• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

Diterbitkan oleh :

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS JEMBER

ISSN : 0852-6206

NO.II/TH.XXXVI/2011

MAJALAH ILMIAH

HUKUM

DAN

MASYARAKAT

Echwan Iriyanto,S.H.,M.H. : Pemberian Kompensasi Terhadap Korban

Tindak Pidana Terorisme

Edy Wahjuni, SH.,M.Hum. : Kegiatan Usaha Perusahaan Modal Ventura Dalam Perusahaan Pasangan Usaha

Warah Atikah, S.H.,M.Hum. : Penguasaan Tanah Untuk Kepentingan Kepemilikan Lahan Makam Modern

Halif, S.H.,M.H. : Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang Melalui Penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa

Ratih Listyana Chandra, S.H., M.H

: Peranan Pemerintah Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Budaya Asli Bangsa (Folklore) Berdasarkan UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

Siti Sudarmi, S.H., M.H. : Pemenuhan Hak Anak Korban Kejahatan Dan Implementasinya Sebagai Bentuk Perlindungan Anak

Multazaam Muntahaa, S.H., M.Hum.

: Pemeriksaan Terhadap Pengendara Sepeda Motor Yang Melanggar Peraturan Lalu Lintas Jalan

(2)

Diterbitkan oleh :

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS JEMBER

ISSN : 0852-6206

NO.II/TH.XXXVI/2011

MAJALAH ILMIAH

HUKUM

DAN

MASYARAKAT

Echwan Iriyanto,S.H.,M.H. : Pemberian Kompensasi Terhadap Korban Tindak Pidana Terorisme

Edy Wahjuni, SH.,M.Hum. : Kegiatan Usaha Perusahaan Modal Ventura Dalam Perusahaan Pasangan Usaha

Warah Atikah, S.H.,M.Hum. : Penguasaan Tanah Untuk Kepentingan Kepemilikan Lahan Makam Modern

Halif, S.H.,M.H. : Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang Melalui Penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa

Ratih Listyana Chandra, S.H., M.H

: Peranan Pemerintah Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Budaya Asli Bangsa (Folklore) Berdasarkan UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

Siti Sudarmi, S.H., M.H. : Pemenuhan Hak Anak Korban Kejahatan Dan Implementasinya Sebagai Bentuk Perlindungan Anak

Multazaam Muntahaa, S.H., M.Hum.

: Pemeriksaan Terhadap Pengendara Sepeda Motor Yang Melanggar Peraturan Lalu Lintas Jalan

(3)

HUKUM DAN MASYARAKAT

Majalah Ilmiah Fakultas Hukum Universitas Jember

Terbit 4 Bulan sekali pada bulan April, Agustus dan Desember

Penanggung Jawab : Prof. Dr.M.Arief Amrullah, S.H.,M.Hum Ketua Penyunting : I Wayan Yasa, S.H.,M.H.

Dewan Penyunting : 1. Dwi Endah Nurhayati, S.H.,M.Hum 2. Iswi Hariyani, S.H.,M.H.

3. Warah Atikah, S.H.,M.Hum Penyunting Pelaksana : 1. Dra. Tutik Patmiati

2. Dodik Prihatin AN, S.H.,M.H. 3. Aan Effendi, S.H.,M.H. Pelaksana Administrasi : 1. Asnan, S.H.

2. Bambang Joko Lelono

HUKUM DAN MASYARAKAT adalah majalah ilmiah Fakultas

Hukum Universitas Jember. Majalah ini sebagai media penuangan pelbagai pemikiran masalah-masalah yang berkaitan dengan hukum dan masyarakat, di samping sebagai media komunikasi antara Fakultas Hukum Universitas Jember dengan para alumninya.

Pemuatan tulisan dalam majalah ini bukan berarti sebagai pandangan dari Redaksi atau fakultas, tetapi merupakan pendapat pribadi penulisnya. Redaksi menerima naskah karangan, terutama dari warga Sivitas Akademika Fakultas Hukum Universitas Jember. Naskah yang dikirim kepada Redaksi maksimal 15 halaman kuarto diketik 1,5 spasi.

Alamat Redaksi: Fakultas Hukum Universitas Jember Jl. Kalimantan Nomor 37 Jember Telp. (0331) 335462,322808, 322809 Fax : (0331) 330482

http://www.fh.unej.ac.id

(4)

i

PENGANTAR REDAKSI

ukum sebagai salah satu bidang ilmu yang dipelajari di perguruan tinggi, pada akhirnya diharapkan mampu memberikan bekal pengetahuan kepada siapa saja yang membutuhkan. Oleh karena itu, perguruan tinggi melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan harapan tersebut. Salah satu di antaranya adalah penerbitan Majalah Hukum dan Masyarakat secara berkala oleh Fakultas Hukum Universitas Jember, juga dimaksudkan untuk membantu memberikan pencerahan kepada siapa saja yang berminat mempelajari bidang ilmu hukum.

Pada edisi II/TH.XXXVI/2011 ini Majalah Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas Jember menampilkan berbagai tulisan dari para dosen. Adapun tulisan-tulisan tersebut, adalah :

Pemberian Kompensasi Terhadap Korban Tindak Pidana Terorisme;

Kegiatan Usaha Perusahaan Modal Ventura Dalam Perusahaan Pasangan Usaha; Penguasaan Tanah Untuk Kepentingan Kepemilikan Lahan Makam Modern; Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang Melalui Penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa; Peranan Pemerintah Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Budaya Asli Bangsa (Folklore) Berdasarkan UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta; Pemenuhan Hak Anak Korban Kejahatan Dan Implementasinya Sebagai Bentuk Perlindungan Anak; dan Pemeriksaan Terhadap Pengendara Sepeda Motor Yang Melanggar Peraturan Lalu Lintas Jalan.

Semoga berbagai tulisan tersebut mampu memberikan tambahan pengetahuan berupa informasi baru yang berkaitan dengan bidang ilmu hukum. Semoga!

Dewan Redaksi,

(5)

ii

D A F T A R I S I

Halaman

PengantarRedaksi ………..………... i

Daftar Isi ………... ii

Echwan Iriyanto,S.H.,M.H. : Pemberian Kompensasi Terhadap Korban Tindak Pidana Terorisme

1

Edy Wahjuni, SH.,M.Hum. : Kegiatan Usaha Perusahaan Modal

Ventura Dalam Perusahaan

Pasangan Usaha

19

Warah Atikah, S.H.,M.Hum : Penguasaan Tanah Untuk Kepentingan Kepemilikan Lahan Makam Modern

33

Halif, S.H.,M.H. : Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang Melalui Penerapan Prinsip Mengenali Pengguna Jasa

53

Ratih Listyana Chandra, S.H., M.H

: Peranan Pemerintah Dalam

Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Budaya Asli Bangsa (Folklore) Berdasarkan UU No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

73

Siti Sudarmi, S.H., M.H. : Pemenuhan Hak Anak Korban Kejahatan Dan Implementasinya Sebagai Bentuk Perlindungan Anak

85

Multazaam Muntahaa, S.H., M.Hum.

: Pemeriksaan Terhadap Pengendara Sepeda Motor Yang Melanggar Peraturan Lalu Lintas Jalan

103

(6)

Majalah Ilmiah HUKUM DAN MASYARAKAT NO.II/TH.XXXVI/2011

103 PEMERIKSAAN TERHADAP PENGENDARA SEPEDA

MOTOR YANG MELANGGAR PERATURAN LALU LINTAS JALAN Oleh : Multazaam Muntahaa, S.H., M.Hum.

Abstraksi

erkara pelanggaran lalu lintas jalan merupakan perkara pelanggaran tertentu yang diperiksa dengan acara pemeriksaan cepat. Yang dimaksud dengan perkara pelanggaran tertentu antara lain ialah tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan tentang penomoran, penerangan, peralatan, perlengkapan, mengemudikan kendaraan bermotor tidak dapat memperlihatkan Surat Izin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNKB), khususnya bagi pengendara sepeda motor. Pelimpahan perkara pidana ini ke Pengadilan Negeri dilakukan oleh penyidik atas kuasanya sendiri. Dalam pemeriksaan terhadap pelaku pelanggaran peraturan lalu lintas khususnya pengendara sepeda motor tidak mempersoalkan adanya pertanggungjawaban pidana atau kesalahan yang dikenal dengan strict liability. Sanksi yang dapat dijatuhkan terhadap pelaku pelnggaran tersebut dapat berupa pidana kurungan atau pidana denda Kata Kunci : Acara Pemeriksaan Cepat, Pertanggungjawaban Pidana, Penjatuhan Pidana

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Perkara pidana yang diperiksa oleh pengadilan menu-rut Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) di-periksa dengan tiga macam acara, yaitu acara pemeriksaan biasa, acara pemeriksaan singkat dan acara pemeriksaan cepat. Acara

pemeriksaan biasa diatur dalam Pasal 152 sampai dengan Pasal 182 KUHAP, acara pemeriksaan singkat diatur dalam Pasal 203 sampai dengan Pasal 204 KUHAP dan acara pemeriksaan cepat diatur dalam Pasal 205 sampai dengan Pasal 216 KUHAP. Acara pemeriksaan cepat terbagi ke dalam :

(7)

NO.II/TH.XXXVI/2011 [Majalah Ilmiah HUKUM DAN MASYARAKAT

104

1. acara pemeriksaan tindak pidana ringan;

2. acara pemeriksaan pelanggaran lalu lintas jalan.

Menurut Pasal 211 KUHAP, perkara yang diperiksa dengan acara pemeriksaan cepat dalam hal ini ialah perkara pelanggaran tertentu terhadap peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan. Penjelasan pasal tersebut menentukan, bahwa yang dimaksud dengan “perkara pelanggaran tertentu” ialah :

a. mempergunakan jalan dengan cara yang dapat merintangi, membahaya-kan ketertiban atau ke-amanan lalu lintas atau yang mungkin menim-bulkan kerusakan pada jalan;

b. mengemudikan kendara-an bermotor ykendara-ang tidak dapat memperlihatkan surat izin mengemudi (SIM), surat tanda no-mor kendaraan bermotor (STNKB), surat tanda uji kendaraan yang sah atau tanda bukti lainnya yang diwajibkan menu-rut ketentuan peraturan perundang-undangan

lalu lintas jalan atau ia dapat memperlihatkan-nya tetapi masa berla-kunya sudah daluwarsa; c. membiarkan atau

mem-perkenankan kendaraan bermotor dikemudikan oleh orang yang tidak memiliki surat izin mengemudi;

d. tidak memenuhi ketentu-an peraturketentu-an perundketentu-ang- perundang-undangan lalu lintas jalan tentang peno-moran, penerangan, per-alatan, perlengkapan, pemuatan kendaraan dan syarat-syarat penggan-dengan penggan-dengan kenda-raan lain;

e. membiarkan kendaraan bermotor yang ada di jalan tanpa dilengkapi plat tanda nomor ken-daraan yang sah sesuai dengan surat tanda nomor kendaraan yang bersangkutan;

f. pelanggaran terhadap perintah yang diberikan oleh petugas pengatur lalu lintas jalan dan atau isyarat alat pengatur lalu lintas jalan,

(8)

rambu-Majalah Ilmiah HUKUM DAN MASYARAKAT NO.II/TH.XXXVI/2011

105

rambu atau tanda yang ada di permukaan jalan; g. pelanggaran terhadap

ketentuan tentang ukuran dan pemuatan yang diizinkan, cara me-naikkan dan menurun-kan penumpang dan atau cara memuat dan mem-bongkar barang;

h. pelanggaran terhadap izin trayek, jenis ken-daraan yang diperboleh-kan beroperasi di jalan yang ditentukan.

Dalam tulisan ini yang dibahas adalah perkara garan tertentu terhadap pelang-garan peraturan lalu lintas jalan antara lain ialah tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan tentang penomoran, penerangan, per-alatan, perlengkapan, menge-mudikan kendaraan bermotor tidak dapat memperlihatkan Surat Izin Mengemudi (SIM) dan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), khususnya bagi pe-ngendara sepeda motor. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan antara lain menentukan bahwa Pengendara

harus mempergunakan keleng-kapan berkendaraan sebagaimana diatur dalam Pasal 280, Pasal 281, Pasal 285, Pasal 288, Pasal 291, Pasal 293 dan Pasal 297.

Mengenai perkara pelang-garan tertentu terhadap peraturan perundang-undangan lalu lintas yang diperiksa dengan acara pemeriksaan cepat ini, terdakwa dalam persidangan dapat di-wakili, sehingga dengan demi-kian tidak perlu hadir dalam pemeriksaan sidang pengadilan. Pemeriksaan perkara pelanggaran tertentu dengan acara pemerik-saan cepat yang dikenal dengan perkara tilang hanya berlaku terhadap pelanggaran perkara lalu lintas jalan sebagaimana dirinci dalam penjelasan Pasal 211 KUHAP 1. Pelimpahan perkara ini dilakukan oleh penyidik langsumg ke Pengadilan Negeri atas kuasanya sendiri, sehingga berbeda dengan perkara pidana yang diperiksa dengan acara pemeriksaan biasa dan perkara pidana yang diperiksa dengan acara pemeriksaan singkat, yang yang melakukan pelimpahan

1

HMA Kuffal, Penerapan

KUHAP Dalam Praktik Hukum, UMM

(9)

NO.II/TH.XXXVI/2011 [Majalah Ilmiah HUKUM DAN MASYARAKAT

106

perkara ke Pengadilian Negeri adalah Penuntut Umum. Sedang-kan perkara pidana yang dipe-riksa dengan acara pemedipe-riksaan tindak pidana ringan, yang bertugas melimpahkan ke Penga-dilan Negeri adalah penyidik atas kuasa dari Penuntut Umum.

Pelimpahan perkara pe-langgaran lalu lintas jalan oleh penyidik ke Pengadilan Negeri ialah dengan menyerahkan catat-an sebagaimcatat-ana dimaksud dalam Pasal 207 ayat (1) huruf a KUHAP selambat-lambatnya pada kesempatan hari sidang pertama berikutmya. Catatan yang dilimpahkan oleh penyidik tersebut berupa pemberitahuan secara tertulis kepada terdakwa tentang hari, jam, dan tempat ia harus menghadap sidang penga-dilan. Dengan demikian terdakwa harus datang ke pengadilan tanpa surat panggilan, karena catatan yang dibuat oleh penyidik itu berfungsi sebagai surat pang-gilan, yang juga berfungsi sebagai pemberitahuan mengenai hari, tanggal dan jam serta tempat persidangan pengadilan dan juga pasal-pasal pelanggaran per-aturan lalu lintas yang didakwakan kepada terdakwa.

Menurut Pasal 213 KUHAP, terdakwa dapat menun-juk seseorang dengan surat untuk mewakilinya di pesidangan. Penjelasan pasal tersebut menen-tukan, bahwa ada perbedaan dengan pemeriksaan menurut acara biasa, sehingga pemeriksa-an menurut acara pemeriksapemeriksa-an perkara pelanggaran lalu lintas terdakwa boleh mewakilinya di persidangan.

Pada hari sidang yang ditentukan terdakwa dipanggil masuk ke dalam ruang sidang kemudian ditanyakan identitas-nya, yaitu nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tem-pat tinggal, agama dan pekerjaa-an terdakwa serta apa ypekerjaa-ang didakwakan kepada terdakwa. Hakim kemudian menjatuhkan pidana (biasanya) denda tanpa menanyakan terlebih dahulu apa-kah perbuatan yang didakwakan itu benar atau tidak, di samping tanpa membuktikan kesalahan terdakwa. Hal yang demikian dalam kepustakaan dikenal dengan strict liability. Dalam perbuatan pidana yang bersifat strict liability hanya dibutuhkan dugaan atau pengetahuan dari

(10)

Majalah Ilmiah HUKUM DAN MASYARAKAT NO.II/TH.XXXVI/2011

107

pelaku sudah cukup menuntut pertanggungjawaban pidana dari pelaku dan tidak dipersoalkan adanya mens rea karena unsur pokok dari strict liability adalah actus reus (perbuatan), bukan mens rea (kesalahan)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan Latar Bela-kang Masalah tersebut di atas, maka yang menjadi permasalahan ialah :

1. Apakah bentuk acara peme-riksaan bagi pengendara sepeda motor yang melaku-kan pelanggaran tertentu terhadap peraturan perun-dang-undangan lalu lintas jalan ?

2. Apa sanksi yang dapat dija-tuhkan bagi pengendara sepeda motor yang melaku-kan pelanggaran tertentu terhadap peraturan perun-dang-undangan lalu lintas jalan ?

II. PEMBAHASAN

2.1 Bentuk Acara Pemeriksaan Bagi Pengendara Sepeda Motor yang Melakukan Pelanggaran Tertentu

terhadap Peraturan erundang-Undangan Lalu Lintas Jalan.

Ada beberapa istilah yang diberikan terkait dengan penger-tian secara resmi oleh Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, tetapi untuk istilah “pengendara” tidak diberi pengertian. Namun demikian, undang-undang tersebut memper-gunakan istilah “pengendara” . Pengendara ialah pengemudi yaitu orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang telah memiliki surat izin mengemudi (Pasal 1 angka 23 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan). Sedangkan “sepeda motor” ialah kendaraan bermotor beroda dua dengan atau tanpa rumah-rumah dan dengan atau tanpa kereta samping atau kendaraan bermotor beroda tiga tanpa rumah-rumah (Pasal 1 angka 20).

Penjelasan UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menyatakan, dalam undang-undang ini peng-aturan dan penerapan sanksi pidana diatur lebih tegas. Bagi

(11)

NO.II/TH.XXXVI/2011 [Majalah Ilmiah HUKUM DAN MASYARAKAT

108

pelanggaran yang sifatnya ringan, dikenakan sanksi pidana kurung-an atau denda ykurung-ang relatif ringkurung-an. Namun, terhadap pelanggaran berat dan terdapat unsur kesengajaan dikenakan sanksi pidana yang jauh lebih berat. Hal ini dimaksudkan agar dapat menimbulkan efek jera bagi pelaku pelanggaran dengan tidak membebani masyarakat. Keten-tuan pidana dalam undang-undang tersebut diatur dalam Bab XX (Pasal 273 – Pasal 317). Menurut UU tersebut:

1. setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan wajib dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor;

2. setiap sepeda motor yang dikemudikan di jalan, harus memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat pengukur kece-patan, knalpot dan kedalaman alur ban;

3. setiap orang yang menge-mudiakan sepeda motor dan penumpang sepeda motor wajib mengenakan helm yang

memenuhi standar nasional Indonesia;

4. setiap orang yang menge-mudikan kendaraan bermotor wajib memilik surat izin mengemudi;

5. pengemudi sepeda motor wajib menyalakan lampu utama pada malam hari, pada kondisi tertentu dan pada siang hari.

Bagi pengendara sepeda motor yang tidak mematuhi aturan tersebut merupakan pe-langgaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 280, Pasal 281, Pasal 285, Pasal 287, Pasal 291, Pasal 292, dan Pasal 293 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Oleh karena itu, perkara tersebut diperiksa dengan acara peme-riksaan cepat. Pemepeme-riksaan dan pemanggilan bagi terdakwa untuk menghadap ke persidangan pengadilan dibuat catatan berupa model formulir atau surat tilang. Surat tilang tersebut oleh penyidik diserahkan langsung ke Pengadilan Negeri.

Menurut Pasal 213 KUHAP terdakwa dapat menun-juk seorang wakil dengan surat.

(12)

Majalah Ilmiah HUKUM DAN MASYARAKAT NO.II/TH.XXXVI/2011

109

Penjelasan Pasal 213 KUHAP menentukan, bahwa dalam acara pemeriksaan perkara pelanggaran lalu lintas berbeda dengan peme-riksaan dengan acara biasa. Dengan ketentuan Pasal 213 KUHAP yang memperbolehkan terdakwa diwakili menghadap dan mewakili sidang berarti undang-undang tidak mewajib-kan terdakwa menghadap in persona di sidang pengadilan, yang hal ini di samping merupakan quasi keperdataan juga merupakan pengecualian terhadap asas in absetia 2.

Dalam pemeriksaan si-dang perkara pelanggaran lalu lintas jalan panitera tidak membuat berita acara sidang. Berita acara sidang dan dakwaan serta putusan berupa catatan yang dibuat oleh panitera sesuai ketentuan Pasal 207 ayat (1) huruf a KUHAP, yaitu hakim memerintahkan panitera mencatat dalam buku register semua perkara yang diterimanya dan

2

M. Yahya Harahap, ,

Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi dan Peninjauan Kembali, Sinar Grafika, Jakarta, 2002,Hlm. 415.

dalam buku register tersebut memuat :

- nama lengkap,

- tempat lahir,

- umur atau tanggal lahir, - jenis kelamin,

- kebangsaan, - tempat tinggal, - agama,

- pekerjaaan terdakwa, dan - Perbuatan yang didak-wakan kepada terdakwa. Oleh karena itu, dalam pemeriksaan perkara pelanggaran lalu lintas jalan tidak ada surat dakwaan yang dibacakan oleh penuntut umum sebagaimana dalam pemeriksaan perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa. Surat dakwaan inilah yang oleh penuntut umum harus di-buktikan di muka persidangan pengadilan dengan alat-alat bukti sah yang ditentukan oleh undang-undang untuk membuktikan apa-kah terdakwa terbukti melakukan perbuatan yang didakwakan dan apakah terdakwa terbukti ber-salah atau tidak. Dengan demikian perkara pidana yang diperiksa dengan acara peme-riksaan biasa di samping harus dibuktikan perbuatan yang didakwakan, juga harus

(13)

di-NO.II/TH.XXXVI/2011 [Majalah Ilmiah HUKUM DAN MASYARAKAT

110

buktikan adanya pertanggung-jawaban pidananya. Berbeda de-ngan acara pemeriksaan pelang-garan lalu lintas jalan yang pertanggungjawaban pidana ter-dakwa tidak perlu dibuktikan. Dengan demikian pemeriksaan perkara pelanggaran lalu lintas jalan sangat sederhana karena pemeriksaan dilakukan tanpa berita acara pemeriksaan dan pembacaan surat dakwaan. Demikian pula putusannya bentuknya sederhana dan tidak perlu memperhatikan ketentuan Pasal 197 KUHAP. Keseder-hanaan bentuk putusan dalam perkara pelanggaran lalu lintas jalan ialah pada catatan yang dibuat hakim pada catatan atau formulir pemeriksaan yang dibuat penyidik juga memuat catatan putusan yang dijatuhkan penga-dilan. Catatan putusan ini disebut dengan surat amar putusan, kemudian panitera mencatat isi putusan ke dalam register 3.

2.2 Sanksi Yang Dapat

Dijatuhkan Bagi

Pengendara Sepeda Motor

Yang Melakukan Pelanggaran Tertentu 3 Ibid., Hlm. 426 Terhadap Peraturan Perundang-Undangan Lalu Lintas Jalan.

Seseorang yang melaku-kan perbuatan pidana untuk dapat dipidana harus mempunyai pertanggungjawaban pidana atau kesalahan. Dalam hukum pidana dikenal asas tiada pidana tanpa kesalahan. Perbuatan pidana ialah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum dan larangan itu disertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barangsiapa yang melanggar larangan tersebut 4. Berdasarkan pengertian perbuatan pidana me-nurut Moeljatno tersebut, maka pengertian perbuatan pidana tidak termasuk pertanggungjawaban pidana. Oleh karena itu, seseorang yang melakukan per-buatan pidana belum tentu dapat dipidana dan untuk memidana tersebut harus ada pertanggung-jawaban pidana atau kesalahan karena masalah kesalahan adalah masalah pertanggungjawaban pidana. Namun demikian, untuk tindak pidana tertentu untuk memidana seseorang tidak

4

Moeljatno, Azas-azas Hukum

Pidana, Bina Aksara, Jakarta, 1984,

(14)

Majalah Ilmiah HUKUM DAN MASYARAKAT NO.II/TH.XXXVI/2011

111

lukan adanya kesalahan yang dalam doktrin dikenal dengan istilah strict liability. Dalam perbuatan pidana yang bersifat strict liability hanya dibutuhkan dugaan atau pengetahuan dari pelaku, sudah cukup untuk menuntut pertanggungjawaban pidana dari dirinya, tidak diper-soalkan adanya mens rea karena unsur pokok dari strict liability adalah actus reus, bukan mens rea 5. Dalam perkara strict liability seseorang yang telah melakukan perbuatan terlarang sebagaimana yang dirumuskan dalam undang-undang sudah dapat dipidana tanpa memper-soalkan apakah pembuat mem-punyai kesalahan atau tidak 6.

Ketentuan pidana dalam UU Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diatur dalam Bab XX mulai dari Pasal 273 sampai dengan Pasal 317. Bagi

5

Hanafi, Strict Liability Dan

Vicarious Liability Dalam Hukum Pidana, Lembaga Penelitian Univ.

Islam Indonesia, Yogyakarta, 1997,Hlm. 63.

6

Hamzah Hatrik, Asas Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Hukum Pidana Indonesia (Stric Liability Dan Vicarious Liability), Raja

Grafindo Persada, Jakarta, Hal.110.

pengendara sepeda motor yang melakukan pelanggaran tertentu terhadap pelanggaran peraturan lalu lintas jalan yang diperiksa dengan Acara Pemeriksaan Cepat dengan Acara Pemeriksaan Perkara Pelanggaran Lalu lintas Jalan sebagaimana dimaksud oleh Pasal 211 KUHAP antara lain karena tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan lalu lintas jalan tentang:

- penomoran, - penerangan, - peralatan, - perlengkapan,

- mengemudikan kendaraan bermotor tidak dapat memperlihatkan surat izin mengemudi (SIM), - tidak dapat menunjukkan

surat tanda nomor kendaraan,

- tidak menyalakan lampu utama pada siang hari, - tidak dipasang tanda nomor

kendaraan bermotor, - tidak memenuhi

persyaratan teknis dan laik jalan yang meliputi : - kaca spion,

- klakson, - lampu utama, - lampu rem,

(15)

NO.II/TH.XXXVI/2011 [Majalah Ilmiah HUKUM DAN MASYARAKAT

112

- lampu penunjuk arah, - alat pemantul cahaya, - alat pengukur kecepatan,

dan - knalpot,

diancam dengan pidana sebagai-mana diatur dan ditentukan dalam Pasal 280, Pasal 281, Pasal 285, Pasal 288 Pasal 291, Pasal 292, Pasal 293 UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Pasal 280 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menentukan, setiap orang yang mengemudikan kendaraan ber-motor di jalan yang tidak dipasangi Tanda Nomor kenda-raan Bermotor yang ditetapkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah). Pasal 281 Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menentukan, setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor yang tidak memiliki Surat Izin Mengemudi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 77 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 4 (empat) bulan atau denda paling banyak Rp.1.000.000,- (satu juta rupiah).

Pasal 285 ayat (1) UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menentukan, setiap orang yang mengemudikan sepeda motor di jalan yang tidak memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan yang meliputi kaca spion, klakson, lampu utama, lampu rem, lampu penunjuk arah, alat pemantul cahaya, alat peng-ukur kecepatan, knalpot dan kedalam-an alur bkedalam-an sebagaimkedalam-ana dimak-sud dalam Pasal 106 ayat (3) juncto Pasal 48 ayat (2) dan ayat (3) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp.250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

Pasal 288 UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menentukan, setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang tidak dilengkapi dengan Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor atau Surat Tanda Coba Kendaraan Bermotor yang

(16)

Majalah Ilmiah HUKUM DAN MASYARAKAT NO.II/TH.XXXVI/2011

113

ditetapkan oleh Kepolisian Ne-gera Republik Indonesia se-bagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (5) huruf a dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyak Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah) (ayat 1). Setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang tidak dapat menunjukkan Surat Izin Mengemudi yang sah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (5) huruf b dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp.250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah) (ayat 2).

Pasal 291 ayat (1) UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menentukan, bahwa setiap orang yang menge-mudikan sepeda motor tidak mengenakan helm standar nasional Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (8) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp.250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah). Ayat (2) dari pasal tersebut menentukan, bahwa setiap orang

yang menge-mudikan sepeda motor yang membiarkan penumpangnya ti-dak mengenakan helm sebagai-mana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (8) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp.250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

Pasal 292 UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menentukan, bahwa setiap orang yang mengemudikan sepeda motor tanpa kereta samping yang mengangkut penumpang lebih dari 1 (satu) orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (9) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp.250.000,- (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

Pasal 293 ayat (2) UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menentukan, bahwa setiap orang yang mengemudikan sepeda motor di jalan tanpa menyalakan lampu utama pada siang hari sebagaimana dimaksud dalam Pasal 107 ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling

(17)

NO.II/TH.XXXVI/2011 [Majalah Ilmiah HUKUM DAN MASYARAKAT

114

lama 15 (lima belas) hari atau denda paling banyak Rp.100.000,- (seratus ribu rupiah).

III. PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian ter-sebut di atas, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Bentuk acara pemeriksaan bagi pengendara sepeda motor yang melakukan pe-langgaran tertentu terhadap Peraturan Perundang-undang-an Lalu Lintas JalPerundang-undang-an menurut Kitab Undang-undang Hu-kum Acara Pidana (KUHAP ialah Acara Pemeriksaan Cepat dengan Acara Peme-riksaan Perkara Pelanggaran Lalu Lintas Jalan.

2. Sanksi yang dapat dijatuhkan terhadap pengendara sepeda motor yang melakukan pelanggaran tertentu terhadap Peraturan Perundang-Un-dangan Lalu Lintas Jalan berdasarkan Pasal 280, Pasal 281, Pasal 285, Pasal 288, Palsal 291, Pasal 292 dan Pasal 293 Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan ialah pidana kurungan atau pidana denda.

3.2 Saran

Saran yang dapat diberikan sehubungan dengan tulisan ini ialah :

1. Walaupun pelanggaran ter-tentu terhadap peraturan perundang-undangan lalu lin-tas jalan diperiksa dengan acara pemeriksaan cepat dilakukan tanpa melihat ada-nya kesalahan karena berlaku strict liability, hendaknya hakim yang memeriksa per-kara tersebut tidak langsung menyatakan pelaku melang-gar pasal yang didakwakan oleh polisi tetapi hakim terlebih dahulu menanyakan kepada pelaku apakah benar atau tidak pasal yang di-dakwakan tersebut.

2. Sanksi yang dijatuhkan ter-hadap pelaku pelanggaran tertentu terhadap peraturan perundang-undangan lalu lin-tas jalan ialah pidana denda maksimum untuk menimbul-kan efek jera, kecuali berkali-kali dan sering melakukan pelanggaran dapat dijatuhi sanksi pidana kurungan.

(18)

Majalah Ilmiah HUKUM DAN MASYARAKAT NO.II/TH.XXXVI/2011 115 DAFTAR PUSTAKA Andi Hamzah, 1994, Pelaksanaan Peradilan Pidana Berdasarkan Teori dan Praktek,

Rineka Cipta, Jakarta. Andi Taher Hamid, 1982,

Praktek Peradilan Perkara Pidana, Al Ihsan, Surabaya.

Eva Achjani Zulfa, 2011,

Pergeseran Paradigma Pemidanaan, Lubuk Agung, Bandung.

Hanafi, 1997, Strict Liability dan

Vicarious Liability dalam Hukum Pidana, Lembaga

Penelitian Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Hamzah Hatrik, 1996, Asas

Pertanggungjawaban Korporasi dalam Hukum Pidana(Strict Liability dan Vicarious Liability),

Raja Grafindo Persada, Jakarta. Harahap M. Yahya, 2002, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Pemeriksaan Sidang Pengadilan Banding Kasasi dan Peninjauan Kembali, Sinar Grafika,

Jakarta.

Kuffal HMA, 2002, Penerapan

KUHAP dalam Praktik Hukum, UMM Press, Malang.

Moeljatno, 1984, Azas-azas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta.

Moeljatno, 2009, Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Bumi Aksara,

(19)

NO.II/TH.XXXVI/2011 [Majalah Ilmiah HUKUM DAN MASYARAKAT

116

K

ETENTUAN

N

ASKAH

M

ajalah Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum Universitas

Jember terbit setahun 3 kali (per-kuartal) pada bulan April, Agustus dan Desember. Setiap terbit, memuat maksimal 7 (tujuh) naskah.

R

edaksi mengundang secara terbuka kepada seluruh dosen Fakultas

Hukum Universitas Jember maupun semua kalangan untuk menulis ide-ide atau gagasan-gagasan kritis, maupun berbagai masalah aktual di bidang hukum dan kemasyarakatan.

K

etentuan naskah: belum pernah diterbitkan dalam media cetak lain,

Pengiriman naskah diserahkan dalam bentuk print out dan soft copy (CD-RW) kepada Pelaksana Administrasi, dengan memberikan kontribusi sebesar Rp. 250.000 (Dua ratus lima puluh ribu rupiah) khusus bagi penulis luar kalangan Fakultas Hukum Univ. Jember. Redaksi berwenang menyunting naskah, tanpa mengubah maksud dan isinya.

P

etunjuk penulisan:

1. Isi naskah terdiri atas : ABSTRAKSI (dalam Bahasa Indonesia); I. PENDAHULUAN, berisi 1.1. Latar Belakang Masalah dan 1.2. Rumusan Masalah, II. PEMBAHASAN; III. PENUTUP, berisi 3.1. Kesimpulan dan 3.2. Saran.

2. Jumlah halaman naskah sebanyak 12 sampai dengan 15 halaman kertas ukuran A4;

3. Diketik menggunakan huruf jenis Time New Roman ukuran 12, dengan spasi 1,5.

4. Sumber rujukan menggunakan catatan kaki (foot note);

5. Penulisan daftar pustaka dengan urutan penyajian : Nama pengarang diakhiri dengan koma (,) – Tahun publikasi diakhiri dengan koma (,) – Judul artikel atau judul buku yang ditulis miring dan diakhiri dengan tanda koma (,), Nama Penerbit diakhiri tanda koma (,), Nama Kota Penerbit . Contoh :

Subekti, 1980.Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT Intermasa, Jakarta 6. Penulisan halamam pada foot note, disingkat dengan Hlm.

Contoh: Subekti, 1980, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT Intermasa, Jakarta,Hlm ...

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, jika perubahan arus dan tegangan digambarkan dengan grafik perubahan daya yang dihasilkan maka akan memiliki bentuk seperti yang terlihat pada gambar 12

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 54,3% responden dengan dukungan sosial sedang dan 71,3% responden dengan dukungan sosial tinggi yang tidak mengalami

pembelajaran Guided Inquiry Laboratory yang bermuatan aspek kemampuan berpikir logis yang divisualisasikan pada kegiatan dan soal evaluasi modul; 2) kelayakan modul

Hasil penelitian tentang persepsi mahasiswa semester VII PGSD FKIP UMS terhadap pelaksanaan PPL tahun 2013/2014 melalui 60 angket yang terdiri dari tiga kategori yaitu, 20

Semua besaran  Berpotensi menimbulkan dampak berupa perubahan kestabilan lahan (land subsidence), air tanah serta gangguan berupa dampak terhadap emisi, lalu

Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda variabel pertumbuhan penjualan mempunyai nilai signifikan lebih besar daripada taraf signifikansi, ini berarti

Tujuan : Ingin mengetahui gambaran tingkat kebugaran mahasiswa UKM yang diukur dengan tes bangku metode Queen’s College dan tes bangku metode tinggi tetap 25

Selain unsur-unsur tersebut, terdapat beberapa unsur yang turut memicu makna muishihyougen dalam kalimat bahasa Jepang yaitu unsur fukushi yang bermakna secara mendadak,