• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENERAPAN METODE BERCERITA BERBANTUAN MEDIA BONEKA TANGAN UNTUK MENINGKATKAN

PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK

I Gusti Ayu Arry Diah Triutami1, I Wayan Romi Sudhita2,I Made Tegeh3

1Jurusan PGPAUD

2.3JurusanTeknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

email: ayie_diah@yahoo.com1,romisudita@yahoo.com2, imade tegehderana@yahoo.com3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatkan dalam perkembangan bahasa, setelah penerapan metode bercerita berbantuan media boneka tangan pada anak kelompok A semester II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Kemala Bhayangkari 2 Singaraja.Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah 15 orang anak kelompok A semester II di TK Kemala bhayangkari 2 Singaraja tahun pelajaran 2013/2014.Data penelitian tentang perkembangan bahasa dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrumen berupa lembar format observasi.Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perkembangan bahasa pada anak kelompok A TK Kemala Bhayangkari 2 Singaraja setelah diterapkan metode bercerita berbantuan media boneka tangan, pada siklus I sebesar 57,05% yang berada pada kategori rendah ternyata mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 81,7% yang berada pada pada kategori tinggi. Jadi, terjadi peningkatan perkembangan bahasa sebesar 24,65% pada anak kelompok A TK Kemala Bhayangkari 2 Singaraja.

Kata kunci: bercerita, boneka tangan, perkembangan bahasa Abstract

This study aimed to determine the improvement in language development, after the application of media assisted storytelling hand puppets for children in group A the second semester of academic year 2013/2014 in TK Kemala Bhayangkari 2 Singaraja.

This type of research tends classroom action research was conducted in two cycles.

The subjects were 15 children of A group in the second semester of TK Kemala Bhayangkari 2 Singaraja school year 2013/2014. The data of this research on language development sheet format. The data were analyzed using descriptive statistical analysis and quantitative descriptive analysis method. The result of the data analyisis showed that an increase in language development in children in A group of TK Kemala Bhayangkari 2 Singaraja after applied storytelling media assited hand puppet, the first cycle 0f 57.05% which is at the low category was experiencing an increase in cycle II to 81.7 % which children in A group of TK Kemala Bhayangkari 2 Singaraja.

Keywords: storytelling, hand puppet, language development

(2)

2 PENDAHULUAN

Dalamsistem pendidikan nasional dikenal tiga jenis jalur pendidikan yaitu jalurpendidikan formal, non formal, dan informal. Salah satu pendidikan formal adalah Taman Kanak-kanak, Pendidikan Taman Kanak-kanak yang diberikan kepada anak usia dini dilaksanakan pada masa usia anak 4-6 tahun, karena usia tersebut merupakan masa peka bagi anak.

Tarwilah (2009: 59) menyatakan,

“pendidikan anak usia dini adalah pekerjaan membangun manusia. Harus diketahui apa yang diperlukan dan memberikannya sesuai dengan perkembangan mereka. Perkembangan otak manusia telah dimulai sejak masih berada di dalam kandungan ibu dan terus berlangsung hingga bayi lahir”.

Berbagai faktor secara langsung mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak tersebut, seperti kesehatan fisik, mental, spiritual dan sosial. Di samping itu terdapat pula faktor yang secara tidak langsung mempengaruhinya, seperti pendidikan, cara belajar, bahasa, kebudayaan dan lingkungan sekitar. Semua hal ini perlu dipahami dengan benar oleh keluarga, sebab usia dini tersebut merupakan periode diletakkannya dasar struktur kepribadian yang dibangun untuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu, perlu pendidikan dan pelayanan yang tepat.

Rahman (2005: 9)

menyatakan,“anak usia dini (0-8 tahun) adalah individu yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat. Bahkan dikatakan sebagai lompatan perkembangan.Karena itulah, maka usia dini dikatakan sebagai Golden Age (usia emas) yaitu usia yang sangat berharga dibanding usia-usia selanjutnya”.Usia tersebut merupakan fase kehidupan yang unik. Salah satu karakteristik yang unik tersebut yaitu anak akan selalu banyak bertanya, membicarakan semua hal yang didengar maupun yang dilihatnya, rasa ingin tahu dan antusias terhadap sesuatu tersebut

akan diungkapkan melalui kata-kata atau yang disebut berbicara.

Dalam Permen Diknas No. 58 tahun 2009, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 14 menyatakan,

Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

Hal tersebut memberi penjelasan tentang pentingnya pendidikan pada anak usia dini dengan memberikan rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun rohani, dalam meningkatkan perkembangan nilai moral agama, sosial emosional, bahasa, kognitif dan perkembangan fisik anak agar dapat membantu anak untuk dapat memiliki persiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut serta Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi bagi dasar kepribadian anak. Anak yang mendapatkan pembinaan sejak usia dini akan mampu untuk mandiri dan mengoptimalkan potensi yang dimiliki.

Salah satu dari potensi perkembangan tersebut adalah perkembangan bahasa khususnya dalam

kemampuan kelancaran

berbicara.Berbicara merupakan salah satu aspek dari keterampilan berbahasa yang sangat diperlukan bagi perkembangan bahasa anak. Pada usia ini perkembangan bicara anak akan tumbuh dengan cepat, menyebabkan anak aktif berkomunikasi dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya, anak tertarik pada kata-kata baru, hal ini akan menambah kosa kata anak, kemampuan mengungkapkan isi pikiran melalui bahasa lisan, dan pada usia ini anak sudah dapat menceritakan pengalamannya yang sederhana kepada guru, teman sebaya maupun orang lain.

Kemampuan tersebut merupakan keterampilan dasar dari perkembangan bahasa pada anak yang perlu dikuasai

(3)

3 oleh anak sejak dini, karena merupakan pintu pembuka ilmu pengetahuan. Bahasa sangatlah berguna bagi kehidupan manusia, terutama untuk komunikasi antara seseorang dengan orang lain atau kelompok yang satu dan kelompok yang lain.

Lerner (dalam Sudono, 2000) menyatakan, dasar utama perkembangan bahasa adalah melalui pengalaman- pengalaman berkomunikasi yang kaya.

Pengalaman-pengalaman yang kaya itu akan menunjang faktor-faktor bahasa yang lain yaitu:mendengarkan, membaca, berbicara dan menulis. Pada usia dini perkembangan bahasa khususnya keterampilan bicara anak akan tumbuh dengan cepat, menyebabkan anak aktif berkomunikasi dengan orang-orang yang ada di sekelilingnya, anak akan tertarik pada kata-kata baru, hal ini akan menambah kosa kata pada anak serta belajar berbicara sebagai sarana untuk memperoleh kemandirian.

Kemampuan berbicara anak juga akan berdampak pula pada kecerdasan.

Biasanya anak yang memiliki kecerdasan yang tinggi akan belajar berbicara dengan mudah, cepat memahami pembicaraan orang lain dan mempunyai kosa kata yang lebih banyak. Namun, kemampuan untuk menguasai keterampilan berbicara ini tidak akan tumbuh dengan sendirinya, tetapi harus melalui proses pembelajaran dan stimulus dari lingkungan terdekat anak.

Berdasarkan observasi pada anak kelompok A dan wawancara dengan guru di TK Kemala Bhayangkari 2 Singaraja terdapat berbagai temuan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran yang berhubungan dengan rendahnya perkembangan bahasa khususnya dalam kelancaran berbicara anak yaitu: terlihat dari kemampuan anak yang tidak mau bersuara atau mengucapkan kata, pengucapan lafalnya kurang, anak tidak mau berbicara kalau diajak ngomong dengan orang lain, dan dalam berbicara anak kurang lancar mengucapkannya.

Permasalahan tersebut muncul karena media yang kurang dimanfaatkan secara

efektif dalam pembelajaran untuk meningkatkan perkembangan bahasa khususnya kemampuan kelancaran berbicara pada anak, terlihat dari cara guru dalam mengajar cenderung masih menggunakan sistem pembelajaran konvensional, sehingga dari observasi awal yang peneliti lakukan diperoleh hasil belajar yang kurang maksimal yang terlihat dari nilai perkembangan bahasa anak rendah yaitu 55, 92% yang jika dikonversikan ke dalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 55-64%

yang berarti perkembangan bahasa anak berada pada kategori rendah .

Dari permasalahan dan penyebab terjadinya masalah yang dialami anak tersebut, perlu dicari jalan pemecahan.Tindakan yang peneliti pilih adalah menerapkan metode bercerita berbantuan media boneka tangan untuk meningkatkan perkembangan bahasa pada anak.Bercerita menggunakan media boneka tangan dipilih karena media ini sangat dekat dengan dunia anak-anak.

Selain itu, melalui media boneka tangan harapannya dapat terjadinya peningkatkan perkembangan bahasa khususnya kemampuan kelancaran berbicara dan mandiri dalam mengembangkan bahasanya sendiri, anak akan lebih tertarik untuk mencoba menggunakan dan senang memainkannya secara langsung dengan menggunakan jari-jari tangannya serta dapat meningkatkan minat, motivasi, percaya diri anak untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran.

Bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan berpikir individu.Perkembangan pikiran individu tampak dalam perkembangan bahasanya yaitu kemampuan membentuk pengertian, menyusun pendapat, dan menarik kesimpulan.

Siskandar (dalam Jenek 2014: 2) menyatakan “Perkembangan berbahasa diarahkan pada peningkatan kemampuan anak untuk, mendengar secara aktif dengan berkomunikasi menggunakan bahasa dan memahami bahwa sesuatu dapat diwakilkan dengan tulisan dan dapat dibaca, mengetahui abjad, menulis angka

(4)

4 dan huruf”. Perkembangan bahasa pada anak usia dini sangat penting karena dengan bahasa sebagai dasar kemampuan seorang anak akan dapat meningkatkan kemampuan-kemampuan yang lain. Anak yang memiliki perkembangan bahasa dalam kemampuan berbicara telah menunjukkan kematangan dan kesiapan dalam belajar, karena dengan berbicara anak akanmengungkapkan keinginan, minat, perasaan, dan menyampaikan isi hati secara lisan kepada orang lain.

Suarni (2009: 82) menyatakan, bahwa perkembangan bahasa merupakan interaksi antara warisan biologis (internal) dengan lingkungan”.Kemudian menurut Hurlock (1978: 176), “pengertian perkembangan bahasa adalah mencakup setiap sarana komunikasi dengan menyimbulkan pikiran dan perasaan untuk menyampaikan makna kepada orang lain”.Secara lebih rinci Bromley (dalam Dhieni 2011: 1.14) menyatakan.“bahwa bahasa sebagai sistem simbol yang teratur dalam bentuk visual maupun verbal untuk mentransfer berbagai ide maupun informal”.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan bahasa merupakan keterampilan dasar dari perkembangan bahasa pada setiap individu, yang perlu dikuasai sejak dini untuk menjalin suatu komunikasi baik mengungkapkan pendapat atau pikiran kepada seseorang atau kelompok secara lisan, baik secara berhadapan ataupun dengan jarak jauh.Perkembangan bahasa anak juga dapat dilihat dalam kegiatan bercerita.Memilih metode dalam mengajar, guru TK perlu memiliki alasan yang kuat dan perlu memperhatikan, karakteristik anak yang dibinanya. Metode mengajar yang sesuai dengan karakteristik anak usia TK salah satunya adalah metode bercerita. Bercerita merupakan sebuah seni bercerita yang dapat digunakan sebagai sarana untuk menanamkan nilai- nilai pada anak yang dilakukan tanpa perlu menggurui sang anak.

Menurut Ekasriadi, dkk (2005:19),

“metode bercerita adalah cara bertutur

kata dan menyampaikan cerita atau memberikan penerangan kepada anak secara lisan”. Kegiatan bercerita merupakan kegiatan menuturkan suatu informasi yang berisi tentang suatu hal, misalnya kejadian yang bersifat nyata atau kejadian yang bersifat rekaan, juga pesan moral yang ingin disampaikan.

Pendapat lain menyatakan bahwa

“metode bercerita adalah suatu suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan suatu pesan informasi atau sebuah dongeng belaka, yang bisa dilakukan secara lisan atau tertulis”

Gunarti, dkk (2008: 5.3).

Di sinilah pentingnya peran guru dan orang tua untuk mengembangkan rasa percaya diri anak dengan cara melatih mereka mau mengungkapkan hal yang dipikirkan atau dirasakannya. Dhieni (2011: 6.6) menyatakan bahwa “metode bercerita adalah cara penyampaian pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik Taman Kanak-Kanak”. Pembelajaran dalam bentuk cerita yang diberikan anak didik dapat membiasakan anak untuk mendengarkan tuturan cerita atau kejadian yang berisi informasi atau pesan yang dapat dilakukan oleh guru disekolah atau oleh orang tua di rumah.Sebagai pendidik harus terus menstimulasi anak didiknya agar dapat melatih aspek perkembangannya khususnya dalam perkembangan bahasa.

Secara lebih rinci Moeslichatoen (2014: 157) menyatakan, “bahwa metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan”. Dapat disimpulkan bahwa metode bercerita adalah cara atau metode dalam perkembangan bahasa terkait menyampaikan informasi secara lisan dalam proses pembelajaran berlangsung sehingga dapat mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak yang termasuk di dalamnya perkembangan fisik maupun psikis anak usia dini.

Tujuan dari metode bercerita menurut Moeslichatoen (2014: 170)

(5)

5 adalahuntuk memberikan pengalaman belajar agar anak memperoleh penguasaan isi cerita yang disampaikan lebih baik, anak dapat menyerap pesan- pesan yang dituturkan melalui kegiatan bercerita, anak dibimbing untuk mengembangkan kemampuan untuk mendengarkan cerita guru yang bertujuan memberikan informasi atau menanamkan nilai-nilai sosial, moral, dan keagamaan, pemberian informasi tentang lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

Adapun langkah-langkah pelaksanaan menggunakan metode bercerita menurut Risnayanti (2009: 9) adalah, sebagai berikut.menetapkan tujuan dan tema cerita, menetapkan bentuk bercerita yang dipilih,menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita, mengadakan evaluasirancangan langkah-langkah kegiatan bercerita (mengkomunikasikan tujuan dan tema cerita, mengatur tempat duduk, melaksanakan kegiatan pembukaan, mengembangkan cerita, mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita). Selain langkah-langkah adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan metode bercerita menurut Risnayanti (2009: 8) adalah, sebagai berikut. isi cerita harus terkait dengan dunia kehidupan anak, kegiatan bercerita diusahakan dapat memberikan perasaan gembira, lucu, dan mengasyikkan sesuai dengan dunia kehidupan anak yang penuh suka cita, kegiatan bercerita harus diusahakan menjadi pengalaman bagi anak TK yang bersifat unik dan menarik.

Adapun tujuan bercerita dengan menggunakan alat peraga menurut Suarni (2009: 113), “agar anak dapat menjawab pertanyaan, apa, mengapa, dimana, berapa, siapa, bagaimana, dan sebagainya”. Sedangkan tujuan bercerita tanpa alat peraga menurut Suarni (2009:

112) “agar anak dapat menceritakan kembali isi cerita sederhana yang sudah diceritakan oleh guru”.

Media digunakan untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh

karena itu, dalam penggunaannya guru harus mempertimbangkan tujuan, materi, dan strategi pembelajaran. Di Taman Kanak-Kanak dalam menggunakan metode bercerita biasanya dibantu dengan media pendukung seperti alat peraga.Alat peraga memiliki efektivitas yang berbeda- beda tergantung kepada pendekatan dan metode yang digunakan di setiap Taman Kanak-kanak.

Alat peraga berfungsi untuk menerangkan atau memperagakan suatu proses pembelajaran berlangsung. Alat peraga yang sering kita temukan dan digunakan di Taman Kanak-Kanak adalah boneka.Dalam menggunakan media atau alat peraga langsung haruslah memperhatikan kebersihan, keamanan dan kemudahan bagi guru, maupun untuk anak saat mempergunakannya.

Menurut Ibrahim dkk, (dalam Tegeh, 2008:7) mendefinisikan bahwa “media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran”.

Dalam kegiatan bercerita tentunya didukung oleh media, salah satunya adalah media boneka tangan.Ekasriadi, dkk (2005) mengatakan, bahwa pengertian boneka tangan adalah bentuk tiruan dari manusia dan binatang.Boneka pada dasarnya memiliki karakteristik khusus, dalam penggunaannya dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dengan media boneka tangan. Lebih lanjut dikatakan pula bahwa, boneka tangan adalah tiruan dari bentuk manusia atau hewan yang khusus cara menggunakannya yaitu dengan car menggerakkan dengan jari-jari tangan, seperti yang dipakai pada boneka Si Unyil.

Menurut Risnayanti, (2009: 12), bahwa media boneka tangan adalah boneka yang digunakan dalam jenis kegiatan pendidikan bahasa yang tidak begitu mudah pelaksanaannya karena

(6)

6 memerlukan keterampilan tertentu dari guru”.

Dapat disimpulkan bahwa media boneka tangan merupakan boneka yang digerakkan oleh seseorang dengan cara seluruh jari-jari tangannya dimasukkan ke bawah pakaian boneka yang dijadikan sebagai media pembelajaran pendidikan untuk anak yang digunakan untuk menyalurkan pesan dalam bercerita.

Ekasriadi, dkk (2005), menyatakan sesuai dengan tujuan pembelajaran menggunakan media boneka tangan.

Anak diharapkan aktif sehingga pembelajaran untuk meningkatkan perkembangan bahasa terutama dalam kelancaran bicara anak akan lebih efektif dan tepat sasaran. Dalam menumbuhkan kemampuan bahasa terkait kelancaran berbicara anak.

Adapun tahapan yang dilakukan, antara lain: guru mengenalkan boneka tangan dan cara menggunakannya, anak diajak untuk mencoba menggunakan boneka tangan, guru mengarahkan anak turut serta bermain dengan boneka tangan jika diperlukan, dalam permainan boneka tangan anak yang berani tampil dijadikan motivasi bagi anak yang lain agar turut serta, cerita yang digunakan sesuai karakter boneka tangan yaitu karakter manusia, binatang, melakukan bermain dengan media boneka tangan.

Jika penggunaan metode bercerita berbantuan media boneka tangan berjalan dengan efektif dan efesien, maka perkembangan bahasa anak bisa ditingkatkan. Berdasarkan alternatif pemecahan masalah tersebut maka akan diadakan penelitian tindakan kelas untuk melihat pengaruh metode bercerita berbantuan media boneka tangan untuk meningkatkan perkembangan bahasa anak di TK Kemala Bhayangkari 2 Singaraja Kecamatan Buleleng Kabupaten Buleleng.

METODE

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 2 April 2014 sampai dengan 3 Mei 2014 pada anak kelompok A semester II TK Kemala Bhayangkari 2 Singaraja

tahun pelajaran 2013/2014. Subjek penelitian ini adalah anak-anak kelompok A semester II berjumlah 15 orang yaitu 8 orang laki-laki dan 7 orang perempuan.

Variabel dalam penelitian ada dua, yakni variabel bebas dan variabel terikat.Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode bercerita berbantuan media boneka tangan.Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perkembangan bahasa.

Data penelitian tentang perkembangan bahasa dengan menggunakanmetode bercerita berbantuan media boneka tangan dikumpulkan dengan metode observasi dengan instrumenberupa lembar format observasi.Observasi dilakukan pada saat pelaksanaaan tindakan pada masing- masing siklus dengan menggunakan instrumen penelitian berupa lembar observasi. Setiap kegiatan diobservasi dikategorikan ke dalam kualitas yang berpedoman pada Permendiknas No.50 Tahun 2009 yaitu, satu bintang (*) tidak mampu (**) mampu dengan bantuan, (***) sudah mampu,.Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus.Masing-masing siklus mencakup empat komponen yaitu, rencana, pelaksanaan tindakan, observasi/evaluasi,dan refleksi (Kanca, 2010: 129).

Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah meminta ijin dalam observasi penelitian tindakan kelas, menyiapkan materi yang akan diajarkan, menyusun rencana kegiatan mingguan, menyusun rencana kegiatan harian,

menciptakan dan

menyediakanmediapembelajaran yang disesuaikandengan perencanaan pembelajaran diantaranya yaitu:

mempersiapkan cerita yang ingin disampaikan dan media boneka tangan yang akan digunakan, menyiapkan instrumen penilaian/format penilaian.

Pada tahap pelaksanaan ini, proses pembelajaran yang diterapkan, disesuaikan dengan metode bercerita berbantuan media boneka tangan dalam meningkatkan perkembangan bahasa pada anak kelompok A TK Kemala

(7)

7 Bhayangkari 2 Singaraja. Pelaksanaan kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah melaksanakan rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah dipersiapkan beserta perlengkapannnya dan proses pembelajaran yang dilakukan harus sesuai dengan metode bercerita.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap observasi/evaluasiuntuk kegiatan pengamatan (pengambilan data) dan untuk mengetahui seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.Dalam observasi penelitian ini peneliti menyiapkan lembar observasi, baik untuk guru maupun untuk anak serta selama pelaksanaan observasi peneliti dibantu oleh guru teman sejawat.Evaluasi dilakukan untuk mengetahui perkembangan bahasa anak.Kegiatan yang dilakukan pada rancangan evaluasi ini adalah mengamati perkembangan bahasa anak setelah diterapkannya metode bercerita berbantuan media boneka tangan.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap refleksi ini adalah dilakukan untuk

melihat, mengkaji dan

mempertimbangakan dampak tindakan yang telah diberikan. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti bersama-sama guru dapat melakukan perbaikan kekurangan- kekurangan dalam proses pembelajaran.

Kegiatan yang dilakukan pada rancangan refleksi ini adalah mengkaji dan merenungkan hasil penelitian terhadap pelaksanaan tindakan tersebut dengan maksud jika terjadi hambatan, akan dicari pemecahan masalahnya untuk direncanakan tindakan pada siklus selanjutnya.

Penelitian tindakan kelas ini menggunakan dua metode analisis data yaitu, metode analisis statistik deskriptif dan metode deskriptif kuantitatif.Menurut Agung (2012:8) menyatakan bahwa

“analisis statistik deskriptif merupakan

“suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus-rumus statistik deskriptif seperti distribusi frekuensi, grafik, modus (Mo), mean (M), dan median (Me) dan untuk menggambarkan suatu objek tertentu

sehingga diperoleh kesimpulan umum”.

Sedangkan Agung, (2012: 8) mengungkapkan bahwa analisis deskriptif kuantitatif adalah “suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menyusun secara sistematis dalam bentuk angka-angka mengenai suatu objek yang diteliti, sehingga diperoleh kesimpulan umum”. Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk menentukan tinggi rendahnya perkembangan bahasa anak yang dikonversikan kedalam Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala lima.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 2 April 2014 sampai 3 Mei 2014.

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, dimana masing-masing siklus terdiri dari dua minggu. Tiap minggu pada masing- masing siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Data hasil belajar anak pada perkembangan bahasa disajikan dalam tabel distribusi frekuensi, menghitung Modus (Mo), Median (Me), Mean (M), grafik polygon, serta membandingkan rata-rata atau mean dengan model PAP skala lima.

Berdasarkan hasil statistik deskriptif dan analisis deskriptif kuantitatif terhadap peningkatan perkembangan bahasa anak dengan penerapanmetode bercerita berbantuan media boneka tangan pada anak kelompok A di TK Kemala Bhayangkari 2 Singaraja diperoleh rata-rata persentase perkembangan bahasa anak pada siklus I sebesar 57,05%, dan rata-rata persentase hasil belajar perkembangan bahasa anak pada siklus II sebesar 81,7%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan rata- rata persentase hasil belajar perkembangan bahasa anak dari siklus I ke siklus II sebesar 24,65%. Berikut adalah grafik perkembangan bahasa pada siklus I.

(8)

8 Grafik 1. Perkembangan Bahasa Siklus I

pada anak Kelompok A TK Kemala Bhayangkari 2 Singaraja

Grafik polygon di atas terlihat Mo <

Me < M (7,00< 10,00 < 10,27), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data perkembangan bahasa pada siklus I merupakan kurva juling positif. Rata-rata nilai M% pada siklus I yaitu 57,05%, apabila dikonvesikan ke dalam PAP skala lima, apabila dikonvesikan ke dalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaaan 55-64% yang berarti perkembangan bahasa siklus I berada pada kriteria rendah.

Dari hasil pengamatan dan temuan penulis selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa masalah yang menyebabkan hasil belajar anak masih berada pada kreteria rendah, maka masih perlu ditingkatkan pada siklus II.

Adapun kendala-kendala yang dihadapi peneliti saat penerapan siklus I antara lain: anak masih kurang fokus dalam kegiatan proses pembelajaran dengan metode bercerita berbantuan media boneka tangan yang peneliti lakukan atau berikan dan ada beberapa anak yang bermain saat proses kegiatan berlangsung, beberapa anak saja merespon apa yang diperintahkan peneliti, bahkan ada anak yang tidak mau sama sekali melakukan kegiatan yang diperintahkan peneliti.

Melalui perbaikan proses pembelajaran dan pelaksanaan tindakan pada siklus I, maka nampak terjadi peningkatan proses pembelajaran siklus II. Proses pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang direncanakan oleh peneliti, sehingga perkembangan bahasa anak dapat meningkat.Peningkatan perkembangan bahasa anak dapat dilihat melalui grafik berikut.

Grafik 2. Frekuensi Perkembangan Bahasa Anak pada Siklus II

Grafik polygon di atas, Mo> Me >

M (16,00 > 15,00 > 14,7), menunjukkan kurve juling negatif. Berdasarkan gambar tersebut dapat diinterpretasikan bahwa kebanyakan data hasil belajar perkembangan bahasa pada siklus II cenderung tinggi. Rata-rata nilai M% pada siklus II yaitu 81,7% apabila dikonversikan ke dalam PAP skala lima berada pada tingkat penguasaaan 80-89 % yang berarti bahwa hasil perkembangan bahasa pada siklus II berada pada kriteria tinggi. Hal tersebut menunjukan bahwa terjadi peningkatan rata-rata perkembangan bahasa pada anak kelompok A semester II TK Kemala Bhayangkari 2 Singaraja sebesar 24,65% yaitu dari kategori rendah menjadi kategoi tinggi. Keberhasilan

Me=15,00 f

X

Me = 10,00 M = 10,27

Mo = 7, 00

M= 14, 7

Mo= 16,00

(9)

9 dalam penelitian ini sesuai dengan teori menurut para ahli yang mendukung penelitian ini.Berdasarkan teori yang diungkapkan oleh Suarni (2009: 113) tentang tujuan bercerita dengan menggunakan alat peraga adalah, sebagai berikut.“Agar anak dapat menjawab pertanyaan, apa, mengapa, dimana, berapa, siapa, bagaimana, dan sebagainya”.Serta teori yang diungkapkan oleh Risnayanti, (2009: 12) mengungkapkan, “bahwa media boneka tangan adalah boneka yang digunakan dalam jenis kegiatan pendidikan bahasa yang tidak begitu mudah pelaksanaannya karena memerlukan keterampilan tertentu dari guru”. Dari teori tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di TK Kemala Bhayangkari 2 Singaraja dengan menggunakan 2 siklus disini sudah terlihat perkembangan bahasa anak meningkat dari siklus 1 ke siklus 2. Sesuai dengan teori diatas dengan menggunakan metode bercerita berbantuan media boneka tangan akan dapat menstimulasi atau merangsang anak untuk berbicara ketika ditanya. Ketika kita membawakan cerita berbantuan media boneka tangan disanalah peran peneliti dapat bertanya kepada anak tentang apa isi cerita, siapa tokoh yang ada dalam cerita, sehingga dengan pertanyaan-pertanyaan yang diberikan kepada anak akan dapat merangsang anak untuk berbicara.

Dalam proses pembelajarannya guru memberikan keleluasaan pada anak untuk berperan secara aktif dalam pembelajaran, memberikan kesempatan untuk memakai media secara langsung, memberikan penguatan, bimbingan, dorongan dan kasih sayang kepada anak- anak, agar anak menjadi berani, tidak tertekan, tidak takut, tidak bingung dalam bercerita sehingga anak mampu mengungkapkan bahasanya dengan baik dan benar. Meskipun implementasi metode bercerita berbantuan media boneka tangan sangat efektif diterapkan dalam pembelajaran, namun kenyataannya di lapangan media ini jarang digunakan secara efektif maka dari itu kita sebagai pendidik sedapat mungkin

mencari dan menggunakan media-media yang diperlukan dan sesuai dengan kebutuhan anak agar proses pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian diatas maka menunjukan bahwa penerapan metode bercerita berbantuan media boneka tangan dapat meningkatkan perkembangan bahasa pada anak kelompok A semester II tahun pelajaran 2013/2014 di TK Negeri Kemala Bhayangkari 2 Singaraja.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa peningkatan perkembangan bahasa anak di TK Kemala Bhayangkari 2 Singaraja, setelah dilaksanakan penerapan metode bercerita dengan berbantuan media boneka tangan pada siklus I sebesar57,05%yang berarti pada kategori rendah, mengalami peningkatan pada siklus II menjadi81,7% yang menunjukkan kategori tinggi. Jadi, dengan menerapakan metode bercerita berbantuan media boneka tangan terlihat adanya peningkatan perkembangan bahasa sebesar 24, 65%.

Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat disampaikan saran sebagai berikut.

Disarankan kepada Kepala TK (Taman Kanak-Kanak) agar kepala TK (Taman Kanak-Kanak) mampu memberikan informasi kepada guru-guru mengenai metode dan media yang digunakan dalam proses pembelajaran berlangsung secara efektif dan efesien, kepada para guru hendaknya guru-guru TK lebih memilikii kreatif dalam memilih dan menerapkan metode serta media yang digunakan dalam proses pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak yang disesuaikan dengan kurikulum yang sudah digunakan, serta kepada peneliti lain, untuk mengadakan penelitian lebih lanjut sebagai penyempurnaan dari perkembangan bahasa dengan berbantuan media boneka tangan dan metode bercerita.

(10)

10 DAFTAR RUJUKAN

Agung, A. A. Gede. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Singaraja: FIP Undiksha Singaraja.

---,2012. Metodologi Penelitian Pendidikan.. Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.

Dewi, Rosmala. 2005. Berbagai Masalah Anak Taman Kanak-Kanak.

Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Dhieni, Nurbiana, dkk. 2011. Metode Pengembangan Bahasa.

Jakarta:Universitas Terbuka

Ekasriadi, Agung, dkk. 2005. Metodelogi Pengembangan Kemampuan Motorik dan Bahasa.Denpasar : IKIP PGRI BALI.

G. Delimasa Klara. “Media Boneka Tangan Dapat Meningkatkan Keterampilan Bercerita”. Surakarta:

PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret,.

Gunarti, Winda, dkk. 2008. Metode Pengembangan Perilaku dan Kemampuan Dasar Anak Usia Dini.

Jakarta: Universitas Terbuka Hurlock, Elisabet. 1978. Jilid 1

Perkembangan Anak.Edisi Ke-6.

Jakarta: Erlangga.

Irdati. 2008. “Penerapan Metode Bercerita Untuk Anak Taman Kanak – Kanak”, Vol.III.

Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta:Kencana Prenada Media Group.

Jenek, I Nyoman. 2014. “Peningkatan Kemampuan Dasar Berbahasa Dan Kemampuan Sosial Melalui Implementasi Metode Bercerita Berbantuan Media Boneka Pada

Anak Kelompok B TK Negeri Pembina Kintamani Bangli Tahun Ajaran 2012/2014”. Program Studi Pendidikan Dasar (Volume 4).

Kanca, I Nyoman. 2010. Metode Penelitian Pengajaran Pendidikan Jasmani Olahraga. Singaraja:

Fakultas Olahraga Kesehatan Undiksha.

Koyan, I Wayan. 2012. Statistik Pendidikan (Teknik Analisis Data Kuantitatif). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 58 Tahun 2009 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. 2009. Jakarta.

Risnayanti, Devi Ni Putu. 2009.

Evektivitas Alat Peraga Pendukung Metode Bercerita Dalam Membantu Mengembangkan Kemampuan Dasar Bahasa Di Taman Kanak-kanak. Tugas Akhir (tidak diterbitkan). PGTK, IKIP PGRI Bali Denpasar.

Suarni, Ni Ketut. 2009. Modul Psikologi Perkembangan 1. Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha.

Sudaniti Wulan Teny. 2011. Peningkatan Keterampilan Bercerita Siswa Kelas VIIB SMP Negeri 1 Prambanan Sleman Dengan Menggunakan Media Boneka Tangan.Skripsi (tidak diterbitkan).

Jurusan Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa Dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta.

Sudono, Anggani. 2000. Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta: PT Gramedia.

Susanto, Ahmad. 2011. Perkembangan Anak Usia Dini: Pengantar Dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group.

(11)

11 Syaodih, Ernawulan. 2010. Bimbingan

Konseling untuk Anak Usia Dini.

Jakarta: Universitas Terbuka.

Tarwilah. 2009. “Metode Pembelajaran Pada Anak Prasekolah dalam Ittihad Jurnal Kopertis Wilayah XI Kalimantan”, Volume 7 No.12 Oktober 2009.

Tegeh, I Made. 2008. Media Pembelajaran. Singaraja.

Universitas Pendidikan Ganesha.

Undiksha.2009. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir. Singaraja:

Universitas Pendidikan Ganesha.

Wardhani I GAK, dkk. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:

Universitas Terbuka.

Zaman Badru, dkk. 2008. Media dan Sumber Belajar TK. Jakarta:

Universitas Terbuka.

(12)

12

Gambar

Grafik  2.  Frekuensi  Perkembangan  Bahasa Anak pada Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

• Market analysis of hinterland economy and its demand for port facilities;. • Port positioning to maximise

Penelitian yang berlangsung selama enam bulan bertujuan untuk mengkaji komposisi ikan terkait dengan perubahan ukuran panjang tubuh ikan bilis.. Pengambilan contoh

Menimbang, bahwa oleh karena gugatan Penggugat tentang perceraian tersebut dikabulkan, maka untuk tertib administrasi pencatatan perceraian pada Pegawai Pencatat Nikah/PPN

Selamat datang bagi mahasiswa baru STIKES Muhammadiyah Klaten, selamat memasuki dunia yang penuh dinamika dan merupakan miniatur kehidupan

230 27 Apr 2021 03 Jun 2020 03 Jun 2025 Universitas Mulawarman Indonesia Universitas Negeri Surabaya Aktif Institusi Pendidikan DN Memorandum of Understanding Penelitian Bersama

Selanjutnya pada tahun 2002 Suripto Bambang Setyadi berkiprah dilingkungan Ditjen OTDA sebagai Direktur Hubungan Antar Lembaga, Direktur fasilitasi PPOD dan HAL dan terakhir

Di rumah sakit, didalam triase mengutamakan perawatan pasien berdasarkan gejala. Perawat triase menggunakan ABCD keperawatan seperti jalan nafas, pernapasan dan

Fase inspirasi terjadi bila otot sternohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut membesar, akibatnya oksigen masuk melalui koane (celah hidung). Setelah itu, koane menutup, otot