• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. Kereta Api. Jakarta,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1. Kereta Api. Jakarta,"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Jakarta,

enin pagi dengan langit biru gelap dan sisa tetesan air hujan di dahan pohon adalah pemandangan rutin di kota ini saat bulan Februari.

Seperti rutinitas hariannya setiap Senin sampai Jum’at, Kalia bergegas menyambar handuk dan peralatan mandinya yang diletakkan di bawah tangga. Dia adalah salah satu karyawati diantara karyawati lainnya yang setiap hari memadati stasiun tepat pukul 6 pagi menuju kantor. Satu setengah jam waktu yang dibutuhkan Kalia untuk sampai di kantornya, dan seperti rutinitas harian lainnya, Kalia menuju convenience store di sebelah kantor untuk sarapan. Segelas cokelat panas dan sepotong roti mentega biasanya menjadi menu sarapan favoritnya. Dia menarik kursi di dekat pintu dan duduk sambil menyantap sarapannya. Matanya terasa pedas karena masih mengantuk, Kalia pun mengunyah roti mentega pelan-pelan sambil memandang jalanan di seberang yang sudah mulai padat.

Pukul 08.00 tepat, Kalia sudah duduk di kursi kerjanya. Menyalakan komputer, mengecek email dan mulai membalas email yang termudah dan terpenting lebih dahulu, sambil sesekali menyapa

S

(2)

rekan kerja yang ada di sebelah dan di depannya. Membosankan memang, tetapi begitulah hidup menjadi seorang karyawati di kota Jakarta.

Di luar, langit semakin gelap. Rintik-rintik hujan mulai turun, meninggalkan bunyi dan jejak basah saat mengenai jendela di sebelah kiri meja Kalia. Dia memandang kosong ke luar jendela, mata hitam pekatnya memandang ke arah semburat sinar matahari yang tertutup awan mendung. Sekelebat bayangan semalam di dalam kereta kembali memasuki lamunannya, walau hanya sekilas dia masih mengenalinya. Kalia melihat Gana, mantan kekasihnya sewaktu SMA. Walau sudah lebih dari 5 tahun tidak bertemu, namun Kalia masih bisa mengenalinya. Gana masih sama seperti dulu, hanya saja tubuhnya lebih tegap dan bahunya lebih bidang sekarang. Wajahnya lebih lonjong dan terlihat lebih dewasa. Kalia tersenyum dalam hati, walau hanya 5 detik melihatnya dari kejauhan, Kalia cukup bahagia karena dia tahu Gana baik-baik saja.

Hujan yang semakin deras di luar, membuat Kalia semakin larut dalam lamunan. Dia sendiri masih mempertanyakan bagaimana perasaannya kepada Gana setelah 5 tahun lebih berlalu. Pandangan Kalia semakin kabur dan bagaikan film yang berputar, potongan-potongan gambar masa lalunya kembali membayangi Kalia.

(3)

kelasnya. Kalia dan teman-temannya sering duduk di bawah pohon itu sambil menonton anak laki-laki bermain sepak bola di lapangan sekolah. Masa-masa SMA bukanlah masa yang cukup indah bagi Kalia. Ada begitu banyak hal yang ingin dia ulang kembali karena kesalahan-kesalahan yang telah diperbuat. Namun sayang, semua yang telah terjadi tidak akan bisa terulang lagi.

Selepas SMA, Kalia memutuskan untuk kuliah di luar provinsi, tempat dimana dia bisa melupakan semua kesalahan yang telah terjadi dan memulai hidup baru yang lebih baik. Kalia berusaha untuk memutuskan segala hal yang berhubungan dengan

masa SMA-nya dan segala hal yang

mengingatkannya kembali pada trauma masa lalu. Beruntung semua usaha yang dia lakukan berhasil dengan baik. Kalia menemukan sahabat-sahabat baru yang bisa membuatnya merasa lebih bahagia. Hidupnya seakan lengkap sudah, karena meskipun belum bisa sepenuhnya melupakan Gana, Kalia menemukan kembali rasa bahagia saat jatuh cinta. Belum sempat Kalia melayang lebih jauh dalam memorinya, Dita – rekan kerjanya menyenggol lengan Kalia.

“Stttt… Kal, buruan, kita ada meeting di ruang 3D.” Dita membawa catatan dan alat tulisnya, lalu segera berdiri sambil merapikan rambut pendeknya. Wanita yang seumuran dengan Kalia ini terlihat lebih

(4)

tegap dan gemuk, kulitnya kecoklatan dengan mata cokelat muda jernih.

Kalia memandang sekitar, semua rekan satu departemennya sudah bersiap menghadiri rapat mingguan. Ada yang berjalan sambil mengobrol, melirik-lirik ke departemen lain atau asyik sendiri dengan gadgetnya.

“Lo inget kan kalau bulan ini ada promosi?” Bisik Dita. Departemen Pemasaran tempat Kalia dan Dita bekerja memang menjanjikan promosi yang lebih cepat dibanding departemen lainnya. Hampir setiap tahun ada anggota yang bisa naik tingkat. “Iya inget.” Kalia menjawab sambil lalu.

“Gue denger di Departemen kita ada dua orang yang dipromosiin.” Lanjut Dita.

“Oh ya? Lo tau dari mana? Bukannya masih rahasia ya?”

“Iya gitu deh, trus gosipnya…” Belum sempat melanjutkan ucapannya, Kalia dan Dita tiba di lift disusul rombongan lainnya. Dita memberikan isyarat untuk diam. Kalia pun segera mengerti maksud Dita walau dia hanya menggerakkan bibirnya saja.

Kalia dan Dita berteman sejak pertama kali ujian masuk ke perusahaan tempat mereka bekerja sekarang - sebuah perusahaan yang bergerak di industri makanan. Mereka mengikuti tes di hari yang sama, dilanjutkan dengan interview dan juga orientasi kerja. Kalia merasa sangat beruntung

(5)

merasa Dita sangat kooperatif dan jujur, sama seperti sahabat-sahabatnya di kampus. Mereka sering menghabiskan waktu bersama sepulang kantor, entah untuk pulang bersama atau sekedar makan sambil bergosip melepas penat pekerjaan.

Meeting laporan mingguan kali ini memakan waktu lebih lama dari biasanya. Pak Danis, Kepala Departemen Pemasaran memberikan kejutan di akhir meeting dengan mengumumkan nama-nama staff yang dipromosikan naik tingkat.

“…Selamat kepada Agatha dan Riri atas promosinya.” Hanya itu satu kalimat terakhir dari Pak Danis yang sempat didengar Kalia. Seluruh teman-teman Departemen Pemasaran bertepuk tangan dan segera memberikan ucapan selamat kepada Agatha dan Riri, dua senior Kalia di kantor.

“Ditunggu makan-makannya.” Celetuk Pak Bambang, staff senior di bagian penjualan Supermarket.

Agatha yang berambut lurus panjang dengan kacamata persegi tersenyum lebar, dan Riri yang hari ini memakai setelan ungu malu-malu tersenyum menyambut ucapan selamat dari rekan-rekannya. Usai saling mengucapkan selamat, seluruh staff dan manager kembali ke ruangan masing-masing dan memulai pekerjaannya kembali.

Masih ada beberapa konsep promosi di Supermarket yang harus diselesaikan oleh Kalia. Dia

(6)

juga harus meminta approval mengenai event yang akan diadakan bulan depan. Sambil sibuk mengetik, Kalia menelepon Dewi, seorang sekretaris Direktur Keuangan yang juga salah satu sahabat Kalia dan Dita di kantor. Sesuai dengan pekerjaannya yang membutuhkan penampilan menarik, Dewi memang termasuk kategori wanita cantik. Alis matanya tebal dan melengkung sempurna, kulitnya juga putih dan matanya besar. Dewi memiliki tubuh yang paling berisi diantara mereka bertiga.

“Hai Cyin, mau makan dimana hari ini?” Tanya Kalia.

“Di restoran bebek seberang kantor gimana? Gue bosen di kantin.” Balas Dewi yang juga seumuran dengan Kalia dan Dita. “Eh tapi lo udah tanya Dita belum? Biasanya ‘kan dia juga bosenan.”

Kalia mengetuk dinding pembatas mejanya dengan meja Dita, “Dit, siang nanti mau makan bebek bakar?”

“Boleh, boleh.” Jawab Dita pendek, matanya masih terfokus di depan komputer.

Kalia merasa siang ini lebih terik dari biasanya, padahal tadi pagi udara masih terasa

(7)

deras semalaman. Langkah-langkah Kalia, Dita dan Dewi semakin terasa lambat karena terhalang banyaknya kubangan air di sisi jalan yang rusak. Restoran bebek bakar di seberang gedung kantor mereka biasanya tidak terlalu ramai. Entah mengapa restoran ini kalah saing dibanding restoran serupa yang terletak beberapa gang dari tempat ini. Namun mereka bertiga merasa lebih nyaman karena tidak perlu antri, dan mereka pun bebas mengobrol tanpa ada orang kantor yang menguping.

“Udah diumumin ya promosi Departemen Pemasaran?” Dewi membuka pembicaraan.

“Iya, kok lo tahu Wi?” Lanjut Kalia sembari tangannya melambai memanggil pelayan restoran untuk memberikan daftar pesanannya.

“Udah dong.” Jawab Dewi, “Oh ya, Mba Riri berarti jadi lebih tinggi pangkatnya ya dibanding sama suaminya.”

Dita menyelak, “Oiya ya suaminya Mba Riri kan satu perusahaan, tapi sekarang dipindah ke kantor Cabang. Suaminya sampai sekarang masih staff biasa kan? Tapi Mba Riri udah jadi manager. Hebat banget ya.”

“Iya, tapi yaa gimana gitu kalo misalnya suami istri kerja satu kantor apalagi kalo istrinya pangkat sama gajinya lebih tinggi dibanding suaminya. Rasanya gimana gitu, ga enak aja.” Kalia menyeruput teh tawar gratis yang baru datang.

(8)

“Iya sih, tapi yah begitulah hidup. Disyukuri aja apa adanya.” Balas Dewi.

Dita tertawa, “Hahaha tumben lo waras Wi!” “Eh, tapi banyak lho yang cinlok sampe nikah di kantor kita, bukan cuma Mba Riri aja.” Dewi menambahkan.

“Haha trus lo nyari calon suami di kantor, Wi?” Kalia meledek.

Dewi mengibaskan tangannya “Ya ngga lah, gue kanudah punya Bagus.”

“Ah elo, ngga bosen apa pacaran tujuh tahun sama Bagus tapi ga dikawin-kawinin?” Ledek Dita.

Dewi menyelak “Ah daripada lo berdua. Sampe sekarang masih jomblo aja.”

Kalia dan Dita tertawa.

Sejujurnya Kalia merasa iri dengan Dewi dan Bagus atau dengan pasangan lain yang bisa mempertahankan hubungan mereka selama bertahun-tahun lamanya. Dia ingin sekali bisa merasakan hal yang sama.

Rasanya sudah lama sekali Kalia tidak pernah merasakan bagaimana rasanya makan atau nonton berdua bersama laki-laki. Terakhir kali dia berpacaran saat masih bersama Gana di SMA. Dia pun langsung kembali teringat sosok Gana di detik-detik kereta berangkat semalam.

“Dit, lo inget Gana kan? Mantan pacar yang pernah gue ceritain.”

(9)

Dita mengangguk, mulutnya masih sibuk menyedot teh yang sudah hampir tandas.

“Gue kemarin ketemu dia. Di stasiun. Tapi dia ngga liat gue kayaknya.”

“Ya udah samperin aja sih. Susah amat!” Celetuk Dewi, “Eh makanannya udah datang. Makan dulu yuk Cyin. Gue udah laper banget.”

Belum sempat bercerita lebih lanjut tentang Gana, mereka bertiga mengakhiri obrolan dan segera sibuk dengan makanannya masing-masing.

Waktu pun berlalu dengan cepat. Sore tiba seakan hanya dalam hitungan menit. Kalia bergegas menuju mesin absen di lantai dasar begitu jam sudah menunjukkan pukul 5 tepat. Dia berharap bisa segera tiba di stasiun tepat waktu dan kembali bertemu dengan Gana.

Kalia memperkirakan waktu yang sama seperti kemarin, agar kemungkinan dia bertemu dengan Gana semakin besar. Dia berlari menuju gerbong pertama dan berencana berjalan mundur ke gerbong berikutnya mencoba mencari Gana. Namun begitu masuk ke dalam gerbong, kondisi di dalam gerbong sangat padat. Kalia bahkan tidak bisa bergerak satu langkah pun. Dia lupa kalau sekarang ini jam pulang kantor.

(10)

“Oh iya kalau memang gue nggak bisa berkeliling mencari Gana, lebih baik gue turun duluan sambil nunggu di dekat pintu keluar aja.” Pikir Kalia.

Lima belas menit berlalu, suara pengumuman kereta akan tiba di stasiun tujuannya membuat Kalia terhentak. Dia bergegas menuju pintu keluar. Tepat setelah pintu tiket keluar, Kalia berdiri menunggu Gana. Tetapi begitu melihat kepala Gana yang menyembul diantara antrian penumpang yang ingin keluar, Kalia malah merapatkan tubuhnya ke dinding. Dia menutupi wajahnya dengan rambut panjangnya, dan melirik saat Gana melewatinya.

Gana lewat sambil mengobrol berdua dengan seorang wanita yang lebih pendek dari Kalia. Gana mengusap-usap kepala wanita tersebut sambil tertawa lebar. Wajah wanita itu manis, rambutnya hitam panjang nyaris sepinggang, dan kulitnya lebih gelap dari Gana.

“Tipikal wanita kesukaan Gana.” Batin Kalia. Kalia berjalan pelan-pelan di belakang mereka. Sesekali terdengar suara tawa mereka berdua yang teredam bunyi klakson dan deru kendaraan di jalan. Gana dan wanita itu berbelok ke arah parkiran stasiun, Kalia pun melanjutkan perjalanan pulang.

Referensi

Dokumen terkait

Eksraksi dengan HCl 2% dan ekstraksi dengan kapur tohor memberikan hasil yang lebih baik dan berbeda nyata dibandingkan dengan cara ekstraksi air pada variabel tinggi

Melalui diskusi kelompok, siswa mampu menghitung kelarutan suatu elektrolit yang sukar larut berdasarkan data harga Ksp atau sebaliknya dengan teliti, kreatif, dan

Apartemen mahasiswa UMY merupakan apartemen yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hunian untuk mahasiswa UMY. Apartemen mahasiswa ini nantinya bukan hanya bertujuan

Simpulan hasil penelitian pada petani jeruk di Desa Tegalweru Kecamatan Dau Kabupaten Malang adalah: 1) Petani menggunakan 4 – 7 jenis pestisida insektisida dan

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Dwi Marinajati, diketahui riwayat paparan pestisida berhubungan dengan kadar monosit, kadar Pb menjadi faktor dominan untuk kadar Hb

Johnson (dalam Djaali, 2007 : 110) mengemukakan bahwa siswa yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi memiliki peluang untuk mencapai keberhasilan yang tinggi dan

Implementasi aplikasi 3D yang interaktif untuk menyajikan informasi secara lebih menarik dari sebuah museum atau monumen ke dalam bentuk sebuah virtual museum

Untuk mengatasi kondisi seperti ini maka ditawarkan suatu solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pembelajaran aqidah akhlak dengan melalui