa yang sederhana serta yang diceritakan sesuai dengan kehidupan disekitar anak. Isi cerita dikaitkan dengan kehidupan anak TK, dapat membantu anak memahami cerita itu dan anakpun akan mendengarkannya dengan penuh perhatian. Selain itu anak juga antusias dalam mengikuti kegiatan bercerita, karena dalam kegiatan bercerita menggunakan bantuan media boneka tangan bulan, bintang dan awan sehingga anak sangat senang bila diajak untuk bercerita. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Dhieni, dkk. (2011:6.29) bahwa sebuah cerita akan menarik didengarkan dan diperhatikan apabila menggunakan alat peraga. Media boneka tangan yang digunakan dalam mendengarkan cerita, membantu anak untuk mengimajinasikan para tokoh yang memainkan cerita melalui media boneka tangan.

Penggunaan media boneka tangan dalam kegiatan bercerita membuat anak menjadi lebih tertarik mendengarkan cerita dan mampu menangkap isi dari cerita yang disampaikan oleh guru, karena pada saat guru bercerita menggunakan media boneka tangan, media boneka tangan tersebut membuat anak mendengarkan cerita yang disampaikan oleh guru dan anak juga tertarik untuk mengulang cerita yang tadi didengarnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Gunarti (2010: 5.3) bahwa media boneka tangan mampu untuk mengembangkan kemampuan menyimak anak dan dapat mengembangkan kreativitas guru dan peserta didik.

Metode bercerita merupakan kegiatan menuturkan suatu informasi tentang suatu hal, misalnya kejadian yang bersifat nyata. “Bercerita juga dapat mengembangkan aspek perkembangan bahasa salah satunya kemampuan menyimak (listening), bercerita juga dapat melatih daya ingat atau memori anak untuk menerima dan menyimpan informasi melalui cerita yang disampaikan oleh guru atau orang lain” Gunarti (2010: 5.5).

Melalui metode bercerita dapat mengembagkan potensi kemampuan berbahasa anak melalui mendengarkan cerita dan kemudian mampu mengulang kembali cerita ataupun tokoh yang ada didalam cerita. Metode bercerita efektif untuk meningkatkan kemampuan menyimak anak, sesuai dengan pendapat Gunarti (2008: 5.4), bahwa metode bercerita efektif dalam mengembangkan kemampuan berbahasa diantaranya kemampuan menyimak dan berbicara. Kegiatan bercerita dapat juga mengembangkan kemampuan berpikirnya. Hal ini disebabkan dengan bercerita anak diajak untuk memfokuskan perhatiannya, serta melatih daya ingat atau memori untuk menerima dan menyimpan informasi melalui tuturan peristiwa yang didengarnya.

Metode bercerita merupakan salah satu cara yang baik untuk melatih pendengaran anak, mendapatkan informasi dari teman, berbagi ilmu dan membina hubungan yang baik dengan teman. Metode bercerita dengan menggunakan media boneka tangan dapat menarik minat anak dan anak tidak cepat bosan dalam mendengarkan cerita karena menggunakan media yang menarik. Ini berarti bahwa apabila dalam kegiatan bercerita digunakan teknik yang menarik akan mampu melatih daya tangkap dan pendengaran anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Dhieni, dkk (2011: 6.8), penerapan metode bercerita menjadi salah satu pendekatan dalam pembelajaran yang dapat melatih daya tangkap, anak melatih daya pikir dan konsentrasi anak. Dengan demikian metode tersebut akan dapat menguatkan ingatan anak terhadap pembelajaran.

(10)

Tragian Dhieni, dkk (2011: 4.6) juga menyatakan bahwa anak kelompok B sudah mampu untuk mendengarkan lambang- lambang lisan dengan penuh perhatian, menangkap isi dan memahami apa yang di bicarakan oleh orang lain dan memperoleh informasi dari pembicaraan orang lain. Dari uraian diatas dapat dinyatakan bahwa dengan penerapan metode bercerita dengan media boneka tangan akan cenderung dapat meningkatkan kemamuan menyimak anak.

Hasil dalam penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Suhartini (2012) yang menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan berbahasa lisan dari siklus I ke siklus II setelah diterapkan metode bercerita. Penelitan lain yang mendukung yaitu dari penelitian Noviana (2014) dapat meningkatkan kemampauan berbasa lisan dari siklus I ke siklus II dengan menggunakan media boneka. Dengan demikian metode bercerita dengan media boneka tangan tepat diterapkan dalam proses pembelajaran. Penelitian Marlinda (2014) juga menunjukkan bahwa terjadi peningkatan penerapan metode bercerita berbantuan media boneka jari untuk meningkatkan kemampuan bahasa lisan meningkat, dari siklus I ke siklus II.

Kendala- kendala yang dihadapi saat melaksanakan penelitian ini adalah keterbatasan waktu yang disediakan pihak sekolah karena sudah mendekati akhir semester dan penyesuaian tema yang telah diterapkan di sekolah. Kelemahan ini mengakibatkan sulitnya pembuatan media boneka tangan yang disesuaikan dengan tema yang telah diterapkan di sekolah.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Bedasarkan hasil analisis data sebagaimana disajikan dalam Bab IV didepan, maka dapat disimpulkan terjadi peningkatan kemampuan menyimak anak setelah penerapan metode bercerita pada anak kelompok B semester II TK Maahawidaya Kumara Batuan Kaler Tahun Pelajaran 2014/2015. Hal ini terlihat dari rata-rata persentase kemampuan menyimak pada siklus I sebesar 65, 31% jika dikonversikan kedalam pedoman PAP skla

lima yang berada pada kategori sedang, meningkat pada siklus II menjadi 84,37% yang berda pada kategori tinggi. Dengan demikian terjadi peningkatan sebesar 19,06%. Hal yang mendukung terjadinya peningkatan kemampuan menyimak adalah: Pada kegiatan bercerita guru menggunakan suara yang keras dan jelas, serta mimik wajah yang sesuai dengan karakter tokoh yang di ceritakan sehingga anak menjadi tertarik untuk mendengarkan cerita, Alur cerita yang disampaikan sesuai dengan keadaan disekitar anak sehingga anak lebih mudah untuk menangkap isi dari cerita yang disampaikan oleh guru, Pada kegiatan bercerita anak yang tidak mau maju kedepan kelas, diberikan dorongan dan pujian serta diberikan kesempatan untuk mencoba boneka tangan, anak menjadi tertarik untuk maju kedepan kelas untuk melanjutkan cerita yang telah didengarnya.

Saran

Berdasarkan simpulan di atas, dapat diajukan saran- saran sebagai berikut. Kepada kepala sekolah disarankan agar mampu memberikan pengetahuan tentang metode dan media pembelajaran yang tepat dan menyediakan sarana dan prasarana untuk menunjang proses pembelajaran dalam kegiatan bercerita, Kepada guru disarankan agar mengoptimalakan kegiatan pembelajaran seperti bercerita dengan media boneka tangan dengan bentuk- bentuk media yang menarik sehingga anak akan lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan bercerita. Selain itu materi dalam kegiatan bercerita hendaknya sesuai dengan kehidupan anakdan menggunakan kata- kata yang sederhana, Kepada peneliti lain, disarankan unuk mengadakan penelitian lebih lanjut sebagai penyempurnaan dari kemampuan menyimak dengan menerapkan metode bercerita pada anak di TK Mahawidya Kumara Batuan Kaler.

DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede. 2010. Metodologi

Penelitian Pendidikan. Singaraja:

(11)

---,2012. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: FIP Undiksha.

Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif

Mengembangkan Media

Pembelajaran. Jakarta. Referensi.

Bahri, Syaiful. 2006. Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Dhieni, Nurbiana, Dkk. 2011. Metode

Pengembangan Bahasa. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Gunarti, Winda, dkk. 2010. Metode

Pengembangan Prilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini. Jakarta. Universitas Terbuka.

Isjoni. 2011. Model Pembelajaran Anak Usia

Dini. Bandung: Alfabeta.

Marlinda, Delvi. 2014. Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Median Boneka jari Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Lisan Pada Anak Kelompok B1 Semester II Tahun Pelajaran 2013/2014 di TK Ganesha Singaraja. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini FIP Undiksha, Singaraja. Muttaqin, Firdaus. 2013. Peningkatan

Keterampilan Bercerita Melalui Pendekatan Savi Berbantuan Boneka Tangan. Skripsi (Tidak diterbitkan). Jurusan PGSD FIP Universitas Negeri Semarang, Jawa Tengah.

Noviana. Lia. 2012. Pengaruh Metode Bercerita Terhadap Kemampuan Menyimak Anak. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan PG PAUD FIP Universitas Surabaya, Jawa Timur. Permendiknas No. 58 Tahun 2009. 2009.

Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Dikti: Jakarta.

Suhartini. 2012. Meningkatkan Perkembangan Kemampuan Bahasa Dengan Metode Bercerita Dengan Panggung Boneka Anak Usia Dini Kelompok A TK Bina Bunga Bangsa Rungkut Surabaya.

Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan

Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini FIP Unesa, Surabaya. Surayin, 2010. Kamus Umum Bahasa

Indonesia. Bandung: PT. Yrama

Widya

Susanto, Ahmad. 2012. Perkembagan Anak

Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Tastilati. 2011. Keaktifan “Strategi Omaggio” Dalam Pembelajaran Menyimk Cerita Rakyat Di kelas X MAN Pangean Kabupaten Kuantan Singingi Provensi Riau. Skripsi (tidak diterbitkan). Jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Yuliantini, Dwi. 2010. Bermain sambil

Gambar

Gambar 1. Grafik Kemampuan Menyimak  pada siklus I

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode bercerita berbantuan media kantung cerita dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak pada siklus I sebesar 75,9%

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui implementasi metode bercerita berbantua media boneka jari dalam meningkatkan kemampuan berbicara pada anak kelompok

Disarankan kepada Kepala TK (Taman Kanak-Kanak) agar kepala TK (Taman Kanak-Kanak) mampu memberikan informasi kepada guru-guru mengenai metode dan media yang

Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner Hasil Penelitian : dari hasil 53 responden didapat, bahwa responden (66,03%) tingkat pendidikan berada pada

daun, jumlah ruas per tanaman, bobot berangkasan kering, panjang malai, bobot biji per malai dan hasil per m 2 memiliki nilai heritabilitas tinggi yang berarti

Pembukaan Sub Rekening Efek sebagaimana dimaksud dalam angka 2 huruf a wajib diikuti dengan pembuatan nomor tunggal identitas pemodal (single investor

Dalam prosesnya, penelitian ini mengangkat data dan permasalahan perkembangan kemampuan menyimak melalui bercerita dengan media boneka tangan pada anak usia 4-5 tahun di

Berdasarkan uraian hasil penelitian kriteria cerita anak adalah (1) dituturkan/diceritakan oleh orang dewasa, (2) bertokoh manusia dan berusia anak-anak, jika ada