• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA KANTUNG CERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK PADA ANAK KELOMPOK B

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA KANTUNG CERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK PADA ANAK KELOMPOK B"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA KANTUNG CERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK

PADA ANAK KELOMPOK B

Ni Made Rian Pratiwi

1

, I Ketut Gading

2

, Putu Rahayu Ujianti

3

1,3

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

2

jurusan Bimbingan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: rian_pratiwi74@yahoo.com.

1

, ketutgading35@gmail.com

2

, rahayuujianti@gmail.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menyimak pada anak kelompok B semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 di TK Dharma Bhakti Sambangan. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan dua siklus. Penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini akan dilaksanaan di kelompok B2 TK Dharma Bhakti Sambangan. Subjek penelitian ini berjumlah 12 orang anak. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dengan instrumen lembar observasi.

Data dianalisis dengan metode analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode bercerita berbantuan media kantung cerita dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak pada siklus I sebesar 75,9% yang berada pada kategori sedang menjadi sebesar 93,3% pada siklus II yang berada pada kategori sangat tinggi. Jadi, terjadi peningkatan kemampuan menyimak pada anak sebesar 17,4%. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa penerapan metode bercerita berbantuan media kantung cerita dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak kelompok B semester II Tahun ajaran 2015/2016 di TK Dharma Bhakti Sambangan.

Kata-kata kunci: kemampuan menyimak, media kantung cerita, metode bercerita.

Abstrack

This study aims to improve the listening skill of B group students in the second semester in academic year 2015/2016 of TK Dharma Bhakti Sambangan. This research is a classroom action research with two cycles. The experiment was conducted in the second semester of the school year 2015/2016. This research will be implemented on the group B2 TK Dharma Bhakti Sambangan. Subjects of this study were 12 children. This study is an action research within two cycles. Data collection method used is observation with observation sheet instruments. Data were analyzed with descriptive statistic. The result of the study showed that using story telling method with story pocked media could improve the students listening skill in cycle I for 75,9% in category average and 93,3% in cycle II with category excellent.

There was an improvement of students listening skill for 17,4%. The conclusion of the study is using story telling method with story pocket media can improve the students ability in listening of B group in the second semester in academic year 2015/2016 of TK Dharma Bhakti Sambangan.

Keywords : listening skill, story pocket media, story telling.

(2)

e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)

PENDAHULUAN

Pengalaman yang diperoleh anak dilingkungan termasuk stimulasi yang diberikan oleh orang dewasa, akan mempengaruhi kehidupan anak di masa akan datang. Oleh karena itu di perlukan upaya yang mampu memfasilitasi anak dalam masa tumbuh kembangnya berupa kegiatan pendidikan dan pembelajaran sesuai dengan usia, kebutuhan dan minat anak. Salah satu perkembangan di PAUD adalah perkembangan bahasa. Sebagai alat, bahasa digunakan manusia untuk berinteraksi, berkomunikasi antar individu satu dengan individu lain, menjelaskan pikiran, perasaan dan perilaku. Pada usia 4-6 tahun sangat sulit untuk melatih kemampuan anak dalam menyimak dengan baik dan untuk itu perlu ditingkatkan pengembangan kemampuan berbahasa dengan menirukan dan menyebutkan suara yang didengarnya, karena dengan menyimak, anak dapat menghayati lingkungan di sekitarnaya dan mendengarkan pendapat orang lain melalui indra pendengaran, kemampuan menyimak ini terkait dengan kesanggupan anak dalam menangkap isi pesan secara benar dari orang lain.

Guru dituntut untuk mampu mengenali karakteristik anak terlebih dahulu sebelum memilih motode-metode pembelajaran serta media pendukung yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.

Penerapan metode bercerita untuk anak usia dini juga harus memperhatikan tingkatan usia anak. Untuk anak usia 5-6 tahun, waktu untuk bercerita anak sekitar 10-15 menit, pemilihan tema dan judul cerita juga harus tepat untuk penanaman moral yang akan disampaikan kepada anak, serta suasana dalam bercerita juga harus di perhatikan agar hal yang ingin disampaikan dapat dipahami anak dengan baik.

Namun kenyataannya guru masih mengajar bersifat pasif dengan metode yang kurang menarik dan monoton sehingga membuat anak menjadi bosan dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas. Seperti yang penulis amati di TK Dharma Bhakti Sambangan, selama ini kegiatan yang dilakukan guru untuk meningkatkan kemampuan menyimak pada

anak kelompok B TK Dharma Bhakti Sambangan adalah lebih sering dengan membacakan cerita menggunakan media buku cerita, sehingga anak menjadi bosan dan anak tidak memperhatikan guru karena anak lebih asyik bermain dan mengobrol dengan temannya atau berpindah-pindah tempat duduk. Hal ini membuat anak kurang dalam menyimak isi cerita yang dibacakan. Hal tersebut disebabkan karena guru kurang kreatif dalam penggunaan media dalam pelaksanaan bercerita, yakni guru hanya menggunakan media buku cerita bergambar sehingga anak kurang tertarik dan cenderung bosan serta kurangnya penguasaan guru dalam bercerita, sehingga cerita menjadi tidak menarik bagi anak.

Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal 22 Februari 2016 di kelompok B TK Dharma Bhakti Sambangan, ditemukan bahwa beberapa anak yang kemampuan menyimaknya masih dalam kategori sangat kurang mampu (46,5%). Observasi yang dilakukan pada hari pertama terlihat beberapa orang anak yang kurang aktif saat belajar di area bahasa. Hal ini terlihat ketika diajak berkomunikasi, masih ada beberapa anak yang nampak takut, enggan, malu-malu saat disuruh untuk mengulang cerita yang telah disampaikan. Setiap hari pada saat belajar di area bahasa memang sebagian anak terlihat kurang merespon kegiatan yang diberikan guru. Adapun kutipan dari wawancara dengan guru di TK Dharma Bhakti Sambangan yaitu “Kurangnya perhatian anak terhadap suatu cerita yang diceritakan oleh guru, kurangnya media yang menarik saat digunakan bercerita dan kurangnya partisipasi dari anak saat kegiatan bercerita”. Selama seminggu setiap kegiatan di area bahasa hanya menggunakan media berupa buku cerita.

Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah di atas adalah dengan menerapkan metode bercerita berbantuan media kantung cerita. Metode bercerita dengan media kantung cerita dipilih karena “Metode bercerita merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan”

(Moeslichatoen, 2004:157). Kantung cerita

(3)

e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)

merupakan media yang menarik untuk membangkitkan suasana belajar dan menarik perhatian anak pada saat bercerita dan menyimak isi cerita.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan menyimak anak kelompok B di TK Dharma Bhakti Sambangan pada tahun ajaran 2015/2016 setelah diterapkannya “metode bercerita berbantuan media kantung cerita”.

Bercerita adalah salah satu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat peraga atau tanpa alat peraga tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan, oleh karena itu orang yang menyajikan cerita tersebut menyampaikannya dengan menarik (Dhieni, 2007:6.3). Menurut Moeslichatoen (2004:157) “metode bercerita merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan”. Menurut Gordon dan Browne (dalam Isjoni, 2010:90) bercerita juga dapat menjadi media untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Seorang pendongeng yang baik akan menjadikan cerita sebagai sesuatu yang menarik dan hidup.

Menurut Dewi (2013:57) metode bercerita dapat melatih daya serap, daya tangkap, daya pikir anak, daya konsentrasi anak, daya imajinasi anak, dan membantu perkembangan kemampuan bahasa awal anak dalam berkomunikasi.

Ernawati, 2014:24 menyebutkan, Kemampuan menyimak yang ditunjukkan oleh anak usia 4-5 tahun adalah anak sudah mampu menyimak percakapan orang lain, memahami pentunjuk atau pesan sederhana, dan mendengar cerita yang panjang serta dapat mengidentifikasi karakter cerita. Oleh karena itu, kemampuan menyimak anak usia 4-5 tahun dapat ditingkatkan melalui cerita. Anak akan mudah memahami pesan yang disampaikan melalui cerita. Hal tersebut akan membuat pengetahuan anak bertambah sebagai modal untuk meningkatkan kemampuan yang lain.

Selain itu Menurut Moeslichatoen (1996 : 155) dalam kegiatan bercerita anak

dibimbing mengembangkan kemampuan untuk mendengarkan cerita guru yang bertujuan untuk memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai sosial, moral, dan keagamaan, pemberian informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

Jadi dapat disimpulkan bahwa metode bercerita adalah menuturkan atau menyampaikan cerita secara lisan kepada anak didik dapat menggunakan alat atau tidak, dengan tujuan agar pesan-pesan dalam cerita yang dibawakan dapat disampaikan kepada anak. Dengan adanya proses belajar mengajar, maka metode bercerita merupakan suatu cara yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan pesan atau materi pelajaran yang disesuaikan dengan kondisi anak didik.

Manfaat lainnya dari metode bercerita menurut Moeslichatoen (2004:168) adalah sebagai berikut.

Memberikan sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral, dan keagamaan., Memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan karena melalui mendengarkan anak dapat memperoleh berbagai informasi tentang pengetahuan, nilai, dan sikap untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, Mengembangkan kemampuan kognitif maupun psikomotor anak., Memberikan informasi tentang kehidupan sosial anak dengan orang-orang yang ada disekitarnya dengan berbagai macam pekerjaan., Memberikan anak motivasi untuk membangun berbagai macam peran yang mungkin dipilih anak, dan bermacam layanan jasa yang ingin disumbangkan anak kepada masyarakat.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa manfaat dari metode bercerita adalah untuk memberikan pengalaman belajar untuk anak berlatih mendengarkan dan menyimak cerita yang dibawakan guru. Karena melalui mendengarkan dan menyimak cerita, anak dapat mengembangkan kemampuan berbahasanya dan memperoleh sejumlah pengetahuan sosial, nilai-nilai moral, dan keagamaan untuk dihayati dan diterapkam dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Dhieni, dkk. (2007:6.9) kelebihan dan kekurangan metode bercerita adalah sebagai berikut.

(4)

e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)

Kelebihan metode bercerita antara lain : Anak dilatih untuk belajar konsentrasi, Anak belajar menjadi pendengar yang baik, Anak belajar berfantasi terhadap objek yang tidak nyata, Anak belajar menyimak dan membaca apa yang diperdengarkan oleh guru, Anak belajar mengingat apa yang telah diceritakan oleh guru. Kelebihan metode bercerita dengan berbantuan media kantung cerita mampu mengajarkan anak untuk lebih berkonsentrasi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas serta mampu mempermudah anak dalam mengimajinasikan apa yang telah mereka lihat. Kekurangan metode bercerita antara lain: Guru terkadang malas untuk berekspresi sehingga mempengaruhi daya piker dan fantasi anak, Tidak semua anak memiliki motivasi atau kemampuan tersebut, Terkadang anak merasa jenuh dalam memperhatikan satu objek saja, Anak tidak mengerti dan tidak mampu memahami ekspresi dan gerakan guru ketika bercerita. Kekurangan dari metode bercerita adalah ketika guru tidak mengkemas cerita dengan media yang menarik bisa mengakibatkan kejenuhan pada anak, selain itu anak juga kurang fokus terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung karena anak tidak bisa membayangkan hal positif dari apa yang guru berikan.

Jenis-jenis Metode Bercerita

Tentunya setiap pendidik menginginkan kegiatan pembelajaran atau bercerita dikelas menyenangkan bagi anak, salah satu yang sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan tersebut adalah media pendidikan. Media pendidikan dalam pengertian yang luas adalah semua benda, tindakan atau keadaan yang dengan sengaja diusahakan/diadakan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak usia dini dalam rangka mencapai tujuan.

Sedangkan sarana adalah merupakam media pendidikan untuk mencapai tujuanyang dimaksud. Oleh karena itu, metode bercerita dibagi menjadi dua, yaitu:

Bercerita Dengan Alat Peraga

Kegiatan bercerita dengan menggunakan media atau alat pendukung isi cerita yang disampaikan artinya menyajikan sebuah cerita pada anak usia dini dengan menggunakan berbagai media

yang menarik bagi anak untuk mendengarkan dan memperhatikan ceritanya. Peneliti menggunakan bercerita menggunakan alat peraga, alat peraga dalam penelitian ini yaitu media kantung cerita.

Bercerita Tanpa Alat Peraga

Tehnik ini banyak digunakan guru anak usia dini untuk mengembangkan daya kosentrasi anak untuk memperhatikan isi cerita dari cara guru membawakan cerita tersebut. Bercerita tanpa alat ini sangat mengandalkan kualitas suara, ekspresi wajah, serta gerak tubuh.

Adapun langkah-langkah dari metode bercerita menggunakan alat peraga menurut Gunarti, dkk. (2012:5.9) adalah sebagai berikut: Siapkan alat peraga atau media yang akan kita gunakan dalam bercerita, namun jangan dulu diperlihatkan pada anak karena biasanya anak akan ribut apabila sudah melihat media atau alat peraga, apalagi jika media atau alat peraga tersebut belum pernah dilihatnya; Fokuskan perhatian anak dengan mengajak mereka bernyanyi atau bermain tepuk sebagai pengantar sebelum memasuki awal cerita;

Kemudian kita melakukan percakapan awal tujuannya untuk mengajak anak untuk memperhatikan media atau alat peraga yang akan kita gunakan. Ciptakanlah suasana yang bisa membuat mereka merasa penasaran. Misalnya, dengan mengajukan kuis atau tebakan. Contohnya:

“anak-anak, dalam cerita ibu hari ini, ibu ditemani oleh suatu benda. Benda apa ya?

Coba siapa yang bisa menebaknya? Benda ini adalah benda hidup… dia adalah seekor binatang... dia bisa terbang… biasanya bulu binatang ini ada yang putih, abu-abu, cokelat, dan juga ada yang hitam… dia suka makan jagung, beras, juga kacang- kacangan… binatang ini kalau dari jauh, sepertinya jinak, tetapi kalau didekati, ia akan terbang… ayo siapakah dia?”;

Arahkan anak untuk menebak media atau alat peraga yang kita maksudkan. Barulah kemudian kita memperlihatkan media atau alat peraga tersebut., Berikan tambahan penjelasan tentang media atau alat peraga tersebut apabila dibutuhkan., Setelah itu, berikan kesempatan pada anak untuk memberi judul cerita yang akan kita tuturkan dengan melihat media atau alat

(5)

e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)

peraga yang kita gunakan., Mulailah kita menuturkan cerita yang sebenarnya pada anak. Anak boleh menyentuh atau memegang benda tersebut. Bisa juga kita letakkan pada suatu tempat atau kandang., Ketika cerita sudah selesai dituturkan, kita dapat mengajukan pertanyaan seputar cerita tersebut, misalnya tentang judul cerita, tokoh cerita, isi cerita. Bisa juga meminta pendapat atau komentar anak mengenai cerita tersebut. Dapat pula kita minta anak memperagakan karakter suatu tokoh atau suatu kejadian dalam cerita tersebut., Selanjutnya, kita bisa bersama- sama dengan anak menyimpulkan isi cerita tersebut, termasuk mencari pelajaran dari isi cerita juga mencari solusi terbaik dari permasalahan yang ada pada cerita tersebut., Akhiri kegiatan bercerita dengan meminta anak untuk menceritakan kembali isi cerita atau tutup dengan nyanyian yang menggambarkan isi cerita tersebut.

Kantung cerita adalah media yang menarik untuk membangkitkan suasana belajar dan menarik perhatian anak pada saat bercerita dan menyimak. Media kantung bercerita ini, media yang dirancang oleh peneliti terdahulu yang kemudian di modifikasi oleh penulis untuk merangsang kemampuan menyimak pada anak. Media kantung bercerita ini media sederhana yang dibuat dari clemek dan dimodifikasi diisi kain flannel yang membentuk beberapa kantung-kantung kecil sebagai tempat menaruh gambar tokoh kartun dari judul cerita yang akan dibacakan oleh guru.

Adapun langkah-langkah bercerita menggunakan kantung cerita adalah sebagai berikut: Guru harus mempersiapkan media yang akan digunakan., Menentukan judul cerita sesuai dengan tema., Menyiapkan gambar tokoh sesuai dengan judul., Sebelum memulai bercerita, guru harus mengatur posisi tempat duduk anak., Setelah semua media dan gambar tersedia, media kantung cerita bias digunakan., Anak mendengarkan guru ketika memberikan prolog atau pendahuluan sekaligus menyebutkan judul cerita., Anak memperhatikan apa yang guru perlihatkan, kemudian sebutkan nama dan tokoh dalam cerita yang akan dibawakan., Anak mendengarkan guru melaksanakan dialog/percakapan antar tokoh dalam

cerita., Selesai bercerita anda memperlihatkan kembali seluruh tokoh secara bergantian.

Menyimak adalah salah satu dari aspek kemampuan berbahasa. Menyimak merupakan kemampuan yang pertama kali dipelajari oleh anak sebelum mereka bisa berbicara, membaca, dan menulis.

Kemampuan menyimak merupakan syarat mutlak untuk dapat menguasai berbagai informasi. Anak tidak dapat menyerap ilmu pengetahuan dengan baik tanpa kemampuan menyimak yang baik. Jadi kemampuan menyimak dapat ditingkatkan melalui cerita.

METODE

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) atau Classroom Action Research (CAR) merupakan penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas, segera, dan hasilnya untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pembelajaran yang sedang berjalan (Agung 2010:24).

Penelitian ini menggunakan satu siklus, tapi tidak memungkiri jika siklus pertama tidak berhasil akan dilanjutkan pada siklus kedua.

Gambar 01. Model/desain penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc Taggert (Arikunto dalam Deka, 2013:21)

Rancangan penelitian tindakan kelas dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini akan dilaksanaan di kelompok B2 TK Dharma

(6)

e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)

Bhakti Sambangan. Subjek penelitian ini berjumlah 12 orang anak.

Definisi Operasional Variabel Kemampuan menyimak adalah suatu kemampuan berbahasa lisan untuk memperoleh informasi dan memahami isi pesan melalui proses mendengarkan dengan tujuan untuk menambah informasi dan pengetahuan. Kemampuan menyimak di ukur dengan menggunakan tes tindakan dan data yang diperoleh berbentuk data interval. Skor yang didapatkan dari

kemampuan menyimak yaitu

mendengarkan secara aktif, menangkap isi cerita atau pesan, memahami makna komunikasi.

Observasi dilakukan untuk mengamati atas hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap anak. Tahap observasi merupakan kegiatan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan tindakan yang dilakukan dalam PTK. Tujuan pokok observasi adalah untuk mengetahui ada-tidaknya perubahan yang terjadi dengan adanya pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung.

Agung (2010:76) menyatakan, Analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan teknik dan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata (Mean), median (Me) dan modus (Mo) untuk menggambarkan keadaan suatu objek tertentu sehingga di peroleh kesimpulan umum.

Dalam penerapan metode analisis statistik deskripif, data yang diperoleh dari hasil penelitian disajikan ke dalam tabel distribusi frekuensi, menghitung angka rata- rata atau mean (M), menghitung modus (Mo), menghitung median (Me), menyajikan ke dalam grafik polygon.

Metode Analisis Deskriptif Kuantitatif Dalam buku metodologi penelitian Agung (2012:76) menyatakan bahwa ”Metode analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu cara pengolahan data yang di lakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka danatau persentase mengenai keadaan suatu objek yang di teliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum”. Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk

menentukan tinggi rendah data perkembangan bahasa dalam kemampuan menyimak dan berbicara yang di tentukan dengan menggunakan pedoman konversi Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima.

Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tinggi rendah data perkembangan bahasa dalam kemampuan menyimak dan berbicara yang di tentukan dengan menggunakan pedoman konversi Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Untuk menghitung kemampuan menyimak anak digunakan rumus sebagai berikut.

M (%) = x100%

SMI M

⎜ ⎞

Tingkat perkembangan bahasa yang diperoleh anak hasilnya dikonversikan dengan cara, membandingkan angka rata- rata persen dengan kriteria penilaian acuan patokan (PAP) skala 5 sebagai berikut.

Tabel 1. Pedoman Konversi PAP Skala Lima tentang Tingkatan Perkembangan Kemampuan Menyimak

Persentase Kriteria

Perkembangan Kemampuan Menyimak 90 −100

80 − 89 65 − 74 55 − 64 0 − 54

Sangat Tinggi Tinggi Sedang

Rendah Sangat Rendah Sumber (Agung,2005:13) Berdasarkan pedoman PAP Skala lima mengenai perkembangan kemampuan menyimak pada anak kelompok B2 di TK Dharma Bhakti Sambangan, maka target yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah anak mampu mencapai tingkat penguasaan pembelajaran yaitu 80-89%

dengan kriteria tinggi atau aktif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan di kelompok B2 TK Dharma Bhakti Sambangan dengan jumlah 12 orang anak. Dari hasil belajar

(7)

e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)

anak pada kemampuan menyimak disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, menghitung modus (Mo), median(Me), mean (m), grafik polygon serta membandingkan rata-rata pada model PAP skala lima. Dari nilai M%

= 75,9 % yang di komversikan kedalam PAP skala lima seperti yang terlihat pada tabel diatas, M% berada pada tingkat penguasaan 65-79% yang berarti bahwa kemampuan menyimak anak kelompok B2 pada siklus I berada pada kriteria Sedang.

Siklus II dari nilai M% = 93,3 % yang di komversikan kedalam PAP skala lima seperti yang terlihat pada tabel diatas, M%

berada pada tingkat penguasaan 90-100%

yang berarti bahwa kemampuan menyimak anak kelompok B2 pada siklus II berada pada kriteria Sangat Tinggi.

Kegiatan Bercerita berbantuan media Kantung Cerita pada siklus I dapat digambarkan menjadi Grafik Polygon sebagai berikut.

0 1 2 3 4 5 6

7 8 10 11

Grafik Polygon Siklus I F

X

Gambar 02. Grafik Polygon Kemampuan Menyimak Siklus I

Berdasarkan perhitungan dan Grafik Polygon di atas terlihat Mo < Me < M (8<9<9,1), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran skor kemampuan menyimak melalui media Kantung Cerita

pada siklus I merupakan kurve juling positif yang berarti menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung rendah.

Kegiatan bercerita berbantuan media.

Kantung Cerita pada siklus II dapat digambarkan menjadi Grafik Polygon sebagai berikut.

Gambar 03. Grafik Polygon Kemampuan Menyimak Siklus I

Berdasarkan perhitungan dan Grafik Polygon di atas terlihat Mo > Me > M (12>11,5>11,2), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran skor kemampuan menyimak melalui media Kantung Cerita pada siklus II merupakan kurve juling negatif yang berarti menunjukkan bahwa sebagian besar skor cenderung tinggi.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan di TK Dharma Bhakti selama dua siklus menunjukkan terjadinya peningkatan kemampuan menyimak setelah penerapan metode bercerita berbantuan media kantung cerita. Sebelum diberikan tindakan presentase tingkat kemampuan menyimak pada anak TK Dharma Bhakti Sambangan tergolong Me= 9

M= 9.1

Mo= 8

M = 11,2 Me = 11,5 Mo = 12

(8)

e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)

rendah. Sedangkan penelitian dikatakan berhasil apabila anak mengalami tingkat keampuan menyimak yang tinggi yaitu dengan rata-rata persen sebesar 80%

keatas.

Berdasarkan rata-rata persen pada siklus I diperoleh adanya peningkatan kemampuan menyimak setelah penerapan metode bercerita berbantuan media kantung cerita sebesar 29,4% yang termasuk dalam kriteria sedang. Hasil pengamatan dan temuan yang dilakukan selama pelaksanaan tindakan siklus I terdapat beberapa masalah yang menyebabkan kemampuan menyimak pada anak dalam penerapan metode bercerita berbantuan media kantung cerita masih berada pada kriteria sedang, hal ini disebabkan karena adanya kendala- kendala sebagai berikut. Anak masih kurang mampu memfokuskan perhatiannya saat guru menjelaskan mengenai pelaksanaan metode bercerita dengan kantung cerita. Hal ini disebabkan karena media yang digunakan pada sikllus I masih kecil, sehingga anak-anak tidak bisa melihat dengan jelas dan kurang fokus.

Anak masih malu dan ragu untuk menceritakan kembali dengan metode bercerita berbantuan media Kantung cerita yang ditunjukan guru di depan kelas.

Siklus I menghasilkan skor persen sebesar 75,9% dinyatakan belum mencapai kriteria keberhasilan, oleh karena itu perlu diadakan perencanaan siklus II. Dari beberapa kendala-kendala pada siklus I maka diupayakan beberapa solusi diantaranya Memberi penguatan dan motivasi kepada anak dengan memberikan skor pada anak yang mampu mencapai indikator, dan membuat media yang ukurannya lebih besar. Mengarahkan, mencontohkan, dan menceritakan secara pelan-pelan supaya anak tertarik untuk memperhatikan guru saat menjelaskan cara penerapan metode bercerita dengan kartu gambar.

Perbaikan yang dilakukan pada siklus II terdapat peningkatan rata-rata persen sebesar 93,3%. Skor persen yang sebesar 93,3% sudah mencapai kriteria keberhasilan rata-rata persen yang ditentukan. Tampak adanya peningkatan kemampuan menyimak dalam penerapan

metode bercerita berbantuan media kantung cerita yang diperoleh dari temuan- temuan sebagai berikut. Secara garis besar proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana kegiatan harian yang direncanakan oleh peneliti, sehingga kemampuan menyimak yang diharapkan dapat tercapai. Peneliti dalam hal ini sebagai guru yang memberikan arahan pada anak apabila ada hal yang belum dipahami. Berdasarkan skor persen pada siklus II sebesar 93,3% maka dalam penelitian inisudah dikatakan berhasil.

Peningkatan rata-rata persentase kemampuan menyimak dalam penerapan metode bercerita berbantuan media kantung cerita dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 17,4%.

Anak-anak di TK Dharma Bhakti sudah mampu membawakan cerita yg telah disampaikan guru secara lisan di depan kelas. Terdapat beberapa anak juga yang berani menceritakan kembali isi dari cerita, meskipun masih dibantu oleh guru. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Moeslichatoen (2004:157) “metode bercerita merupakan salah satu cara pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan”.

Kantung cerita adalah media yang menarik untuk membangkitkan suasana belajar dan menarik perhatian anak pada saat bercerita dan menyimak. Media kantung bercerita ini, media yang dirancang oleh peneliti terdahulu yang kemudian di modifikasi oleh penulis untuk merangsang kemampuan menyimak pada anak.

Menyimak dalam penelitian saya yaitu kemampuan yang pertama kali dipelajari oleh anak sebelum mereka bisa berbicara, membaca, dan menulis. Kemampuan menyimak merupakan syarat mutlak untuk dapat menguasai berbagai informasi. Anak tidak dapat menyerap ilmu pengetahuan dengan baik tanpa kemampuan menyimak yang baik ini senada dengan yang disampaikan oleh Dhieni, (2007:4.6)

“menyimak adalah kegiatan mendengarkan secara aktif dan kreatif untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang disampaikan secara lisan”. Menyimak adalah salah satu dari aspek kemampuan

(9)

e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)

berbahasa. Jadi kemampuan menyimak dapat ditingkatkan melalui cerita.

Hasil temuan ini sejalan dengan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Firda (2015) yang berjudul “Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Kantung Cerita Untuk Meningkatkan Kemampuan Bicara Anak”. Penerapan metode bercerita berbantuan media kantung cerita dapat meningkatkan kemampuan menyimak pada anak, selain itu juga kemampuan bahasa anak menjadi bertambah.

Dalam penelitian ini, saya juga menemukan kepercayaan diri anak menjadi bertambah dengan diterapkannya metode bercerita berbantuan kantung cerita.

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut ini berarti penerapan metode bercerita berbantuan media kantung cerita dapat meningkatkan kemampuan menyimak pada anak kelompok B semester II tahun ajaran 2015/2016 di TK Dharma Bhakti Sambangan.

SIMPULAN DAN SARAN

Terdapat peningkatan kemampuan anak kelompok B di TK Dharma Bhakti Sambangan setelah diterapkan metode bercerita berbantuan media kantung cerita.

Ini terlihat dari skor persentase kemampuan menyimak pada siklus I sebesar 75,9%

yang berada pada kategori sedang menjadi sebesar 93,3% pada siklus II yang berada pada kategori Sangat tinggi. Jadi, terjadi peningkatan kemampuan menyimak pada anak sebesar 17,4%.

Pada siklus I berada pada kategori sedang yang disebabkan karena anak masih kurang mampu memfokuskan perhatiannya saat guru menjelaskan mengenai pelaksanaan metode bercerita dengan media kantung cerita. Hal ini deisebebkan karena media yang digunakan pada siklus I ukurannya masih kecil, sehingga anak-anak tidak bisa melihat dengan jelas dan kurang focus. Anak masih malu dan ragu untuk menceritakan kembali isi cerita.

Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan yaitu berada pada kategori sangat tinggi karena proses pembelajaran sudah berjalan sesui dengan rencana, jika ada anak yang belum paham maka akan diberikan arahan secara perlahan, sehingga

akan dimengerti. Dari hasil penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa penerapan metode bercerita berbantuan media kantung cerita dapat meningkatkan kemampuan menyimak pada anak kelompok B Semester II tahun ajaran 2015/2016 di TK Dharma Bhakti Sambangan.

Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut. Kepada guru, disarankan agar dapat mengembangkan cerita dan tokoh cerita dengan media kantung cerita dan memodifikasi cerita dengan menggunakan kantung cerita untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Kepada kepala TK, disarankan agar memberikan pendanaan untuk media yang baru, memberikan pelatihan yang sesuai kepada guru dan mampu memberikan informasi tentang metode pembelajaran dan media pembelajaran yang nantinya mampu meningkatkan kemampuan menyimak pada anak dan perkembangan kemampuan anak.

Kepada peneliti lain, saran yang dapat peneliti berikan bagi yang berminat untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang metode bercerita berbantuan media kantung cerita, agar memperhatikan kendala-kendala yang dialami dalam penelitian ini sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan penelitian yang akan dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Agung. A. A. Gede. 2010. “Penelitian Tindakan Kelas (Teori dan Analisis Data dalam PTK”). Makalah disajikan Pada Workshop Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Undiksha. Singaraja 27 September 2010.

---. 2012. Metodologi Penelitian Pendidikan.. Singaraja: Undiksha.

Arikunto. Sudardjono. Supardi. 2012.

Penelitian Tindakan kelas. Jakarta: PT.

Bumi Aksara

Dewi, Fitira Heni. 2013. “Meningkatkan Kemampuan Awal Bahasa Anak Usia

(10)

e-Journal Pendidikan Anak Usia Dini Universitas Pendidikan Ganesha Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini (Volume 4. No. 2 - Tahun 2016)

Dini Melalui Media Cerita Bergamar di RA Tarbiyatul Athfal”. IKIP Veteran Semarang. (hlm. 56-67).

Dhieni, Nurbiana, dkk. 2007. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Ernawati. 2014. “Peningkatan Kemampuan Menyimak Melalui Cerita Dengan Boneka Pada Anak Kelompok A Tk Aisyiyah Bustanul Athfal Baleharjo”.

Universitas Negeri Yogyakarta. (hlm.

24).

Firda, Agung, Magta. 2015. Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Kantung Cerita Untuk Meningkatkan Kemampuan Bicara Anak. Singaraja : Fakultas Ilmu Pendidikan Universitaspendidikan Ganesha

Gunarti, Winda, dkk. 2010. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Isjoni,H. 2011. Model Pembelajaran Anak Usia Dini (PAUD). Bandung

Kusnandar, 2008. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta : Rajawali Pers.

Moeslichatoen, R. 2004. Metode pengajaran di Taman Kanak-kanak.

Jakarta : Rineka Cipta.

Gambar

Gambar  01.  Model/desain  penelitian  tindakan  kelas  menurut  Kemmis  dan  Mc  Taggert  (Arikunto  dalam  Deka,  2013:21)
Tabel  1.    Pedoman  Konversi  PAP  Skala  Lima  tentang  Tingkatan  Perkembangan  Kemampuan  Menyimak  Persentase  Kriteria   Perkembangan  Kemampuan  Menyimak  90 −100  80 − 89  65 − 74  55 − 64      0   − 54  Sangat Tinggi Tinggi Sedang  Rendah
Gambar  02.  Grafik  Polygon  Kemampuan  Menyimak Siklus I

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui upaya pengembangan kemampuan bercerita melalui media gambar cerita pada anak kelompok B TK Aisyiyah 5 Jambeyan

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui upaya pengembangan kemampuan bercerita melalui media gambar cerita pada anak kelompok B TK Aisyiyah 5 Jambeyan

Meningkatkan kemampuan berbicara anak melalui metode bercerita dengan media buku cerita bergambar. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Dengan demikian upaya meningkatkan kemampuan menyimak pada anak kelompok B melalui metode bercerita di TK Aisyiyah Bustanul Athfal Punggawan Surakarta tahun Pelajaran 2010

kemampuan menyimak dengan Metode Bercerita. Penelitian ini penulis tuangkan dalam judul “ Upaya Meningkatkan Kemampuan Menyimak pada anak Kelompok B Melalui

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian tersebut ini berati bahwa dengan penerapan metode bercerita melalui media gambar dapat meningkatkan kemampuan bahasa anak

Terjadinya peningkatan keterampilan berbicara pada anak saat penerapan metode bercerita berbantuan media boneka tangan dalam penelitian tindakan kelas (PTK)

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan maka dapat disimpulkan bahwa cara meningkatkan kemampuan menyimak melalui metode bercerita pada anak