• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA WAYANG KERTAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK KELOMPOK A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA WAYANG KERTAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BAHASA ANAK KELOMPOK A"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA

WAYANG KERTAS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN

BAHASA ANAK KELOMPOK A

Ni Wayan Kiki Handayani

1

,

I Nyoman Wirya

2

, Putu Rahayu Ujianti

3

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini

Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail:

kiki_handayani68@yahoo.com

1

,wiryanyoman14@gmail.com

2

,

rahayuujianti@gmail.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak khususnya kemampuan menyimak dengan penerapan metode bercerita berbantuan media wayang kertas terhadap anak kelompok A semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 di TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah anak kelompok A berjumlah 15 anak yang terdiri dari 9 anak laki-laki dan 6 anak perempuan. Data penelitian tentang kemampuan menyimak dikumpulkan melalui metode observasi dengan instrument berupa lembar observasi. Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan dua metode analisis data yaitu metode analisis statistik deskriptif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan terjadi peningkatan presentase rata-rata pengembangan kemampuan menyimak anak pada siklus I sebesar 65,08% dengan kriteria sedang, menjadi 80,20% dengan kriteria tinggi pada siklus II, terjadi peningkatan sebesar 15,12%. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa metode bercerita berbantuan media wayang kertas dapat meningkatkan kemampuan bahasa khususnya kemampuan menyimak pada anak kelompok A Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 di TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja.

Kata-kata kunci : metode bercerita, wayang kertas, kemampuan bahasa

Abstract

This study aims to improve children's language skills, especially listening skills with the adoption of media-aided storytelling paper puppets to children in group A the second semester in the academic year 2015/2016 in kindergarten Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja. This research is a classroom action research is conducted in two cycles. The subjects were children in group A total 15 children consisting of 9 boys and 6 girls. Data collected research on listening skills through observation with an instrument such as the observation sheet. The data were analyzed using two methods of data analysis is the method of descriptive statistics and quantitative analysis. The results showed an increase in the average percentage of the development of listening skills of children in the first cycle of 65.08% with moderate criteria, being 80.20% with a high criteria in the second cycle, an increase of 15.12%. Based on the research that has been done can be concluded that the method of storytelling aided paper puppet media can improve their language skills, especially listening skills in children in group A Semester II Academic Year 2015/2016 in kindergarten Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja.

(2)

Pendahuluan

Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan manusia untuk mengembangkan keterampilan dan potensi yang dimilikinya melalui kegiatan

pembelajaran yang mencakup

pembelajaran informal, formal dan nonformal. Pendidikan ini kita dapatkan dari pendidikan sejak usia dini sampai pendidikan di jenjang perguruan tinggi. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakkan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan perilaku serta beragama), bahasa dan komunikasi, sesuai dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. Dalam mewujudkan tujuan PAUD harus memahami karakteristik dan tahap perkembangan anak.

Anak usia dini merupakan masa-masa yang sangat pesat dalam mengalami suatu proses pertumbuhan dan perkembangan dalam menerima berbagai stimulus-stimulus yang didapatkannya dari lingkungan. Anak usia dini dibagi menjadi 3 kelompok usia yaitu umur 0-3 tahun, 3-5 tahun dan 6-8 tahun. Sejak dalam kandungan anak sudah diberikan pendidikan oleh orang tuanya. Pendidikan dapat diberikan langsung maupun tak langsung. Pendidikan tersebut dapat berupa pembiasaan, kedisiplinan, kebersihan, keteraturan, kesehatan dan gizi dan lain-lain.

Taman Kanak-Kanak menyediakan program pendidikan dengan rentang usia 4-6 tahun sebelum anak memasuki sekolah yang lebih tinggi atau sekolah dasar. Aspek-aspek perkembangan anak usia dini yaitu meliputi aspek fisik motorik, kognitif, bahasa, nilai agama dan moral dan sosial emosional dan kemandirian dapat dikembangkan melalui lembaga pendidikan Taman Kanak-Kanak. Kelima aspek perkembangan tersebut dapat dikembangkan dengan stimulus-stimulus yang diberikan oleh pendidik selama anak mengenyam pendidikan di lembaga Taman Kanak-Kanak. Kelima aspek perkembangan

tersebut harus berjalan secara optimal sesuai dengan tahapan usia anak. Dimana apabila anak tidak dapat mencapai perkembangan sesuai dengan tahapan usianya, anak akan mengalami hambatan untuk menuju ke tahapan selanjutnya. Dari situlah peran orang tua ataupun pendidik agar memeberikan stimulus-stimulus yang tepat sesuai dengan aspek perkembangan anak dan

tahapan usianya.

Kemampuan berbahasa merupakan salah satu hal yang sangat penting untuk

mendukung pertumbuhan dan

perkembangan anak, karena didalam setiap aktifitas anak sehari-hari akan

menggunakan bahasa untuk

berkomunikasi. Selain untuk berkomunikasi kemampuan berbahasa juga ditujukan untuk kemampuan lain seperti pemahaman, membaca, dan mengenal huruf.

Tugas perkembangan yang paling pertama adalah kemampuan seseorang dalam memahami makna yang diucapkan orang lain. Kemudian dilanjutkan dengan pengembangan perbendaharaan kata, setelah anak sudah mampu menyimak perkataan orang lain maka akan dapat menambah beberapa kosa kata pada anak.

Tugas perkembangan setelah

pengembangan perbendaharaan, anak akan belajar untuk menyusun beberapa kata menjadi kalimat yang utuh. Dan yang terakhir adalah kemampuan anak dalam mengucapkan kata-kata dari hasil belajar melalui peniruan terhadap suara-suara yang telah didingarnya (Yusuf, 2005:119).

Bromley (dalam Gunarti, 2008:1.35) menyebutkan bahwa “bahasa terdiri dari empat macam bentuk yaitu: menyimak, berbicara, membaca dan menulis”. Bahasa ada yang bersifat aktif reseptif (menerima pesan) yaitu menyimak dan membaca, serta bersifat aktif (menyampaikan pesan) berbicara dan menulis. Pada awal perkembangan berbahasa anak akan melakukan kegiatan menyimak terlebih dahulu sehingga untuk perkembangan selanjutnya anak akan dapat melakukannya dengan baik. Pada umumnya kemampuan anak usia 4-6 tahun dalam menyimak sudah berkembang secara optimal. Seperti yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

(3)

No. 58 Tahun 2009, bidang pengembangan bahasa di TK meliputi: menerima bahasa, mengungkapkan bahasa, dan keaksaraan. Dalam menerima bahasa anak usia 4-6 tahun anak sudah mampu memahami isi cerita dan mampu menyimak perkataan orang lain.

Menyimak merupakan salah satu dari bidang pengembangan kemampuan dasar yang dipersiapkan oleh guru supaya anak dapat berkomunikasi secara timbal balik dengan anak, agar proses-proses pembelajaran akan berjalan dengan lancar. Sehingga sebelum anak melakukan berbicara, membaca, dan menulis maka yang paling awal dilakukan adalah menyimak. Kemampuan seorang anak dalam kemampuan menyimak akan menjadi penentu untuk perkembangan bahasa selanjutnya terutama dalam kemampuan berbicara anak.

Tarigan (dalam Dhieni, 2007:4.6) menyatakan bahwa, “menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi untuk memperoleh informasi, menangkap isi atau pesan serta memahami makna komunikasi yang telah disampaikan oleh pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan”. Menyimak memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Demikian pula dalam kehidupan anak. Walaupun kemampuan mendengarkan merupakan kemampuan berbahasa yang secara alamiah dikuasai oleh setiap anak normal, keterampilan menyimak ini harus dikembangkan melalui stimulasi-stimulasi dan latihan-latihan karena keterampilan berbahasa tidak akan dapat dimiliki secara optimal termasuk menyimak didalamnya kalau tidak dikembangkan dan dilatihkan. Kegiatan menyimak didalam lembaga PAUD diperlukan suatu metode dan media pembelajaran yang tepat dalam merangsang stimulasi-stimulasi dalam pembelajaran menyimak di PAUD.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada anak kelompok A di TK Widya Kumara Banjar Jawa diketahui bahwa, dari jumlah siswa yaitu 15 orang anak, terdapat 12 anak dalam kemampuan menyimak belum berkembang yaitu mendapat bintang satu (*) sedangkan 2

orang anak dapat dikategorikan sudah mulai berkembang dan mendapatkan bintang dua (**) dan hanya 1 orang anak dikategorikan berkembang sesuai harapan (***), sedangkan harapan ketuntasan dari kemampuan menyimak yaitu memperoleh bintang empat (****) yaitu berkembang sangat baik. Rendahnya kemampuan menyimak anak dikarenakan pada saat kegiatan pembelajaran anak tidak mendengarkan dengan baik serta tidak memahami apa yang disampaikan oleh guru. Sehingga anak belum mampu menceritakan kembali apa yang disampaikan oleh guru.

Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan menyimak anak kelompok A di TK Widya Kumara Banjar Jawa masih rendah. Kesulitan anak untuk berkonsentrasi saat mendengarkan guru berbicara menjadi penyebab utama rendahnya kemampuan menyimak anak, dimana dalam kegiatan bercerita anak kebanyakan bermain-main dan mengganggu temannya. Selain itu media yang digunakan guru kurang menarik, maka dari itu anak menjadi kurang tertarik serta tidak mendengarkan cerita dengan baik. Sehingga pada saat guru bertanya seputar cerita yang telah diceritakan anak tidak bisa menjawab dengan benar serta tidak mampu menceritakan kembali isi cerita secara sederhana. Maka dari itu dipandang sangat perlu melakukan tindakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak anak melalui metode bercerita.

Metode bercerita merupakan salah satu metode pembelajaran yang digunakan di TK. Salha Umar (dalam Yulianti 2013) menyatakan bahwa “metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru”. Dengan menggunakan metode bercerita diharapkan anak akan mampu berkonsentrasi menyimak cerita yang disampaikan guru. Sehingga pada akhir kegiatan bercerita anak bisa menjawab pertanyaan guru seputar isi cerita. Dalam meningkatkan

kemampuan menyimak selain

menggunakan metode pembelajaran juga memerlukan media pembelajaran yang menarik.

(4)

Menurut Ibrahim (dalam Zaenah, 2015:6) ”media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau bahan pembelajaran, sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu”. Untuk mendapatkan hasil pendidikan yang baik, perencanaan dan sarana memegang peranan penting dalam kegiatan belajar mengajar. Media pembelajaran yang digunakan harus dapat menarik perhatian anak agar fokus di dalam pembelajaran.

Media wayang kertas merupakan salah satu media yang tepat untuk meningkatkan kemampuan menyimak. Hal tersebut didasarkan pada beberapa hal, antara lain dengan warna-warna yang cerah serta bentuk wayang yang lucu dapat menarik minat anak untuk memainkannya. Media wayang kertas adalah alat bantu pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pembelajaran menyimak cerita yang terbuat dari kertas yang berbentuk gambar kartun atau gambar asli yang diberi tangkai untuk menggerak-gerakkannya. Wayang yang digunakan bisa disesuaikan dengan tema cerita. Penggunaan media wayang dapat membuat pembelajaran menjadi menarik sehingga anak akan merasa senang dan tertarik untuk mendengarkan serta menyimak cerita.

Berdasarkan permasalahan yang diuaraikan diatas, maka diadakan penelitian tindakan dengan mengangkat judul “Penerapan Metode Bercerita Berbantuan Media Wayang Kertas Untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Pada Anak Kelompok A Semester II Di TK Widya Kumara Banjar Jawa Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng Tahun Pelajaran 2015/2016”.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan di kelompok A TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja tahun pelajaran 2015/2016. Subjek dalam penelitian ini adalah anak-anak kelompok A TK Widya Kumara Banjar Jawa yang berjumlah 15 orang yang terdiri dari 9 orang anak laki-laki dan 6 orang anak perempuan. Anak ini dipilih menjadi subjek penelitian mengingat di kelompok A TK

Widya Kumara Banjar Jawa, ditemukan permasalahan-permasalahan seperti yang telah dipaparkan dalam latar belakang. Objek yang ditangani dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan bahasa khususnya kemampuan menyimak pada anak kelompok A TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja.

Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (Classroom Action

Research). Menurut Agung (2012:24)

“Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian yang bersifat aplikasi (terapan), terbatas, dan segera. Hasil dari penelitian ini digunakan untuk memperbaiki

dan menyempurnakan program

pembelajaran yang sedang berjalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan keterampilan baru atau cara pendekatan baru dalam pemecahan masalah secara langsung pada program pembelajaran yang sedang berjalan”.

Arikunto (2012:3) menyatakan “Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut dilakukan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan siswa”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa PTK adalah penelitian yang bersifat reflektif yang dilakukan didalam kelas. Penelitian ini dilakukan untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan tindakan-tindakan tertentu. Penelitian ini juga dilakukan untuk memperbaiki sistem pembelajaran. Sistem pembelajaran yang dimaksud mencakup metode pengajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran serta pengelolaan kelas.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua variabel, yakni variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Agung (2012:43), “Variabel bebas yaitu satu atau lebih dari variabel-variabel yang sengaja dipelajari pengaruhnya terhadap variabel tergantung. Variabel terikat adalah faktor-faktor yang diobservasi dan diukur untuk menentukan adanya pengaruh variabel bebas, yaitu faktor yang muncul, atau tidak muncul, atau berubah sesuai dengan yang

(5)

diperkenalkan oleh peneliti”. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah yang pertama variabel bebas yang berisikan metode bercerita berbantuan media wayang kertas dan yang kedua variabel terikat yang berisikan kemampuan bahasa pada anak kelompok A TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja.

Penelitian tindakan kelas ini

dilaksanakan dalam dua siklus, tetapi tidak menutup kemungkinan dilanjutkan ke siklus berikutnya apabila belum memenuhi target penelitian. Akhir siklus satu ditandai dengan evaluasi begitupun dengan siklus dua dan siklus selanjutnya bila belum memenuhi target penelitian. Setiap siklus terdiri dari

empat tahapan, yaitu perencanaan,

pelaksanaan tindakan, observasi dan

refleksi. Pada tahap rencana tindakan

dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan anak dalam proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada rencana tindakan ini adalah: (1) menyusun rencana kegiatan mingguan (RKM), (2) menyusun rencana kegiatan harian (RKH), 3) menyiapkan alat dan bahan yang akan dipakai dalam kegiatan pembelajaran, (4) mengatur posisi anak dalam melaksanakan kegiatan, (5) menyiapkan instrument penilaian.

Tahap pelaksanaan tindakan yang dilakukan adalah melakukan perbaikan atau peningkatan yang diinginkan. Kegiatan

yang dilakukan pada rancangan

pelaksanaan ini adalah melaksanakan

proses pembelajaran sesuai dengan

rencana kegiatan harian (RKH) yang telah dipersiapkan. Pada tahap pengamatan

dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

hasil dari pembelajaran yang telah

dilaksanakan. Langkah-langkah pada kegiatan ini adalah melakukan pengumpulan data sesuai dengan satuan kegiatan yang telah dibuat seperti mengamati, mencatat, mengevaluasi dan mendokumentasikan hal-hal penting yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung.

Setelah melakukan pengamatan maka dilakukan refleksi untuk melihat, mengkaji, dan mempertimbangkan dampak tindakan yang telah diberikan. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti bersama-sama dengan guru dapat melakukan perbaikan

kekurangan-kekurangan dalam proses

pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada rencana refleksi ini adalah peneliti mengkaji dan merenungkan hasil penelitin terhadap pelaksanaan tindakan tersebut dengan maksud jika terjadi hambatan, akan dicarikan pemecahan masalahnya untuk

direncanakan tindakan pada siklus

selanjutnya.

Untuk memperoleh data yang akurat dan dapat dapat dipertanggungjawabkan dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode tertentu untuk mengumpulkan data

dalam suatu penelitian. Untuk

mengumpulkan data tentang kemampuan bahasa khususnya menyimak pada anak kelompok A TK Widya Kumara Banjar Jawa digunakan metode observasi. Menurut Agung (2012:61) menyatakan bahwa “metode observasi ialah suatu cara memperoleh data dengan jalan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis tentang suatu objek tertentu”. Sejalan dengan pendapat tersebut, Dimyati dan Mudjiono (2013:92) menyatakan bahwa “metode observasi adalah metode pengumpulan data penelitian melalui pengamatan terhadap objek yang diteliti”.

Berdasarkan kedua pendapat tersebut maka dapat dipertegas bahwa metode observasi adalah cara memperoleh data yang menggunakan indera penglihatan (mata) atau melalui pengamatan terhadap objek dalam pengukuran variabel sesuai dengan tujuan penelitian.

Pada penelitian ini, metode

observasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan bahasa khusunya

kemampuan menyimak anak. Setiap

kegiatan yang diobservasikan dikategorikan kedalam kualitas yang sesuai yaitu anak belum berkembang dengan tanda satu

bintang (*), anak mulai berkembang dengan

tanda dua bintang (**), anak sudah berkembang sesuai harapan dengan tanda tiga bintang (***), dan anak berkembang sangat baik dengan tanda empat bintang (****).

Penelitian tindakan kelas ini

menggunakan dua metode yaitu, metode analisis statistik deskriptif dan metode

deskriptif kuantitatif. Agung (2014:110)

(6)

deskriptif ialah suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti: distribusi frekuensi, grafik, angka rata-rata, median, modus, mean dan standar deviasi, untuk menggambarkan suatu objek/variabel tertentu, sehingga diperoleh kesimpulan umum”.

Metode analisis deskriptif kuantitatif ialah “suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka dan atau persentase, mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum” (Agung, 2014:110). Metode analisis

deskriptif kuantitatif digunakan untuk

menentukan kemampuan bahasa

khususnya kemampuan menyimak pada anak yang dikonversikan ke dalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima. Dalam penerapan metode analisis statistik deskriptif ini, data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dan disajikan ke dalam a) tabel distribusi frekuensi, b) menghitung

modus, c) menghitung median, d)

menghitung angka rata-rata, e) menyajikan data ke dalam grafik polygon.

Pedoman Konsversi PAP Skala Lima tentang peningkatan kemampuan bahasa khususnya kemampuan menyimak. Persentase (%) : (90-100) sangat tinggi, (80-89) tinggi, (65-79) sedang, (55-64)

rendah, (0-54) sangat rendah. Kriteria

keberhasilan pada penelitian ini adalah peningkatan dalam kemampuan menyimak pada anak kelompok A TK Widya Kumara Banjar Jawa. Penelitian ini dinyatakan berhasil jika terjadi perubahan positif skor rata-rata dari siklus I ke siklus berikutnya dan jika dikonversikan pada pedoman PAP skala lima tentang tingkat kemampuan menyimak pada anak kelompok A setelah diterapkan metode bercerita berbantuan media wayang kertas.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Penelitian ini dilakukankan di TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yakni siklus I dan siklus II. Siklus I terdiri dari lima belas kali pertemuan untuk pembelajaran dan untuk evaluasi penilaian dilaksanakan setelah melakukan

pembelajaran. Pada siklus II terdiri dari sepuluh kali pertemuan, yaitu sepuluh kali pertemuan untuk pembelajaran dan untuk evaluasi penilaian dilakukan setelah melakukan pembelajaran.

Data yang dikumpulkan adalah mengenai hasil belajar anak terhadap

kemampuan bahasa khususnya

kemampuan menyimak anak dengan metode bercerita berbantuan media wayang kertas. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan yaitu bulan Mei 2016 sampai bulan Juni 2016.

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode bercerita berbantuan media wayang kertas untuk meningkatkan

kemampuan bahasa khususnya

kemampuan menyimak diperoleh rata-rata hasil pada siklus I sebesar 65,3%.

Data hasil belajar anak pada kemampuan menyimak disajikan dalam bentuk grafik polygon. Dari hasil observasi yang dilaksanakan pada saat penerapan metode bercerita menggunakan media wayang kertas untuk meningkatkan

kemampuan bahasa khususnya

kemampuan menyimak anak menggunakan lima indikator, dan masing-masing indikator yang muncul dalam pembelajaran akan diberi skor. Data yang didapat disajikan kedalam grafik polygon pada hasil belajar kemampuan menyimak anak pada siklus I dapat digambarkan menjadi grafik sebagai berikut.

Gambar 1. Grafik Polygon Siklus 1

0 2 4 6 11 12 13 14 15 Fr ekuensi Skor

f

X

f

X

Mo=12 Me=13 M=13,06

(7)

Berdasarkan perhitungan dari grafik

polygon diatas terlihat Mo<Md<M

(12<13<13,06). Berdasarkan gambar tersebut dapat diinterpretasikan bahwa skor

kemampuan bahasa khususnya

kemampuan menyimak anak pada siklus I cenderung rendah.

Berdasarkan hasil pengamatan dan temuan peneliti selama pelaksanaan tindakan siklus I terdapat beberapa masalah yang menyebabkan kemampuan bahasa khususnya kemampuan menyimak anak kelompok A TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja dalam pedoman konversi PAP Skala lima masih berada pada kategori sedang yaitu 65,3%.

Adapun kendala-kendala yang peneliti temukan selama penerapan siklus I antara lain: (1) anak kurang fokus saat mendengarkan cerita yang disampaikan oleh guru. Kurangnya perhatian anak saat mendengarkan cerita yang disampaikan oleh guru dikarenakan penyampaian cerita yang kurang menarik, sehingga hanya beberapa orang anak saja yang mau mendengarkan cerita yang disampaikan oleh guru. Selain itu beberapa orang anak terlihat mengantuk dan tidak bersemangat sehingga perhatian anak menjadi kurang dalam mendengarkan cerita yang disampaikan oleh guru. (2) anak terlihat masih malu ketika maju ke depan kelas untuk menceritakan kembali cerita yang telah disampaikan oleh guru, dan volume suara anak terlalu pelan sehingga kurang didengar oleh teman-temannya. (3) sebagian anak masih banyak yang lupa dengan isi cerita yang disampaikan oleh guru. Hal ini dikarenakan cerita yang disampaikan terlalu panjang, sehingga saat kegiatan tanya jawab tentang isi cerita yang telah didengar anak tidak antusias untuk menjawabnya.

Adapun solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala di atas adalah sebagai berikut. (1) sebelum kegiatan bercerita dimulai, anak diajak untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan seperti beryanyi dan bermain tepuk agar anak menjadi bersemangat saat mendengarkan cerita. Selain itu cerita yang disampaikan akan lebih menarik, dengan cara mengajak anak-anak untuk menirukan gerakan tokoh-tokoh

yang ada pada cerita serta menirukan ekspresi muka tokoh dalam cerita seperti marah, sedih, tertawa dan lainnya, sehingga anak menjadi bersemangat serta tidak bosan saat mendengarkan cerita. (2) memberikan motivasi atau dorongan kepada anak agar tidak malu dan ragu untuk bercerita ke depan kelas dengan cara memberikan pujian serta memberikan bintang kepada anak yang mau maju ke depan untuk bercerita sehingga anak mau bersemangat serta tidak malu untuk bercerita ke depan kelas. Dengan begitu volume suara anak saat bercerita menjadi keras dan dapat didengar oleh teman-temannya. (3) cerita yang disampaikan berupa cerita pendek, agar anak lebih

mudah untuk mengingat dan

memahaminya. Memberikan dorongan pada anak untuk berani menjawab pertanyaan guru untuk mengingat apa yang telah didengarnya, dengan cara memeperlihatkan kembali media wayang yang digunakan saat bercerita. Sehingga anak akan mudah untuk mengingat cerita yang telah disampaikan dan dapat mengulang cerita dengan benar.

Pelaksanaan siklus II dilaksanakan selama 10 kali pertemuan dan pelaksanaan evaluasi dilakukan setiap hari setiap penerapan kegiatan.

Data hasil belajar kemampuan menyimak yang diperoleh oleh anak disajikan dalam bentuk grafik polygon pada hasil belajar kemampuan menyimak pada siklus II dapat digambarkan menjadi grafik polygon sebagai berikut.

Gambar 2. Grafik Polygon Siklus II

0 2 4 6 8 15 16 17 18 19 Fr ekuensi Skor

f

X

M=16,93 Me=17 Mo=18

(8)

Berdasarkan perhitungan dan grafik

polygon diatas terlihat Mo>Md>M

(18>17>16,93). Jika nilai modus lebih besar dari median dan mean, maka dapat disimpulkan bahwa sebaran skor

kemampuan bahasa khususnya

kemampuan menyimak anak kelompok A Tahun Pelajaran 2015/2016 di TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja pada siklus II cenderung tinggi.

Rata-rata hasil belajar kemampuan bahasa khususnya kemampuan menyimak anak pada siklus II sebesar 84,65%. Nilai rata-rata persen jika dikonversikan kedalam PAP skala lima rata-rata persen berada pada tingkat penguasaan 80-89% yang berarti bahwa kemampuan bahasa khususnya kemampuan menyimak anak kelompok A pada siklus II berada pada kriteria tinggi.

Melalui perbaikan proses pembelajaran dan pelaksanaan tindakan siklus I, maka pada pelaksanaan siklus II telah nampak adanya peningkatan proses pembelajaran yang diperlihatkan melalui peningkatan kemampuan bahasa khususnya kemampuan menyimak anak kelompok A TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja.

Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II adalah sebagai berikut. Proses pembelajaran di kelas dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Rencana pembelajaran yang dimaksud yaitu solusi dari kendala yang ditemukan pada penelitian siklus I, dimana anak lebih bersemangat saat mendengarkan cerita serta sudah mau bercerita ke depan kelas serta mampu memahami isi cerita yang disampaikan. Sehingga kemampuan bahasa khususnya kemampuan menyimak anak yang diharapkan dapat tercapai. Penyampaian cerita yang menarik oleh guru dengan cara menirukan gerakan serta ekspresi wajah tokoh-tokoh yang ada pada cerita membuat anak mampu memahami isi cerita. Hal ini terlihat ketika selesai guru bercerita, anak-anak sudah mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru tentang isi cerita yang telah disampaikan. Kegiatan pembelajaran anak sudah mengalami peningkatan yang terlihat pada rata-rata persen kemampuan bahasa

khususnya kemampuan menyimak anak sudah mengalami peningkatan dari sedang menjadi tinggi.

Secara umum proses kegiatan pembelajaran dengan penerapan metode bercerita berbantuan media wayang kertas sudah berjalan dengan efektif, hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan rata-rata persen (M%) kemampuan bahasa khususnya kemampuan menyimak dari siklus I ke siklus II. Sehingga penelitian ini cukup sampai di siklus II dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Berdasarkan hasil pengamatan dan temuan yang dilakukan selama pelaksanaan siklus I, terdapat beberapa masalah yang menyebabkan kemampuan bahasa khususnya kemampuan menyimak anak berada pada kriteria sedang. Hal ini disebabkan karena adanya kendala seperti kurangnya perhatian anak saat mendengarkan cerita, anak lebih senang bermain-main dengan temannya dari pada mendengarkan cerita dari guru. Hal ini dikarenakan guru dalam menyampaikan cerita kepada anak-anak kurang menarik, dimana pada awal kegiatan bercerita guru tidak mengajak anak-anak untuk melakukan kegiatan bernyanyi ataupun bermain tepuk agar anak menjadi semangat dan tidak mengantuk karena anak kelelahan saat bermain di luar kelas.

Kendala yang kedua yaitu anak terlihat masih malu ketika maju ke depan kelas untuk menceritakan kembali cerita yang telah disampaikan oleh guru, serta volume suara anak terlalu pelan sehingga kurang didengar oleh teman-temannya. Kendala yang ketiga yaitu sebagian anak masih banyak yang lupa dengan isi cerita yang disampaikan oleh guru, serta saat kegiatan tanya jawab tentang isi cerita yang telah didengar anak tidak antusias untuk menjawabnya. hal ini dikarenakan penyampaian cerita yang terlalu panjang, selain itu anak kurang memperhatikan guru saat bercerita.

Kendala yang ditemukan tersebut perlu ditingkatkan pada siklus II dengan menciptakan situasi pembelajaran yang menyenangkan serta cara guru menyampaikan cerita agar lebih menarik dan jelas sehingga anak antusias dalam mengikuti kegiatan bercerita serta dapat

(9)

menceritakan kembali cerita secara sederhana. Solusi untuk kendala yang pertama yaitu sebelum kegiatan bercerita dimulai, anak diajak untuk melakukan kegiatan yang menyenangkan seperti beryanyi dan bermain tepuk agar anak menjadi bersemangat saat mendengarkan cerita. Selain itu cerita yang disampaikan akan lebih menarik, dengan cara mengajak anak-anak untuk menirukan gerakan tokoh-tokoh yang ada pada cerita serta menirukan ekspresi muka tokoh dalam cerita seperti marah, sedih, tertawa dan lainnya, sehingga anak menjadi bersemangat serta tidak bosan saat mendengarkan cerita.

Solusi untuk kendala yang kedua yaitu memberikan motivasi atau dorongan kepada anak agar tidak malu dan ragu untuk bercerita ke depan kelas dengan cara memberikan pujian serta memberikan bintang kepada anak yang mau maju ke depan untuk bercerita sehingga anak mau bersemangat serta tidak malu untuk bercerita ke depan kelas. Dengan begitu volume suara anak saat bercerita menjadi keras dan dapat didengar oleh teman-temannya. Dan solusi untuk kendala yang ketiga yaitu cerita yang disampaikan berupa cerita pendek, agar anak lebih mudah untuk mengingat dan memahaminya. Serta memberikan dorongan pada anak untuk berani menjawab pertanyaan guru untuk mengingat apa yang telah didengarnya, dengan cara memeperlihatkan kembali media wayang yang digunakan saat bercerita. Sehingga anak akan mudah untuk mengingat cerita yang telah disampaikan dan dapat mengulang cerita dengan benar.

Setelah dilakukannya perbaikan pembelajaran pada siklus satu, sehingga pada siklus II sudah tampak adanya perubahan. Dimana kemampuan bahasa anak khususnya menyimak mengalami peningkatan dari kriteria sedang ke kriteria tinggi. Terjadinya peningkatan kemampuan menyimak pada anak setelah penerapan metode bercerita berbantuan media wayang kertas disebabkan oleh ketertarikan anak pada kegiatan dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru, sesuai dengan pendapat Dhieni, dkk (2007:6.29) bahwa “sebuah cerita akan menarik didengarkan dan diperhatikan

apabila menggunakan alat peraga”. Hal ini terlihat pada saat guru bercerita menggunakan media wayang kertas dimana anak dapat memusatkan perhatiannya dalam menyimak cerita, ketika anak mendengarkan serta menyimak dengan baik cerita yang disampaikan oleh guru maka anak dapat menjawab pertanyaan tentang isi cerita dengan benar, anak mampu menceritakan kembali isi cerita secara sederhana, serta mampu menyimpulkan isi cerita sederhana. Selain itu melalui kegiatan menyimak cerita anak dapat membedakan perilaku mana yang baik untuk ditiru dan perilaku mana yang tidak baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Gunarti (2008:5.31) bahwa melalui kegiatan menyimak anak memperoleh bermacam informasi tentang pengetahuan, nilai, dan sikap untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Penyajian hasil penelitian di atas memberikan gambaran bahwa dengan penerapan metode bercerita berbantuan media wayang kertas, ternyata dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak didik pada TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja. Kenyataan ini menunjukkan bahwa penerapan metode bercerita berbantuan media wayang kertas sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan menyimak anak. Seperti yang dikemukakan oleh Dhieni (2007:6.7) yaitu tujuan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah agar anak mampu mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang disampaikan orang lain, anak dapat bertanya apabila tidak memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan, selanjutnya anak dapat menceritakan dan mengekspresikan terhadap apa yang didengarkan dan diceritakannya, sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan lambat laun didengarkan, dan diperhatikan. Oleh karenanya para guru sangat perlu menerapkan strategi pembelajaran melalui metode bercerita secara intensif dan berkelanjutan guna meningkatkan hasil belajar anak didik.

Metode bercerita berbantuan media wayang kertas dapat menarik minat anak serta anak tidak cepat bosan dalam mendengarkan cerita karena menggunakan media yang menarik. Ini berarti bahwa

(10)

apabila didalam memberikan kegiatan bercerita digunakan teknik-teknik yang menarik maka pembelajaran yang kita lakukan akan menjadi menyenangkan dan dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak. Sehingga metode bercerita merupakan salah satu metode yang paling efektif dalam mendidik anak karena dalam bercerita memiliki banyak manfaat untuk anak. Seperti yang diungkapkan Susanto (2011:75), melatih anak belajar bahasa dapat dilakukan dengan cara berkomunikasi melalui berbagai setting diantaranya dengan cerita, baik mendengarkan maupun menyuruh anak untuk bercerita. Selain itu manfaat metode bercerita adalah melatih daya serap atau daya tangkap anak, melatih daya konsentrasi anak, menciptakan situasi yang menggembirakan, serta membantu perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi secara efektif dan efisien sehingga proses percakapan menjadi komunikatif (Dhieni 2007:6.8-6.9).

Setelah dilakukan perbaikan terhadap pembelajaran di kelas, kemampuan menyimak anak mengalami peningkatan dan berada pada kategori tinggi. Sesuai dengan rencana penelitian yaitu penelitian ini dikatakan berhasil apabila telah mencapai kategori tinggi. Oleh karena itu penelitian ini telah mencapai target yang telah diharapkan. Hal ini menyebabkan penelitian penerapan metode bercerita berbantuan media wayang kertas untuk meningkatkan kemampuan bahasa khususnya kemampuan menyimak anak kelompok A TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja tahun pelajaran 2015-2016 berakhir pada siklus II. Jadi kelemahan penelitian ini secara keseluruhan adalah penelitian yang harus berakhir pada siklus II dengan kategori tinggi. Penelitian ini dapat disempurnakan sehingga bisa mencapai skor maksimal ideal dengan kategori sangat tinggi.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode bercerita berbantuan media wayang kertas dapat meningkatkan

kemampuan bahasa khususnya

kemampuan menyimak anak kelompok A TK Widya Kumara Banjar Jawa Singaraja. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan rerata kemampuan bahasa khususnya kemampuan menyimak anak pada siklus I adalah 65,3% yang berada pada kriteria sedang dan rerata

kemampuan bahasa khususnya

kemampuan menyimak anak pada siklus II sebesar 84,65% berada pada kriteria tinggi. Jadi, peningkatan kemampuan bahasa khususnya kemampuan menyimak anak yaitu sebesar 19,35%.

Berdasarkan simpulan diatas, maka dapat disampaikan saran-saran sebagai berikut. Kepada para guru disarankan lebih kreatif dalam memilih metode pembelajaran dan kegiatan pembelajaran yang akan diterapkan pada anak, khususnya dalam penerapan metode bercerita dengan media wayang kertas yang sesuai sehingga pembelajaran dapat menarik minat anak didik. Kepada kepala sekolah agar melakukan pembinaan serta informasi secara intensif kepada para guru mengenai metode dan media pembelajaran, sehingga kemampuan profesional para guru, perbaikan proses dan hasil belajar anak dapat meningkat. Kepada peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dipakai sebagai bahan perbandingan atau sumber acuan serta disarankan untuk melanjutkan penelitian ini karena pencapaian kemampuan menyimak anak baru mencapai kriteria tinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gede. 2014. Buku Ajar Metodologi Penelitian Pendidikan.

Malang: Aditya Media Publishing. Arikunto, Suharsimi, dkk. 2012. Penelitian

Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi

Aksara.

Dhieni, Nurbiana, dkk.2007. Metode

Pengembangan Bahasa. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Gunarti, Winda, dkk. 2008. Metode

Pengembangan Perilaku dan

Kemampuan Dasar Anak Usia Dini.

(11)

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009, Tentang Standar

Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta:

Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembina TK dan SD. Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan

Anak Usia Dini: Pengantar dalam

Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana.

Yulianti Meg. 2013. Peranan Metode Bercerita Dalam Mengembangkan Niai-nilai Moral Pada Anak Di

Kelompok B2 TK Pertiwi Palu.

Tersedia pada

http://repository.uksw.edu/jspui/bitstr eam/123456789/668/3/T1_2620106 34_BAB%20II.pdf. (diakses pada 11 Maret 2016).

Zaenah, Siti. 2015. Meningkatkan

Kemampuan Bercerita

Menggunakan Media Wayang

Binatang Di Kelompok B TK Pertiwi I Kalianyar Kecamatan Ngronggot

Kabupaten Nganjuk Tahun

Pelajaran 2014/2015. Tersedia pada

http://simki.unpkediri.ac.id/mahasisw

a/file artikel/2015/13.1.01.11.

Gambar

Gambar  1. Grafik Polygon Siklus 1
Gambar 2. Grafik Polygon Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Konsumsi bahan bakar 100%DME meningkat dengan menghasilkan power output yang hampir sama seperti campuran Solar+DME 50/50, sementara itu penggunaan bahan bakar

Berdasarkan data hasil esperimental dan visualisasi aliran pada seksi uji, diperoleh hasil pemisahan fase terbaik pada sudut kemiringan 30 o , water cut 64%, tekanan downstream

Dari hasil kuesioner terhadap responden yang belum pernah menggunakan jasa boga untuk acara pernikahan (responden kelompok pertama) dapat diketahui faktor-faktor yang

flanel merupakan salah satu media yang tepat digunakan dalam pengembangan kemampuan berbicara anak, karena menggunakan wayang flanel sebagai alat peraga saat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode bercerita berbantuan media kantung cerita dapat meningkatkan kemampuan menyimak anak pada siklus I sebesar 75,9%

Terjadinya peningkatan kemampuan motorik halus pada anak setelah penerapan metode demonstrasi berbantuan media kertas daur ulang dalam penelitian ini disebabkan

Terjadinya peningkatan persentase kemampuan kognitif pada anak didik saat penerapan metode pemberian tugas berbantuan media balok disebabkan oleh rasa ingin tahu

Disarankan kepada Kepala TK (Taman Kanak-Kanak) agar kepala TK (Taman Kanak-Kanak) mampu memberikan informasi kepada guru-guru mengenai metode dan media yang