• Tidak ada hasil yang ditemukan

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) 2011 BAB I PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) 2011 BAB I PENDAHULUAN"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

Sebagai salah satu aspek pembangunan, sanitasi memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola hidup, kondisi lingkungan permukiman, estetika serta kenyamanan dalam kehidupan sehari-hari.

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) adalah salah satu program untuk mewujudkan perencanaan dan pembangunan sanitasi yang komprehensif. Keterlibatan lintas sektor dalam pembangunan sanitasi dilakukan demi mewujudkan kondisi sanitasi yang lebih baik, sejalan dengan upaya pencapaian sasaran Millennium Development Goals (MDGs) dan kesepakatan tentang sanitasi dalam Johennesburg Summit 2002 yaitu mengurangi setengahnya proporsi penduduk yang belum mendapatkan akses terhadap sanitasi dasar pada tahun 2015.

Sejauh ini pembangunan sanitasi di Kabupaten Bima belum terintegrasi dalam suatu perencanaan komprehensif dan memiliki sasaran secara menyeluruh dimana masing-masing SKPD melaksanakan kegiatannya sesuai dengan tupoksi sendiri-sendiri. Penyusunan Buku Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Bima diharapkan dapat berfungsi sebagai pedoman koordinasi perencanaan, pelaksanaan, pengembangan dan pengawasan serta monitoring pembangunan sanitasi dari berbagai aspek.

1.1.1 Kondisi Geografis

Kabupaten Bima adalah salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang terletak paling ujung timur dari Pulau Sumbawa. Kabupaten Bima dibentuk berdasarkan Undang Undang Nomor 68 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat I Bali, NTB dan NTT, dimana dalam Pasal 1 ayat (2) angka 4 disebutkan bahwa “Daerah Tingkat II Bima termasuk dalam wilayah Dati I NTB”. Terakhir sejak tahun 2002 yaitu berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kota Bima di Provinsi

(2)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 2 Nisa Tenggara Barat, Kabupaten Bima dipecah menjadi Kabupaten Bima Bima dan Kota Bima.

Secara Geografis Kabupaten Bima dapat diuraikan secara singkat sbb :

1.1.2 Batas Administrasi Daerah

Kabupaten Bima terletak pada 118o44” bujur timur sampai dengan 119o22” bujur timur, serta 08o08” sampai

dengan 08o57” lintang selatan. Luas Wilayah Kabupaten Bima adalah 4.389,40 km2, dengan batas-batas sebagai berikut:

Sebelah Utara : Laut Flores Sebelah Timur : Selat Sape Sebelah Selatan : Sam. indonesia Sebelah Barat : Kabupaten Dompu

Sedangkan kota Bima berada ditengah kabupaten Bima, yang merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Bima pada tahun 2002. Dengan batas wilayah : Sebelah Utara : Kecamatan Ambalawi, Sebelah Timur : Kecamatan Wawo, Sebelah Barat : Kecamatan Soromandi dan Sebelah Selatan : Kecamatan Palibelo

Dari aspek iklim, keadaan curah hujan tahunan rata-rata tercatat 58.75 mm, maka dapat disimpulkan Kabupaten Bima adalah daerah berkategori kering sepanjang tahun, yang berdampak pada kecilnya persediaan air dan keringnya sebagian besar sungai.

1.1.3 Luas Wilayah

Wilayah terluas adalah Kecamatan Sanggar yang mencapai 720 km2 (16%), disusul Kecamatan Tambora seluas 505 km2 (12%), sedangkan kecamatan lainnya rata-rata dibawah 10% dari jumlah keseluruhan luas Wilayah Kabupaten Bima .

Penggunaan lahan dapat dibedakan atas penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian dan non-pertanian serta lahan Penggunaan lahan dapat dibedakan atas penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian dan non-pertanian serta lahan

(3)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 3 kering. Penggunaan lahan untuk masing-masing kecamatan didominasi oleh fungsi lahan pertanian seperti tegalan, ladang, padang rumput, perkebunan maupun hutan rakyat. Adapun rincian penggunaan lahan di wilayah Kabupaten Bima adalah sebagaimana tertuang dalam tabel dibawah ini.

1.1.4 Kondisi Topografi

Topografi wilayah Kabupaten Bima pada umumnya berbukit-bukit. Sebagian wilayahnya mempunyai topografi yang cukup bervariasi dari datar hingga bergunung dengan ketinggian antara 0-477,50 m di atas permukaan laut (m dpl). Berdasarkan kelompok kemiringan lahan, wilayahnya dapat dikelompokkan atas kelompok lereng 0-2 %, 3-15 %, 16-40 % dan > 40 %. Kabupaten Bima dipengaruhi tipe iklim D, E dan F (menurut Schmidth dan Ferguson, 1951). Musim hujan relatif pendek, curah hujan rata-rata tahunan sebesar 83 mm3 dengan hari hujan 6 hari/tahun. Suhu udara siang hari antara 28 – 32°C. Terjadi perbedaan suhu udara yang sangat besar antara siang dan malam hari. Selain curah hujan tahunan yang relative kecil, penyebarannyapun juga tidak merata, dimana bulam Mei-Oktober merupakan bulan yang jarang terjadi hujan.

Luas lahan datar terbesar (0-2%) terdapat di Kecamatan Woha dengan luas 4.593 ha dari luas total kemiringan lahanya. Lahan bergelombang (2-15%) terbesar terdapat pada Kecamatan Sanggar/Tambora sebesar 47.548 ha. Keadaan lahan curam (15-40%) terbesar terdapat pada Kecamatan Belo, Donggo, Monta, dan Wera/Ambalawi dari masing-masing luas wilayahnya. Sedangkan keadaan lahan sangat curam (>40) terbesar terdapat pada Bolo/Madapangga, Sape/Lambu dan Wawo/Langgudu dari masing-masing luas wilayahnya.

(4)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 4 Tabel 1.1

Kemiringan Lahan setiap Kecamatan di Kabupaten Bima

No Kecamatan Kelompok Kemiringan Jumlah

0-2 % 3-15 % 16 - 40% > 40 % 1 Monta 4,016 6,100 29,054 9,711 48,881 2 Parado - - - - - 3 Madapangga - - - - - 4 Woha 4,593 784 2,364 2,716 10,457 5 Belo 4,409 4,108 7,698 2,169 18,384 6 Langgudu - - - - - 7 Wawo 68 8,080 14,480 22,851 45,479 8 Sape 5,760 11,792 4,272 41,813 63,637 9 Lambu - - - - - 10 Wera 2,832 11,700 26,696 23,592 64,820 11 Ambalawi - - - - - 12 Donggo 1,024 12,100 20,163 13,268 46,555 13 Sanggar 7500 37,448 32,405 33,023 110,376 14 Tambora - - - - - 15 Bolo 8,100 4,400 8,394 9,457 30,351 16 Soromandi - - - - - 17 Lambitu - - - - - 18 Palibelo - - - - - Jumlah 38,302 96,512 145,526 158,600 438,940 % 8.73 21.99 33.15 36.13 100.00

Sumber Data : Data Pokok Pembangunan Kab. Bima 1992, dikutip dari RPJMD tahun 2010 - 2015

1.1.5 Kondisi Demografis

Berdasarkan hasil proyeksi data penduduk (Bima Dalam Angka 2010), pada tahun 2009 jumlah penduduk Kabupaten Bima adalah 420.207 jiwa. Jumlah ini terdiri dari laki-laki 207.350 jiwa dan perempuan 212.857 jiwa, dengan kata lain sex ratio mencapai 97,41 persen. Jumlah Penduduk Kabupaten bima ini meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2008, yaitu sebanyak 3.761 jiwa penduduk, terdiri atas 1.468 jiwa laki-laki dan 2.293 jiwa perempuan, atau peningkatan tersebut sebesar 0.9%

(5)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 5 Dengan luas wilayah 4.374,65 Km2 berarti tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bima sebesar 95 jiwa per Km2, selain itu penyebaran penduduk juga belum merata diseluruh wilayah Kabupaten Bima, dengan luas wilayah kecamatan antara 68,06 Km2 s/d 720 Km2 per kecamatan, menyebabkan kepadatan penduduk cukup bervariasi yaitu antara 8 jiwa/km2 di Kecamatan Tambora s/d 534 jiwa per Km2 di Kecamatan Woha.

Tabel 1.2

Penduduk per Kecamatan Berdasarkan Jenis Kelamin

No Kecamatan Penduduk

Laki-laki Perempuan Jumlah

1 Monta 16.036 17.194 33.230 2 Bolo 20.892 21.008 41.900 3 Woha 20.125 20.383 40.508 4 Belo 9.510 10.007 19.517 5 Wawo 8.594 9.259 17.853 6 Sape 25.143 25.206 50.349 7 Wera 13.558 14.267 27.825 8 Donggo 8.124 8.462 16.586 9 Sanggar 5.800 5.832 11.632 10 Ambalawi 8.998 8.949 17.947 11 Langgudu 14.948 15.107 30.055 12 Lambu 15.783 15.975 31.758 13 Madapangga 13.707 14.273 27.980 14 Tambora 1.958 1.872 3.830 15 Soromandi 6.533 6.727 13.260 16 Parado 4.274 4.587 8.861 17 Lambitu 1.580 1.607 3.187 18 Palibelo 11.787 12.142 23.929 Jumlah 2010 207.350 212.857 420.207 Sumber : Bima Dalam Angka, 2010

1.2 Maksud dan Tujuan 1.2.1 Maksud

Dokumen Strategi Sanitasi Kabupaten Bima disusun guna memberikan informasi awal yang lengkap dan faktual tentang situasi dan kondisi sanitasi saat ini. Pemetaan isu, strategis dan tantangan layanan sanitasi dilakukan

(6)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 6 untuk menetapkan arah, program dan kegiatan pengembangan sanitasi yang digunakan sebagai dasar dalam perencanaan pembangunan sanitasi di masa yang akan datang.

1.2.2 Tujuan a. Tujuan Umum

SSK sebagai pedoman pembangunan sanitasi mulai tahun 2011 sampai dengan tahun 2015

b. Tujuan Khusus

1) SSK ini dapat memberikan gambaran tentang kebijakan pembangunan Sanitasi Kabupaten Bima selama 5 tahun yaitu tahun 2011 sampai dengan tahun 2015.

2) Dipergunakan sebagai dasar penyusunan Rencana Oprasional tahapan pembangunan sanitasi.

3) Dipergunakan sebagai dasar dan pedoman bagi semua pihak (instansi, masyarakat dan pihak swasta) yang akan melibatkan diri untuk

mendukung dan berpartisipasi dalam pembangunan sanitasi di Kabupaten Bima.

1.3 Landasan hukum

Kegiatan penyusunan Buku Putih Sanitasi program PPSP 2010 Kabupaten Bima didasarkan pada aturan formal yang berlaku mulai dari tingkat pusat sampai daerah meliputi :

1.3.1. Undang-Undang (UU)

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Pemukiman

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang.

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antar Pemerintah Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

(7)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 7

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025

7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2008 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.

1.3.2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1982 Tentang Pengaturan Air.

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1990 Tentang Pengendalian Pencemaran Air

3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang Sungai.

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan.

5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.

6. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

1.3.3. Peraturan Presiden Republik Indonesia

1. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2000 Tentang Badan Pengendalian Dampak Lingkungan.

2. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air.

(8)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 8

3. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2002 Tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 123 Tahun 2001 Tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Sumber Daya Air

4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2004-2009.

1.3.4. Peraturan Mentri PU

1. Peraturan mentri pekerjaan umum no 21/PRT/M/2006 tentang kebijakan dan strategi nasional pengembangan sistim pengelolaan persampahan

2. Peraturan menti Pekerjaan umum no 16/PRT/M/2008 tentang kebijakan dan strategi nasional pengembangna sistim pengelolaan air limbah permukiman

1.3.5. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup

1. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2001 tentang Jenis Usaha dan atau kegiatan yang wajib dilengkapi dengan AMDAL

2. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2003 tentang Baku Mutu air Limbah Domestik.

3. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 35/MENLH/7/1995 tentang Program Kali Bersih.

1.3.6. Keputusan Menteri Kesehatan

1. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 829/Menkes/SK/VII/1999 tentang Persyaratan Perumahan dan Lingkunfan Permukiman

2. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 288/Menkes/SK/III/2003 tentang Pedoman Penyehatan Sarana dan Bangunan Umum

(9)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 9

3. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1205/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman Persyaratan Kesehatan Pelayanan Sehat Pakai Air (SPA).

1.3.7. Peraturan Daerah Nusa Tenggara Barat

1. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2010 Nomor 26, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 56);

2. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2008 Nomor 32)

1.3.8. Peraturan Daerah Kabupaten Bima

1. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 5 Tahun 2005 tentang Tatacara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bima (Lembaran Daerah Kabupaten Bima Tahun 2005 Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bima Nomor 1);

2. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 11 Tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bima Tahun 2007-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Bima Tahun 2007 Nomor 11);

3. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pokok – Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bima Tahun 2005 Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bima Nomor 2);

4. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bima Tahun 2006 – 2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Bima Tahun 2005 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bima Nomor 3);

5. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bima (Lembaran Daerah Kabupaten Bima Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bima Nomor 25);

(10)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 10

6. Intruksi Bupati Bima tentang pelaksanaan STBM No. 441/015/008/Dikes 2010.

7. Peraturan Daerah Kab. Bima No.7 Tahun 2011 tentang pengelolaan AMPL Kab. Bima tanggal 3 Oktober 2011.

8. Peraturan Bupati Bima No. 14 tahun 2011 Tentang Petunjuk Tehnis Pelaksanaan Perda AMPL Kab. Bima.

1.4. Metode penyusunan

Dalam penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten Bima ini diharapkan dapat dipertanggung-jawabkan secara akademis dan bersifat ilmiah, sehingga diperlukan pendekatan dan metodelogi yang tepat, serta menyajikan data yang bersifat objektif dalam menggali kebenaran. Adapun pendekatan dan metodologi yang diterapkan adalah metode deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran/lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena.

Buku Putih Sanitasi Kabupaten Bima tahun 2011 yang berisikan kompilasi data primer dan data sekunder dari masing-masing SKPD dan data-data yang berasal dari berbagai study selanjutnya digunakan sebagai bahan rujukan utama dalam proses penyusunan strategi sanitasi kota.

Tehnik yang diterapkan dalam metode penyusunan Strategi Sanitasi Kabupaten ini, adalah anggota Pokja berpartisipasi dalam rangkaian penyusunan SSK dengan mempertimbangkan masukan dari para stakeholder dan masyarakat, baik dalam bentuk survey maupun studi meliputi :

a. Hasil kajian literature, data sekunder, browsing internet, dll

b. Observasi, wawancara responden c. Study :

Study EHRA (environtment risk health asessment)

Study PMJK (Partisipasi Masyarakat, jender dan kemiskinan) Study Komunikasi dan media massa

Study keterlibatan sektor swasta d. Kelompok diskusi terarah

(11)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 11 e. Analisis dokumen dan hubungan

f. Analisa SWOT

1.5 Sistimatika Dokumen

Berdasarkan Metodologi dimaksud maka sistematika penulisan Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Tahun 2011 ini disusun sebagai berikut :

a. Bab I merupakan pendahuluan yang memberikan gambaran latar belakang, maksud dan tujuan penyusunan SSK, landasan Hukum, pendekatan dan metodologi yang diterapkan serta sistematika laporan. b. Bab II, memberikan penjelasan tentang arah pengembangan sektor

sanitasi kota, menjelaskan visi dan misi, kebijakan umum dan tujuan pembangunan sektor sanitasi kota.

c. Bab III, menjelaskan tentang isu strategi dan tantangan dalam sector sanitasi baik untuk semua sub sektor, aspek pendukung layanan sanitasi.

d. Bab IV, memaparkan tentang sasaran, tahapan pencapaian dan strategi setiap sub sektor dan strategi aspek pendukung layanan sanitasi. e. Bab V, menjelaskan tentang program dan kegiatan yang akan dilakukan secara terintegrasi antar sub sektor dan aspek pendukung layanan sanitasi.

f. Bab VI, menjelaskan tentang strategi monitoring dan evaluasi program sanitasi kota.

(12)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 12 BAB II

ARAH PENGEMBANGAN SEKTOR SANITASI KAB. BIMA 2.1 Gambaran Umum Sanitasi Kabupaten Bima

2.1.1 Kesehatan Lingkungan.

Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian khusus dalam menilai kondisi kesehatan masyarakat. Bersama dengan faktor perilaku, pelayanan kesehatan dan genetik, lingkungan menentukan baik buruknya status derajat kesehatan masyarakat. Lingkungan meliputi, lingkungan permukiman, lingkungan sekolah, lingkungan kerja, dan lingkungan tempat umum lainnya.

Kondisi kesehatan lingkungan masyarakat Kabupaten Bima dapat dilihat pada jumlah dan kondisi jamban, kondisi pencemaran, akses pada sumber air tanah, serta data rumah sehat, sekolah sehat, dan tempat-tempat umum sehat seperti dijabarkan sebagai berikut:

2.1.2 Sumber Air Bersih

Berdasarkan data profil kesehatan Kabupaten Bima tahun 2010 dapat diketahui persentase keluarga menurut jenis sarana air bersih yang digunakan, berikut persentase tertinggi jenis sarana air bersih yang digunakan, yaitu : SGL 36 % , ledeng 34 %, sumur pompa tangan 15 %, penampungan air hujan 0 %, air kemasan 0%, Mata air 1 %, serta lain-lainnya 14 %, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar rumah tangga yang tersebar di Kabupaten Bima sudah menggunakan sumber air minum terlindungi sebesar 100% (Ledeng, SPT, SGL, dan sumber air bersih lainnya). untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada gambar grafik di bawah ini:

(13)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 13

Grafik 2.1

Persentase Jenis Sarana Air Bersih yang Digunakan Tahun 2010

Sumber: Dinkes Kabupaten Bima,2010

2.1.3 Rumah Sehat

Berdasarkan data dari laporan SP3 Puskesmas di Kabupaten Bima tentang jumlah rumah yang diperiksa sebesar 79,73% (71.309) pada tahun 2008 terdapat rumah yang sehat sebanyak 57,36% (40.901). Sedangkan di tahun 2010 persentase rumah yang diperiksa mengalami peningkatan menjadi 97,46% (111,974) tapi jumlah rumah yang sehat mengalami penurunan menjadi 50,61% (56,670). Rumah sehat sangat berpengaruh pada pola penyakit, sehingga harus selalu diperhatikan. Berikut sebaran rumah sehat menurut Kecamatan.

Tabel 2.1 Rumah Sehat No Kecamatan Rumah Yang Jumlah

Diperiksa Jumlah Rumah Yang Sehat % Rumah Sehat 1 Donggo 4,993 2,695 53.98 2 Lambitu 1,190 628 52.77 3 Soromandi 3,181 1,482 46.59 4 Woha 11,999 6,843 57.03 KEMASAN 0% LEDENG 34% SPT 15% SGL 36% MATA AIR 1% PAH 0% LAINNYA 14%

(14)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 14 5 Ambalawi 4,805 722 15.03 6 Wera 6,963 1,944 21.36 7 Sape 13,165 8,041 61.08 8 Lambu 7,429 3,514 47.30 9 Wawo 4,212 3,221 76.47 10 Langgudu 7,372 4,756 64.51 11 Bolo 10,499 5,062 48.21 12 Madapangga 6,855 3,212 46.86 13 Belo 6,227 3,642 60.84 14 Palibelo 6,728 3,856 57.31 15 Monta 8,503 4,433 52.13 16 Parado 2,323 1,315 56.61 17 Sanggar 3,433 1,007 29.33 18 Tambora 2,097 297 14.16 JUMLAH 111,974 56,670 50.61

Sumber : Dinkes Kab. Bima,2010

2.1.4 Rumah Tangga memiliki Sarana Kesehatan Lingkungan

Sarana kesehatan lingkungan yang harus dimiliki keluarga terdiri dari jamban, tempat sampah dan pengolahan air limbah. Bila dilihat dari setiap jenis sarana, Jamban Keluarga Kabupaten Bima Tahun 2009 sebesar 73,69% dan pada tahun 2010 sebesar 81,55% atau meningkat sebesar 7,86%, sedangkan yang memiliki Pengelolaan Air Limbah sehat sebesar 18.083 (56,69%).

TABEL 2.2

REKAPITULASI JUMLAH DAN PORSENTASE RUMAH YANG MENGGUNAKAN SPAL 2009 NO PUSKESMAS Jumlah Rumah Rumah di periksa Rumah Dengan SPAL

Jumlah % Jum. MS %

1 Sape 10.236 6.427 62,79 2.988 46,49 2 Lambu 8.451 3.433 40,62 1.609 46,87 3 Wawo 3.758 3.758 100,00 852 22,67

(15)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 15 5 Langgudu 7.850 1.118 14.24 885 79,16 6 Woha 9.855 2.370 24,05 1.727 72,87 7 Monta 2.606 1.371 52,61 1.114 81,25 8 Parado 2.326 - 0,00 - 0,00 9 Palibelo 23.535 1.171 4,98 1.118 95,47 10 Belo 3.437 945 27,49 430 45,50 11 Donggo 4.005 91 2,27 84 92,31 12 Soromandi 3.636 365 10,04 276 75,62 13 Ambalawi 4.440 968 21,80 776 80,17 14 Wera 6.364 285 4,48 63 22,11 15 Bolo 10.545 2.195 20.82 1.728 78,72 16 Madapangga 6.914 3.899 56.39 1.954 50.12 17 Sanggar 3.154 523 16,58 135 25,81 18 Tambora 2.253 225 9,99 138 61,33 19 Pai 1.081 57 5,27 0 0,00 20 Ngali 3.135 2.235 71,29 1861 83,27 BIMA 118.770 31.896 26,86 18.083 56,69

Sumber : Dinkes Kab. Bima tahun 2009

2.1.5 Tempat Umum Sehat

Jumlah tempat umum yang terdaftar sebanyak 268 tempat, yang terdiri dari restoran/ rumah makan sebanyak 86 tempat, pasar sebanyak 14 pasar, dan TPUM lainnya 168 tempat sedangkan jumlah tempat umum yang diperiksa dan memenuhi syarat kesehatan adalah restoran 55 tempat, memenuhi syarat kesehatan 43 tempat (78,18%), pasar 15 yang memenuhi syarat kesehatan 3 tempat (21,43%), dan TPUM lainnya yang diperiksa sebanyak 138 tempat memenuhi syarat kesehatan sebanyak 125 tempat (90,58%). Persentase tempat umum sehat dapat di lihat pada grafik dibawah ini :

(16)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 16 Grafik 2.2

Sumber : Dinkes Kab. Bima, 2010

2.1.6 Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan adalah tempat masyarakat untuk belajar dan membiasakan diri berperilaku hidup bersih dan sehat , maka kondisi ini harus mendapat perhatian. Kondisi sekolah yang memenuhi syarat kesehatan akan memberi dampak yang baik kepada masyarakat, maka perlu adanya komitmen bersama lintas sektoral terkait untuk mewujudkan sekolah sehat di Kabupaten Bima. Jumlah sarana pendidikan yang ada di Kabupaten Bima adalah sebanyak 672 sekolah, yang dibina sebanyak 672 sekolah, jadi capaiannya adalah (100%).

2.1.7 Sarana Ibadah

Sarana ibadah merupakan tempat-tempat yang dikunjungi masyarakat dan harus memenuhi standar kesehatan. Jumlah sarana ibadah yang ada sebanyak 756 dan semuanya telah dibina kesehatan lingkungannya (100%) . Hal ini perlu dilakukan secara rutin dan terus menerus bekerja sama dengan lintas sektoral terkait untuk mempertahankan bahkan meningkatkan kondisi kesehatan lingkungan dan tempat-tempat umum.

2.1.8 Kesehatan dan Pola Hidup Masyarakat. A. Rumah Tangga Sehat

(17)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 17 PERBANDINGAN JML RT YG DIPANTAU DG RT

BER PHBS DI KABUPATEN BIMA TAHUN 2010

JUMLAH RT DIPANTAU JML RT BER PHBS

Rumah tangga yang sehat adalah rumah tangga yang mempraktekkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), jika kesadaran masyarakat tinggi akan PHBS maka dapat berpengaruh pada derajat kesehatan sebagai indikator penentu. Adanya pengetahuan tentang pentingya PHBS dalam rumah tangga dapat meningkatkan taraf hidup sehat berkualitas yang dimulai dari hygene perseorangan. Contoh paling sederhana adalah mencuci tangan sebelum makan pakai sabun, menggosok gigi dengan teratur, punya sarana air bersih, jamban, tempat pembuangan sementara (TPS) dan sebagainya. Berdasarkan pantauan, jumlah rumah tangga yang sudah menerapkan PHBS adalah sebanyak 49.060 (50.59 %) dari total yang di pantau (96.968). Berikut grafik jumlah RT yang menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) tiap Kecamatan di Kabupaten Bima tahun 2010 :

Grafik 2.3

Perbandingan Jumlah RT yang Dipantau dengan RT Ber PHBS Tahun 2010

(18)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 18 Tabel 2.3

Rumah Tangga Sehat No Kecamatan Jumlah Rumah

yang dipantau

Jumlah Rumah

yang ber-PHBS % Rumah ber PHBS

1 Donggo 0 0 - 2 Lambitu 21 4 19.05 3 Soromandi 14 7 50.00 4 Woha 7 0 - 5 Ambalawi 7 1 14.29 6 Wera 14 3 21.43 7 Sape 7 2 28.57 8 Lambu 4 57.14 9 Wawo 7 2 28.57 10 Langgudu 28 2 7.14 11 Bolo 21 1 4.76 12 Madapangga 7 0 - 13 Belo 21 5 23.81 14 Palibelo 7 3 42.86 15 Monta 14 1 7.14 16 Parado 0 0 - 17 Sanggar 28 1 3.57 18 Tambora 0 0 - JUMLAH 245 44 17.96

Sumber : Dinkes Kab. Bima, Tahun 2010

B. Mordibitas (Angka Kesakitan)

Morbiditas dapat diartikan sebagai angka kesakitan, baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dari suatu populasi pada kurun waktu tertentu. Morbiditas juga berperan dalam penilaian derajat kesehatan masyarakat Data angka kesakitan penduduk yang berasal dari masyarakat diperoleh melalui hasil pengumpulan data dari puskesmas melalui sistim pencatatan dan pelaporan Pola 10 penyakit terbanyak di Kabupaten Bima menurut hasil laporan SP2TP menunjukkan bahwa kasus terbanyak adalah Penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat dengan jumlah kasus 8.404. Rincian mengenai 10 penyakit terbanyak di Kabupaten Bima tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut :

(19)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 19 Tabel 2.4

Jumlah 10 penyakit terbanyak di Kabupaten BimaTahun 2010

No Nama Penyakit Jumlah Kasus

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10

Penyakit pd sistim otot dan jaringan pengikat Malaria tanpa pemeriksaan laboratorium

Infeksi akut lain pd saluran pernapasan bag. Atas

Diare

Penyakit lain pd saluran pernapasan bag. Atas Penyakit darah tinggi

Disentri

Penyakit usus lain Scabies

Penyakit mata lain Jumlah 8.404 6.377 6.079 4.402 4.290 4.241 3.196 2.746 2.304 2.203 44.242

Sumber : Dinkes, Tahun 2010

C. Penyakit Potensial KLB / Wabah

Terdapat beberapa penyakit yang berpotensi KLB / wabah yang sering terjadi di Kabupaten Bima terutama Demam berdarah Dengue (DBD) dan Diare. Penyakit potensial KLB ini banyak mengakibatkan kematian dan kerugian secara ekonomi.

D. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypty. Penyakit ini sebagian besar menyerang anak berumur < 15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa. Pada tahun 2010, jumlah kasus DBD sebanyak 49 kasus dengan Incidece Rate sebesar 11,16 per 100.000 penduduk. Angka tersebut mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009 sebanyak 7 (tujuh) kasus.

(20)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 20 E. Diare

Merupakan penyakit yang terjadi ketika terdapat perubahan konsistensi feces selain dari frekwensi buang air besar. Jumlah kasus diare pada tahun 2010 adalah 18577 kasus dan yang tertangani adalah sebanyak 4521 kasus (24,34%). Bila dibandingkan dengan tahun 2009 sebanyak 4271 kasus berarti terjadi peningkatan kasus sebanyak 14306 kasus. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi peningkatan jumlah kasus ini adalah kurangnya kesadaran masyarakat terhadap perilaku hidup bersih dan sehat.

F. Hasil study Ehra

Berdasarkan hasil Studi EHRA (Environtmental Health Risk Assesmant) dengan kriteria persentase kepadatan, KK miskin, air bersih, jamban, disiase IR, Sampah, wilayah terbangun dan kebiasaan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS), data sekunder menunjukan terdapat 1 desa dengan resiko sanitasi sangat tinggi, 22 desa resiko sanitasi tinggi, 115 desa dengan resiko sanitasi sedang dan hanya 30 desa dengan resiko sanitasi rendah dari total 168 desa di Kabupaten Bima. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel.2.5 Skor data sekunder

4 = Resiko Sanitasi Sangat Tinggi 1 Desa 3 = Resiko Sanitasi Tinggi 22 Desa 2 = Resiko Sanitasi Sedang 115 Desa 1 = Resiko Sanitasi Rendah 30 Desa

Jumlah 168 Desa

Sementara menurut skor EHRA, terdapat 3 desa dengan resiko sanitasi sangat tinggi, 5 desa dengan resiko sanitasi tinggi, 17 desa dengan resiko sanitasi sedang dan 13 desa dengan resiko sanitasi rendah dari total 38 desa study EHRA yang mewakili 168 desa di Kabupaten Bima. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

(21)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 21 Tabel.2.6 Skor Ehra Score 4 3 Desa Score 3 5 Desa Score 2 17 Desa Score 1 13 Desa Jumlah 38 Desa

Dari sisi studi persepsi beberapa SKPD, terdapat 28 desa dengan resiko sanitasi sangat tinggi, 125 desa dengan resiko sanitasi tinggi, 15 desa dengan resiko sanitasi sedang dan tidak terdapat daerah dengan resiko sanitasi rendah dari total 168 desa di Kabupaten Bima. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel.2.7 Skor SKPD Score 4 28 Desa Score 3 125 Desa Score 2 15 Desa Score 1 0 Desa Jumlah 168 Desa

Sementara itu, kombinasi hasil analisa dari persepsi SKPD, data sekunder dan study EHRA (agreed skor) terdapat 29 desa dengan resiko sanitasi sangat tinggi yang tersebar dominan pada 2 Kecematan yaitu pada Kecamatan Soromandi dan Lambitu, 90 desa dengan resiko sanitasi tinggi yang tersebar dominan pada 15 kecamatan, 44 desa dengan resiko sanitasi sedang yang hanya tersebar dominan pada 1 kecamatan yaitu Kecamatan Sanggar sedangkan 5 desa dengan resiko sanitasi rendah sebarannya tidak berpengaruh pada 18 Kecamatan di Kabupaten Bima. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

(22)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 22 Tabel. 2.8

Agreed skor

No Rekapitulasi Area Berisiko Jumlah Desa Jumlah Kec. 1 Desa/ Kel Resiko Sanitasi Sangat Tinggi 29 2

2 Desa/ Kel Resiko Sanitasi Tinggi 90 15

3 Desa/ Kel Resiko Sanitasi Sedang 44 1

4 Desa/ Kel Resiko Sanitasi Rendah 5 0

Jumlah 168 18

Secara umum, gambaran kondisi pembangunan sanitasi di Kabupaten Bima dapat dijabarkan sebagai berikut:

2.2 Visi dan Misi Sanitasi Kab. Bima

Visi dan Misi sanitasi di Kabupaten Bima telah sejalan dengan Visi dan Misi Kabupaten yang tertuang dalam RPJMD kabupaten Bima tahun 2010-2014 “Terwujudnya masyarakat dan daerah kabupaten bima yang maju, mandiri, dan bermartabat berdasarkan nilai maja labo dahu yang relijius” serta Visi dan Misi AMPL Kabupaten Bima “Terpenuhinya Kebutuhan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (AMPL) masyarakat Kabupaten Bima Tahun 2015” yakni:

Terwujudnya masyarakat kabupaten Bima yang maju, mandiri, dan bermartabat melalui upaya Terpenuhinya sanitasi dan Air Minum yang berkualitas Tahun 2015”

Penjelasan VISI :

Misi yang dicanangkan dalam melaksanakan pembangunan sanitasi adalah: 1. Meningkatkan akses masyarakat terhadap air minum

2. Menyediakan dan meningkatkan sarana dan prasarana sanitasi Kabupaten sesuai standar dalam arti luas meliputi : Drainase, Persampahan dan limbah cair.

3. Meningkatkan Peran serta masyarakat dalam menjamin keberlanjutan air minum, sistim pengelolaan persampahan, pembangunan sistim drainase dan penanganan limbah cair.

(23)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 23 4. Meningkatkan peran pemerintah sebagai fasilitator

2.3 Kebijakan Umum dan Strategi Sektor Sanitasi Kab. Bima

Kebijakan umum dan strategi sektor sanitasi di kabupaten Bima antara lain tergambar dalam kerangka kebijakan RPJMD 2010-2014,Perda AMPL no 7 tahun 2011, dokumen RPIJM Kabupaten Bima tahun 2009-2014, serta Perbup No. 14 Tahun 2011 selengkapnya dapat dijabarkan sebagai berikut :

Dalam kerangka mengimplementasikan tujuan umum pembangunan yang merupakan penjabaran arah pembangunan dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) dan visi-misi pembangunan 5 tahunan Kabupaten Bima, telah ditetapkan beberapa agenda pembangunan Kabupaten Bima sebagai berikut:

1. Agenda Peningkatan Pendapatan Masyarakat 2. Agenda Peningkatan Ketahanan Pangan

3. Agenda Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia dan Kependudukan 4. Agenda Peningkatan Kesadaran, Pemahaman, dan Pengamalan Agama,

serta nilai-nilai sosial budaya

5. Agenda Pembangunan Berwawasan Lingkungan 6. Agenda Kepemerintahan Yang Baik

7. Agenda Peningkatan ketentraman, ketertiban masyarakat, dan penegakan supremasi hukum

8. Agenda percepatan pembangunan kawasan strategis dan cepat tumbuh Dalam agenda ketiga, Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia danKependudukan, salah satu sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatnya angka air bersih, sanitasi dan penyehatan lingkungan .

Sementara itu dalam Perda AMPL Kabupaten Bima Nomor : 7 Tahun 2011 dijabarkan pada bagian kedua Penyehatan Lingkungan, mengenai:

a. Pembangunan jamban keluarga/umum (pasal 24, 25, 26) bahwa :

1. Setiap pembangunan rumah baru wajib dilengkapi dengan jamban keluarga.

(24)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 24 3. Setiap orang tidak boleh membuang air besar disembarang tempat. 4. Tempat-tempat yang dilarang untuk membuang air besar seperti

halaman rumah, lapangan umum, sungai, drainase, pantai, gunung, dan tempat umum lainnya.

5. Setiap orang yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) akan diberikan sanksi sesuai peraturan perundang-undangan.

6. Pengaturan tempat-tempat yang dilarang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Desa dengan berpedoman pada Peraturan perundang-undangan.

7. Pemerintah Daerah wajib memfasilitasi masyarakat untuk membangun Jamban keluarga dan jamban umum.

8. Tata cara untuk membangun jamban umum diatur dengan Peraturan Bupati.

b. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga (pasal 27, 28, 29):

1. Setiap rumah tangga wajib menyediakan tempat pembuangan khusus sampah dihalaman rumahnya.

2. Setiap orang dilarang membuang sampah rumah tangga disembarang tempat.

3. Tempat-tempat yang dilarang untuk membuang sampah seperti halaman rumah, lapangan umum, sungai, parit, pantai, gunung, dan tempat umum lainnya.

4. Setiap pembangunan rumah baru wajib dilengkapi dengan tempat pembuangan sampah sementara.

5. Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi persyaratan untuk mendapatkan Izin Mendirikan Bangunan.

6. SKPD yang terkait dalam pemberian Izin Mendirikan Bangunan wajib memuat persyaratan pengajuan IMB dengan memuat surat pernyataan membuat tempat pembuangan sampah sementara.

(25)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 25 7. Format surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam lampiran Peraturan Bupati yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati.

8. Pemerintah desa wajib untuk melakukan pembinaan dan pengawasan pelaksanaan atas ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 dan Pasal 28.

9. Tata cara dan mekanisme pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Bupati dengan berpedoman pada Peraturan perundang-undangan.

c. Pengelolaan Limbah Rumah Tangga (Pasal 30. 31):

1. Setiap rumah tangga wajib menyediakan lubang peresapan untuk limbah cair rumah tangga.

2. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan bagi rumah tangga yang sudah memiliki drainase pembuangan rumah tangga.

3. Setiap pembangunan rumah baru wajib dilengkapi dengan sarana lubang peresapan atau saluran pembuangan limbah untuk limbah cair rumah tangga.

4. Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi persyaratan untuk mendapatkan Izin Mendirikan Bangunan.

5. SKPD yang terkait dalam pemberian Izin Mendirikan Bangunan wajib memuat persyaratan pengajuan IMB dengan memuat surat pernyataan membuat sumur peresapan/saluran pembuangan air limbah.

6. Format surat pernyataan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dalam lampiran Peraturan Bupati yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati.

7. Dalam memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, Pasal 29, dan Pasal 30 pemerintah daerah dan pemerintah desa wajib mendorong masyarakat untuk merubah

(26)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 26 perilaku hygiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan.

8. (2) Perilaku higiene dan sanitasi dibuktikan dengan adanya fasilitas sanitasi dasar: seperti sarana air bersih, jamban keluarga, sarana pembuangan sampah rumah tangga, dan sarana pembuangan/peresapan limbah cair rumah tangga).

9. Pemerintah Daerah wajib memberdayakan masyakat dalam pengelolaan sampah organik dan limbah cair.

10. Pemerintah Daerah wajib menyediakan sarana tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah yang dilengkapi dengan sarana pengangkutannya. 11. Bentuk dan tata cara pelaksanaan kewajiban pemerintah sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Bupati.

Strategi penanganan sanitasi di Kabupaten Bima mencakup beberapa strategi sektoral dan sub sektor seperti drainase lingkungan, drainase kota, persampahan, air limbah, keterlibatan swasta, monev dan penganggaran/kemampuan pembiayaan.

Strategi penanganan sanitasi di Kabupaten Bima dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Pemenuhan kebutuhan air Minum masyarakat 2. Meningkatkan pelayanan persampahan

3. Meningkatkan kapasitas dan fungsi drainase kota

4. Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana lingkungan perumahan dan permukiman di wilayah Kabupaten Bima

5. Berkurangnya luas dan lama genangan air yang disebabkan banjir dan rob.

6. Meningkatkan kualitas dan kuantitas peran serta masyarakat dalam penanganan pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan.

(27)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 27 2.4 Tujuan dan Sasaran Sanitasi dan Arahan Pentahapan Pencapaian

Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Bima bertujuan :

1. Tujuan : Meningkatnya jumlah dan kualitas sumber air minum Sasaran:

- Meningkatnya kualitas air bersih untuk 29,094 unit SAB - Meningkatnya SAB Pada tahun 2015 untuk 25,23 % penduduk. - Terehabilitasinya SAB sebanyak 8.452 unit.

2. Tujuan: Meningkatkan kesadaran dan kemampuan swadaya masyarakat dalam partisipasi pembangunan sanitasi

Sasaran:

- Meningkatnya prosentase masyarakat terlibat dalam proses pembangunan sanitasi setiap tahun secara signifikan (2%)

- Meningkatknya penggunaan Teknologi tepat guna dan biaya murah sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan serta kondisi masyarakat desa

3. Tujuan: Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat Sasaran:

- Meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, khususnya melalui penggunaan Sarana dan prasarana sanitasi dasar

- Memprioritaskan Penyehatan Lingkungan dalam pembangunan kesehatan

- Mengakomodir program pembangunan kesehatan linkungan kedalam renstra AMPL

4. Tujuan: Meningkatkan kualitas Pengelolaan sampah dan limbah lainnya Sasaran:

- Meningkatnya sarana dan prasana persampahan, melalui pembanguan TPA di masing-masing kecamatan

- Meningkatnya kualitas pengelolaan sampah yang memenuhi standar kesehatan melalui pembanguan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST)

(28)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 28 Arahan pentahapan pencapaian sektor sanitasi berdasarkan analisis Zona Sanitasi

Arahan pentahapan pencapaian pembangunan sektor sanitasi disusun berdasarkan pilihan sistem dan penetapan zona sanitasi dengan mempertimbangkan:

a. Arah pengembangan kota yang merupakan perwujudan dari visi dan misi Kabupaten Bima dalam jangka panjang

b. Kepadatan penduduk Kabupaten Bima c. Kawasan beresiko sanitasi

d. Kondisi fisik wilayah (topografi dan struktur tanah)

2.4.1 Sektor Air limbah Domestik

Di dalam SSK ini telah dilakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan sistem pengelolaan air limbah (apakah on site maupun off site) secara umum. Beberapa kriteria telah digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, yaitu: kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (perkotaan atau perdesaan), karakteristik tata guna lahan/Center of Business Development (CBD) (komersial atau rumah tangga), serta resiko kesehatan lingkungan.

Berdasarkan kriteria tersebut dihasilkan suatu peta yang menggambarkan kebutuhan sistem pengelolaan air limbah untuk perencanaan pengembangan sistem. Peta tersebut terbagi dalam beberapa zonasi, dimana zona tersebut sekaligus merupakan dasar bagi Kabupaten dalam merencanakan pengembangan jangka panjang pengelolaan air limbah Kabupaten Bima, yang ujungnya adalah pengelolaan air limbah terpusat (off site system).

Rencana pengembangan tersebut diilustrasikan sebagai berikut:

Zona 1, merupakan area dengan tingkat resiko yang relatif kecil yang dapat diatasi dalam jangka pendek dengan pilihan sistem setempat (on site) dengan skala rumah tangga (household based). Tahapan penanganannya dengan kegiatan utama untuk perubahan perilaku dan pemicuan. Zona ini mencakup 103 Desa, wilayah ini kepadatan penduduknya dihitung berdasarkan luas administrasi wilayah, sehingga penentuan sistemnya

(29)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 29 adalah on site, dan melihat dari potensi wilayah atau dihitung berdasarkan wilayah pengembangan maka penentuan sistemnya itu berbasis rumah tangga. Dalam peta diberi warna Coklat Muda.

Zona 2, merupakan area dengan tingkat resiko menengah yang dapat diatasi dalam jangka menengah dengan perubahan perilaku dan oleh karena merupakan daerah padat penduduk pada wilayah terbangunnya, maka pemilihan sistem nya adalah sistem setempat (on site) dengan pendekatan komunal (tidak berbasis rumah tangga), IPAL Setempat dan Gabungan. Zona ini mencakup 13 Desa dalam peta diberi warna Coklat Tua.

Zona 3, merupakan area dengan tingkat resiko sangat tinggi karena merupakan kawasan padat, Dalam jangka panjang harus diatasi dengan pilihan sistem terpusat (off site). Zona ini mencakup 52 Desa. Dalam peta diberi warna Hijau muda.

(30)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 30

Peta Zona Sistem Air Limbah

(31)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 31 2.4.2 Sektor Persampahan

Berdasarkan kriteria yang ada dalam Standar Pelayanan Minimun (SPM), wilayah pengembangan pelayanan persampahan dapat diidentifikasi. Terdapat 2 (dua) kriteria utama dalam penetapan prioritas penanganan persampahan saat ini yaitu tata guna lahan/klasifikasi wilayah (komersial/CBD, permukiman, fasilitas umum, terminal, dsb) dan kepadatan penduduk. Hasil dari penentuan wilayah dan kebutuhan pelayanan persampahan Kabupaten Bima, terdapat 3 (tiga) zona yang dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Zona 1, merupakan area yang harus terlayani dengan sistem tidak langsung yakni dari rumah tangga ke Tempat Pengumpulan Sementara (TPS) baru ke Tempat Pengolahan Akhir (TPA). Cakupan layanan harus diatasi dalam jangka Pendek (5 tahun) ke depan. Terdapat di 21 Desa, Dalam peta diberi warna Coklat muda.

Zona 2, merupakan area yang harus terlayani penuh 100% (full coverage) dalam jangka waktu menengah dengan sistem layanan langsung dari sumber ke TPA. Termasuk layanan sapuan jalan. Terdapat di 90 Desa dalam zona ini, Dalam peta diberi warna Coklat Tua.

Zona 3, merupakan area yang dilayani seperlunya dalam jangka waktu panjang. Terdapat di 57 Desa dalam zona ini, Dalam peta diberi warna Hijau Muda.

(32)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 32

Peta Zona Sistem Persampahan

(33)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 33 2.4.3 Sektor Drainase

Dalam menentukan wilayah pengembangan saluran drainase yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing wilayah di tingkat Desa, maka disusun prioritas pengembangan sistem drainase. Penentuan daerah prioritas ini disusun berdasarkan 5 (lima) kriteria seleksi yang mengacu ke SPM, yaitu kepadatan penduduk, tata guna lahan (perdagangan, jasa, maupun permukiman), daerah genangan air hujan, serta tingkat resiko kesehatan. Perencanaan penanganan ke depan dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Zona 1, merupakan area dengan tingkat resiko yang relatif kecil yang dapat diatasi dalam jangka panjang mencakup 44 Desa, Dalam peta diberi warna Hijau Muda.

Zona 2, merupakan area dengan tingkat resiko menengah yang dapat diatasi dalam jangka menengah dan panjang. Hanya 66 Desa yang masuk dalam zona ini, Dalam peta diberi warna Coklat Tua.

Zona 3, merupakan area dengan tingkat resiko relatif tinggi karena merupakan kawasan padat yang harus diatasi dalam jangka pendek. Zona ini mencakup 58 Desa. Dalam peta diberi warna coklat muda.

(34)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 34

Peta Zona Sistem Drainase

(35)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 35 2.4.4 Sektor Air Bersih

Pengembangan infrastruktur air bersih di Kabupaten Bima dilakukan oleh PDAM kabupaten Bima sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), yang dituntut meningkatkan pelayanan air bersih untuk masyarakat. Dalam jangka panjang direncanakan seluruh masyarakat Kabupaten Bima akan mendapatkan pelayanan PDAM baik dari aspek kualitas, kuantitas, dan kontinuitas air yang lebih baik.

Untuk mencapai sasaran tersebut PDAM Kabupaten Bima tengah berupaya menambah sumber air baku. Selanjutnya wilayah prioritas pengembangan air bersih disusun berdasarkan beberapa kriteria, diantaranya tata guna lahan, kepadatan penduduk, kualitas air dan kemampuan membayar masyarakat. Hasil penyusunan prioritas ini dapat diilustrasikan sebagai berikut:

Zona 1, merupakan area yang perlu penanganan jangka pendek dan segera, mencakup 165 Desa Dalam peta diberi warna Coklat Muda.

Zona 2, merupakan area yang perlu penanganan jangka menengah. Zona ini hanya meliputi 3 Desa, yaitu Sie, Tangga dan sakuru. Dalam peta diberi warna coklat tua.

(36)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 36

Peta Zona Sistem Air Bersih

(37)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 37 BAB III

ISU, STRATEGIS DAN TANTANGAN LAYANAN SANITASI 3.1 Aspek Non-Teknis

3.1.1 Kebijakan Daerah dan Kelembagaan 3.1.1.1 Kebijakan Daerah

Kebijakan daerah mengenai sanitasi di Kabupaten Bima dapat dilihat melalui gambaran perda-perda yang berkaitan dengan sanitasi dan hygiene sebagai berikut:

RPJMD Kabupaten Bima Tahun 2010-2014

Agenda Peningkatan Kualitas SDM dan Kependudukan strategi Kebijakan :

Kebijakan Ketiga belas, Promosi hidup bersih dan sehat. Program dan Kegiatan Utama :

Promosi hidup bersih dan sehat diwujudkan melalui program dan kegiatan utama kedua belas yakni melalui Program peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat, dengan kegiatan utama Penyuluhan pola hidup bersih dan sehat secara berkala dan terintegrasi, serta Pembangunan MCK, SPAL dan perluasan program jamban berbasis masyarakat serta program dan kegiatan utama Kedelapan belas, melalui Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan, dengan kegiatan utama : Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan, Peningkatan operasi dan pemeliharaan rasarana dan sarana persampahan, dan Peningkatan kemampuan aparat pengelolaa persampahan.

Sementara itu, kebijakan lain di Kabupaten Bima yang menyangkut sanitasi dapat dilihat sebagai berikut:

1. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 5 Tahun 2005 tentang Tatacara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bima (Lembaran Daerah Kabupaten Bima Tahun 2005 Nomor 9, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bima Nomor 1)

(38)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 38

2. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 11 Tahun 2007 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bima Tahun 2007-2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Bima Tahun 2007 Nomor 11)

3. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pokok – Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Bima Tahun 2005 Nomor 10, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bima Nomor 2)

4. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Bima Tahun 2006 – 2025 (Lembaran Daerah Kabupaten Bima Tahun 2005 Nomor 11, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bima Nomor 3)

5. Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 2 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten Bima (Lembaran Daerah Kabupaten Bima Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Bima Nomor 25)

6. Peraturan Daerah Kabupaten Bima No.7 Tahun 2011 tentang pengelolaan AMPL di Kabupaten Bima

7. Peraturan Bupati Bima No.14 Tahun 2011 tentang petunjuk teknis pelaksanaan peraturan daerah Kabupaten Bima No.7 Tahun 2011 tentang pengelolaan AMPL di Kabupaten Bima

8. Intruksi Bupati Bima tentang pelaksanaan STBM No. 441/015/008/Dikes 2010.

3.1.1.2 Kelembagaan

Dari Kesehatan dan pengembangan promosi kesehatan masyarakat, pengimplementasian program pembangunan sanitasi di Kabupaten Bima ditangani oleh SKPD terkait sebagaimana Tupoksi masing-masing di bawah ini:

(39)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 39 Pada SKPD Dinas Kesehatan, program pembangunan bidang sanitasi ditangani oleh Seksi Penyehatan Lingkungan mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, integrasi, sinkronisasi, supervisi, monitoring dan evaluasi, serta menyiapkan bahan pembinaan teknis penyehatan lingkungan.

Rincian tugas Seksi Penyehatan Lingkungan sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Menyusun rencana dan program kerja tahunan Seksi Penyehatan Lingkungan;

b. Menyiapkan bahan untuk pelaksanaan koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi penyehatan lingkungan;

c. Menyiapkan bahan penyusunan kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis yang berkaitan dengan tugas – tugas penyehatan lingkungan; d. Melaporkan hasil pelaksanaan tugas dan memberikan saran

pertimbangan kepada atasan untuk bahan perumusan kebijakan; dan e. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

2. Dinas Pekerjaan Umum (DPU)

Dari sisi teknis, pembangunan sanitasi di kabupaten Bima ditangani melalui Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kabupaten Bima, khususnya di bidang Perumahan dan Cipta Karya melalui Seksi Air Bersih dan Sanitasi. Berikut adalah rincian tupoksi dimaksud:

Seksi Air Bersih dan Sanitasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan perumusan kebijakan, koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi, supervisi, monitoring dan evaluasi, serta menyiapkan bahan pembinaan teknis pengelolaan air bersih dan sanitasi.

Rincian tugas Seksi Air Bersih dan Sanitasi sebagaimana dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Menyusun rencana dan program kerja tahunan Seksi Air Bersih dan Sanitasi

(40)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 40 b. Menyiapkan bahan untuk pelaksanaan koordinasi, integrasi, sinkronisasi

dan simplifikasi air bersih dan sanitasi

c. Menyiapkan bahan penyusunan kebijakan, pedoman dan petunjuk teknis yang berkaitan dengan air bersih dan sanitasi

d. Penetapan pemenuhan kebutuhan air baku untuk kebutuhan pengembangan strategi pengembangan air minum di wilayah kabupaten

e. Fasilitasi penyelenggaraan (bantuan teknis) kepada kecamatan, pemerintah desa serta kelompok masyarakat diwilayahnya dalam penyelenggaraan pengembangan strategi pengembangan air minum f. Penyusunan rencana induk pengembangan strategi pengembangan air

minum wilayah administrasi Kabupaten

g. Pengawasan terhadap seluruh tahapan penyelenggaraan pengembangan strategi pengembangan air minum yang berada diwilayah Kabupaten

h. Pelaksanaan kerjasama dengan dunia usaha dan masyarakat dalam penyelenggaraan prasarana dan sarana air limbah diwilayah kabupaten i. Pengawasan dan pengendalaian atas pelaksanaan norma standar

pedoman dan manual

j. Pelaporkan hasil pelaksanaan tugas dan memberikan saran pertimbangan kepada atasan untuk bahan perumusan kebijakan

k. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan.

Sebagai catatan terakhir untuk kelembagaan bahwa Kabupaten Bima belum ada Dinas khusus yang menangani limbah cair dan persampahan, ini dikarenakan belum adanya TPA (tempat pembuangan Akhir) yang dikelola langsung oleh Pemerintah daerah.

3.1.2 Keuangan

3.1.2.1 Sumber pembiayaan

Sumber pembiayaan program sanitasi di Kabupaten Bima terdiri dari : Pemerintah (pusat dan daerah)

(41)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 41 Non pemerintah (negara/lembaga donor, kontribusi masyarakat, dan sumber lainnya)

Berikut tabel sumber biaya dan anggaran sanitasi di Kabupaten Bima tahun 2011

Tabel 3.1

Sumber biaya dan anggaran sanitasi di Kab. Bima tahun 2010 Sumber Biaya Rincian Anggaran

(Rp) %

Pemerintah 11.229.369.425.35 65.05

Pemerintah Pusat 8.231.044.850.00 47.68 APBN Murini (Tugas Pembantuan,

Dekonsentrasi, BOK dll)

8.231.044.850.00 47.68

Pemerintah Kabupaten/Kota 2.998.324.575.35 17.37 APBD Kabupaten/Kota Murni 2.998.324.575.35 17.37 Non Pemerintah 6.033.481.112.00 34.95 Donor/Hibah (Unicef) 3.397.006.000.00 19.68 Rumah Tangga/Swada Masyarakat 2.623.119.112.00 15.20 Sumber Non-pemerintah lainnya 13.356.000.00 0.08

Total 17.262.850.537.35 100.00

Sumber : analisa AMPL Pokja Kab. Bima, Tahun 2010

Dari table diatas terlihat pembiayan sanitasi sebagian besar dari Pemerintah (65.05%). Sebesar 47.68 % dari pemerintah pusat melalui dana DAU dan DAK serta dana dana dekosentrasi lainnya. Pemerintah Kabupaten melalui dana APBD Kab. Sebesar 17, 37%.

Pembiayaan dari non pemerintah adalah sebesar Rp. 6.033.480.112 (34,95%), dimana bantuan/hibah dari negara/lembaga donor berperan cukup besar yaitu 19,68% (Rp. 3.397.006.000), bahkan lebih besar dari kemampuan APBD Kabupaten Bima yang sebesar Rp. 2.996.338.575. (17,37%).

Demikian pula Kontribusi masyarakat sebesar Rp. 2.623. 119.112 (15,20%) sangat membantu keterbatasan kemampuan pemerintah daerah.

(42)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 42 Peran sumber-sumber non pemerintah lainnya selain yang disebut diatas masih sangat terbatas, hanya Rp. 13.356.000 (0,08%)

3.1.2.2 Jenis Program

Jenis program yang dilaksanakan terdiri dari : Program air bersih dan air minum

Program penyehatan lingkungan Program yang terkait capacity building

Tabel 3.2

Anggaran Sanitasi berdasarkan Jenis Program Kab. Bima tahun 2011

Jenis Program Rincian Anggaran (Rp) %

1. Program Air Bersi han Air Minum 6.650.970.387.35 38.53 Peningkatan akses air bersi 2.118.966.312.00 12.27 Peningkatan kualitas air bersih/air minum 315.791.000.00 1.83 Pembangunan sarana air bersih 4.127.846.075.35 23.91 Penyediaan dana penunjang Kegiatan

pembangunan air bersih

84.867.000.00 0.49

Penyediaan sarana dan prasarana air minum bagi masyarakat berpenghasilan rendah

3.500.000.00 0.02

2. Program Penyehatan Lingkungan 10.031.738.150.00 58.11

Pembangunan drainase 943.316.750.00 5.46

Penanganan/pengolahan persampahan 297.330.000.00 1.72 Peningkatan akses jamban 3.129.871.400.00 18.13 Gerakan cuci tangan serta pembinaan dan

pengawasan kualitas sanitasi masyarakat

14.510.000.00 0.08

Dana pendukung operasional kegiatan PNPM-PISEW

593.400.000.00 3.44 Penataan lingkungan pemukiman penduduk

perdesaan

5.053.310.000.00 29.27 3.Program yang menyangkut capacity building 580.142.000.00 3.36 Administrasi dan manajemen 174.601.000.00 1.01

Capacity building 148.987.000.00 0.86

Pengawasan (monitoring dan Evaluasi) 232.554.000.00 1.35 Program Capacity building (penunjang) lainnya 24.000.000.00 0.14

Total 17.262.850.537.35 100.00

(43)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 43 Program peningkatan sanitasi atau penyehatan lingkungan mendapat alokasi anggaran lebih besar, sebesar 58,11% (Rp. 10.091.738.150). Program air bersih dan air minum mendapat anggaran lebih sedikit, yaitu sebesar Rp. 6.650.970.378 (38,53%). Sedangkan program peningkatan capacity building hanya sebesar Rp. 580.142.000 (3,36%).

Tabel 3.2 diatas menunjukan, bahwa kegiatan peningkatan kapasitas, kurang mendapat perhatian yang sesuai dengan semangat bahwa STBM merupakan suatu gerakan, yang harus ditunjang dengan skill/kapasitas kelembagaan dan masyarakat yang berkualitas. Berdasarkan analisa anggaran yang dilakukan oleh Pokja AMPL Kabupaten Bima didapatkan bahwa alokasi anggaran untuk program pemberdayaan masih kurang, padahal seharusnya program peningkatan kapasitas masyarakat jauh lebih penting dibandingkan program pembangunan sarana dan prasarana.

Tabel 3.3

Anggaran berdasarkan Jenis Kegiatan Tahun 2010

Jenis Kegiatan Anggaran (Rp) Rincian % Kegiatan Tidak Langsung 1.024.213.000.00 5.95 Manajerial dan koordinasi 723.907.000.00 4.21 Peningkatan kapasitas personil (pendidikan

dan pelatihan) 45.520.000.00 0.26

Perencanaan dan penganggaran program 21.300.000.00 0.12 Monitoring dan pelaporan 202.170.000.00 1.18

Evaluasi 13..356.000.00 0.08

Peningkatan Kesejahteraan Pegawai 3.260.000.00 0.02 Pengembangan sistim informasi manajemen 14.700.000.00 0.09

Kegiatan Langsung 16.180.116.537.35 94.05

Promosi dan penyuluhan 53.491.000.00 0.31 Pemberdayaan pasyarakat untuk air bersih 2.158.181.312.00 12.45 Pemberdayaan masyarakat untuk sanitasi 4.335.900.000.00 25.20 Penanganan persampahan 297.330.000.00 1.73 Pembngunan infrastruktur 8.865.423.225.35 51.53 Kegiatan langsung lainnya 469.791.000.00 2.73

Total 17.204.329.537.35 100.00

Sumber : analisa AMPL Pokja Kab. Bima, Tahun 2010

Dari hasil analisis alokasi anggaran berdasarkan jenis kegiatan didapatkan bahwa alokasi untuk kegiatan langsung sudah cukup tinggi, sehingga diharapkan adanya peningkatan untuk kegiatan-kegiatan pemberdayaan

(44)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 44 masyarakat yang menangani masalah sanitasi secara keseluruhan baik itu air bersih, sampah, drainase dan limbah cair.

3.1.2.3 Penerima manfaat

Dari sisi penerima manfaaat, belanja publik bidang Sanitasi di kabupaten Bima terdiri dari :

Sarana dan prasarana umum/sosial kemasyarakatan; Rumah tangga/masyarakat;

Instansi pemerintah

Tabel 3.4

Anggaran sanitasi berdasarkan Penerima Manfaat Kabupaten Bima tahun 2010

Penerima Manfaat Rincian Anggaran

(Rp) %

Sarana dan prasarana umum/sosial kemasyarakatan

943.316.750.00 5.46

Rumah tangga/masyarakat 12.174.862.400.00 70.53 Instansi Pemerintah 4.144.71.387.35 24.01

Grand Total 17.262.850.537.35 100.00

Sumber : analisa AMPL Pokja Kab. Bima, Tahun 2010

Penerima manfaat terbesar adalah rumah tangga/masyarakat, yaitu sebesar 70,53% (Rp. 12.174.862.400). Instansi pemerintah sebesar 24% (Rp. 4.144.671.387)

Tabel diatas menunjukan, bahwa masyarakat/rumah tangga sebagai sasaran pembangunan sanitasi sudah mendapat porsi pelayanan yang maksimal.

3.1.3 Komunikasi

Sebagai salah satu komponen penyebarluasan informasi tentang sanitasi dan kesehatan lingkungan media massa seperti televisi dan radio, koran harusnya memiliki andil besar untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang sanitasi dan kesehatan lingkungan.

Hasil studi komunikasi dan pemetaan media di Kabupaten Bima menunjukan umumnya media massa (Radio, Koran dan TV lokal) yang beroperasi di kabupaten Bima rata-rata berformat hiburan dengan segmentasi audiens atau sasaran audiencenya segala umur, dengan jangkauan siaran

(45)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 45 mencakup kabupaten dan kota di Pulau Sumbawa yaitu Kota Bima, Kabupaten Bima, Dompu, dan beberapa wilayah di Kabupaten Sumbawa serta mampu menjangkau beberapa wilayah di Propinsi NTT yaitu di Sumba bagian barat

Para pelaku media sepakat bahwa dengan target audiens dan jangkauan siaran yang luas menjadikan media massa sangat potensial untuk menyebarluaskan informasi terkait dengan sanitasi dan penyehatan lingkungan kepada masyarakat.

Namun demikian, keberpihakan media massa dalam hal penyediaan ruang (space/spot) yang diperuntukan khusus untuk meyiarkan program sanitasi dan penyehatan lingkungan masih kurang, dimana isu ini hanya diangkat “by order” oleh pihak pemerintah. Hanya media televisi lokal, BimaTV telah menyediakan ruang (space) khusus berupa talk show Dokter kita.

Setiap informasi tentang sanitasi belum mendapatkan respon positif dari audience karena rata-rata dari pendengar, maupun penonton kurang tertarik mendengarkan topik-topik yang berkaitan dengan sanitasi, disamping itu peran serta media komunikasi seharusnya dijadikan media patner oleh pemerintah untuk menyiarkan hal-hal yang dirasa perlu dalam penanganan sanitasi kabupaten, guna mewujudkan masyarakat Bima yang memiliki kualitas sanitasi yang baik ditahun 2015.

Beberapa media massa menyebutkan pada prinsipnya telah menyediakan space untuk iklan layanan masyarakat untuk penyebarluasan informasi ataupun kampanye tentang sanitasi dan kesehatan, tetapi sejauh ini belum dimanfaatkan.

Menurut pihak penyelenggara media radio, tidak dimanfaatkannya space iklan ataupun program lainnya yang secara khusus menyiarkan informasi sanitasi dan kesehatan dikarenakan kurang respon positif dari pemerintah daerah untuk memanfaatkan media seperti halnya radio dan televisi dalam menyiarkan atau mensoalisakan informasi tentang sanitasi dan kesehatan. Sebenarnya pihak penyelenggara media sangat mengharapkan kerja sama dari pemerintah

Selain itu, kurangnya kerja sama antara pemerintah daerah dengan beberapa media massa menyebabkan media tidak bisa memperoleh data yang

(46)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 46 akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Selama ini media massa biasanya mendapatkan data tentang sanitasi dan kesehatan dari literature yang tersedia di internet, serta hasil peliputan langsung di masyarakat (contoh berita dapat dilihat di lampiran)

3.1.4 Keterlibatan Pelaku Bisnis 3.1.4.1 Pengepul Sampah

Beberapa responden sepakat bahwa koordinasi dan kemitraan usaha ini masih memerlukan dukungan dari Pemerintah. Persoalan yang timbul akibat kurangnya koordinasi dan kemitraan ini antara lain menurut rsponden adalah luasan lokasi usaha, karena setiap terjadi penumpukan sampah, maka secara langsung akan mendapatkan teguran dari pemerintah melalui teguran ringan berupa surat peringatan sampai pengangkutan barang bekas oleh Pol PP (Polisi Pamong Praja).

Saat ini aturan yang diberlakukan oleh pemerintah daerah adalah harus menjaga kebersihan dan keindahan jalan dan lingkungan, barang tidak boleh menumpuk melebihi kapasitas hingga berserakan dijalan dan mengganggu tempat umum.

Responden mengharapkan tersedianya Lokasi tersendiri yang terpisah dari permukiman agar kegiatan produksi mereka tidak mengganggu lingkungan sekitar, tersedianya sarana pengangkut yang memadai dan terjangkau agar barang bekas dapat diangkut dengan mudah keluar kota untuk dijual, tersedianya alat pengepres barang bekas agar bisa meminimalisasi ruang yang dibutuhkan untuk menampung barang bekas.

3.1.4.2 Hotel

Kondisi penanganan persampahan di Hotel yang ada telah melalui proses yang benar, mulai dari pengumpulan sampai pembuangan dengan sistim penampungan yang akan langsung di buang pada Bak sampah yang telah disiapkan oleh pemerintah. Namun belum adanya sistim pengumpulan sampah berdasarkan jenis sampahnya baik sampah organik maupun

(47)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 47 sampah anorganik, namun langsung dikumpulkan dalam satu tempat. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.1 Kondisi Sanitasi Hotel Hotel Kalaki Beach

Sumber : Data Primer Bappeda 2011

Bak Sampah Berdasarkan data yang ada, kondisi

sanitasi & air bersih dari dari hotel di Kab. Bima telah memenuhi syarat kesehatan, artinya ketersediaan bak sampah, SPAL , sarana jamban dinyatakan aman bagi lingkungan

Sumber air bersih yang digunakan oleh pihak hotel adalah berasal dari PDAM

dengan metode menggunakan bak penampungan dengan kapasitas penampungan rata-rata 500 Liter, yang mampu mencukupi kebutuhan air bersih selama 3 hari.

(48)

Strategi Sanitasi Kabupaten Bima Page 48 3.1.4.3 Rumah Makan

Usaha Rumah makan ini memiliki sistim penanganan sanitasi sendiri yang meliputi persampahan, air bersih, drainase dan limbah. Untuk sampah rumah makan AR rahman memiliki bak penampungan sampah yang telah dipisah antara sampah basah dan kering namun kondisi bak yang tidak layak dan kurang baik tata letak maupun kondisi bak pembuangan sementaranya, setelah dilakukan pemisahan maka sampah akan langsung dibuang pada bak penampungan sampah yang telah disediakan oleh pemerintah, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Gambar 3.2 Kondisi Rumah Makan

Bak Sampah Pada Rumah makan A rahman

Sedangkan kondisi Air bersih pada rumah makan AR Rahman masih menggunakan PDAM lewat pipa saluran seperti Kran air, yang digunakan untuk cuci piring dan kebutuhan Toilet Rumah makan. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini

Sumber : Data Primer 2011

Kondisi SAB Rumah Makan Rahman

Air limbah di rumah makan AR Rahman dibuang melalui pipa pembuangan yang akan berakhir pada lubang peresapan air limbah

yang terletak sebalah rumah makan.

Kondisi bak pembuangan limbah

nya sangat tidak layak, sehingga masih

diperlukan adanya design ulang bentuk

bak pembuangan limbahnya, serta tata

letaknya, jarak dengan bangunan inti dan hal

lain yang perlu diperhatikan untuk

kelayakan sebuah bak penampungan limbah

Rumah makan. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar

Tabel  3.2  diatas  menunjukan,  bahwa  kegiatan  peningkatan  kapasitas,  kurang mendapat perhatian  yang sesuai dengan semangat  bahwa STBM  merupakan  suatu  gerakan,  yang  harus  ditunjang  dengan  skill/kapasitas  kelembagaan    dan  masyarakat  yang
Gambar 3.1 Kondisi Sanitasi Hotel   Hotel Kalaki Beach
Gambar 3.2 Kondisi Rumah Makan
Tabel 4.6    Kebutuhan Air Bersih
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pola difraksi ini dapat terbentuk dengan penghalang celah tunggal, dua celah, dan banyak celah (Viridi, 2010).Pengukuran panjang gelombang telah dilakukan oleh

Kepengurusan Nasional PPPI 2019-2021 yang telah dikukuhkan Menteri PPN/Kepala Bappenas pada 13 November 2019 telah melakukan upaya konsolidasi kelembagaan dengan

3.2 Ekosistem Laut dan Pantai serta Hubungannya Pantai serta Hubungannya dengan Sumber Daya dengan Sumber Daya Alam Alam Ekosistem laut dan pantai meluputi hutan mangrove,

Pembuatan kolostomi permanen biasanya dilakukan apabila pasien sudah tidak memungkinkan untuk defekasi secara normal karena adanya keganasan, perlengketan, atau pengangkatan kolon

Bagi guru, sebagai salah satu alternatif pembelajaran bagi guru bidang studi matematika untuk menggunakan penerapan model Quantum Teaching sehingga dapat menvariasikan model

Pernyataan untuk pengambilan kayu, pertambangan, perkebunan yang dilakukan pada kawasan cagar alam pegunungan Cycloops lebih penting dan bermanfaat daripada menjaga

27 Simpanan atau tabungan wadi’ah dikenakan biaya administrasi, namun oleh karena dana dititipkan diperkenankan untuk di putar maka oleh bank kepada nasabah dapat

Akan tetapi banyak studio-studio animasi yang tidak memiliki budget dan waktu yang cukup untuk bersaing dengan animasi sekelas dunia, oleh karena itu banyak studio