• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan bangsa kulit hitam Afrika-Amerika yang menjadi budak belian untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. melibatkan bangsa kulit hitam Afrika-Amerika yang menjadi budak belian untuk"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Blues merupakan bagian dari rentetan panjang sejarah Amerika Serikat, yang melibatkan bangsa kulit hitam Afrika-Amerika yang menjadi budak belian untuk kaum kulit putih. Musik Blues menjadi sebuah penawar kepedihan yang dirasakan bangsa kulit hitam tersebut dan berkembang menjadi berbagai aliran musik yang kemudian berkembang di Amerika Serikat. Mack dalam Sejarah Musik 3 (1995: 57) menyatakan bahwa:

Salah satu sumber materi untuk kebanyakan aliran musik populer abad ke-20 adalah ―Blues‖, walaupun orang kulit putih sering tidak mau mengakuinya. Secara historis, Blues merupakan suatu jenis musik yang mulai berkembang pada tengah abad yang lalu di Amerika di antara kaum negro. Awal Blues sampai sekarang cukup samar, namun sebagai jenis seni pertunjukan yang berhubungan erat dengan penyelesaian zaman perbudakan di Amerika. Penegasan ini barangkali agak mengherankan, sebab lazimnya Blues dikaitkan dengan nyanyian orang negro sambil bekerja sebagai budak belian untuk orang kulit putih yang berkuasa. Memang inilah sumber praktik Blues secara murni dan utuh, akan tetapi penulis berbicara tentang Blues sebagai suatu jenis seni pertunjukan. Ternyata kebanyakan musisi Blues suka tampil sebagai solis (iringan sendiri), artinya terdapat semacam citra ―keterpencilan‖ bagi musisi tersebut, lalu menjadi ciri khas Blues sebagai seni pertunjukan.

Kata Blues berasal dari kata blue (biru), yang dipergunakan dalam lirik lagu Blues sebagai gambaran dari perasaan sedih, muram, murung, dan tertekan. Kepedihan yang diartikulasikan dalam bentuk nyanyian, yang pada mulanya tanpa iringan alat musik, hingga kemudian dikenal bentuk iringan yang menjadi bentuk 12 bar Blues. Bentuk iringan yang menjadi ruang bagi setiap orang (kulit hitam

(2)

Afrika-Amerika pada saat itu) untuk berekspresi dan mengartikulasikan kehidupannya dalam musik.

Terdapat beberapa bentuk musik yang kemudian mempengaruhi Blues, yang muncul pada akhir abad 19, dan ditemukan sebagai bentuk ekspresi diri di komunitas Afrika-Amerika. Menurut Komara (2006: 105); ―Blues memiliki bentuk umumnya 8, 12 dan 16 bar, menggunakan salah satu skala melodi dan skema sajak dan dinyanyikan atau ditampilkan dengan alat musik‖.

Blues merupakan dokumen kehidupan orang kulit hitam dan pemikiran terhadap penyatuan unsur-unsur musik tradisional, pertunjukan, dan tema lagu-lagu komersial. Seiring waktu dan perkembangannya, Blues kemudian menjadi akar dari berbagai musik populer Amerika Serikat yang lahir setelahnya. Sebut saja Rock, R n’B, Gospel, Soul, Funk, Hip Hop, Rap, dan Jazz.

Lambat laun, musik Blues kemudian menjadi digemari oleh berbagai kalangan. Dari ketertarikan terhadap keunikan musiknya, hingga menjadikannya komoditas yang menguntungkan dalam bisnis pertunjukan dan rekaman musik. Maka dalam mempelajari Blues, terjadi proses transformasi pengetahuan atau pengalaman dalam bentuk verbal maupun nonverbal (teknis dan praktek). Hal ini dilakukan baik secara otodidak (dengan jalan mendengarkan dan menirukan apa yang didengar), dengan tutorial dari media internet yang kian marak, dan mengikuti lembaga-lembaga musik formal dan non formal (melalui tutorial dari instruktur, guru, dan dosennya). Maka Blues menjadi suatu subjek yang dijadikan materi pembelajaran, dalam lingkup pendidikan tersebut.

(3)

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Proses belajar merupakan sebuah proses menuju perubahan menjadi lebih baik. Seperti diungkapkan Trianto (2009: 17):

Terjadi suatu proses perubahan perilaku, dari belum tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham, dari kurang terampil menjadi lebih terampil, dan dari kebiasaan lama menjadi kebiasaan baru, serta bermanfaat bagi lingkungan maupun individu itu sendiri.

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah seperti: (1) pendekatan pembelajaran; (2) strategi pembelajaran; (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik, dan taktik pembelajaran terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran menurut Joyce dalam Trianto (2009: 22) adalah:

Suatu perencanaan atau suatau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain.

Pendapat lain model pembelajaran menurut Rusman (2010: 132) pada dasarnya merupakan:

Bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir, yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bingaki dari penerapan suatu pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran, yang dipergunakan guru untuk mencapai sebuah tujuan pendidikan sebagai seorang tenaga profesional.

(4)

Sebuah proses pembelajaran yang baik, paling tidak harus melibatkan tiga aspek, yaitu: aspek psikomotorik, aspek kognitif, dan aspek afektif. Karena ketiga aspek tersebut merupakan inti dari sebuah tujuan pembelajaran, seperti dikemukakan Bloom dan Krathwohl dalam Rusman (2010: 171), bahwa tujuan pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga domain, yaitu:

Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Affective Domain (Ranah Afektif), berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri, serta memiliki lima tingkatan, dari rendah sampai tinggi, yaitu: penerimaan, responding, penilaian, pengorganisasian, dan karakterisasi. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor), berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik atau gerakan-gerakan fisik, seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, seni (musik, rupa, tari), dan olah raga.

Aspek kognitif difasilitasi melalui berbagai aktifitas penalaran dengan tujuan terbentuknya penguasaan intelektual atau pengetahuan. Aspek afektif dilakukan melalui aktifitas pengenalan dan kepekaan lingkungan dengan tujuan terbentuknya kematangan emosional. Sedangkan aspek psikomotorik difasilitasi melalui adanya praktikum-praktikum dengan tujuan terbentuknya keterampilan praktis. Ketiga aspek tersebut bila dapat dijalankan dengan baik, akan membentuk kemampuan berpikir kritis dan memunculkan kreativitas. Dua kemampuan inilah yang menjadi dasar kemampuan mengatasi masalah, yang diharapkan terwujud dalam diri peserta didik.

Hasil belajar menurut Bloom (1976) dalam Anderson (1981) mencakup prestasi belajar, kecepatan belajar, dan hasil afektif. Karakteristik manusia meliputi cara yang tipikal dari berpikir, berbuat, dan perasaan. Tipikal berpikir berkaitan dengan ranah kognitif, tipikal berbuat berkaitan dengan ranah

(5)

psikomotor, dan tipikal perasaan berkaitan dengan ranah afektif. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, atau nilai. Ketiga ranah tersebut merupakan karakteristik manusia sebagai hasil belajar dalam bidang pendidikan. Kaitannya dengan musik, Kafol (2001) menyatakan bahwa:

Musik sebagai seni dan sebagai subjek artistik mempengaruhi individu secara keseluruhan. Kegiatan musik merangsang perkembangan mental dan fisik, emosi, rasa keindahan, kreativitas, self-estem dan hubungan interpersonal. Oleh karena itu kemajuan yang sama dalam kognitif, afektif, dan psikomotor menjadi hal yang sama penting dan merupakan satu kesatuan. Pembelajaran apresiasi musik, merupakan sebuah bentuk pembelajaran estetis. Melalui pembelajaran apresiasi musik, peserta didik dapat memahami motivasi seorang komposer dalam membuat sebuah komposisi musik, latar kesejarahan, bentuk musik, struktur, dan gaya musiknya. Hal ini dapat meningkatkan pemahaman peserta didik dan dapat mendorong pada kualitas personal yang baik. Seperti diungkapkan oleh Lou, dkk (2011: 45):

Music appreciation is an aesthetic learning activity. Through the teaching of music appreciation, we can understand a composer’s motivation and historical background as well as the music’s form, structure, and style. Students’ perception of music can be enhanced, and good personality qualities can be encouraged.

Dalam pembelajaran apresiasi musik, selain peserta didik diberikan pemahaman mengenai hal-hal musikal (baik secara auditory maupun praktis), pembelajaran lebih ditekankan kepada hal-hal nonmusikal seperti latar belakang kesejarahan dan hal-hal filosofis yang melatari lahirnya musik tersebut. Penekanan pada hal-hal nonmusikal selain untuk wawasan peserta didik, juga dimaksudkan untuk menumbuhkan pemahaman dan penghargaan terhadap musik yang sedang diapresiasi.

(6)

Dalam Blues Guitar Supplement Program, ranah afektif menjadi landasan yang harus kuat, karena Blues merupakan soal rasa bukan sekedar soal tangga nada dan progresi akor. Penekanan pada hal-hal nonmusikal seperti latar kesejarahan dan filosofis akan lebih utama dalam Blues Guitar Supplement Program.

Proses pembelajaran pada Blues Guitar Supplement Program, dapat digambarkan dalam diagram berikut:

Diagram 1.1. Proses pembelajaran yang diimplementasi dalam Blues Guitar Supplement Program.

Dengan menggunakan beberapa pendekatan strategi pembelajaran, seperti Contextual Teaching & Learning (CTL), Pembelajaran Kelompok Partisipatif, Konstruktivistik, serta Pembelajaran Apresiasi. Metode praktek menjadi salahsatu yang cukup penting dalam model ini, karena peserta harus mengalami pengalaman secara musikal. Dengan demonstrasi oleh tutor dan proses imitasi baik melalui tutor maupun melalui materi yang diberikan dalam bentuk Modul dan DVD. Setelah memahami dasar dari permainan gitar Blues, peserta kemudian mengeksplorasi kemampuan bermain gitar Bluesnya melalui improvisasi. Materi

(7)

suplemen gitar Blues ini kemudian dievaluasi melalui assesment dengan pencatatan pada kemajuan keterampilan memainkan gitar Blues, melalui tes dengan skoring pada kegiatan Jam Session.

Dasar pemikiran Blues sebagai materi utama program ini yakni, Blues dapat menjadi sarana untuk mengolah emosi. Lebih lanjut, pendalaman pada filosofi Blues diharapkan dapat mencerdaskan emosi, sehingga menjadi lebih manusiawi, peka terhadap lingkungan sekitar, dan bersemangat untuk terus melangsungkan hidup dalam kondisi apapun. Selain itu, mengingat peran penting Blues dalam perkembangan musik populer Amerika hingga ke penjuru dunia, maka penting untuk mempelajarinya lebih dalam. Namun, pembelajaran Blues secara khusus, baik tekstual maupun kontekstual, tidak banyak ditemukan, bahkan di lembaga pendidikan tinggi musik sekalipun. Rata-rata pendidikan tinggi musik, baik itu Universitas maupun Sekolah Tinggi, acuan musik Barat sepenuhnya diarahkan pada khasanah musik Eropa Tengah. Padahal nyatanya, perkembangan industri musik di Indonesia, semenjak akhir tahun ’50-an hingga saat ini sangat tertuju pada musik populer yang berasal dari Amerika Serikat. Seperti yang dikutip Sasongko & Katjasungkana, dalam Prisma (1991: 51):

Pada pertengahan dasawarsa 1950-an itu berkembang jenis musik rock’n’roll yang diperkenalkan Bill Haley and The Comets dan kemudian dipopulerkan Elvis Presley. … Lewat medium piringan hitam, rock’n’roll masuk Indonesia dan menjadi popular di kalangan anak-anak muda golongan menengah kota besar yang jumlahnya sangat terbatas. Pada 1960-an, pengaruh musik rock’n’roll diperkuat dengan masuknya jaringan hitam kelompok-kelompok musik Inggris seperti The Shadows dan The Beatles.

(8)

Sekolah Tinggi Musik Bandung, merupakan salah satu sekolah tinggi yang di dalamnya terdapat Program Studi D3 Penyaji Musik. Di Sekolah Tinggi Musik Bandung ini, Blues tidak banyak disentuh. Beberapa mata kuliah yang di dalamnya terdapat materi Blues yaitu: Sejarah Musik 4 untuk semester 5, yang sekilas dibahas dalam Sejarah Musik 3 (semester 4), dan PIM Gitar elektrik III (Style) untuk D3 Penyaji Musik, semester 3.

Buku pegangan Sejarah Musik jilid 3 & 4 karya Dieter Mack, yang rata-rata digunakan di perguruan tinggi musikpun, hanya menyebut kata Blues empat kali saja, itupun di bawah judul ―Jazz dan Perkembangan Musik Hiburan Tahun 20-an, dan sudah tentu selebihnya yang diangkat adalah Jazz. Seperti yang dikutip dari buku Sejarah Musik jilid 3 oleh Mack (1995: 343):

Legenda bahwa jazz berasal dari kota New Orleans, lazimnya diakui sebagai kurang lebih benar, walaupun sumber-sumber dari Blues, worksongs… mesti juga disebutkan. Tahun 1619 orang Negro mulai datang ke Amerika, ke daerah Virginia. Mula-mula, kaum negro belum bekerja sebagai budak belian. Hal ini baru mulai dengan berkembangnya ekonomi plantase. Pada abad ke-19, bagian Amerika Utara dikuasai oleh masyarakat keturunan Inggris beragama Kristen yang agak bersikap puritan (mereka sangat menentang ritual-ritual kaum Negro sebagai unsur-unsur setan…!). sedangkan di bagian Selatan di bawah pengaruh agama katolik, tradisi-tradisi lama lebih mudah dipertahankan (kenyataan ini tidak menyangkut situasi sosial kaum Negro yang lebih buruk di Selatan, walaupun hidup sosial kaum Negro menjadi makin baik dengan kemenangan bagian Utara pada tahun 1865 dalam Civil War).

Jelas disebutkan bahwa Blues sebagai sumber dari Jazz. Setelah itu, kemudian Blues disebutkan beberapa kali, sebagai salah satu fase jenis-jenis musik orang Negro, dan sebagai ciri khas dari Jazz gaya New Orleans, yang secara gamblang Mack (1995: 344) menyebutnya sebagai ―musik vokal rakyat

(9)

kampungan dari orang Afro-American – worksong, Blues, juga Blues Instrumental‖.

Pembelajaran Blues pada mata kuliah Sejarah Musik di Sekolah Tinggi Musik Bandung, dirasa sangat kurang. Proses pembelajaran yang selama ini hanya dengan metode ceramah, tidak cukup memberikan pemahaman yang mendasar pada mahasiswa. Pembelajaran hanya tertuju pada sejumlah hapalan periodisasi sejarah dan ciri khas musikal pada zamannya (audio sample musik Blues diperdengarkan). Itulah barangkali pemahaman pembelajaran pada Mata Kuliah Sejarah Musik di beberapa perguruan tinggi musik untuk sementara ini.

Di Sekolah Tinggi Musik Bandung, tangga nada Blues dan pola-pola permainan Blues dipelajari pada mata kuliah Instrumen Mayor (PIM) Gitar elektrik III (Style). Mata kuliah untuk semester 3, D3 Penyaji Musik ini, menjadikan Blues sebagai materi pembelajaran Style, selain Jazz dan Fusion. Pada mata kuliah ini pun hanya sebatas menyentuh bahasa musikalnya saja, tidak memperdalam bagaimana Blues terlahir dari latar kehidupan sosial.

Tidak adanya pembelajaran yang secara khusus mempelajari Blues dari sisi tekstual maupun kontekstual, menjadi dasar pemikiran penelitian ini. Sebuah penelitian yang akan menghasilkan produk berupa model pembelajaran “Blues Guitar Supplemet Program” secara lebih intensif dan terpadu antara tekstual dan kontekstual. Sebagai suatu supplement untuk meningkatkan apresiasi terhadap musik Blues.

Model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program meliputi materi, pendekatan, metode, media, dan evaluasi pembelajaran. Materi yang disajikan

(10)

berupa materi tekstual dan kontekstual musik Blues, meliputi hal musikal (Blues Scales, Blues Licks, 12 Bar Blues Traditional, dan Blues Improvisation) dan hal non musikal (Blues History dan Blues Essence). Pendekatan yang dilakukan dalam model ini diantaranya pendekatan Contextual Teaching and Learning, Pembelajaran Kelompok Partisipatif, Konstruktivisme, dan Apresiasi. Metode yang dipergunakan diantaranya Imitasi, Presentasi melalui Powerpoint, Pembelajaran Mandiri dengan bantuan Modul dan DVD, serta Jam Session. Media yang dipergunakan berupa Modul, DVD data, Laptop, Infocus, Presentasi Powerpoint, Gitar, Amplifier, dan Audio Set. Serta evaluasi yang dilakukan terhadap kompetensi bermain gitar Blues melalui pretest dan posttest, juga evaluasi terhadap peningkatan evaluasi melalui observasi, kuisioner, dan wawancara, serta dengan bantuan media jejaring sosial Twitter.

Keseluruhan unsur dalam model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program tersebut, kemudian diharapkan dapat memberikan kontribusi positif pada peningkatan kompetensi keterampilan bermain gitar Blues, dan terutama peningkatan apresiasi mahasiswa terhadap musik Blues di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung.

Secara lebih luas, model pembelajaran ini dapat diterapkan baik di perguruan tinggi musik lain. Dapat diterapkan di komunitas-komunitas Blues yang— belakangan ini—berkembang dan bermunculan di beberapa kota besar di Indonesia. Sebagai bentuk Blues Education yang akan dikemas dalam sebuah produk ―Model Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program”.

(11)

B. Rumusan Masalah

Berdasar pada latar belakang tersebut, maka penelitian ini akan dikhususkan untuk mengembangkan sebuah model pembelajaran gitar, dengan musik Blues sebagai materi utamanya. Hal ini disebabkan oleh minimnya pembelajaran Blues secara menyeluruh di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung.

Masalah penelitian dibatasi hanya pada penggunaan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program, pada peningkatan apresiasi musik Blues mahasiswa Gitar elektrik di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung. Sehingga penelitian ini dirumuskan dalam hipotesis sebagai berikut:

H0: Tidak terdapat peningkatan apresiasi terhadap musik Blues, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

H1: Terdapat peningkatan apresiasi terhadap musik Blues, antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Atas dasar pemikiran tersebut, maka didapat rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: (1) Bagaimanakah draft model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program, sehingga dapat meningkatkan apresiasi peserta didik terhadap musik Blues?; (2) Bagaimanakah pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program, sehingga dapat meningkatkan apresiasi peserta didik terhadap musik Blues?; (3) Bagaimana tahapan uji coba yang dilakukan terhadap model pembelajaran Blues Guitar Suplement Program, sehingga dapat meningkatkan apresiasi peserta didik terhadap musik Blues?; dan

(12)

(4) Apakah model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program berpengaruh terhadap peningkatan apresiasi musik Blues?.

C. Variabel dan Definisi Operasional

Dari judul penelitian yang diajukan, terdapat beberapa variabel yang menjadi fokus dalam kajian penelitian ini. Variabel-variabel tersebut kemudian terbagi menjadi dua, yakni; (1) Variabel Independen, merupakan variabel yang menjadi sebab adanya perubahan, diantaranya Model Pembelajaran, Blues, Blues Guitar, dan Supplement Program; (2) Variabel Dependen, merupakan variabel yang menjadi akibat yaitu Apresiasi; dan (3) Variabel Moderator, yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara variabel independen dan variabel dependen, yaitu Sekolah Tinggi Musik Bandung dan Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung.

Definisi operasional variabel tersebut adalah: 1. Model Pembelajaran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Offline versi 1.3, 2011), model adalah pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Sedangkan pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

Menurut Rusman (2010: 132), model pembelajaran merupakan:

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan memiliki fungsi diantaranya adalah sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.

(13)

Model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program, merupakan serangkaian perencanaan (konsep) dan komponen-komponen pembelajaran yang meliputi: metode, materi (bahan ajar), media pembelajaran, dan evaluasi. Model yang telah dirancang kemudian akan diujicobakan, guna mencari hambatan-hambatan di dalam proses pelaksanaannya. Hasil dari ujicoba, akan menjadi acuan untuk perbaikan rancangan produk, sehingga dihasilkan satu produk model pembelajaran yang efektif, dan efisien. Dengan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program ini, mahasiswa D3 Penyaji Musik dengan instrumen mayor Gitar elektrik di Sekolah Tinggi Musik Bandung, dapat meningkatkan keterampilan, pemahaman, terutama apresiasi terhadap musik Blues. Lebih lanjut, Model Pembelajaran dikategorikan ke dalam variabel independen.

2. Blues Guitar

Semenjak awal kemunculan Blues hingga saat ini, Blues hampir selalu diidentikkan dengan gitar. Diawali dengan bermunculannya musisi Blues di era 1920-an yang menyanyi sekaligus memainkan gitar secara individual. Catatan awal dari Handy, yang melaporkan bahwa ia pernah melihat gitaris dari Mississippi, yang bermain gitar di stasiun kereta api di tahun 1903. Wissman (2006: 1) menyatakan: ―kepopuleran Blues gitar diawali oleh rekaman Blind Lemon Jefferson tahun 1926, yang kemudian diikuti oleh sejumlah gitaris solois Blues lainnya. Blues lebih cenderung identik dengan Gitar, jika dibandingkan dengan Jazz, yang lebih identik dengan instrument tiup seperti Horns, Trumpet, Clarinet, dan Saxophones.

(14)

Rancangan model pembelajaran ini dikhususkan untuk mahasiswa dengan mayor instrumen Gitar elektrik, yang telah memiliki dasar permainan gitar Blues. Mahasiswa tersebut telah atau sedang menempuh mata kuliah PIM Gitar elektrik III (Style), D3 Penyaji Musik di Sekolah Tinggi Musik Bandung. Dalam pembelajaran PIM Gitar elektrik III (Style), Blues dipelajari sebagai pengantar dasar untuk kemudian lebih dikembangkan dalam Jazz dan Rock. Seperti dinyatakan oleh Bachtiar dalam wawancara (10 April 2012), ―Konten Blues dipelajari, namun tidak begitu dominan, hanya secara garis besarnya saja. Pembelajaran lebih dititik beratkan pada Modern Rock dan Jazz, dengan Blues (Scale) sebagai dasar.‖

Dengan mengikuti Blues Guitar Supplement Program ini, mahasiswa tersebut mendapatkan tambahan wawasan dan pemahaman mengenai Blues. Bukan hanya bagaimana permainan gitar Blues, namun lebih ditekankan pada kajian kontekstual dari musik Blues itu sendiri. Diharapkan dengan adanya Blues Guitar Supplement Program ini dapat meningkatkan Apresiasi mahasiswa terhadap musik Blues. Lebih lanjut, Blues Guitar ini dikategorikan sebagai variabel independen.

3. Supplement Program

Supplement (suplemen), dapat diartikan sebagai (sesuatu) yang ditambahkan untuk melengkapi; tambahan (KBBI Offline versi 1.3, 2011). Supplement Program yang dimaksud dalam penelitian ini merupakan suatu program tambahan yang diberlakukan untuk mahasiswa instrumen mayor gitar elektrik, D3 Penyaji

(15)

Musik di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan mahasiswa Gitar elektrik Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung.

Program tambahan, yang pada awalnya dirancang untuk melengkapi mata kuliah PIM Gitar elektrik III (Style), yang di dalam mata kuliah praktek tersebut terdapat Blues sebagai salah satu bentuk style yang dipelajari. Sesuai dengan Silabus PIM Gitar elektrik III (Style), yang bertujuan: ―…mahasiswa diharapkan mampu mengetahui dan memahami aspek-aspek musik yang berorientasi pada genre musik Blues, Jazz, dan Fusion.‖ Demikianlah Blues dipelajari dari sisi musikalnya saja. Sehingga dengan dasar minimnya pembelajaran Blues inilah, program dirancang dan diaplikasikan. Lebih lanjut, Supplement Program ini dikategorikan dalam variabel independen.

4. Blues

Mengacu pada pernyataan Komara (2006: 105), mengenai pengertian Blues: Blues adalah jenis musik yang berdasar pada penggunaan progresi akor Blues dan blue notes. Blues muncul pada akhir abad 19, yang ditemukan sebagai bentuk ekspresi diri di komunitas Afrika-Amerika. Blues umumnya memiliki bentuk 8, 12, dan 16 bar, menggunakan salah satu skala melodi dan skema sajak dan dinyanyikan atau ditampilkan baik dengan ataupun tanpa alat musik, dengan melodi sebagai komponen utamanya.

Model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program ini meliputi materi-materi musik Blues, musikal (tekstual) dan non musikal (kontekstual). Materi tekstual dalam bentuk praktik yang meliputi Blues Scales, Blues Licks, 12 Bar Blues Chords Progression, Blues Improvisation. Materi kontekstual yang meliputi kajian sejarah, dari perbudakan dan musik-musik yang melatari Blues, perkembangan Blues, esensi dan filosofi Blues, dalam bentuk diskusi (curah pendapat). Penggabungan pemahaman tekstual dan wawasan kontekstual Blues

(16)

ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi positif pada peningkatan keterampilan, pemahaman, dan khususnya apresiasi mahasiswa instrumen mayor Gitar elektrik, D3 Penyaji Musik di Sekolah Tinggi Musik Bandung dan mahasiswa Gitar elektrik Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung. Lebih lanjut, Blues sebagai variabel dikategorikan ke dalam variabel independen.

5. Apresiasi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Offline versi 1.3, 2011), apresiasi dapat diartikan sebagai: (1) kesadaran terhadap nilai seni dan budaya; dan (2) penilaian (penghargaan) terhadap sesuatu.

Menurut Miller dalam Pengantar Apresiasi Musik (1987: 1-2), apresiasi musik dapat didefinisikan sebagai dicapainya kemampuan untuk mendengarkan musik dengan penuh pengertian.

Meskipun orang memiliki kemampuan yang berbeda dalam daya tangkap musikal mereka, tak seorangpun lahir dengan kemampuan ini; ia hanya bisa dicapai. Menyukai dan menghargai adalah istilah-istilah yang berhubungan, keduanya tidak berarti sama. Sangatlah mungkin untuk menyukai musik— yakni, untuk menerima kesenangan darinya—tanpa memahaminya atau sungguh-sungguh mengapresiasikannya. Juga sangatlah mungkin untuk memahami secara teknis sebuah komposisi musik tanpa menyukai sepenuhnya.

Pengukuran atau evaluasi hasil dari Blues Guitar Supplement Program ini, dapat dilakukan terhadap ranah psikomotorik (keterampilan), pemahaman (kognitif), dan terutama apresiasi (afektif). Hal tersebut dapat dianalisis melalui dokumentasi, wawancara, dan diskusi yang berlangsung sebelum program, saat program berlangsung, dan setelah program berlangsung. Lebih lanjut, apresiasi dikategorikan ke dalam variabel dependen.

(17)

6. Sekolah Tinggi Musik Bandung

Beralamat di Jl. Lamping No. 16 Cipaganti – Bandung 40161. Sekolah tinggi musik yang berdiri di kota Bandung pada tanggal 18 Oktober 2001 dengan ijin operasional berdasarkan SK Mendiknas No. 129/D/O/2001. Setelah melewati proses penilaian dan evaluasi selama dua tahun dari Departemen Pendidikan Nasional cq Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, ijin tersebut diperbaharui dengan keluarnya SK Mendiknas No. 614/D/T/2004.

Blues Guitar Supplement Program ini dilaksanakan di Sekolah Tinggi Musik Bandung, atas dasar pertimbangan bahwa di kampus ini, terdapat Program Studi D3 Penyaji Musik, yang berorientasi industri musik. Salahsatu mata kuliahnya yaitu PIM Gitar Elektri III (Style) untuk mahasiswa dengan instrumen mayor Gitar elektrik, yang kemudian menjadi acuan pengembangan model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program. Analisis kebutuhan, validasi produk, dan uji coba terbatas dilakukan di Sekolah Tinggi Musik Bandung. Lebih lanjut, Sekolah Tinggi Musik Bandung dikategorikan ke dalam variabel moderator.

7. Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung.

Bertempat di Kampus IV Unpas, Jl. Dr. Setiabudi No. 193 Bandung ini berdiri pada Juli 1999, yang pada awalnya mengkhususkan pada Industri Musik program D3. Baru pada tahun 2004, Program Studi Seni Musik FISS Unpas membuka program S1 Seni Musik. Terdapat spesialisasi individual Gitar elektrik, dengan jumlah mahasiswa yang cukup banyak, sehingga Program Studi Seni Musik ini dipilih menjadi lokasi data untuk uji coba lebih luas, produk Model

(18)

Pembelajaran Blues Guitar Supplement Program. Lebih lanjut, Program Studi Seni Musik Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Universitas Pasundan Bandung dikategorikan kedalam variabel moderator.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis adalah, ―Menyusun sebuah model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program yang dapat menjadi suplemen untuk meningkatkan apresiasi peserta ajar terhadap musik Blues.‖ Serta lebih lanjut model ini dapat dipergunakan selain di perguruan tinggi musik, juga dapat dipergunakan di lingkup komunitas-komunitas Blues yang ada di Indonesia.

E. Signifikansi dan Manfaat Penelitian

Signifikansi dari penelitian dan pengembangan ini adalah mengembangkan sebuah model pembelajaran Blues Guitar Supplement Program dengan Blues sebagai materi utamanya. Sehingga didapat sebuah model pembelajaran gitar Blues dalam kegiatan praktik berkelompok, dengan kajian tekstual dan kontekstual. Sehingga dari penulisan ini diharapkan bisa memberi manfaat yang ditujukan pada:

1. Peneliti

Dapat memperdalam kaidah-kaidah musik Blues dan memberikan pembelajaran bagaimana pengajaran Blues yang lebih efektif dan efisien. Serta dapat menambah wawasan peneliti terhadap konsep dari model pembelajaran,

(19)

sehingga kelak dapat menghasilkan produk-produk model pembelajaran lain yang serupa.

2. Lembaga Pendidikan

Memberikan alternatif baru dalam pembelajaran gitar Blues bagi lembaga-lembaga pendidikan tinggi yang memiliki latar belakang musik Barat. Secara khusus dalam penelitian ini adalah mahasiswa dengan instrumen mayor Gitar elektrik, di Sekolah Tinggi Musik Bandung. Diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi pengembangan dan peningkatan keterampilan, pemahaman, khususnya apresiasi terhadap musik Blues

3. Masyarakat

Hasil penelitian ini kemudian dapat diterapkan di masyarakat, khususnya masyarakat pecinta blues, yang terhimpun dalam komunitas yang hadir di tengah-tengah masyarakat di beberapa kota besar di Indonesia. Model pembelajaran yang dapat diterapkan pada masyarakat pecinta Blues, khususnya yang ingin mendalami Blues guitar dan wawasan seputar musik Blues.

F. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan

Bab ini meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, variabel dan definisi operasional, tujuan penelitian, signifikansi dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan laporan penelitian.

(20)

BAB II Kajian Pustaka

Bab ini meliputi kajian-kajian pada penelitian yang telah ada, dan teori-teori yang dipergunakan dalam penelitian yang akan dilaksanakan. Kajian pustaka yang lebih difokuskan pada model pembelajaran, serta kajian terhadap musik Blues seperti Blues Scales, 12 Bar Blues Standart Chord Progress, Improvisation, Blues Lyrcis, Blues History dan Blues Essence, juga hipotesis dari penelitian.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini mengemukakan penelitian Research and Development dengan pendekatan eksperimen, serta meliputi desain lokasi dan sampel penelitian, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, analisis data, pendekatan yang akan dilakukan, serta prosedur dan tahapan penelitian.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini meliputi pengolahan dan analisis data untuk menghasilkan temuan dan pembahasan atau analisis temuan.

BAB V Kesimpulan dan Rekomendasi

Bab ini meliputi penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian, dalam bentuk kesimpulan penelitian. Implikasi berupa rekomendasi yang dapat ditujukan kepada pengguna hasil penelitian yang bersangkutan, dan kepada penelitian berikutnya. Daftar Pustaka

Gambar

Diagram 1.1. Proses pembelajaran yang diimplementasi dalam Blues Guitar Supplement Program

Referensi

Dokumen terkait

Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) adalah rapat yang dihadiri oleh Pemegang Saham yang memenuhi syarat kuorum dan diselenggarakan oleh Direksi atas permintaan Komisaris, Direksi

listrik yang terjangkau oleh masyarakat luas. Usaha penyediaan pasokan listrik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun industri inilah yang memicu adanya

Apabila permintaan lebih kecil dari persediaan, maka sisa persediaan barang yang tidak habis terjual harus dijual kembali dengan harga yang lebih rendah dari

Pada pengukuran dengan sela bola, makin tinggi nilai perbandingan dari sampai dengan medan listrik yang terbantuk diantara kedua elektroda tersebut akan mendekati bentuk medan

Maksud penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Deli Serdang tahun 2009 - 2014 adalah untuk menjabarkan visi, misi dan program Bupati dan wakil

Keuangan dan perbankan meliputi asuransi, bank, pegadaian, dana pensiun, dan lembaga pembiayaan (yang berorientasi pada pelayanan fisik dengan pelanggan/customer)

Penyusunan DED IPAL

Jenis penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimen bentuk Pretest Posttest Design yaitu sebuah eksperimen yang dalam pelaksanaannya hanya melibatkan satu kelas