• Tidak ada hasil yang ditemukan

PUSAT PROMOSI KESEHATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PUSAT PROMOSI KESEHATAN"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

L A P O R A N A K U N T A B I L I T A S K I N E R J A

PUSAT PROMOSI KESEHATAN

TAHUN 2015

DIREKTORAT PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT TAHUN 2016

(2)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

ii IKHTISAR EKSEKUTIF

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, Pusat Promosi Kesehatan memiliki sasaran yang harus dicapai yaitu ”Meningkatnya Pelaksanaan Pemberdayaan dan Promosi KesehatankKepada Masyarakat”. Hal ini didukung dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/MENKES/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan yang menyebutkan tugas Pusat Promosi Kesehatan untuk melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, bimbingan, dan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan.

Indikator sasaran yang akan dicapai pada tahun 2012 adalah:

1. Jumlah kebijakan publik yang berwawasan kesehatan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia sebanyak 3 kebijakan.

2. Persentase kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS sebesar 40%.

3. Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM sebesar 10%. 4. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR nya untuk program kesehatan sebanyak

4 dunia usaha.

5. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan sebanyak 3 ormas.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pusat Promosi Kesehatan tahun 2015 merupakan bukti tertulis serta wujud pertanggungjawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Pusat Promosi Kesehatan sepanjang tahun 2012. Kinerja Pusat Promosi Kesehatan dapat dilihat dari pencapaian indikator 1) Jumlah kebijakan publik yang berwawasan kesehatan sebanyak 4 kebijakan, 2) Persentase kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS sebesar 44%, 3) Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM sebesar 1%, 4) Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR nya untuk program kesehatan sebanyak 5 dunia usaha, 5) Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan sebanyak 3 ormas

Dalam mencapai indikator tersebut, strategi yang dilaksanakan Pusat Promosi Kesehatan adalah:

1. Pelaksanaan penyuluhan kesehatan, advokasi dan menggalang kemitraan dengan berbagai pelaku pembangunan termasuk pemerintah daerah.

(3)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

iii

2. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.

3. Peningkatan jumlah dan kemampuan tenaga penyuluh kesehatan masyarakat/ dan tenaga kesehatan lainnya dalam hal promosi kesehatan.

4. Pengembangan metode dan teknologi promosi kesehatan yang sejalan dengan perubahan dinamis masyarakat.

Kegiatan inovatif yang dilakukan untuk mencapai target adalah menggalang komitmen lintas program, lintas sektor, pemerintah daerah, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan dan akademisi untuk mendukung pelaksanaan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat kesehatan prioritas khususnya pada 9 provinsi 64 kabupaten prioritas keluarga sehat. Selain itu juga dilaksanakan CSR Award yang bertujuan memberikan penghargaan dan motivasi pada dunia usaha untuk dapat memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan. Adanya model intervensi promosi kesehatan yang dikembangkan, yaitu model HIA di Kota Cilegon dan model PPIA di Kota Surabaya. Dalam rangka meningkatkan kapasitas tenaga promosi kesehatan, telah dilaksanakan pelatihan fasilitator/TOT pengelolaan advokasi, pengelolaan media, penggalangan kemitraan, promosi kesehatan di Puskesmas, dan Komunikasi Perubahan Perilaku (KPP) bagi petugas Puskesmas. Pada tahun 2016, pelatihan dilaksanakan di daerah dengan alokasi dana dekonsentrasi.

Keberhasilan yang dicapai oleh Pusat Promosi Kesehatan pada tahun 2015 didukung oleh hal-hal berikut:

1. Penetapan dokumen pelaksanaan kegiatan (DIPA) Satuan Kerja Pusat Promosi Kesehatan.

2. Adanya koordinasi dan dukungan komitmen dari pemangku kepentingan di pusat baik dari lintas program maupun lintas sektor.

3. Kepemimpinan di Pusat Promosi Kesehatan yang memberikan dukungan secara penuh terhadap kelancaran pelaksanaan tugas.

4. Adanya koordinasi dan dukungan komitmen dari pemangku kepentingan, baik dari lintas program dan lintas sektor di pusat dan daerah.

5. Adanya koordinasi dan kerjasama yang baik dari seluruh pejabat struktural, pejabat fungsional PKM, dan jabatan fungsional umum di Pusat Promosi Kesehatan.

Tantangan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan di Pusat Promosi Kesehatan adalah kurangnya komitmen lintas sektor di pemerintah daerah dalam

(4)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

iv

mendukung capaian target dan anggaran kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, kurangnya kapasitas tenaga kesehatan di daerah dalam pelaksanaan dan pembinaan kegiatan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pusat Promosi Kesehatan diharapkan dapat bermanfaat dan menjadi masukan dalam penyusunan perencanaan tahunan, bahan evaluasi pelaksanaan program, penyempurnaan pelaksanaan kegiatan yang akan datang, serta penyempurnaan kebijakan yang diperlukan.

(5)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

v KATA PENGANTAR

Dalam rangka meningkatkan pelaksanaan tugas unit organisasi yang lebih berdayaguna, bersih, dan bertanggungjawab, serta sebagai wujud pertanggungjawaban kinerja tahunan Pusat Promosi Kesehatan, disusunlah laporan Akuntabilitas Kinerja setiap tahun.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pusat Promosi Kesehatan Tahun 2015 menggambarkan pencapaian kinerja atas pelaksanaan tugas Pusat Promosi Kesehatan pada tahun anggaran 2015 berdasarkan rencana strategis, penetapan kinerja, dan janji kinerja yang telah disepakati sebelumnya. Substansi laporan mencerminkan hasil capaian sasaran strategis pelaksanaan kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi kesehatan untuk mendukung pencapaian visi kementerian kesehatan.

Demikian Laporan Akuntabilitas Kinerja Pusat promosi Kesehatan tahun 2015. Semoga laporan ini bermanfaat sebagai bahan evaluasi bagi para pelaksanan kegiatan untuk merealisaskan seluruh kegiatan degan lebih baik pada tahun berikutnya.

(6)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015 vi DAFTAR ISI IKHTISAR EKSEKUTIF ii KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI vi BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 LATAR BELAKANG 1

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN 2

1.3 TUGAS POKOK DAN FUNGSI 2

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN 3

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 5

2.1 PERENCANAAN KINERJA 6

A. Visi Dan Misi 6

B. Tujuan, Strategi, Dan Sasaran 7

C. Luaran Dan Indikator Kinerja 8

2.2 PERJANJIAN KINERJA 12

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA 14

3.1 PENGUKURAN DAN ANALISIS PENCAPAIAN KINERJA 14

A. Pengukuran Kinerja 14

B. Analisis Akuntabilitas Kinerja 16

3.2 SUMBER DAYA 39

A. Sumber Daya Manusia 39

B. Sumber Daya Anggaran 42

C. Sumberdaya Sarana dan Prasarana 25

BAB IV SIMPULAN 43

(7)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

vii

LAMPIRAN:

1. Pernyataan Penetapan Kinerja

2. Form Penetapan Kinerja

3. Form Rencana Kinerja Tahunan

4. Form Pengukuran Kinerja

(8)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemeratan pelayanan kesehatan. Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 adalah: (1) meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; (2) meningkatnya pengendalian penyakit; (3) meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal dan perbatasan; (4) meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan kualitas pengelolaan SJSN Kesehatan, (5) terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat dan vaksin; serta (6) meningkatkan responsivitas sistem kesehatan.

Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan 3 pilar utama yaitu paradigma sehat, penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional: 1) pilar paradigma sehat di lakukan dengan strategi pengarusutamaan kesehatan dalam pembangunan, penguatan promotif preventif dan pemberdayaan masyarakat; 2) penguatan pelayanan kesehatan dilakukan dengan strategi peningkatan akses pelayanan kesehatan, optimalisasi sistem rujukan dan peningkatan mutu pelayanan kesehatan, menggunakan pendekatan continuum of care dan intervensi berbasis risiko

Kegiatan Promosi Kesehatan dalam RPJMN 2015-2019 diarahkan untuk mampu meningkatkan upaya promotif kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, pembiayaan kegiatan promotif dan preventif, serta perilaku hidup bersih dan sehat. Mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan, penyelenggaraan kegiatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat di Kementerian Kesehatan dilaksanakan oleh Pusat Promosi Kesehatan. Dalam peraturan menteri tersebut disebutkan

(9)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

2

bahwa dalam pelaksanaan tugasnya, Pusat Promosi Kesehatan dipimpin oleh seorang kepala dan mempunyai tugas melaksanakan penyusunan kebijakan teknis, bimbingan, dan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan.

Pusat Promosi Kesehatan sebagai sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan negara wajib mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumber daya dengan didasarkan suatu perencanaan strategis yang ditetapkan oleh masing-masing instansi, berdasarkan suatu sistem akuntabilitas yang memadai. Hal ini sejalan dengan upaya reformasi birokrasi untuk menyelenggarakan negara yang bersih dan berwibawa serta memiliki kinerja yang baik (Good Governance) dan selaras dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 7 tahun 1999 dan Permen PAN dan RB Nomor 29 Tahun 2010.

Sehubungan dengan hal tersebut, Pusat Promosi Kesehatan menyampaikan laporan dalam bentuk Laporan Akuntabilitas Kinerja selama tahun anggaran 2015 untuk mempertanggungjawabkan kesesuaian pelaksanaan program yang dilaksanakan dengan tujuan dan sasaran program dalam mencapai hasil yang diharapkan. Penyusunan Laporan Akuntabilitas Kinerja Pusat Promosi Kesehatan merujuk pada Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015 – 2019 dan Penetapan Kinerja Kementerian Kesehatan tahun 2015.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pusat Promosi Kesehatan merupakan bentuk pertanggungjawaban secara tertulis kepada Pusat Jenderal Kesehatan Masyarakat yang memuat keberhasilan maupun kegagalan pelaksanaan program/kegiatan tahun anggaran 2015.

1.3 TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan tata kerja Kementerian Kesehatan, Pusat promosi Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan

(10)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

3

perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan pemberian bimbingan teknis dan supervisi, serta pemantauan, evaluasi, dan pelaporan di bidang Promosi Kesehatan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Pusat Promosi Kesehatan menyelenggarakan fungsi:

1. Penyusunan kebijakan teknis, rencana, dan program di bidang pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan;

2. Pelaksanaan tugas di bidang pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehtaan;

3. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan tugas di bidang pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan;

4. Pembinaan advokasi dan kemitraan kesehatan;

5. Pembinaan pemberdayaan dan peran serta masyarakat di bidang kesehatan;

6. Pengembangan metode dan teknologi promosi kesehatan; dan 7. Pelaksanaan administrasi pusat.

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Pusat Promosi Kesehatan tahun 2015 ini menjelaskan pencapaian kinerja Pusat Promosi Kesehatan selama kurun waktu tahun 2015 - 2019. Capaian kinerja tersebut dibandingkan dengan capaian kinerja tahun sebelumnya untuk mengukur keberhasilan/kegagalan kinerja Pusat Promosi Kesehatan.

Adapun sistematika penyajian Laporan Akuntabilitas Kinerja Pusat Promosi Kesehatan adalah sebagai berikut:

(11)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

4

Ikhtisar Eksekutif Berisi rangkuman dari isi Laporan Akuntabilitas Kinerja Pusat Promosi Kesehatan tahun 2015.

Bab I Pendahuluan berisi penjelasan singkat tentang latar belakang penyusunan, tugas pokok dan fungsi, urusan yang ditangani dan organisasi satuan kerja Pusat Promosi Kesehatan yang menjalankan dan menjabarkan tugas pokok fungsi atas urusan yang ditangani. Bab II Perencanaan dan Perjanjian Kinerja. Pada bab ini disajikan gambaran

singkat mengenai rencana stratejik dan rencana kinerja Pusat Pomosi Kesehatan

1. Perencanaan Kinerja

Uraian singkat tentang rencana stratejik organisasi, mulai dari visi, misi, tujuan, sasaran serta kebijakan dan program instansi.

2. Perjanjian Kinerja

Disajikan perjanjian kinerja antara Kepala Pusat Promosi Kesehatan dengan Kepala Jenderal Kesehatan Masyarakat pada tahun 2015, terutama menyangkut kegiatan-kegiatan dalam rangka mencapai sasaran sesuai dengan program pada tahun 2015 dan indikator keberhasilan pencapaiannya serta perbandingan capaian indiktor selama kurun waktu tahun 2015 – 2019.

Bab III Pada bagian ini disajikan uraian hasil pengukuran kinerja, evaluasi, dan analisis akuntabilitas kinerja, termasuk di dalamnya menguraikan secara sistematis keberhasilan/kegagalan, hambatan/kendala, dan permasalahan yang dihadapi serta langkah-langkah antisipatif yang akan diambil.

Bab IV Penutup, menjelaskan kesimpulan hasil menyeluruh dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pusat Promosi Kesehatan.

(12)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

5 BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

2.1 PERENCANAAN KINERJA

Perencanaan pembangunan bidang kesehatan merupakan bagian dari Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional sebagaimana yang diatur dalam UU Nomor 25 tahun 2004. Selain itu, berdasarkan Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) telah ditetapkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Rensta merupakan dokumen perencanaan yang memuat program pembangunan kesehatan yang akan dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan maupun untuk mendorong peran aktif masyarakat dalam kurun waktu 2015 – 2019. Renstra berorientasi pada hasil yang ingin dicapai dalam 5 (lima) tahun.

Penetapan kinerja merupakan tekad dan janji rencana kinerja tahunan yang akan dicapai antara pimpinan instansi pemerintah/unit kerja yang menerima amanah/tanggungjawab/ kinerja dengan pihak yang memberikan amanah/tanggungjawab/kinerja. Dengan demikian, penetapan kinerja ini merupakan suatu janji kinerja yang akan diwujudkan oleh seorang pejabat penerima amanah kepada atasan langsungnya.

Pernyataan penetapan kinerja merupakan suatu pernyataan kesanggupan dari pimpinan instansi/unit kerja penerima amanah kepada atasan langsungnya untuk mewujudkan suatu target kinerja tertentu. Pernyataan ini ditandatangani oleh penerima amanah sebagai tanda suatu kesanggupan untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan, dan pemberi amanah atau atasan langsungnya sebagai persetujuan atas target kinerja yang ditetapkan tersebut.

Penetapan dan pernyataan kinerja dilakukan setiap tahun untuk menjamin terlaksananya visi, misi, serta sasaran strategis yang termuat dalam Rencana

(13)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

6

Strategis Kementerian Kesehatan yang telah ditetapkan. Adapun target kinerja tahun 2015 di lingkungan Pusat Promosi Kesehatan disusun untuk mencapai penjabaran visi, misi, sasaran strategis, arah kebijakan Kementerian Kesehatan adalah sebagai berikut :

A. Visi dan Misi

Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2015- 2019 mengikuti visi dan misi Presiden Republik Indonesia yaitu “Terwujudnya Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong¬royong”. Upaya untuk mewujudkan visi ini adalah melalui 7 misi pembangunan yaitu:

1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan mencerminkan kepribadian Indonesia sebagai negara kepulauan.

2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan negara hukum.

3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri sebagai negara maritim.

4. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.

5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.

6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional, serta

7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan. Selanjutnya terdapat 9 agenda prioritas yang dikenal dengan NAWA CITA yang ingin diwujudkan pada Kabinet Kerja, yakni:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman pada seluruh warga Negara.

2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, demokratis dan terpercaya.

3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan.

(14)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

7

4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas korupsi, bermartabat dan terpercaya. 5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.

6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional.

7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.

8. Melakukan revolusi karakter bangsa.

9. Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

B. Tujuan, Strategi, dan Sasaran

Salah satu agenda pembangunan nasional yang tercantum di dalam Nawa Cita adalah Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia dan Masyarakat Indonesia. Upaya meningkatkan kualitas hidup manusia dijalankan melalui pembangunan manusia sebagai insan dan sumber daya pembangunan, baik laki-laki maupun perempuan, mulai dari dalam kandungan ibu sampai usia lanjut. Peningkatan kualitas hidup manusia tercermin pada penyediaan pemenuhan hak-hak dasar warga negara untuk memperoleh layanan publik, antara lain pelayanan kesehatan.

Terdapat dua tujuan Kementerian Kesehatan pada tahun 2015-2019, yaitu: 1) meningkatnya status kesehatan masyarakat dan; 2) meningkatnya daya tanggap (responsiveness) dan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan finansial di bidang kesehatan. Peningkatan status kesehatan masyarakat dilakukan pada semua kontinum siklus kehidupan (life cycle), yaitu bayi, balita, anak usia sekolah, remaja, kelompok usia kerja, maternal, dan kelompok lansia.

Dalam upaya pencapaian tujuan Kementerian Kesehatan tersebut, Pusat Promosi Kesehatan melakukan upaya-upaya meningkatkan pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan kepada masyarakat, meningkatkan pembiayaan kegiatan promotif dan preventif, peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat. Upaya-upaya tersebut akan

(15)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

8

dicapai melalui strategi promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang meliputi:

1. Pelaksanaan penyuluhan kesehatan, advokasi dan menggalang kemitraan dengan berbagai pelaku pembangunan termasuk pemerintah daerah.

2. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.

3. Peningkatan jumlah dan kemampuan tenaga penyuluh kesehatan masyarakat/ dan tenaga kesehatan lainnya dalam hal promosi kesehatan.

4. Pengembangan metode dan teknologi promosi kesehatan yang sejalan dengan perubahan dinamis masyarakat.

Adapun sasaran pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan kepada masyarakat yaitu

1. Meningkatnya jumlah kementerian lain yang mendukung pembangunan kesehatan.

2. Meningkatnya persentase kabupaten dan kota yang memiliki kebijakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

3. Meningkatnya jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR untuk program kesehatan.

4. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan sebanyak 15 ormas.

C. Luaran dan Indikator Kinerja

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan HK.02.02/MENKES/52/2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, Sasaran kegiatan Promosi Kesehatan adalah meningkatnya pelaksanaan pemberdayaan dan promosi kesehatan kepada masyarakat. Indikator pencapaian sasaran tersebut adalah

(16)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

9

6. Jumlah kebijakan publik yang berwawasan kesehatan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia sebanyak 15 kebijakan.

7. Persentase kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS sebesar 80%.

8. Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM sebesar 50%.

9. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR nya untuk program kesehatan sebanyak 20 dunia usaha.

10. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan sebanyak 15 buah

Tabel 2.1 Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Promosi Kesehatan

KEGIATAN SASARAN

STRATEGIS

INDIKATOR KINERJA UTAMA

Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan Meningkatnya pelaksanaan pemberdayaan dan promosi kesehatan kepada masyarakat

1. Jumlah kebijakan publik yang berwawasan kesehatan

2. Persentase kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS 3. Persentase desa yang

memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM

4. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR nya untuk program kesehatan

5 Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan

(17)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

10

Definisi operasional Indikator Kinerja Kegiatan (IKK) Pusat Promosi Kesehatan:

1. Jumlah kebijakan publik yang berwawasan kesehatan

Jumlah Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatan adalah jumlah kebijakan yang dibuat sektoral (K/L maupun provinsi) berupa Peraturan Presiden/ Peraturan Menteri/ Instruksi Menteri/ Surat Edaran Menteri/ Surat Keputusan Bersama Menteri yang mendukung kesehatan khususnya dalam upaya peningkatan perilaku sehat dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

Untuk menghitung Jumlah Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatan

digunakan formula sebagai berikut:

Jumlah absolut kebijakan publik berwawasan kesehatan yang ditetapkan pada satu tahun pelaporan

2. Kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS

Persentase kabupaten dan kota yang membuat kebijakan yang mendukung PHBS minimal 1 kebijakan baru per tahun (Kebijakan yang mendukung kesehatan/PHBS/perilaku sehat adalah kebijakan dalam bentuk Peraturan Daerah, Peraturan Bupati/Walikota, Instruksi Bupati/Walikota, Surat Keputusan Bupati/Walikota, Surat Edaran/Himbauan Bupati/Walikota pada tahun tersebut)

Untuk menghitung presentase kabupaten dan kota yang membuat kebijakan yang mendukung PHBS digunakan formula sebagai berikut:

Jumlah kabupaten/kota yang mengeluarkan kebijakan PHBS

dalam satu tahun pelaporan Jumlah kabupaten/Kota

x 100% % kabupaten dan

kota yang memiliki kebijakan PHBS

(18)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

11 3. Desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM

Persentase Puskesmas yang memfasilitasi desa untuk memanfaatkan dana desa minimal 10% untuk UKBM.

Untuk menghitung jumlah Desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM digunakan formula sebagai berikut :

Jumlah desa yang

mengalokasikan 10% dana desa untuk UKBM Jumlah desa x 100% % Desa yang memanfaatkan dana desa minimal 10 persen untuk Upaya

Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)

=

4. Dunia usaha yang memanfaatkan CSR nya untuk program kesehatan

Jumlah dunia usaha yang melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Propinsi yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan

Untuk menghitung jumlah Dunia usaha yang memanfaatkan CSR nya untuk program kesehatan digunakan formula sebagai berikut:

Jumlah absolut dunia usaha yang melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dalam satu tahun pelaporan

5. Organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan

Jumlah organisasi kemasyarakatan yang melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Kementerian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Propinsi yang memanfaatkan sumberdayanya untuk mendukung program kesehatan.

(19)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

12

Untuk menghitung jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan digunakan formula sebagai berikut:

Jumlah absolut organisasi kemasyarakatan yang melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dalam satu tahun pelaporan

2.2 PERJANJIAN KINERJA

Tekad dan janji kinerja tahunan yang akan dicapai antara pimpinan unit kerja yang menerima amanah/tanggung jawab/kinerja dengan pihak yang memberikannya sebagaimana ditetapkan dalam dokumen penetapan kinerja. Dengan demikian, penetapan kinerja merupakan suatu janji kinerja yang akan diwujudkan oleh seorang pejabat penerima amanah kepada atasan langsungnya.

Pada tahun 2015 telah ditetapkan target capaian indikator kegiatan yang mendukung tercapainya sasaran hasil program, sebagai berikut:

(20)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

13

Tabel 2.2 Target Capaian Indikator Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan. NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR TARGET 2015 1 Meningkatnya pelaksanaan pemberdayaan dan promosi kesehatan kepada masyarakat

1. Jumlah kebijakan publik yang berwawasan kesehatan 3 2. Persentase kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS 40% 3. Persentase desa yang

memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM

10% 4 Jumlah dunia usaha

yang memanfaatkan CSR nya untuk program kesehatan 4 5 Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan 3

(21)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

14 BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

3.1 PENGUKURAN DAN ANALISIS PENCAPAIAN KINERJA

A. PENGUKURAN KINERJA

Pengukuran kinerja adalah kegiatan manajemen khususnya membandingkan tingkat kinerja yang dicapai dengan standar, rencana, atau target dengan menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan. Pengukuran kinerja ini diperlukan untuk mengetahui sampai sejauh mana realisasi atau capaian kinerja yang berhasil dilakukan oleh Pusat Promosi Kesehatan selama kurun waktu tahun 2015 - 2019.

Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan realisasi capaian dengan rencana tingkat capaian (target) pada setiap indikator sehingga diperoleh gambaran tingkat keberhasilan pencapaian setiap indikator. Berdasarkan pengukuran kinerja tersebut, dapat diperoleh informasi menyangkut masing-masing indikator sehingga dapat ditindaklanjuti dalam perbaikan perencanaan program/kegiatan di masa yang akan datang. Manfaat pengukuran kinerja antara lain untuk memberikan gambaran kepada pihak internal dan eksternal tentang pelaksanaan misi organisasi dalam mewujudkan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam dokumen Renstra/Penetapan Kinerja.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015 Tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, Pusat Promosi Kesehatan melaksanakan kegiatan Promosi Kesehatan dalam Program Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya.

Sasaran merupakan hasil yang akan dicapai secara nyata oleh Pusat Promosi Kesehatan dalam rumusan yang spesifik, terukur dalam kurun waktu satu tahun. Sasaran Pusat Promosi Kesehatan adalah :

1. Meningkatnya upaya peningkatan Promosi Kesehatan, serta pembiayaan kegiatan promotif dan preventif.

(22)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

15

2. Meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.

Sesuai dengan dokumen Renstra Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019, Indikator Kinerja Utama Pusat Promosi Kesehatan, dan Penetapan Kinerja Pusat Promosi Kesehatan Tahun 2015, telah ditetapkan 5 indikator dalam mencapai sasaran hasil program :

1. Jumlah kebijakan publik yang berwawasan kesehatan. 2. Persentase kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS

3. Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM

4. Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR nya untuk program kesehatan.

5. Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan sebanyak

Besar target dan realisasi masing-masing indikator kinerja Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan adalah sebagai berikut:

(23)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

16

Tabel 3.1 Target dan Realisasi Indikator Kinerja Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan Tahun 2015

No Sasaran Startegis IKU Target 2015 Realisasi 2015 % Capaian 1 Meningkatnya pelaksanaan promosi kesehatan dan pemberdayaan kepada masyarakat Jumlah kebijakan publik yang berwawasan kesehatan 3 4 133% Persentase kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS 40% 44% 110% Persentase desa yang memanfaatkan dana desa 10% untuk UKBM 10% 1% 10%

Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR nya untuk program kesehatan 4 5 125% Jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk mendukung kesehatan 3 3 100%

Ket *) : Laporan Provinsi per 31 Januari 2016

B. ANALISIS AKUNTABILITAS KINERJA

Pusat Promosi Kesehatan pada tahun 2015 telah menetapkan target indikator yang ingin dicapai mencapai sasaran strategis meningkatnya pelaksanaan Promosi Kesehatan. Untuk mencapai sasaran strategis tersebut, Pusat Promosi Kesehatan telah menyusun 5 (lima) indikator kinerja utama. Pengukuran keberhasilan kegiatan dilakukan dengan membandingkan antara output dan input melalui analisis deskriptif terhadap pelaksanaan kegiatan

(24)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

17

dan sub kegiatan. Analisis dilakukan dengan memantau berdasarkan definisi operasional, kriteria keberhasilan, kondisi yang dicapai, capaian kinerja, permasalahan yang dihadapi, serta potensi yang dimanfaatkan untuk memecahkan permasalahan.

Uraian kinerja Pusat Promosi Kesehatan berdasarkan Indikator Kinerja Utama yang telah ditetapkan adalah:

1. Jumlah kebijakan yang Berwawasan Kesehatan

Lintas sektor berperan penting dalam kesehatan, terutama untuk menciptakan kondisi lingkungan yang mendukung dapat meningkatkan perilaku hidup sehat masyarakat. Menyadari hal tersebut, Pusat promopsi Kesehatan mendiorong lintas sector untuk mengeluarkan kebijakan berwawasan kesehatan (Health in All Policy).

Jumlah Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatan adalah jumlah kebijakan yang dibuat sektoral (K/L) berupa Peraturan Presiden/ Peraturan Menteri/ Instruksi Menteri/ Surat Edaran Menteri/ Surat Keputusan Bersama Menteri yang mendukung kesehatan khususnya dalam upaya peningkatan perilaku sehat dan kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

(25)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

18

Gambar 1 Target dan Capaian Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatan Tahun 2015

Jumlah kebijakan publik berwawasan kesehatan yang dikeluarkan oleh lintas sektor pada tahun 2015 adalah sebanyak 4 (empat) kebijakan atau 133% dari target. Hasil ini menunjukkan bahwa target Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatan tahun 2015 telah tercapai.

Pada tahun 2015 telah terbit kebijakan publik berwawasan kesehatan sebagai berikut:

1. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.07/2015 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 115/PMK.07/2015 tentang Tata Cara Pemungutan dan Penyetoran Pajak Rokok yang menyebutkan bahwa penggunaan dana pajak rokok di bidang kesehatan dilakukan dengan berpedoman pada petunjuk teknis yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.

2. Kebijakan tarif cukai yg baru melalui PMK No. 198/PMK.010/2015 tentang Perubahan Kedua atas PMK Nomor: 179/PMK.011/2012 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau.

3. Surat kawat dari Kementerian Dalam Negeri Nomor: T.900/2239/KEUDA kepada Gubernur Se-Indonesia dan Bupati/Walikota Se-Indonesia untuk pemenuhan anggaran kesehatan minimal 10% sesuai dengan amanah UU 36/2009.

(26)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

19

4. Surat Edaran Kementerian Perhubungan Januari 2015 untuk menjadikan transportasi umum sebagai Kawasan tanpa Rokok (KTR) sesuai dengan PP 109 tahun 2012.

Gambar 2 Pembukaan Pertemuan Koordinasi Penguatan Pemberdayaan Masyarakat Menuju Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga oleh Menteri Kesehatan

Kementerian Kesehatan telah melakukan berbagai upaya advokasi ke pemegang kebijakan baik lintas program maupun lintas sektor. Upaya– upaya yang telah dilakukan dalam rangka menghasilkan Kebijakan Publik Berwawasan Kesehatan adalah:

1. Penyusunan dan sosialisasi petunjuk teknis penggunaan dana pajak rokok ke daerah

2. Peyusunan regulasi pencantuman peringatan kesehatan dalam iklan rokok

3. Koordinasi pelaksanaan penggalangan komitmen dalam mendukung percepatan AKI dan AKB

4. Penggalangan komitmen dalam determinan sosial kesehatan 5. Penggalangan komitmen dalam peningkatan gaya hidup sehat

(27)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

20

6. Koordinasi lintas program dan lintas sector dalam pengembangan PKRS dalam rangka penguatan promosi kesehatan di rumah sakit 7. Pengembangan startegi advokasi

8. Pemantauan dan evaluasi proses pembuatan dan implementasi kebijakan publik berwawasan kesehatan

9. Pelatihan pengelolaan advokasi petugas promkes provinsi Adapun permasalah yang dihadapi dalam rangka sebagai berikut:

1. Mendorong munculnya kebijakan publik yang dikeluarkan oleh lintas sektor memerlukan proses dengan serangkaian kegiatan yang berjalan dalam rentang waktu yang cukup panjang.

2. Isu kebijakan publik yang diinisiasi merupakan isu yang sedang bergulir di lintas sektor, sehingga tidak dapat ditentukan oleh Pusat Promosi Kesehatan.

Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, Pusat Promosi Kesehatan telah dilakukan upaya:

1. Meningkatkan upaya koordinasi dengan LS/LP secara intensif dan memastikan semua proses berjalan sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan hingga selesai.

2. Melakukan identifikasi isu kebijakan berwawasan yang diperlukan dengan melibatkan pihak luar, seperti LSM, organisasi kemasyarakatan dan akademisi.

Nilai-nilai positif atau pembelajaran yang bisa diambil dari indikator kebijakan publik berwawasan kesehatan sehingga dapat menjadi acuan bagi program selanjutnya yaitu sebagai berikut :

1. Adanya peran serta dari LSM, organisasi kemasyarakatan dan akademisi untuk mendukung terbitnya kebijakan publik berwawasan kesehatan

2. Adanya peran serta pemerintah daerah dalam membuat kebijakan yang berwawasan kesehatan seperti kebijakan kawasan terutama

(28)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

21

menindaklanjuti kebijakan berwawasan kesehatan yang diterbitkan di pusat.

Prestasi yang dicapai dalam kebijakan berwawasan kesehatan di tahun 2015 adalah:

1. Pemerintah provinsi juga melakukan advokasi dan koordinasi lintas sekror untuk menetapkan kebijakan berwawasan kesehatan tahun 2015, seperti:

a. Provinsi Aceh mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 5 Tahun 2015 tentang Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Rakyat Aceh. b. Provinsi DI Yogyakarta mengeluarkan Surat Edaran Gubernur

Nomor 15/SE/XI/2015 tentang Implementasi Pergub DIY No 42 Tahun 2009 tentang Kawasan Dilarang Merokok.

c. Provinsi Nusa Tenggara Barat mengeluarkan Peraturan Gubernur Nomor 17 Tahun 2015 tentang Pengaturan tempat khusus merokok bertujuan untuk memberikan perlindungan yang efektif kepada kesehatan masyarakat terhadap dampak buruk asap rokok.

2. Persentase kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS

Dalam rangka mendukung pelaksanaan perilaku hidup sehat, diperlukan kebijakan PHBS di daerah. Adapun yang dimaksud persentase kabupaten dan kota yang membuat kebijakan yang mendukung PHBS minimal 1 kebijakan baru per tahun. Kebijakan yang mendukung kesehatan/PHBS/perilaku sehat adalah kebijakan mendukung kesehatan/PHBS/perilaku sehat dalam bentuk Peraturan Daerah, Peraturan Bupati/Walikota, Instruksi Bupati/Walikota, Surat Keputusan Bupati/Walikota, Surat Edaran/Himbauan Bupati/Walikota pada tahun tersebut.

(29)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

22

Gambar 2. Target dan Capaian Persentase Kabupaten/Kota yang Memiliki Kebijakan PHBS Tahun 2015

Pada tahun 2015, capaian kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS sebanyak 44% atau sebayak 24 kabupaten/kota. Persentase ini mencapai 110% dari target yang ditetapkan. Hasil ini menunjukkan bahwa target Kabupaten/Kota yang memiliki kebijakan PHBS tahun 2015 telah tercapai.

(30)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

23

Gambar 3. Capaian Kabupaten/Kota yang memiliki Kebijakan PHBS per Provinsi Tahun 2015

Berdasarkan grafik di atas, provinsi yang mempunyai kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS pada tahun 2015 terbanyak adalah Sumatera Utara (4 kabupaten/kota), Aceh dan Lampung (masing-masing 3 kabupaten/kota). Sementara itu, sebanyak 490 kabupaten/kota yang lain belum memiliki kebijakan PHBS di tahun 2015.

(31)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

24

Gambar 4. Pembukaan Gebyar Remaja Indonesia Peduli HIV & AIDS oleh Menteri Kesehatan

Adapun hal-hal yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan persentase kabupaten/kota yang memiliki kebijakan PHBS adalah:

1. Melakukan advokasi kebijakan public berwawasan kesehatan di 3 (tiga) provinsi terpilih

2. Pembinaan teknis pada daerah yang telah diadvokasi 3. Pemantapan advokasi pada daerah yang telah diadvokasi

4. Pemantauan dan evaluasi proses pembuatan dan implementasi kebijakan

5. Kampanye Pencegahan HIV dan AIDS pada Kelompok Remaja melalui Kampanye Aku Bangga Aku Tahu (ABAT)

6. Gebyar Remaja Peduli HIV AIDS “Kami Hebat Berani Beraksi –Cegah HIV AIDS Dengan Perilaku Sehat”

7. Workshop Strategi Komunikasi Peningkatan Cakupan Imunisasi Dasar Rutin

(32)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

25

8. Studi Kohort Buku KIA dalam rangka meningkatkan cakupan imunisasi dasar lengkap dan menurunkan kejadian Drop Out (DO) di Provinsi Jawa Barat

9. Revisi Modul Pelatihan bagi Pelatih Pelatihan Promosi Kesehatan bagi petugas Puskesmas.

10. Pengembangan media KIE Pencegahan Penularan HIV dari Ibu Ke Anak (PPIA).

11. Mengembangkan media KIE Keluarga Sehat, serta melakukan uji coba media tersebut di beberapa Kabupaten. 


12. Pengembangan pesan dan media dalam bentuk animasi, video informasi, video graphis, video dokumenter, desain media, logo untuk program-progam prioritas Kementerian Kesehatan. 


13. Pengembangan draft strategi komunikasi 1000 Hari Pertama Kehidupan, Aktifitas fisik, Makan sayur dan buah, serta Keluarga Sehat 14. Penyebarluasan informasi melalui media elektronik (TV dan Radio)

tentang: Pemberian ASI Eksklusif; Persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan di Fasilitas Kesehatan; Peningkatan Cakupan Imunisasi; Penimbangan Bayi dan Balita di Posyandu; Pencegahan dan Deteksi Dini Kanker pada Perempuan (IVA test), Dampak Rokok terhadap Kesehatan, P4K, 1000 Pertama Kehidupan, Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA), Filariasis dan PTM.

15. Peningkatan kapasitas tenaga promosi kesehatan melalui pelatihan media dan pesan kesehatan. 


Adapun permasalah yang dihadapi dalam rangka sebagai berikut:

1. Proiritas Pemda lebih pada upaya kuratif dan rehabilitative dibandingkan dengan upaya promotif preventif.

2. kebijakan PHBS yang dikeluarkan oleh Kabupaten/Kota mayoritas fokus pada satu isu yaitu Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok dan belum berdasarkan analisis masalah kesehatan yang terjadi di masing masing daerah

(33)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

26

Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, Pusat Promosi Kesehatan telah melakukan berbagai upaya diantaranya:

1. Penggalangan komitmen pemerintah daerah untuk memprioritaskan upaya promotif dan preventif.

2. Pendampingan penyusunan kebijakan PHBS disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi di tiap daerah yang melakukan audiensi dengan Pusat Promosi Kesehatan

Nilai-nilai positif atau pembelajaran yang bisa diambil dari indicator kebijakan PHBS sehingga dapat menjadi acuan bagi program selanjutnya yaitu:

a) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat menjadi program milik bersama antara pusat, daerah, lintas program, lintas sektor, dunia usaha dan masyarakat.

b) Kebijakan PHBS di kabupaten/kota mendorong adanya pembiayaan dan pelaksanaan kegiatan dari pemerintah dkabupaten/kota agar masyarakat melakukan perilaku sehat.

Prestasi yang dicapai dalam kebijakan berwawasan kesehatan di tahun 2015 adalah:

1. Sebanyak 35 kebijakan PHBS dikeluarkan di tingkat kabupaten/kota tahun 2015 di 24 kbupaten/kota.

3. Persentase Desa yang memanfaatkan dana desa minimal 10 persen untuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu upaya untuk menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi, memelihara, dan meningkatkan kesehatan. Dalam pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, masyarakat didorong untuk memanfaatkan sumberdaya yang ada di desa termasuk dana desa. Salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat di desa adalah adanya Upaya

(34)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

27

Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM). Oleh karena itu, Pusat promosi Kesehatan mendorong agar desa dapat memanfaatkan dana desa minimal 10% untuk pengembangan dan pelaksanaan kegiatan UKBM.

Gambar 5 Target dan Capaian Persentase Desa yang memanfaatkan dana Desa Minimal 10% untuk UKBM

Persentase Desa yang memanfaatkan dana desa minimal 10% untuk UKBM tahun 2015 sebesar 1% atau 10% dari target yang ditetapkan. Jumlah desa yang telah memanfaatkan minimal 10% dana desa untuk UKBM sebanyak 535 desa dari 74.754 desa yang ada.

(35)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

28

Gambar 6. Capaian Persentase Desa yang memanfaatkan dana Desa Minimal 10% untuk UKBM per Provinsi tahun 2015

Apabila dijabarkan per provinsi, sebanyak 693 desa yang telah memanfaatkan dana desa minimal 10% untuk UKBM tersebar di 5 (lima) provinsi yaitu: Sumatera Utara, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jawa

(36)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

29

Tengah, DI Yogyakarta, dan Gorontalo. Oleh karena itu, perlu percepatan pencapaian indiaktor di 29 provinsi yang lain.

Gambar 7 Pelaksanaan Fasilitasi Penggalangan Kemitraan Lintas Sektor dan Daerah untuk Peningkatan Kebijakan Daerah dalam pembinaan Pokjanal Desa dan Kelurahan Siaga Aktif

Hal-hal yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan desa yang memanfaatkan minimal 10% dana desa untuk UKBM adalah sebagai berikut:

1. Penguatan Kelembagaan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif melalui Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Desa dan Kelurahan Siaga Aktif

2. Sosialisasi Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan dan Pedoman Pelaksanaan Upaya kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)

(37)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

30

4. Pembentukan dan Pengaktivan Pokjanal Desa Siaga di daerah memalui Dana Dekonsentrasi

5. Pertemuan Koordinasi Pengalangan Komitmen Lintas Sektor Daerah 6. Penggalangan komitmen SKB tentang dana desa

7. Koordinasi Lintas Sektor dan Lintas Program Tingkat Provinsi dan Pembinaan di Lokasi Binaan

8. Forum Komunikasi dengan Petugas Puskesmas, Bidan dan Kader UKBM, Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama

9. Pengembangan Model dan Pembelajaran (Lesson Learned) Pemberdayaan Masyarakat

10. Pembinaan RT Ber-PHBS dalam Lomba PHBS dan Posyandu 11. Pengembangan Sistem Informasi UKBM

12. Penyusunan Petunjuk Teknis Pemberdayaan dengan Pendekatan Keluarga

13. Pelatihan bagi Pelatih (TOT) Pelatihan Promosi Kesehatan bagi Petugas Puskesmas sebanyak 70 orang yang terdiri dari petugas provinsi. 


Adapun berbagai masalah yang dihadapi dalam pencapaian Desa yang memanfaatkan dana Desa Minimal 10% untuk UKBM adalah:

1. Penggunaan dana desa masih banyak berupa pembangunan fisik posyandu dan poskesdes.

2. Petugas Puskesmas dan bidan desa tidak ikut serta dalam kegiatan penyusunan RPJMDes melalui musrembangdes

3. Sebagian besar dana desa di kabupaten/kota baru turun anggarannya di pertengahan tahun 2015 sehingga belum dapat diketahui realisasi dana desa untuk UKBM

Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, Pusat Promosi Kesehatan telah melakukan berbagai upaya diantaranya:

(38)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

31

1. Melakukan advokasi kepada kepala desa dan BPMD agar pengalokasian dana desa untuk kegiatan pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan RPJMDes tahun 2016

2. Melakukan TOT kepada petugas promkes untuk melakukan advokasi kepada pemangku kepentingan

3. Mendorong petugas puskesmas dan bidan desa dalam ikut serta dalam musrembangdes utnuk menetapkan prioritas penggunaan dana desa bagi kesehatan.

4. Mendorong Dinas Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota melakukan koordinasi dengan BPMPD untuk mengetahui realisasi dana desa untuk UKBM.

5. Melakukan advokasi kepada BPMD dan kepala desa tentang penggunaan dana desa untuk UKBM agar dapat dialokasikan pada tahun berikutnya.

Nilai-nilai positif atau pembelajaran yang bisa diambil dari indikator persentase desa yang memanfaatkan minimal 10% dana desa untuk UKBM sehingga dapat menjadi acuan bagi program selanjutnya yaitu sebagai berikut:

1. Adanya peran dari masyarakat dalam penentuan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang diperlukan melalui dana desa dalam musrenbangdes.

2. Adanya komitmen dari kepala desa sebagai penentu kebijakan di desa untuk mendukung pelaksanaan pemberdayaan masyarakat di desa.

Prestasi yang dicapai dalam desa yang memanfaatkan 10% dana desa untuk UKBM di tahun 2015 adalah:

1. Adanya peran INGO dalam pemberdayaan masyarakat di desa yaitu di Desa Lere, kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat, INGO SurfAid dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bima memfasilitasi proses advokasi pada kepala desa dan pemberdayaan masyarakat untuk membangun

(39)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

32

sarana air bersih perpipaan beserta pemeliharaannya dan kebun gizi yang dilaksanakan oleh masyarakat sendiri.

4. Dunia usaha yang Memanfaatkan CSR nya untuk Program Kesehatan

Dunia usaha dan swasta juga memiliki kewajiban untuk turut serta dalam pembangunan kesehatan. Melihat peluang besar dari dunia usaha melalui program Corporate Social Responsibility (CSR)-nya, Pusat promosi Kesehatan menggalang kemitraan dengan dunia usaha.

Jumlah dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan adalah jumlah dunia usahayang telah melakukan Perjanjian Kerja Sama (PKS) dengan Kementerian Kesehatan untuk memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan. Berbagai kegiatan yang telah dilakukan melalui kemitraan ini pada tahun 2015 seperti pemberdayaan masyarakat di daerah model, mobilisasi massa, pemutaran ILM, dan lain sebagainya.

Gambar 8 Target dan Capaian Jumlah Dunia Usaha yang Memanfaatkan CSR-nya untuk Program Kesehatan

Capaian jumlah dunia usaha baru yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan pada tahun 2015 adalah 5 (lima) dunia usaha atau 125% dari target yang telah ditetapkan. Dunia usaha yang melakukan perjanjian kerja sama tersebut adalah PT. K-24 Indonesia, PT. Herlina

(40)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

33

Indah, PT. Media Inovasi Global, PT. Merck Sharp Dohme Pharma serta Center For Indonesia Medical Student`s Activities (CIMSA).

Gambar 9 Pelaksanaan Penandatanganan MoU Kementerian Kesehatan dengan Dunia Usaha

Selain dunia usaha yang baru, terdapat 14 Dunia Usaha yang memperpanjang MoU yaitu: PT. Adaro Energy Tbk, PT. Aventis Pharma, PT. Glaxo Wellcome Indonesia, PT. Johnson & Johnson Indonesia, PT. Novartis Indonesia, PT. Novo Nordisk Indonesia, PT. Nutrifood Indonesia, PT. Pfizer Indonesia, PT. Roche, PT. Smithkline Beecham pharmaceuticals, PT. Sterling Product Indonesia, PT. Unilever Indonesia, PT. Indofood Sukses Makmur. Sehingga sampai saat ini dunia usaha yang telah melakukan kerjasama dengan Kementerian Kesehatan berjumlah 43 dunia usaha.

(41)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

34

Hal-hal yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Sosialisasi Program Prioritas Kesehatan kepada Dunia Usaha/Swasta 2. Penandatanganan MoU organisasi kemasyarakatan

3. Penyusunan Rencana Kerja Kemitraan Dunia Usaha/Swasta dengan Kementerian KesehatanPembinaan teknis pada dunia usaha yang bekerjasama

4. Monitoring Pelaksanaan Kegiatan PKS dengan Dunia Usaha 5. Pengembangan Media Komunikasi Pelaksanaan Kegiatan PKS 6. Koordinasi dengan Lintas Sektor/Program ABAT

7. Rapat Koordinasi Teknis Pemberdayaan Masyarakat dan Promosi Kesehatan dengan Pengelola Kegiatan Provinsi

8. Penyusunan modul Pelatihan Penggalangan Kemitraan dengan Dunia Usaha melalui CSR bidang Kesehatan.

9. Pelaksanaan CSR Award

Adapun berbagai masalah yang dihadapi dalam dunia usaha yang memanfaatkan CSR-nya untuk program kesehatan adalah:

1. Beberapa Dunia Usaha hanya ingin bekerjasama dalam event tertentu bukan bekelanjutan

2. Aturan/kebijakan yang berbeda antara Kemenkes dan Dunia Usaha sehingga perlu waktu lama untuk penyusunan MoU dan PKS

Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, Pusat Promosi Kesehatan telah melakukan berbagai upaya diantaranya:

1. Menginformasikan kembali bahwa pelaksanaan kerjasama diarahkan pada kegiatan yang pemberdayaan masyarakat yang berkelanjutan 2. Melakukan pertemuan terkait legal aspek antara Legal Officer

Perusahan dengan Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Kesehatan

(42)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

35

Nilai-nilai positif atau pembelajaran yang bisa diambil dari kemitraan dunia usaha dalam pembangunan kesehatan adalah:

1. Dunia usaha dan swasta mendapatkan informasi tentang program kesehatan prioritas.

2. Dunia usaha dan swasta berkontribusi untuk penyelesaian masalah kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat.

3. Adanya daerah binaan dunia usaha dalam pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan untuk program prioritas Kemenkes.

Prestasi yang dicapai dalam kemitraan dengan dunia usaha di tahun 2015 adalah:

1. Pemerintah daerah menggalang kemitraan dengan 87 dunia usaha di tingkat provinsi dan kabupaten/kota di tahun 2015, diantaranya Provinsi Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan Barat.

2. Pada tahun 2015 terpilih 4 (empat) dunia
usaha yang layak menerima Penghargaan Mitra Bakti Husada kategori CSR yaitu PT. Adaro, PT. ASTRA International, PT. Nutrifood dan PT. Unilever.

5. Jumlah Organisasi Kemasyarakatan yang Memanfaatkan Sumber Dayanya untuk Mendukung Kesehatan

Organisasi kemasyarakatan merupakan kelompok potensial untuk meningkatkan perilaku sehat masyarakat karena mereka memiliki sumberdaya sampai di grass root. Pusat promosi Kesehatan menggalang peran serta ormas baik ormas keagamaan, kepemudaan, dan wanita untuk meningkatkan jangkauan akses informasi kesehatan dan pemberdayaan program kesehatan prioritas terhadap masyarakat luas. Jumlah Organisasi Kemasyarakatan yang Memanfaatkan Sumber Dayanya untuk Mendukung Kesehatan adalah organisasi kemasyarakatan

(43)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

36

yang telah bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan yang memanfaatkan sumberdayanya untuk mendukung program kesehatan.

Gambar 10 Target dan Capaian Jumlah Organisasi Kemasyarakatan yang Memanfaatkan Sumber Dayanya untuk Mendukung Kesehatan

Capaian jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk program kesehatan pada tahun 2015 adalah 3(empat) dunia usaha atau 100% dari target yang telah ditetapkan. Adapun ormas tersebut adalah Muslimat Nadhlatul Ulama, Perdhaki, dan Pramuka.

Selain itu, Pusat Promosi Kesehatan memperbarui Kesepakatan Bersama dengan Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) yang terdiri dari Organisasi Keagamaan, Organisasi Wanita dan Organisasi Pemuda. Pada tahun 2015, sebanyak 19 (sembilan belas) Ormas melalui penandatanganan MoU bersepakat dan berkomitmen untuk melakukan upaya peningkatan Promosi Kesehatan bidang kesehatan.

Gambar 11 Pelaksanaan Pemberdayaan Masyarakat melalui Organisasi Kemasyarakatan di Daerah Binaan

(44)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

37

( Ki-Ka): Desa Medani kabupaten Pati , Jawa Tengah; Kader PHBS desa Astomulyo Lampung Tengah

Hal-hal yang telah dilakukan dalam rangka meningkatkan jumlah organisasi kemasyarakatan yang memanfaatkan sumber dayanya untuk program kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan pedoman peran serta ormas dan pihak lain dalam mendukung peningkatan perilaku sehat

2. Pemetaan ormas dan pihak lain dalam mendukung peningkatan perilaku sehat

3. Sosialisasi program kerjasama peningkatan peran serta ormas dan pihak lain

4. Pelaksanaan Health Impact Assessment

5. Penganugerahan Tanda Penghargaan Bidang Kesehatan 6. Penyusunan PKS dengan organisasi kemasyarakatan 7. Penyusunan rencana kinerja ormas dan pihak lain

8. Penyusunan petunjuk pelaksanaan kegiatan organisai kemasyarakatan 9. Penggerakan masyarakat dalam peningkatan KIA

10. Pembinaan Saka Bhakti Husada

11. Bimbingan teknis pelaksanaan fasilitasi ormas

12. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan ormas

13. Pengembangan dan penggandaan dokumentasi kegiatan ormas bidang kesehatan

(45)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

38

Adapun berbagai masalah yang dihadapi dalam Organisasi Kemasyarakatan yang Memanfaatkan Sumber Dayanya untuk Mendukung Kesehatan adalah:

1. Tidak semua ormas yang bekerjasama dengan Kementerian Kesehatan memiliki dokumen persyaratan untuk MoU sesuai Permenkes No 74 Tahun 2015 tentang Pengembangan Peran Serta Organisasi Kemasyarakatan Bidang Kesehatan.

2. Kegiatan fasilitasi ormas tertunda karena berakhirnya MoU pada tahun 2015.

3. Hasil evaluasi kinerja fasilitasi ormas tahun 2014 menunjukkan tiidak semua ormas mencapai target kinerja yang telah disepakati.

Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi, Pusat Promosi Kesehatan telah melakukan berbagai upaya diantaranya:

1. Ormas yang beum memnuhi syarat sesuai peraturan yang belaku harus melengkapi persyaratan yang diperlukan sebelum dilakukan pelaksanaan kegiatan tahun 2016.

2. Pada tahun 2015 dilakukan perpanjangan MoU dengan 19 ormas sebagai dasar pelaksanaan fasilitasi kegiatan ormas.

3. Dilakukan pendampingan teknis dan administrasi yang lebih intens untuk meningkatkan kinerja ormas yang telah bekerjasama.

Nilai-nilai positif atau pembelajaran yang bisa diambil dari peningkatan peran serta organisasi kemasyarakatan untuk program kesehatan adalah: 1. Organisasi masyarakat mendapatkan informasi tentang program

kesehatan prioritas yang perlu didukung.

2. Organisasi kemasyarakatan berperan sebagai mitra pemerintah termasuk Puskesmas dalam melakukan pemberdayaan masyarakat di tingkat desa.

3. Kader ormas dapat menjadi agent of change untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan perubahan perilaku sehat masyarakat.

(46)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

39

Prestasi yang dicapai dalam peningkatan peran serta organisasi kemasyarakatan di tahun 2015 adalah:

1. Pemerintah daerah menggalang peran serta dengan 50 ormas di tingkat provinsi dan kabupaten/kota di tahun 2015, diantaranya Provinsi Sumatera Utara, Bengkulu, Lampung, Kepulauan Riau, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Barat.

3.2 SUMBER DAYA

Pencapaian kinerja Pusat Promosi Kesehatan didukung oleh adanya sumber daya antara lain Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber Daya Anggaran, maupun Sumber Daya Sarana dan Prasarana.

a. Sumber Daya Manusia

Pegawai Pusat Promosi Kesehatan sampai tanggal 31 Desember 2015 sejumlah 83 orang dengan komposisi sebagai berikut:

(47)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

40

Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat bahwa pegawai di Pusat Promosi Kesehatan berdasarkan jenis kelamin perempuan sebanyak 59,26% atau 49 orang dan laki-laki sebanyak 40.74% atau 34 orang.

Adapun Sumber Daya Manusia menurut jabatan di Pusat Promosi Kesehatan adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Jumlah Pegawai Pusat Promosi Kesehatan Berdasarkan Jabatan

(48)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

41

Dari data tersebut, dapat diketahui bahwa pejabat struktural ada 14 orang (17,50%), terdiri dari perempuan sebanyak 10 orang dan laki-laki 4 orang. Selain itu, di Pusat Promosi Kesehatan terdapat 4 (empat) jabatan fungsional, terbanyak yaitu Jabatan Fungsional Umum sebanyak 42 orang (51,85%), Penyuluh Kesehatan Masyarakat (PKM) Ahli berjumlah 9 orang (11,11%), sementara PKM Terampil berjumlah 4 orang (4,94%), dan Analis Kepegawaian sebanyak 1 orang (1,23%). Sementara pegawai Non PNS di Pusat Promosi Kesehatan sebanyak 11 orang (13,58%).

Dari data di atas, dapat dilihat sebagaian besar pegawai pusat promosi kesehatan berada pada golongan III C dan III B masing-masing sebanyak 15 orang dan 16 orang, golongan paling sedikit berada pada golongan IV D, IV B, II D dan II C. Jumlah Pegawai berdasarkan tingkat pendidikan pada Pusat Promosi Kesehatan sebagai berikut:

Tabel 3.2 Jumlah Pegawai Pusat Promosi Kesehatan Berdasarkan Pendidikan

(49)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

42

Dari data tersebut diatas, 2,4% pegawai memiliki tingkat pendidikan Strata 3, sedangkan 30,8% merupakan lulusan Strata 2 dan 42% dengan tingkat pendidikan Strata 1, untuk pegawai dengan tingkat pendidikan Diploma 3 terdapat 11% dari keseleruhan pegawai dan 13,5% lainnya berpendidikan setara Sekolah Menengah Tingkat Atas.

Tabel 3.3 Jumlah Pegawai Pusat promosi Kesehatan Berdasarkan Golongan

(50)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

43

Dari data di atas, dapat dilihat sebagaian besar pegawai pusat promosi kesehatan berada pada golongan III C dan III B masing-masing sebanyak 15 orang dan 16 orang, golongan paling sedikit berada pada golongan IV D, IV B, II D dan II C.

b. Sumber Daya Anggaran

Dalam mendukung pelaksanaan kegiatan Pusat Promosi Kesehatan didukung melalui anggaran dari APBN Kementerian Kesehatan RI dn berbagai sumber lainnya sesuai peraturan yang berlaku. Anggaran Pusat Promosi Kesehatan pada tahun 2015 sebelum efisiensi adalah Rp. 116.098.150.000,- dan anggaran Dekonsentrasi sebesar Rp. 107.431.855.000,-. Setelah adanya efisiensi anggaran Pusat Promosi Kesehatan menjadi Rp. 109.216.370.000,- dan untuk anggaran Dekonsentrasi sebesar Rp. 67.688.083.000,-.

Pusat Promosi Kesehatan mendapatkan bantuan dana dari luar negeri berupa hibah yang berasal dari GAVI, WHO dan UNICEF. Dana hibah tersebut dimasukan dalam DIPA Pusat Promosi Kesehatan hingga

(51)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

44

anggaran Pusat Promosi Kesehatan setelah diakumulasikan dengan dana hibah menjadi Rp. 119.877.782.000,-.

Realisasi anggaran Pusat Promosi Kesehatan pada tahun 2015 adalah sebagai berikut

Tabel 3.4 Realisasi Anggaran Pusat Promosi Kesehatan Tahun 2015

SUMBER PEMBIAYAAN

PAGU REALISASI

Rp %

APBN (Rupiah Murni) 109,216,370,000*) 94,168,401,226 86.22

Hibah Luar Negeri :

• UNICEF 1,640,528,000 1,229,644,800 74.95

• WHO 47,600,000 47,600,000 100

• GAVI 5,969,967,587 5,627,757,381 94.26

TOTAL 116,874,465,587 101,073,403,40 86.48

c. Sumber Daya Sarana dan Prasarana

Sarana

dan

Prasarana

yang

(52)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015 45

Pusat

Promosi

Kesehatan

adalah:

1. Ruangan yang

terdiri dari ruang

kerja,

ruang

rapat,

ruang

(53)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015

46

ruang

perpustakaan,

studio mini dan

gudang

2. Peralatan

kantor

antara

lain

Personal

(54)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015 47

Laptop,

LCD,

Meubeulair,

jaringan

LAN,

dan

lain

sebagainya

3. Perlengkapan

Multimedia

mencakup

(55)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015 48

peralatan studio

mini,

peralatan

fotografi,

peralatan video,

peralatan audio

dan

peralatan

design grafis

(56)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015 49

4. Media

elektronik

seperti

film

dokumenter,

spot radio, spot

tv, film/sinetron

dan

lain

(57)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015 50

5. Media

Cetak

berupa

poster,

lembar

balik,

permainan

edukatif, leaflet,

buku-buku

6. Media

Online

Pusat

Promosi

(58)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015 51

Kesehatan

diantaranya

official website,

twitter, microsite

ABAT, microsite

SmokinggoKills,

dan

microsite

PHBS

(59)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015 52

7. Perlengkapan

Pameran

8. Kendaraan

operasional roda

4,

kendaraan

operasional roda

2,

kendaraan

khusus pameran

(60)

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PUSAT PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2015 53

dan

kendaraan

khusus promosi

kesehat

Ringkasan

Barang

Milik

Gambar

Tabel 2.1  Indikator Kinerja Kegiatan Pusat Promosi Kesehatan  KEGIATAN  SASARAN
Gambar 2  Pembukaan  Pertemuan  Koordinasi  Penguatan  Pemberdayaan  Masyarakat  Menuju  Indonesia  Sehat  melalui Pendekatan Keluarga oleh Menteri Kesehatan
Gambar 5 Target dan Capaian Persentase Desa yang memanfaatkan  dana Desa Minimal 10% untuk UKBM
Gambar 7  Pelaksanaan  Fasilitasi  Penggalangan  Kemitraan  Lintas  Sektor  dan  Daerah  untuk  Peningkatan  Kebijakan  Daerah  dalam pembinaan Pokjanal Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Nilai tertinggi berat segar tanaman sampel diperoleh pada perlakuan P3 yaitu sebesar 583,3 gram/petak dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan yang lain sedangkan nilai

Ketika pemindaian QR Code hanya dapat dilakukan di tempat sebenarnya, maka sudah pasti Area Manager tidak akan dapat mengisi data survei harga produk kecuali dengan

Rangka batang bentuk $arren dengan arah verti+al bisa juga dibuat dengan +ara ini untuk rentang diatas D// ft (= m), untuk rentang yang lebih besar dari D// ft (= m), kekuatan

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa stimulus lingkungan toko dan faktor lingkungan sosial berpengaruh signifikan secara simultan terhadap perilaku pembelian impulsif

dapat diketahui bah- wa karakteristik responden berdasarkan kejadian asfiksia pada bayi baru lahir di RSUD Panembah- an Senopati Bantul Yogyakarta Tahun 2016, se- bagian besar

Tugas Akhir penciptaan karya seni dengan judul “Dunia Anak Sebagai Tema Penciptaan Lukisan” merupakan syarat kelulusan bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar S- I

Berdasarkan hasil analisa jawaban responden secara keseluruhan dapat di ambil kesimpulan bahwa tingkat kepuasan penumpang/pelanggan terhadap kualitas pelayanan Terminal

Kerancuan ini terjadi jika suatu argumen yang diarahkan untuk menyerang seseorang (abusive) khususnya dengan menunjukkan kelemahan atau kejelekan orang yang bersangkutan dan