BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.
Konsep dan Indikator Kemiskinan
Bila di tinjau dari pihak yang mempersoalkan dan mencoba mencari solusi
atas masalah kemiskinan, kemiskinan merupakan masalah pribadi, keluarga,
masyarakat, Negara, bahkan dunia. Masyarakat melalui berbagai lembaga telah
memberikan perhatian sehubungan dengan penanggulangan masalah kemiskinan.
Terlebih pribadi dan keluarga yang secara langsung merasakan pahitnya
kemiskinan itu, tentu memiliki agenda tertentu dalam upaya mengakhiri
penderitaan sebagai akibat dari kemiskinan. Namun masalah kemiskinan masih
tetap eksis, bahkan dalam periode tertentu justru menunjukkan peningkatan.
Kemiskinan identik dengan suatu penyakit. Oleh karena itu langkah pertama
penanggulangan masalah kemiskinan adalah memahami kemiskinan sebagai suatu
masalah. Untuk memahami masalah kemiskinan, kita perlu memandang
kemiskinan itu dari dua aspek, yakni kemiskinan sebagai suatu kondisi dan
kemiskinan sebagai suatu proses (Siagian, 2012:2).
Sebagai suatu kondisi, kemiskinan adalah suatu fakta di mana seseorang
atau sekelompok orang hidup di bawah atau lebih rendah dari kondisi hidup layak
sebagai manusia disebabkan ketidakmampuannnya dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya. Maksudnya dalam menjelaskannya kita harus terlebih dahulu
menyatakan fakta yang menggambarkan kondisi kehidupannya, bukan
ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara sebagai suatu
proses, kemiskinan merupakan proses menurunnya daya dukung terhadap hidup
seseorang atau sekelompok orang sehingga pada gilirannya ia atau kelompok
tersebut tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya dan tidak pula mampu
mencapai taraf kehidupan yang di anggap layak sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai manusia. Bagaimana pun, keadaan yang dijalani manusia
bukan hanya ditentukan oleh diri sendiri, melainkan ditentukan juga oleh banyak
faktor, baik internal maupun eksternal. Dalam konteks ini, ada kalanya faktor
internal seperti pengetahuan, keterampilan, etos kerja dan/atau prinsip hidup
seseorang atau sekelompok orang memiliki daya dukung yang cukup untuk
menjadikannya mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak masuk ke
dalam perangkap kemiskinan. Demikian halnya dengan faktor eksternal, seperti
keadaan dan kualitas alam, struktur sosial maupun kebijakan pemerintah yang ada
kalanya memiliki daya dukung yang cukup untuk menjadikan seseorang atau
sekelompok orang itu mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, sehingga tidak
masuk ke dalam perangkap kemiskinan (Siagian, 2012:4).
Mencher (dalam Kemiskinan dan Solusi 2012:5) mengemukakan,
kemiskinan adalah gejala penurunan kemampuan seseorang atau sekelompok
orang atau wilayah sehingga mempengaruhi daya dukung hidup seseorang atau
sekelompok orang tersebut, dimana pada suatu titik waktu secara nyata mereka
tidak mampu mencapai kehidupan yang layak. Hal yang cukup menarik dari apa
yang di kemukakan Mencher adalah bahwa dalam upaya mencapai taraf hidup
yang layak, seseorang atau sekelompok orang membutuhkan dukungan, baik dari
diri sendiri yang pada uraian sebelumnya diidentifikasikan sebagai faktor internal
maupun wilayah, yang dalam hal ini merupakan faktor eksternal. Sedangkan
merupakan suatu tingkat kehidupan yang berada di bawah standar kebutuhan
hidup minimum agar manusia dapat bertahan hidup. Adapun standar kebutuhan
minimum dimaksud pada umumnya ditetapkan berdasarkan kebutuhan pokok
pangan. Cara ini ditempuh karena kebutuhan pokok pangan inilah yang
mengakibatkan sekaligus merupakan sumber dari manusia untuk memiliki
kemampuan yang cukup untuk melakukan pekerjaan atau aktivitas hidup dengan
sehat.
2.1.1. Defenisi Kemiskinan
Secara ilmiah defenisi diartikan sebagai batasan arti. Rumusan defenisi
membantu kesulitan yang dihadapi dalam merumuskan pengertian yang
komprehensif dan sempurna tentang suatu konsep, yang dalam hal ini adalah
kemiskinan (Siagian, 2012:25). Berikut ini disajikan beberapa defenisi
kemiskinan:
1.