• Tidak ada hasil yang ditemukan

WALIKOTA PONTIANAK. SURAT EDARAN Nomor : 100 / 26 /SETDA/2021 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "WALIKOTA PONTIANAK. SURAT EDARAN Nomor : 100 / 26 /SETDA/2021 TENTANG"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

WALIKOTA PONTIANAK

Pontianak, 21 Juli 2021. Kepada

Yth. 1. Seluruh Penanggung Jawab Perkantoran Dalam Wilayah Kota Pontianak.

2. Seluruh Penyelenggara Tempat Pendidikan/Kursus/Perguruan Tinggi/ Akademi Dalam Wilayah Kota Pontianak. 3. Seluruh Penyelenggara Kegiatan/Usaha

pada Sektor Publik/Sektor Esensial/ Sektor Kritikal Dalam Wilayah Kota Pontianak.

4. Seluruh Pemilik Rumah Makan/ Restoran, Warung Makan, Café, Warung Kopi, Pedagang Kaki Lima, Lapak Jajanan Dalam Wilayah Kota Pontianak. 5. Seluruh Penanggung Jawab Pusat

Perbelanjaan/Pusat Perdagangan/Mall/ Usaha/Jasa Dalam Wilayah Kota Pontianak.

6. Seluruh Penanggung Jawab Kegiatan Konstruksi.

7. Seluruh Pengurus/Pengelola Tempat Ibadah.

8. Seluruh Penanggung Jawab Kegiatan Seni, Sosial, Budaya dan Hiburan.

9. Seluruh Penanggung Jawab/Pemilik Kegiatan Transportasi Umum.

10. Seluruh Masyarakat Dalam Wilayah Kota Pontianak. di- Pontianak SURAT EDARAN Nomor : 100 / 26 /SETDA/2021 TENTANG

PERPANJANGAN PEMBERLAKUAN PEMBATASAN KEGIATAN MASYARAKAT LEVEL 4 (EMPAT) COVID-19 DI KOTA PONTIANAK

Dasar : 1. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro dan Mengoptimalkan Posko Penanganan Corona Virus Disease 2019 di Tingkat Desa dan Kelurahan untuk Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease 2019;

2. Instruksi Gubernur Kalimantan Barat Nomor 185/KESRA/2021 tentang Pelaksanaan Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro dan Mengoptimalkan Posko Penanganan Corona Virus Disease 2019 di Tingkat Desa dan Kelurahan untuk Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease 2019

(2)

Dalam upaya pengendalian penyebaran COVID-19 sehubungan Kota Pontianak masih dalam level 4, maka perlu perpanjangan pembatasan kegiatan masyarakat dalam wilayah Kota Pontianak sebagai berikut:

A. Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (Sekolah, Perguruan Tinggi, Akademi, Tempat Pendidikan/Pelatihan) dilakukan secara daring/online. B. Pembatasan Pada Sektor Kritikal.

Sektor kritikal dapat beroperasional 100% (seratus persen) dengan ketentuan :

1. Kesehatan (rumah sakit, klinik, praktek dokter/bidan, laboratorium, apotek, toko obat) dapat beroperasi 100% (seratus persen) dengan protokol kesehatan secara ketat dan buka 24 (dua puluh empat) jam; 2. Keamanan dan ketertiban umum dapat beroperasi 100% (seratus

persen) staf dengan protokol kesehatan secara ketat;

3. Penanganan bencana, energi, logistik, transportasi dan distribusi (terutama untuk kebutuhan pokok masyarakat), makanan dan minuman serta penunjangnya (termasuk untuk ternak/hewan peliharaan), pupuk dan petrokimia, semen dan bahan bangunan, obyek vital nasional, proyek strategis nasional, konstruksi (infrastruktur publik), utilitas dasar (listrik, air dan pengelolaan sampah), dapat beroperasi 100% (seratus persen) staf pada fasilitas produksi/konstruksi/pelayanan kepada masyarakat dan 25% (dua puluh lima persen) untuk pelayanan administrasi perkantoran dengan protokol kesehatan secara ketat;

4. Kantor pemerintah daerah/BUMD menerapkan Work From Office (WFO) 100% (seratus persen) pada fasilitas produksi/pelayanan kepada masyarakat dan 25% (dua puluh lima persen) Work From Office (WFO) pada administrasi perkantoran dengan protokol kesehatan secara ketat seperti:

a. perangkat daerah yang membidangi urusan kesehatan (Dinas Kesehatan, RSUD, dan UPT Puskesmas);

b. perangkat daerah yang membidangi urusan ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat (Satuan Polisi Pamong Praja); c. perangkat daerah yang menyelenggarakan penanggulangan bencana

(Badan Penanggulangan Bencana Daerah);

d. perangkat daerah yang membidangi urusan lingkungan hidup (Dinas Lingkungan Hidup);

e. perangkat daerah yang membidangi urusan pekerjaan umum dan penataan ruang (Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang);

f. perangkat daerah yang membidangi urusan perhubungan (Dinas Perhubungan);

g. perangkat daerah yang membidangi urusan Koperasi, Usaha Mikro dan Perdagangan (Dinas, Koperasi, Usaha Mikro dan Perdagangan); dan

h. Perusahaan Umum Daerah Air Minum Tirta Khatulistiwa. C. Pembatasan pada Sektor Esensial.

1. Keuangan dan perbankan meliputi asuransi, bank, pegadaian, dana pensiun, dan lembaga pembiayaan (yang berorientasi pada pelayanan fisik dengan pelanggan/customer) dapat beroperasi dengan kapasitas maksimal 50% (lima puluh persen) staf sedangkan yang berkaitan dengan pelayanan administrasi perkantoran dapat beroperasi 25% (dua puluh lima persen) dengan protokol kesehatan secara ketat;

(3)

2. Pasar modal (yang berorientasi pada pelayanan dengan pelanggan/customer dan berjalannya operasional pasar modal secara baik) dapat beroperasi dengan kapasitas maksimal 50% (lima puluh persen) staf dengan protokol kesehatan secara ketat;

3. Teknologi informasi dan komunikasi meliputi operator seluler, data center, internet, pos, media terkait dengan penyebaran informasi kepada masyarakat dapat beroperasi dengan kapasitas maksimal 50% (lima puluh persen) staf dengan protokol kesehatan secara ketat;

4. Perhotelan non penanganan karantina dapat beroperasi dengan kapasitas maksimal 50% (lima puluh persen) staf dengan protokol kesehatan secara ketat;

5. Industri orientasi ekspor dimana pihak perusahaan harus menunjukkan bukti contoh dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) selama 12 (dua belas) bulan terakhir atau dokumen lain yang menunjukkan rencana ekspor dan wajib memiliki Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI) dapat beroperasi dengan kapasitas maksimal 50% (lima puluh persen) staf serta 10% (sepuluh persen) untuk pelayanan administrasi perkantoran dengan protokol kesehatan secara ketat;

6. Bengkel mobil/motor baik yang berada dilokasi sendiri maupun berada di lokasi dealer dapat beroperasi dengan kapasitas maksimal 50% (lima puluh persen) dengan protokol kesehatan secara ketat;

7. Kantor pemerintah daerah yang memberikan pelayanan publik yang tidak bisa ditunda menerapkan 75% (tujuh puluh lima persen) Work

From Home (WFH) dan 25% (dua puluh lima persen) Work From Office

(WFO) dengan protokol kesehatan secara ketat seperti: a. perangkat daerah yang membidangi urusan pendidikan;

b. perangkat daerah yang membidangi urusan komunikasi dan informatika;

c. perangkat daerah yang membidangi urusan keuangan;

d. perangkat daerah yang membidangi urusan kependudukan dan pencatatan sipil;

e. perangkat daerah yang membidangi urusan pelayanan perizinan; f. perangkat daerah yang membidangi urusan sosial;

g. perangkat daerah yang membidangi urusan pangan, pertanian, dan perikanan (Dinas Pangan, Pertanian dan Perikanan);

h. perangkat daerah yang membidangi urusan perumahan rakyat dan kawasan permukiman; dan

i. Kecamatan dan Kelurahan. D. Sektor Non Esensial

Tempat/kegiatan pada sektor non esensial diberlakukan 100% (seratus persen) Work From Home (WFH)/ditiadakan, meliputi :

1. taman alun kapuas, promenade, taman digulis, taman catur, taman sepeda, taman bermain, sarana olahraga (jogging track, lapangan olahraga, kolam renang, billiard), pusat kebugaran (fitness, gym), pusat kecantikan (salon, spa), reflexi, dan panti pijat;

2. kegiatan hajatan/seni/hiburan/rapat meliputi : a. resepsi pernikahan dan hajatan;

b. kegiatan seni, budaya dan sosial kemasyarakatan;

(4)

d. kegiatan hiburan malam, karaoke, bar, diskotik, dan bioskop baik yang berada dilokasi sendiri maupun yang berada di dalam hotel.

3. toko busana/fashion/toko tekstil/toko sepatu, toko sepeda, toko mainan anak, toko elektronik, toko aksesoris, toko meubel;

4. kantor Pemerintah Daerah yang tidak berhubungan langsung dengan pelayanan publik seperti :

a. Sekretariat Daerah; b. Sekretariat DPRD; c. Inspektorat;

d. Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia; e. Dinas Pengendalian Penduduk, KB, Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak;

f. Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata; g. Dinas Perpustakaan; dan

h. Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik. E. Sektor Lainnya.

1. Supermarket, mini market, dan pasar swalayan, pasar tradisional, pasar yang dikelola pemerintah, dan toko kelontong yang menjual kebutuhan sehari-hari dibatasi jam operasional sampai dengan pukul 20.00 WIB dengan kapasitas pengunjung 50% (lima puluh persen) dengan protokol Kesehatan secara ketat.

2. Kegiatan makan/minum ditempat umum (restoran, rumah makan, café), warung makan/warteg, warung kopi, pedagang kaki lima, lapak jajanan, dan warung lamongan yang berada pada lokasi tersendiri maupun berlokasi pada pusat perbelanjaan/mall hanya menerima delivery/take away, tidak menerima makan ditempat (dine-in), dan tidak menyediakan/menggelar meja dan kursi ditempat usahanya.

3. Tempat ibadah (Masjid, Mushola, Gereja, Pura, Vihara dan Klenteng serta tempat umum lainnya yang difungsikan sebagai tempat ibadah) tidak mengadakan kegiatan berjamaah selama masa penerapan PPKM Level 4 dan mengoptimalkan pelaksanaan ibadah di rumah dengan memperbanyak doa menurut agama dan kepercayaan masing-masing. 4. Transportasi umum (kendaraan umum, angkutan masal, taxi

(konvensional dan online), kendaraan sewa/rental) dapat beroperasi dengan kapasitas maksimal 70% (tujuh puluh persen) dengan penerapan protokol kesehatan secara lebih ketat.

5. Pelaku perjalanan domestik yang menggunakan mobil pribadi, sepeda motor dan transportasi umum jarak jauh (bis dan kapal laut) harus:

a. menunjukan kartu vaksin (minimal vaksinasi dosis pertama);

b. menunjukkan PCR H-2 (kapal laut) serta Antigen (H-1) untuk moda transportasi mobil pribadi, sepeda motor dan bis; dan

(5)

c. ketentuan sebagaimana dimaksud pada angka 1 hanya berlaku untuk kedatangan dan keberangkatan dari dan ke wilayah Kota Pontianak serta tidak berlaku untuk transportasi dalam wilayah aglomerasi yaitu Kabupaten Mempawah dan Kabupaten Kubu Raya;

6. Tetap memakai masker dengan benar dan konsisten saat melaksanakan kegiatan diluar rumah serta tidak diizinkan penggunaan face shield tanpa menggunakan masker.

F. Pelaksanaan ketentuan sebagaimana diatur dalam Surat Edaran ini dilakukan oleh Kapolresta Pontianak sebagai penanggung jawab operasi, didukung DANDIM 1207 Pontianak, Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pontianak, Dinas Perhubungan, Kecamatan dan Kelurahan.

G. Pada saat Surat Edaran Walikota ini mulai berlaku, maka Surat Edaran Walikota Nomor 800/24/SETDA/2021 tanggal 9 Juli 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Di Kota Pontianak dan Surat Edaran Walikota Nomor 800/25/SETDA/2021 tanggal 12 Juli 2021 tentang Perubahan Atas Surat Edaran Nomor 800/24/SETDA/2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Di Kota Pontianak dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

H. Surat Edaran Walikota ini mulai berlaku pada tanggal 21 Juli 2021 sampai dengan tanggal 25 Juli 2021.

Demikian Surat Edaran ini dibuat untuk menjadi perhatian dan dilaksanakan sebagaimana mestinya.

WALIKOTA PONTIANAK,

Ir.H.EDI RUSDI KAMTONO,MM,MT Tembusan : Disampaikan Kepada Yth :

1. Menteri Dalam Negeri di Jakarta.

2. Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi di Jakarta. 3. Gubernur Provinsi Kalimantan Barat.

4. FORKOMPIMDA Provinsi Kalimantan Barat. 5. FORKOMPIMDA Kota Pontianak.

Referensi

Dokumen terkait

Yoyoh Yohanah Dra... Tati

Atap kampung adalah jenis yang paling sederhana berdasar struktur dan dikenal sebagai tempat tinggal orang biasa; atap limasan merupakan ragam bentuk atap kampung

Pada tataran ini, reformis-dekonstruktif adalah sebuah tipologi pemikiran yang merupakan presentasi nyata dari mereka yang terinklinasi secara sadar oleh filsafat barat sebagai

Berdasarkan observasi (tanggal 3 Mei 2016) dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran sejarah di SMA Muhammadiyah 1 Purwokerto menggunakan

PENGARUH PELATIHAN DAN KOMPETENSI TERHADAP KINERJA PEGAWAI MELALUI PENGAWASAN PADA BALAI BESAR PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN PEKANBARU.. Vol. Januari 2020 JURNAL

Pada kenyataannya, praktek evaluasi yang sering di lakukan oleh guru di SMA N I Jogonalan pada saat ini hanya terfokus pada hasil bukan pada proses belajar,

Perbincangan mengenai perkara tersebut lebih menjurus kepada rasionalnya agama Islam dijadikan agama persekutuan kerana Islam telah bertapak lama di Tanah Melayu, banyak