• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES. UJI AKTIVITAS DAN TOKSISITAS AKUT RAMUAN JAMU ANTI HIPERTENSI RINGAN PADA TIKUS PUTIH Rattus norvegicus L

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES. UJI AKTIVITAS DAN TOKSISITAS AKUT RAMUAN JAMU ANTI HIPERTENSI RINGAN PADA TIKUS PUTIH Rattus norvegicus L"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

i

LAPORAN AKHIR PENELITIAN RISBINKES

UJI AKTIVITAS DAN TOKSISITAS AKUT

RAMUAN JAMU ANTI HIPERTENSI RINGAN PADA TIKUS PUTIH

Rattus norvegicus L

Ulfatun Nisa dkk

BALAI BESAR PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

TANAMAN OBAT DAN OBAT TRADISIONAL

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN KESEHATAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

(2)

ii

SUSUNAN TIM PENELITI

Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan No. HK.02.03/I.2/2498/2015

Tentang

UJI AKTIVITAS DAN TOKSISITAS AKUT RAMUAN JAMU ANTI HIPERTENSI RINGAN PADA TIKUS PUTIH Rattus norvegicus L

No Nama Keahlian/

Kesarjanaan

Kedudukan dalam tim

Uraian tugas

1. Dr. Ulfatun nisa Dokter Umum Ketua Pelaksana &

Peneliti Utama

Bertanggungjawab dalam penyusunan protokol, pelaksanaan semua kegiatan, analisa data dan laporan akhir

2. Saryanto, S Farm.,Apt. Farmasi Peneliti Melaksanakan penelitian dalam hal mempersiapkan ramuan antihipertensi

3. Sigit S D3 Pembantu

Peneliti

Melaksanakan pengambilan darah dan pemeriksaan histopatologi hewan coba

5. Suparno SLTA Pembantu

peneliti

Membantu dalam pemeliharaan dan penanganan hewan coba

(3)

iii

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr Wb

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah Nya sehingga penyusunan laporan penelitian Risbinkes dengan judul “Uji Aktivitas dan Toksisitas Akut Ramuan Jamu Anti Hipertensi Ringan pada Tikus Putih Rattus norvegicus L” dapat diselesaikan sesuai dengan yang diharapkan.

Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan untuk mendukung program Saintifikasi Jamu. Penelitian ini diharapkan dapat sebagai acuan dasar untuk penelitian uji klinik jamu pada masa yang akan datang dan dapat menjadi evidence base bagi dokter dalam melayani kesehatan tradisional dengan jamu sebagai obat di masyarakat.

Kami menyadari bahwa hasil penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu segala bentuk kritik dan saran terhadap laporan penelitian ini sangat kami harapkan sebagai masukan untuk perbaikan serta sebagai bahan penelitian lebih lanjut.

Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada Ketua dan Pembimbing Risbinkes (Riset Binaan Kesehatan), Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT), PPI B2P2TOOT serta semua anggota peneliti yang telah membantu jalannya penelitian ini dari awal sampai dengan selesai. Semoga Allah SWT memberi pahala yang setimpal. Aamiin.

Wassalamualaikum Wr Wb

Tawangmangu, Desember 2015 Ketua Pelaksana Peneliti

(9)

ix

RINGKASAN EKSEKUTIF

Judul : Uji Aktifitas dan Toksisitas Akut Ramuan Jamu Anti Hipertensi Ringan pada Tikus Putih Rattus norvegicus L

Peneliti : dr. Ulfatun Nisa

Latar belakang : Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 prevalensi hipertensi di Indonesia sebanyak 25,8 %. Terdapat 50% penderita tidak menyadari sebagai penderita, sehingga penyakitnya lebih berat karena tidak merubah dan menghindari faktor risiko. Sebanyak 70% penderita hipertensi adalah hipertensi ringan, maka banyak diabaikan/terabaikan sehingga menjadi berat (hipertensi maligna) dan 90% hipertensi esensial dan hanya 10% penyebabnya diketahui seperti penyakit ginjal, kelainan hormonal dan kelainan pembuluh darah. Atas dasar hal tersebut mendorong peneliti untuk melakukan penelitian mengenai ramuan jamu untuk hipertensi ringan. Telah dilakukan uji aktivitas dan toksisitas akut ramuan jamu untuk hipertensi ringan pada hewan coba. Ramuan tersebut terdiri dari daun salam, pegagan, alang – alang dan biji pala. Tujuan penelitian ini adalah menentukan khasiat dan tingkat keamanan ramuan jamu yang terdiri atas daun salam, pegagan, alang – alang dan biji pala sebagai penurun tekanan darah. Uji aktivitas menggunakan hewan coba tikus putih (Rattus norvegicus) jantan umur 2-3 bulan, bobot 150-200 gram. Ramuan jamu diberikan pada tikus yang telah dibagi menjadi lima kelompok tikus (satu kelompok kontrol dan empat kelompok uji), tiap kelompok terdiri atas 6 ekor tikus jantan. Induksi dengan menggunakan prednison 1,5 mg/kgbb dan Nacl 2,5% selama 3 minggu. Randomisasi dilakukan sehingga didapatkan tikus yang sudah dibuat hipertensi tidak berbeda bermakna pada tiap kelompok pada awal penelitian. Kontrol positif menggunakan obat standar captopril 0,25 mg dan kelompok ramuan jamu dengan berbagai dosis 0,08 gr, 0.16 dan 0.32 gram.

Uji toksisitas akut dilakukan pada tikus putih (Rattus norvegicus) galur SD (Spraque Dawley) umur 2-3 bulan, berat + 200 gram. Untuk toksisitas akut dibagi menjadi 5 kelompok (satu kelompok kontrol dan empat kelompok dosis), tiap kelompok terdiri atas 6 ekor tikus jantan, diberikan ramuan jamu secara per oral pada hari pertama, kemudian diobservasi selama 7-14 hari gejala klinik toksik/keracunan dan kisaran dosis letal tengah (LD50).

Dari hasil penelitian uji aktivitas ini didiperoleh ramuan jamu yang terdiri atas daun salam, pegagan, alang – alang dan biji pala dapat menurunkan tekanan darah sehingga mencapai tekanan darah sistolik dan diastolik normal. Ramuan yang diuji tidak memberikan pengaruh terhadap frekuensi jantung secara bermakna. Dosis ramuan yang memberikan hasil berbeda bermakna paling tinggi adalah dosis ramuan jamu 0,16 g/200 g bb tikus. Pada uji toksisitas akut didapatkan LD50 semu dengan nilai > 5000 mg/kg bb tikus. Tidak ditemukan tanda-tanda ketoksikan selama penelitian. Ramuan jamu untuk hipertensi dapat termasuk dalam kategori praktis tidak toksik. Berdasarkan data praklinik yang dihasilkan, ramuan jamu yang digunakan cukup potensial dikembangkan sebagai obat antihipertensi ringan dan perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan mengikutsertakan manusia sebagai subyek penelitian.

(10)

x

ABSTRAK

Hipertensi biasa disebut sebagai the silent killer karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darah. Menurut WHO dan the International Society of Hyperten- sion (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 terjadi penurunan prevalensi hipertensi dari 31,7 % menjadi 25,8 %. Sebanyak 70% penderita hipertensi adalah hipertensi ringan, maka banyak diabaikan/terabaikan sehingga menjadi berat. Tujuan penelitian ini adalah menentukan khasiat dan tingkat keamanan ramuan jamu yang terdiri atas daun salam, pegagan, alang – alang dan biji pala sebagai penurun tekanan darah.

Uji aktivitas dan Toksisitas akut akut dilakukan pada tikus putih (Rattus norvegicus) galur SD (Spraque Dawley) umur + 2 bln, berat + 150-200 gram. Uji aktivitas dibagi lima kelompok dengan 6 ekor tikus jantan tiap kelompok. Induksi dengan menggunakan prednison 1,5 mg/kgbb dan Nacl 2,5% selama 21 hari. Kelompok kontrol negatif diberikan prednison dan Nacl 2,5% dan kontrol positif menggunakan captopril sebagai obat standar. Kelompok dosis I 0,08 gr, Dosis II 0,16 gr, dosis III 0,32 gr. Sesuai pedoman WHO, untuk toksisitas aku tiap kelompok tanaman, masing masing 6 kelompok (satu kelompok kontrol dan lima kelompok dosis), tiap kelompok 6 tikus, 3 ekor jantan dan 3 ekor betina, diberikan sari infusa secara per oral pada hari pertama, kemudian diobservasi selama 7-14 hari gejala klinik toksik/keracunan dan kisaran dosis letal tengah (LD50).

Dari hasil penelitian uji aktivitas ini didiperoleh ramuan jamu yang terdiri atas daun salam, pegagan, alang – alang dan biji pala dapat menurunkan tekanan darah sampai pada tekanan darah sistolik dan diastolik normal. Tidak memberikan pengaruh terhadap frekuensi jantung secara bermakna. Dosis ramuan yang memberikan hasil berbeda bermakna paling tinggi adalah dosis ramuan jamu 0,16 g/200 g bb tikus dengan nilai p=0,002 untuk penurunan tekanan sistolik dan p=0,017 penurunan tekanan diastolik. Pada uji toksisitas akut didapatkan LD50 semu dengan nilai > 5000 mg/kg bb tikus. Tidak ditemukan tanda-tanda ketoksikan selama penelitian. Ramuan jamu untuk hipertensi masuk dalam kategori praktis tidak toksik.

(11)

xi

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Susunan Tim Peneliti ... ii

Surat Keputusan Penelitian ... iii

Kata Pengantar ... viii

Ringkasan Eksekutif ... ix

Abstrak ... x

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel/Grafik/Gambar ... xii

Daftar Lampiran ... xiii

Isi laporan penelitian I. Pendahuluan ... 1

II. Tujuan dan Manfaat ... 5

III. Hipotesis ... 6

IV. Metode ... 7

V. Hasil ... 13

VI. Pembahasan ... 25

VII. Kesimpulan dan Saran ... 30

VIII. Ucapan Terimakasih ... 31

IX. Daftar Kepustakaan ... 32

(12)

xii

DAFTAR TABEL

TABEL 1. KELOMPOK PERLAKUAN ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 2.PERHITUNGAN DOSIS YANG DIGUNAKAN BERDASARKAN HASIL PENELITIAN EKSTRAK TUNGGAL DISETARAKAN DENGAN BENTUK SEDIAAN REBUSAN .. ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 3.RERATA TEKANAN SISTOLIK PADA MASING – MASING KELOMPOK SEBELUM DAN SETELAH PEMBERIAN PREDNISON DAN NACL 2,5% ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 4.RERATA PERUBAHAN TEKANAN SISTOLIK PADA MASING – MASING KELOMPOK SEBELUM DAN SETELAH PERLAKUAN RAMUAN JAMU ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 5.RERATA TEKANAN DIASTOLIK PADA TIAP KELOMPOK SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PREDNISON DAN NACL 2,5% ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 6.RERATA TEKANAN DIASTOLIK PADA TIAP KELOMPOK SEBELUM DAN SESUDAH PERLAKUAN

... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 7.RERATA DENYUT JANTUNG TIAP KELOMPOK SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PREDNISON NACL 2,5% ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 8.RERATA DENYUT JANTUNG PADA TIAP KELOMPOK SEBELUM DAN SESUDAH PERLAKUAN RAMUAN JAMU. ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 9.RERATA SELISIH TEKANAN SISTOLIK,DIASTOLIK DAN DENYUT JANTUNG SESUDAH DAN

SEBELUM PERLAKUAN RAMUAN JAMU SELAMA 2 MINGGUERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 10.RERATA TEKANAN ARTERI RATA-RATA PADA TIAP KELOMPOK SEBELUM DAN PEMBERIAN PREDNISON DAN NACL 2,5% ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 11.RERATA TEKANAN ARTERI RATA-RATA PADA TIAP KELOMPOK SEBELUM DAN SESUDAH PERLAKUAN JAMU ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 12.PENGAMATAN UJI TOKSISITAS AKUT SETELAH PEMBERIAN FORMULA JAMU UNTUK

HIPERTENSI RINGAN DOSIS TUNGGAL... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 13.HASIL UJI TOKSISITAS ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 14.TABEL PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI JARINGAN HEPAR SETELAH PERLAKUAN DOSIS TUNGGAL RAMUAN JAMU HIPERTENSI RINGAN ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

TABEL 15.TABEL PEMERIKSAAN HISTOPATOLOGI JARINGAN GNJAL SETELAH PERLAKUAN DOSIS TUNGGAL RAMUNAN JAMU HIPERTENSI RINGAN ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 1.RERATA TEKANAN SISTOLIK SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PREDNISON DAN NACL

2,5% ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED. GAMBAR 2.RERATA TEKANAN DIASTOLIK SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN PREDNISON DAN

NACL 2,5% ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

GAMBAR 3.GAMBARAN BERAT BADAN SEBELUM DAN SETELAH PERLAKUAN PADA TIAP – TIAP KELOMPOK ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED. GAMBAR 4.RERATA TEKANAN SISTOLIK SEBELUM DAN SESUDAH PERLAKUAN RAMUAN JAMUERROR!

BOOKMARK NOT DEFINED.

GAMBAR 5.RERATA TEKANAN DIASTOLIK SEBELUM DAN SESUDAH PERLAKUAN RAMUAN...ERROR! BOOKMARK NOT DEFINED.

GAMBAR 6.RERATA PERUBAHAN DENYUT JANTUNG SEBELUM DAN SETELAH PERLAKUAN RAMUAN JAMU ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED. GAMBAR 7.RERATA PERUBAHAN TEKANAN ARTERI RATA – RATA PADA TIAP KELOMPOK SEBELUM

DAN SESUDAH PERLAKUAN RAMUAN JAMU ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

GAMBAR 8. PERUBAHAN BOBOT BADAN RATA-RATA (GRAM) TIKUS YANG DIAMATI SELAMA 14 HARI SETELAH PEMBERIAN DOSIS TUNGGAL RAMUAN JAMU UNTUK HIPERTENSI RINGAN DIBANDINGKAN DENGAN KONTROL. ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

GAMBAR 9. RERATA KADAR UREUM SEBELUM DAN SETELAH PEMBERIAN JAMU UNTUK HIPERTENSI RINGAN DIBANDINGKAN DENGAN KONTROL. ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

GAMBAR 10.RERATA KADAR CREATININ SEBELUM DAN SETELAH PEMBERIAN JAMU UNTUK

HIPERTENSI RINGAN DIBANDINGKAN DENGAN KONTROL.ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

GAMBAR 11.RERATA KADAR SGOT SEBELUM DAN SETELAH PEMBERIAN JAMU HIPERTENSI RINGAN DIBANDINGKAN DENGAN KONTROL. ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

GAMBAR 12. RERATA KADAR SGPT SEBELUM DAN SETELAH PEMBERIAN JAMU UNTUK HIPERTENSI RINGAN DIBANDINGKAN DENGAN KONTROL. ... ERROR!BOOKMARK NOT DEFINED.

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data pengamatan kematian hewan uji selama 14 hari pada pemberian ramuan jamu antihipertensi ringan... Error!

Bookmark not defined.

Lampiran 2. Hasil pengamatan tanda-tanda ketoksisan terhadap hewan uji selama 14 hari pada uji toksisitas akut ramuan jamu antihipertensi ringan... Error! Bookmark not defined.

Lampiran 3. Data rerata penimbangan bobot badan hewan coba pada toksisitas akut... Error!

Bookmark not defined.

Lampiran 4. Data rerata pengukuran kadar ureum, creatinin, SGOT, dan SGPT darah hewan uji pada toksisitas akut... Error! Bookmark not defined.

Lampiran 5. Hasil Uji statistik... Error!

Bookmark not defined.

Lampiran 6. Gambaran Histopatologi... Error!

Bookmark not defined.

Lampiran 7. Data Tekanan Sistolik dan Diastolik... Error! Bookmark not defined.

Lampiran 8. Foto Kegiatan selama penelitian... Error! Bookmark not defined.

(15)
(16)

1

I.PENDAHULUAN

Hipertensi masih menjadi masalah utama di dunia, baik di Negara maju maupun Negara berkembang, termasuk Indonesia. Hipertensi biasa disebut sebagai the silent killer karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darah.1 Menurut WHO dan the International Society of

Hyperten- sion (ISH), saat ini terdapat 600 juta penderita hipertensi di seluruh dunia, dan 3 juta di antaranya meninggal setiap tahunnya. Tujuh dari setiap 10 penderita tersebut tidak mendapatkan pengobatan secara adekuat. Di Amerika, diperkirakan 1 dari 4 orang dewasa menderita hipertensi.2-3

Prevalensi hipertensi di Indonesia pada penduduk umur >18 tahun sebesar 31,7% (berdasarkan pengukuran) yang berarti 1 dari 3 orang dewasa di Indonesia menderita hipertensi. Prevalensi lebih tinggi dari Singapura 27,3%, Thailand 22,7%, dan Malaysia 20%, meski lebih baik dibandingkan Jepang 36,7 dan Cina 17%-40%.1 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 terjadi penurunan prevalensi hipertensi dari 31,7 % menjadi 25,8 %.4 Terdapat 50% penderita tidak menyadari sebagai penderita, sehingga penyakitnya lebih berat karena tidak merubah dan menghindari faktor risiko. Sebanyak 70% penderita hipertensi adalah hipertensi ringan, maka banyak diabaikan/terabaikan sehingga menjadi berat (hipertensi maligna) dan 90% hipertensi esensial dan hanya 10% penyebabnya diketahui seperti penyakit ginjal, kelainan hormonal dan kelainan pembuluh darah.5

Hipertensi merupakan suatu keadaan terjadinya peningkatan tekanan darah yang memberi gejala berlanjut pada suatu target organ tubuh. Peneltian epidemiologi membuktikan bahwa hipertensi berhubungan secara linier dengan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskuler.6-8 Selain penyakit kardiovaskuler, hipertensi dapat pula menyebabkan gagal ginjal, penyakit pembuluh lain, diabetes mellitus.5

Klasifikasi hipertensi menurut JNC 7 ( Joint National Commitee on the prevention, detection, evaluation and treatment of high blood pressure) yakni normal (TDS<120 mmHg, TDD <80 mmHg), pre-hipertensi (TDS 120-139 mmHg, TDD 80-89 mmHg), hipertensi stage 1 (TDS 140-159 mmHg, TDD 90-99 mmHg), dan hipertensi stage 2 (TDS >160 mmHg, TDD > 100 mmHg).3

Jamu adalah obat tradisional berbahan alami warisan budaya yang telah diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi untuk kesehatan. Sesuai

(17)

2

Permenkes No.003/Menkes/Per/I/2010 jamu adalah bahan atau ramuan bahan yang berupa tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan, dan dapat diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat. Dalam farmokologi Herbal ramuan jamu lebih berkhasiat dibandingkan dengan sediaan tunggal.Pada Riset Kesehatan Dasar 2010 (RISKESDAS 2010), diperoleh gambaran bahwa secara nasional, sebanyak 59,12% penduduk Indonesia pernah mengkonsumsi jamu, yang merupakan gabungan dari data kebiasaan mengkonsumsi jamu setiap hari (4,36%) yang merupakan gabungan dari kadangkadang (45,03%) dan tidak mengkonsumsi jamu, tapi sebelumnya pernah (9,73%), serta 94% masyarakat yang pernah minum jamu menyatakan bahwa minum jamu memberikan manfaat bagi tubuh.9

Daun salam dalam bentuk ekstrak etanol sudah pernah diteliti untuk melihat efek antihipertensi pada tikus. Pada percobaan tersebut tikus yang tidak diberi ekstrak daun salam menunjukkan peningkatan tekanan sistol dan diastole yang lebih tinggi daripada tikus yang diberi ekstrak daun salam setelah diinduksi epinefrin (Sukrasno,dkk., 2009). Kandungan kimia dalam daun salam yang berpengaruh terhadap tekanan darah adalah flavonoid. Flavonoid dapat menurunkan Tahanan pembuluh darah perifer sehingga menyebabkan vasodilatasi (Duarte, et al., 2009) dan juga mempengaruhi kerja Angiotensin Concerting Enzim (ACE) yang dapat menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II (Balasuriya & Rupasinghe, 2011). Ekstrak etanol daun Salam dosis 225 mg/Kg menunjukkan daya anti hipertensi 55 menit setelah pemberiannya yaitu sebesar 8±3 mmHg dari kenaikan diastol 18 mmHg dan 11±3 mmHg dari kenaikan sistol 27 mmHg, dimana aktivitasnya berbeda tidak bermakna terhadap aktivitas nifedipin dalam menurunkan MAP.10

Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) mengandung ion kalium dan flavonoid yang dapat mempengaruhi tekanan darah. Ion kalium menghambat sekresi renin sehingga menghambat pembentukan angiotensinogen akibatnya terjadi vasodilatasi dan menurunkan resistensi perifer sehingga tekanan darah menurun (Oates & Brown, 2001). Flavonoid bekerja sebagai ACE inhibitor yang menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II sehingga terjadi vasodilatasi , total peripheral resistence menurun dan penurunan sekresi aldosteron yang menyebabkan terjadinya ekskresi natrium dan air, serta retensi kalium, akibatnya terjadi penurunan tekanan darah (Robinson, 1991).11 Menurut Wahyu Eka Sari 2011 Isolat AEP-1 asal daun pegagan menunjukkan aktivitas penghambatan ACE tertinggi, Aktivitas inhibisi tersebut

(18)

3

melebihi aktivitas inhibisi captopril (0,01 mg/mL) dan captopril (0,02 mg/mL).12 Pada penelitian lain menunjukkan bahwa tanaman tersebut mengandung senyawa bioaktif Triterpenoid (Wijayakusuma & Dalimartha 2005). Triterpenoid merupakan senyawa bioaktif yang dapat berfungsi sebagai antioksidan, sehingga dapat menangkap radikal bebas sebagai salah satu penyebab timbulnya penyakit hipertensi. Efek hipotensif jus segar pegagan telah diteliti pada tikus hipertensi model DOCA-salt. Jus segar pegagan dosis 16, 24, dan 32 g/kg bb diberikan per oral, dengan kontrol positif kaptopril 25 mg/kg bb. Jus segar pegagan 24 dan 32 g/kg bb dapat menurunkan tekanan darah, menurunkan detak jantung, dan melancarkan aliran darah pada tikus hipertensi.13

Air rebusan rimpang alang-alang ( Imperata cylindrical (L.) Raeuschel ) dapat digunakan untuk obat anti hipertensi melalui efek diuretiknya (Wijayakusuma dan Dalimarta.,1997).14 Adanya manitol, glukosa, dan sukrosa dapat menyebabkan diuresis. Obat diuretik adalah obat yang dapat meningkatkan produksi urin dan garam natrium, dan natrium dikeluarkan bersama klorida dalam bentuk NaCl (Katzung.,1995).15 Rustam Erlina, Apt, MS, dosen dari FK UNAND melakukan penelitian untuk mengetahui perbandingan efek diuretik (peluruh air seni) serta kadar natrium dan kalium darah dan urin antara pemberian ekstrak etanol akar alang-alang dan furosemide. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan ekstrak etanol akar alang-alang 25 mg/kgBB, 50 mg/kgBB, dan 100 mg/kgBB memiliki efek diuretik yang hampir sama dengan furosemid dosis 0,72 mg/kgBB.11

Biji pala memiliki efek sedative yang dapat memberikan istirahat yang cukup bagi penderita hipertensi. Weiss E.A. menyebutkan bahwa senyawa aromatik myristicin dan elimicin sebesar 2 - 18% yang terdapat pada biji pala bersifat merangsang tidur Efek sedasi biji pala (Myristica fragrans Houtt) berhubungan dengan reseptor GABAA. Reseptor GABAA merupakan target penting untuk komponen hipnotik-sedatif, anestesi umum, benzodiazepin dan barbiturat. Reseptor GABA diekspresikan di regio anatomi yang melibatkan proses tidur.16 Dalam penelitian penggunaan dosis ekstrak biji pala yang berefek hipnotik 5,5 mg/kgbb, 11 mg/kgbb dan 16,5 mg/kgbb.11

Penggunaan secara bersama-sama keempat tanaman obat tersebut diharapkan terjadi interaksi komplementer dan sinergisme yang menimbulkan efek terapi yang lebih besar daripada bahan tunggal sebagai pencegahan dan pengobatan penyakit hipertensi. Interaksi komplementer saling mendukung menuju satu indikasi dengan mekanisme berbeda untuk menurunkan tekanan darah.

(19)

4

Sesuai standar mutu dari WHO, obat tradisional harus memenuhi beberapa persyaratan meliputi kualitas, keamanan, dan khasiat.17,18 Untuk memenuhi persyaratan tersebut diperlukan upaya penegasan keamanan melalui uji praklinik yang meliputi uji ketoksikan dan khasiat kerja, yang jika syarat terpenuhi, maka dapat berlanjut ke uji klinik.18

(20)

5

II. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1. TUJUAN PENELITIAN

1.1 Tujuan Umum : mendapatkan ramuan jamu yang aman dan berkhasiat sebagai penurun tekanan darah (antihipertensi)

1.2 Tujuan Khusus

a. Membuktikan aktivitas penurun tekanan darah ramuan jamu dengan komponen tanaman daun salam, alang-alang, pegagan dan biji pala b. Membuktikan toksisitas akut ramuan jamu yang mempunyai aktivitas

penurun darah 2. MANFAAT PENELITIAN a. Manfaat bagi ilmu pengetahuan

Memberikan pengetahuan dan bukti ilmiah yang lebih lengkap terhadap khasiat ramuan jamu yang terdiri daun salam, pegagan, alang–alang dan biji pala sebagai antihipertensi. Penelitian ini diharapkan bermanfaat menambah khasanah ilmu pengetahuan dibidang pengembangan obat tradisional antihipertensi.

b. Memberikan bukti kepada masyarakat pada umumnya dan pasien di klinik hortus medicus pada khususnya bahwa ramuan jamu dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah.

c. Manfaat bagi program kesehatan

Memberikan masukan kepada pengelola program kesehatan dalam pengembangan obat tradisional asli Indonesia dan pengendalian penyakit hipertensi.

d. Manfaat bagi industri obat tradisional

Bagi industri obat tradisional diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan untuk pengembangan sediaan obat tradisional terstandar.

(21)

6

III. HIPOTESIS

Ramuan Jamu anti hipertensi dengan komponen daun salam, alang-alang, pegagan dan biji pala berkhasiat dan aman digunakan sebagai antihipertensi setara dengan obat standar.

(22)

7

IV. METODE 1.1 Kerangka teori

1.2 Bahan, Alat dan Cara kerja 1.2.1 Bahan Penelitian

Bahan tanaman berupa daun salam, pegagan, rimpang alang – alang dan biji pala. Bahan tanaman diperoleh di daerah tawangmangu. Spesimen masing-masing tanaman dideterminasi di laboratorium Farmakognosi B2P2TO2T Tawangmangu. Hewan coba yang digunakan adalah tikus putih jantan galur Sprague dawley. Tikus diperoleh dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan Jakarta.

1.2.2 Alat Penelitian

Alat – alat yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: a. Kandang tikus

b. Sonde

c. Timbangan digital kepekaan 0,1 g d. Spuit

e. Alat sentrifus f. Tabung sentrifus

g. Blood pressure analyzer untuk mengukur tekanan darah tikus

Penurunan Tekanan Darah Angiotensinogen Menghambat ACE Daun salam dan pegagan Resistensi vaskuler (SVR) turun Cardiac output (CO) turun Angiotensin I Angiotensin II Aldosteron Restensi Na dan H2O turun Alang-alang

(23)

8

h. Kwali rebusan 1.2.3 Cara kerja

Secara rinci prosedur pelakasaan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Ramuan antihipertensi telah tersedia di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu. 2. Pembuatan rebusan

Ramuan jamu dibuat rebusan dalam kwali dari tanah liat, hasil rebusan digunakan untuk pemberian oral pada hewan uji. Rebusan disini menggunakan kwali karena panasnya hanya sampai suhu 900C dan dipanaskan selama 15 menit seperti cara yang ada di masyarakat.

Cara Merebus Jamu : 1. Didihkan air 324 ml air

2. Masukkan 1 kemasan ramuan jamu

3. Tunggu selama kurang lebih 15 menit – 20 menit ( sampai air tersisa 270 ml dengan nyala api kecil dan sesekali diaduk )

4. Diamkan hingga hangat / dingin 5. Kemudian disaring

6. Alat rebus yang digunakan terbuat dari tanah liat

7. Penelitian ini menggunakan stok sari rebusan 50%, maka rumus volume pemberian adalah: (Dosis/50) x vol stok.

A. Cara Kerja uji khasiat

1. Hewan coba yang digunakan adalah tikus putih jantan galur SD dengan berat 150-250 gr berumur 2-3 bulan kemudian dilakukan aklimatisasi selama 1 minggu di tempat penelitian untuk penyesuaian dengan lingkungan. Hewan coba diperoleh dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Jakarta.

2. Dilakukan induksi hipertensi dengan metode buatan pada tikus putih jantan galur SD dengan Sebelum perlakuan (hari ke-0) tikus dilakukan pengukuran tekanan darah, kemudian diberikan prednison 1,5 mg/kgbb dalam Nacl 2,5 % setiap hari selama 3 minggu sehingga terjadi peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik tikus putih jantan dari tekanan fisiologis (100/80mmHg) menjadi > 145-200 mmHg. Pemberian ini berlanjut sampai perlakuan selesai.

(24)

9

3. Setelah itu tikus putih jantan galur SD dibagi secara random menjadi 5 kelompok P0 (kontrol negatif ), P1 (kontrol positif), P2 (pemberian formula I), P3 (pemberian formula II) dan P4 (pemberian formula III). 4. Setelah itu dilakukan pengukuran tekanan darah tikus dan kemudian

dikelompokkan secara acak menjadi lima kelompok (@ 6 ekor) yaitu : Kelompok I : Kelompok Kontrol negatif

Kelompok II : Kelompok Kontrol Positif captopril 0,25 mg Kelompok III : Kelompok Uji Formula I dengan dosis 0,08 gr Kelompok IV : Kelompok Uji Formula II dengan dosis 0,16 gr Kelompok V : Kelompok Uji Formula III dengan dosis 0,32 gr Pada setiap kelompok perlakuan dilakukan pengamatan terhadap berat badan tikus putih jantan galur SD dan kondisi kesehatannya selama penelitian berlangsung.

Tabel 1. Kelompok Perlakuan

Kelompok Perlakuan Jumlah pemberian

Kontrol (-) diberi prednison 1,5 mg/kgbb dalam nacl 2,5 %

-

Kontrol (+) Diberi prednison 1,5 mg/kgbb dalam nacl 2,5 % + obat captopril 0,25 mg

Captopril 0.25 mg

Formula I Diberi prednison 1,5 mg/kgbb dalam nacl 2,5 % + Rebusan I

2,5 ml

Formula II Diberi prednison 1,5 mg/kgbb dalam nacl 2,5 % + Rebusan II

5 ml

Formula III Diberi prednison 1,5 mg/kgbb dalam nacl 2,5 % + Rebusan III

10 ml

5. Pemberian formula I, II dan III dilakukan setiap hari secara oral dicekok dengan menggunakan sonde selama 2 minggu. Langkah pertama dimulai dengan penyedotan rebusan menggunakan sonde yang ujungnya terbuat dari karet. Tikus dipegang pada kulit bagian kepala sehingga mulut menghadap ke atas. Selanjutnya sonde dimasukkan melalui mulut secara perlahan sampai mencapai lambung. Kemudian

(25)

10

rebusan disemprotkan. Pemberian rebusan ini dilakukan sebanyak 2x sehari.

6. Pada minggu ke-2 dilakukan pengukuran tekanan darah tikus putih jantan galur SD pada masing-masing kelompok.

4. Pembuatan Bahan Uji

Bahan segar setelah dipanen dicuci dengan air mengalir hingga bersih; bahan dilakukan pengubahan bentuk, sedangkan rimpang diiris dengan ketebalan sekitar 0.3 cm. Setelah itu diangin-anginkan dilanjutkan pengeringan di dalam oven suhu 30-400C, hingga kadar air kurang dari 10%. Setelah kering, simplisia dibuat ramuan dengan komposisi sebagai berikut daun salam, pegagan, rimpang alang – alang dan biji pala. Dosis per oral diberikan pada tikus berdasarkan hasil penelitian tunggal pada tikus.

Tabel 2. Perhitungan dosis yang digunakan berdasarkan hasil penelitian ekstrak tunggal disetarakan dengan bentuk sediaan rebusan

Simplisia Dosis ekstrak ≈ simplisia

Daun salam 200 mg ekstrak etanol (Kusnandar, et al., 2010) 2 gram Pegagan 3000 mg sesuai Jamu Saintifik (Agus T et al. 2011) 3 gram Alang – alang

Biji pala

25 mg/kgbb ekstrak etanol (Rustam et al., 2011)

11 mg/kgbb ekstrak etanol (Rahadian et al., 2009)

5:0.018=277 ≈ 2770 mg = 3 gram 2,2:0.018=122 mg ≈ 1 gram

Perbandingan dosis ( daun salam 2 g : herba pegagan 3 g : alang-alang 3 g : biji pala 1 gr = 2 : 3 : 3 : 1) bahan simplisia/ bahan yang telah dikeringkan. Ini adalah dosis perhari ( tiga kali minum ) pemakaian dalam klinik saintifikasi jamu, jadi jumlah bahan 9 g/ 70 kg BB manusia perhari.Konversi dosis untuk tikus 200 g dari manusia BB 70 kg menurut Laurance dan Hasbach dengan faktor 0,018 Perhitungan : 9 x 0,018 = 0,162 g Dosis untuk tikus 0,162 g/ 200 g BB. Dosis lainnya untuk perlakuan diambil dari setengah dosis dibawah dan dua kali dosis diatasnya.

(26)

11

5. Cara Pengukuran Tekanan Darah Hewan Coba

Pengukuran hewan coba dilakukan di Laboratorium Farmakologi dan Toksikologi Fakultas Farmasi UGM Yogyakarta. Tikus sebelumnya dipelihara di laboratorium hewan coba Fakultas Farmasi UGM. Pengukuran tekanan darah dengan cara Tail Cuff method menggunakan alat blood pressure analyzer yang dinamakan CODA. Alat ini dapat mengetahui tekanan darah sistolik, diastolik dan Herat Rate ( Laju Jantung). Prinsip kerja pengukuran tekanan darah adalah Cuff digelembungkan sampai mencapai tekanan darah diatas tekanan darah sistolik, sehingga nadi menghilang kemudian tekanan cuff dikurangi perlahan-lahan. Pada saat tekanan darah mencapai di bawah tekanan sistolik nadi akan muncul kembali. Cara pengukuran ini sesuai dengan cara pengukuran tekanan darah menggunakan sphigmomanometer pada manusia. Pengukuran tekanan darah pada metode Tail Cuff selain digunakan pada tikus juga dapat digunakan pada mencit, anjing, dan primata kecil (Ngatijan, 2006).19

B. Cara kerja Uji toksisitas Akut

Prinsip toksisitas akut adalah pemberian dosis tunggal suatu bahan uji secara oral dengan berbagai dosis pada hewan coba kemudian diobservasi adanya gejala toksik/keracunan dan kematian hewan coba. Uji toksisitas akut bertujuan untuk menetapkan nilai LD50 dan menentukan organ sasaran yang mungkin rusak, efek toksik spesifik dan petunjuk dosis terapi. Tikus dibagi menjadi 6 kelompok, masing-masing terdiri dari 6 ekor tikus jantan dan 3 ekor tikus betina dan 3 ekor jantan galur Spraque Dawley, umur 2 bulan berat badan 150-250 gram. Tiap kelompok diberikan ramuan secara oral untuk sekali pemberian dengan dosis:

a. Kelompok Kontrol

b. Kelompok perlakuan I rebusan ramuan sebanyak 1080 mg/kgbb c. Kelompok perlakuan II rebusan ramuan sebanyak 2160 mg/kgbb d. Kelompok perlakuan III rebusan ramuan sebanyak 3240 mg/kgbb e. Kelompok perlakuan IV rebusan ramuan sebanyak 4320 mg/kgbb f. Kelompok perlakuan V rebusan ramuan sebanyak 5400 mg/kgbb Ramuan direbus dengan membuat volume stok terlebih dahulu.

(27)

12

Sebelum dan sesudah perlakuan bobot badan tikus ditimbang, dicatat terjadinya gejala klinik/toksik. Pengamatan meliputi kesehatan hewan/gejala klinis, berat badan, jumlah kematian dan gross pathology (patologi makro) untuk hewan coba yang mati pada waktu pengamatan. Pengamatan dilakukan selama 14 hari. Pengamatan yang dilakukan meliputi perubahan kulit dan bulu, mata dan membran mukosa, gerakan tubuh, tremor, konvulsi, salivasi, diare, dan pernafasan. Jika terdapat hewan coba yang mati dilakukan otopsi/pembedahan. Jika tidak ada hewan coba yang mati tetap dilakuakn pembedahan untuk melihat histopatologi organ ginjal, liver, lambung, paru, jantung dan limpa hewan coba. Masing – masing kelompok perlakuan diambil 2 hewan coba secara acak.

Cara pembedahan adalah sebagai berikut: tikus dimasukkan ke dalam bejana bertutup rapat berisi kapas yang dibasahi eter. Setelah tikus menunjukkan kematian, tikus ditelentangkan pada papan bedah. Pembedahan diawali dengan insisi di bagian perut bawah menggunakan gunting dan pinset bedah. Setelah rongga perut terbuka dilakukan pengambilan organ hepar, limpa, ginjal dan lambung dilanjutkan pembukaan rongga dada untuk mengambil paru-paru dan jantung. Organ dibersihkan dan dicuci dengan larutan dapar. Organ ditimbang dan diamati kemudian dimasukkan dalam larutan formalin 10% untuk dilakukan pemeriksaan histopatologi.

Penentuan LD50 (dosis yang menyebabkan kematian 50% hewan uji)

menggunakan analisa probit. Apabila tidak terjadi kematian maka hasil toksisitas akut dapat ditentukan dosis terbesar yang masih dapat diterima hewan coba dan dinyatakan sebagai LD50 semu.

C. Analisis Data

Uji komparabilitas dengan one way Annova baik pada pemilihan sampel untuk melihat tidak adanya perbedaan yang bermkna pada tiap-tiap kelompok maupun hasil yang didapatkan setelah perlakuan untuk melihat ada tidaknyanya perbedaan yang bermakna tiap-tiap kelompok.

(28)

13

VI. HASIL

A. Hasil Uji Khasiat

Penelitian uji khasiat yang telah dilakukan di Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada pada bulan Agustus sampai dengan Oktober 2015. Sedangkan uji toksisitas akut dilakukan di B2P2TOOT Tawangmangu. Penelitian uji khasiat dengan mengamati perubahan tekanan darah pada tiap kelompok. Alat pengukur tekanan darah yang dinamakan CODA dapat mengukur tekanan darah sistolik, diastolik dan Laju darah pada tikus. Penelitian dimulai dengan induksi prednison dan Nacl 2,5% untuk membuat kenaikan tekanan darah pada tikus. Hasil perubahan tekanan darah sistolik pada tikus setelah pemberian prednison dan Nacl 2,5% dapat dilihat pada gambar 1.

130,7 127,8 127 117,3 126

155,5 157,4 163 156 148

KONTROL - KONTROL + DOSIS 0,08 DOSIS 0.16 DOSIS 0.32

te k. sist ol ik Kelompok Perlakuan

Perubahan Tekanan Sistolik Setelah diberi Prednison dan Nacl 2,5 %

H0 H21

Gambar 1. Rerata tekanan sistolik sebelum dan sesudah pemberian prednison dan Nacl 2,5%

Tekanan sistolik sebelum dilakukan induksi merupakan tekanan darah normal dan setelah pemberian tersebut tekanan darah menjadi hipertensi ringan ( > 145 dan < 200 mmHg ).

(29)

14

94,17 88,17 85

77,17 84 124,5

110,32 119 108 106

Kontrol - Kontrol + Dosis 0.08 gr Dosis 0.16 gr Dosis 0.32 gr

Tek an an D ias to lik Kelompok Perlakuan H0 H21

gambar 2. Rerata tekanan diastolik sebelum dan sesudah pemberian prednison dan Nacl 2,5%

Data yang dihasilkan dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov dengan hasil dan distribusi data normal. Nilai p dari uji Kolmogorov-Smirnov tekanan darah sistolik sebesar 0,725, tekanan darah diastolik 0,982, tekanan darah sistolik setelah induksi yaitu 0,943, tekanan darah diastolik sesudah pemberian prednison sebesar 0,487, berat badan awal 0,505, berat badan sesudah induksi 0,812 dan HR setelah induksi 0,839.

1. Berat badan

Sebelum dan setelah perlakuan dilakukan penimbangan berat badan.

Gambar 3. Gambaran berat badan sebelum dan setelah perlakuan pada tiap – tiap kelompok

(30)

15

2. Tekanan Sistolik

Tabel 3. Rerata tekanan sistolik pada masing – masing kelompok sebelum dan setelah pemberian prednison dan Nacl 2,5%

Pemberian

prednison Kontrol - kontrol + Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3 F Sig Sebelum 130,7 + 14,4 127,0 + 12,8 127,0 + 5,1 117,3 + 17,5 126,0 + 13,1 0,8 0,50* Sesudah 155,5 + 11,9 157,4 + 7,6 162,7 + 10,1 155,4 + 9,2 148 + 11,7 1,6 0,20*

*) tidak berbeda bermakna pada p >0,05

Rerata tekanan sistolik setelah pemberian prednison 1,5 mg/kgbb dan Nacl 2,5% ditemukan hasil yang tidak berbeda bermakna pada tiap-tiap kelompok (p>0,05). Hasil tersebut menunjukkan tikus yang dibuat hipertensi memiliki tekanan darah sistolik yang sama.

Tabel 4. Rerata perubahan tekanan sistolik pada masing – masing kelompok sebelum dan setelah perlakuan ramuan jamu

Perlakuan Kontrol - kontrol + Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3 F Sig Sebelum 155,5 + 11,9 157,4 + 7,6 162,7 + 10,1 155,4 + 9,2 148,0 + 11,7 1,6 0,20 Sesudah 161,0 + 16,0 134,0 + 7,0 136,7 + 10,6 123,8 + 18,1 130,1 + 7,8 6,7 0,001* *) beda bermakna pada p<0,05

155,5 161 157,42 163 156 148 134,67 137 124 130 0 50 100 150 200

Kontrol - Kontrol + Dosis 0.08 g Dosis 0.16 Dosis 0.32

Te ka na n Sis tol ik Kelompok Perlakuan

Perubahan Tekanan Sistolik setelah perlakuan Ramuan Jamu 2 minggu

H21 H35

gambar 4. Rerata tekanan sistolik sebelum dan sesudah perlakuan ramuan jamu

Uji Variansi menggunakan Levene Test dengan nilai Confident Interval 95% dijumpai nilai p sebesar 0,833. Hasil tersebut menunjukkan tekanan sistolik kelompok kontrol negatif, kontrol positif, perlakuan 1, perlakuan 2 dan perlakuan 3 memiliki variansi yang sama. Kesimpulan bahwa tidak ada perbedaan tekanan sistolik yang menjadi hipertensi. Tekanan sistolik setelah perlakuan 2 minggu pada masing – masing kelompok dilakukan uji beda dengan menggunakan One Way Annova didapatkan nilai p < 0,05 ( Confidence Interval 95 % ) antara kelompok kontrol dengan perlakuan yaitu sebesar 0,001. Setelah

(31)

16

dilakukan perlakuan jamu dijumpai hasil yang berbeda bermakna antara kelompok kontrol dan perlakuan.

3. Tekanan diastolik

Tabel 5. Rerata tekanan diastolik pada tiap kelompok sebelum dan sesudah pemberian prednison dan Nacl 2,5%

Pemberian

prednison Kontrol - kontrol + Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3 F Sig Sebelum 94,2 + 15,9 88,2 +10,9 84,8 4,9 77,2 13,2 83,5 6,7 1,9 0,14* Sesudah 124,5 + 19,4 110,3 + 5,5 119,3 + 7 108,1 + 9,2 106,2 + 15,4 2,4 0,79*

*)tidak berbeda bermakna pada p > 0,05

Rerata tekanan diastolik setelah dilakukan induksi untuk membuat tikus hipertensi menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna dengan nilai p>0,05. Hasil tersebut menunjukkan terjadi peningkatan namun tidak berbeda bermakna.

Tabel 6. Rerata tekanan diastolik pada tiap kelompok sebelum dan sesudah perlakuan

Perlakuan Kontrol - kontrol + Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3 F *) Sig Sebelum 124,5 + 19,4 110,3 + 5,5 119,3 + 7 108,1 + 9,2 106,2 + 15,4 2,4 0,79 Sesudah 124,5 + 14,3 97,3 + 8,9 99,7 + 9,1 83,3 + 12,6 95,6 + 5,3 12,2 0,001* *) berbeda bermakna pada p < 0,05

124,5 110,32 119 108 106 124,5 97,33 100 83 96 0 20 40 60 80 100 120 140

Kontrol - Kontrol + Dosis 0.08 g Dosis 0.16 Dosis 0.32

T eka nan D ia st oli k Kelompok Perlakuan

Perubahan Tekanan Diastolik Setelah Perlakuan Ramuan Jamu Selama 2 Minggu

H21 H35

gambar 5. Rerata tekanan diastolik sebelum dan sesudah perlakuan ramuan jamu

Uji Variansi menggunakan Levene Test. Data memiliki variansi yang sama jika nilai signifikan > 0,05 (α = 5%). Karena nilai signifikansi sebesar 0,160 dan 0,111 maka data tekanan sistolik kelompok kontrol negatif, kontrol positif, perlakuan 1, perlakuan 2 dan perlakuan 3 memiliki variansi yang sama. Tekanan diastolik setelah perlakuan 2 minggu pada masing – masing kelompok dilakukan uji beda dengan menggunakan One Way Annova didapatkan nilai p <

(32)

17

0,05 ( Confidence Interval 95 % ) antara kelompok kontrol dengan perlakuan yaitu 0,001.

4. Heart Rate ( Denyut Jantung )

Alat pengukur tekanan darah pada tikus juga bisa mengukur laju jantung per menit. Gambaran nilai laju jantung dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Rerata denyut jantung tiap kelompok sebelum dan sesudah pemberian prednison Nacl 2,5%

Pemberian

prednison Kontrol - kontrol + Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3 F Sig Sebelum 420,0 + 80,6 359,5 + 22,7 432,5 + 74,7 474,8 + 54,5 432,5 + 56,8 1,9 0,10* Sesudah 404,7 + 60,2 354,1 + 45,5 396,0 + 48,5 372,8 + 35,8 358,7 + 42,0 2,4 0,07*

*) tidak berbeda bermakna pada p > 0,05

Rerata denyut jantung setelah pemberian prednison dan Nacl 2,5% pada tikus yang dibuat hipertensi menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna pada masing – masing kelompok. Denyut jantung pada masing – masing kelompok menunjukkan perubahan yang berbeda. Ada beberapa kelompok yang mengalami kenaikan tetapi ada juga yang turun. Perubahan tersebut setelah dilakukan uji signifikansi didapatkan hasil tidak berbeda pada tiap – tiap kelompok.

Tabel 8. Rerata denyut jantung pada tiap kelompok sebelum dan sesudah perlakuan ramuan jamu.

Perlakuan Kontrol - kontrol + Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3 F Sig Sebelum 404,7 + 60,2 354,1 + 22,7 396,0 + 48,5 372,8 + 35,8 358,7 + 42,0 2,4 0,07 Sesudah 341,8 + 47,3 340,2 + 33,5 387,5 + 80,8 417,2 + 43,5 375,5 + 56,9 12,2 0,001*

*) berbeda bermakna pada p<0,05

404,67 354,15 396 373 359 341,83 340,17 388 417 376 0 100 200 300 400 500

Kontrol - Kontrol + Dosis 0.08 gr Dosis 0.16 gr Dosis 0.32 gr A xis Tit le Kelompok Perlakuan

Perubahan Denyut Jantung

gambar 6. Rerata perubahan denyut jantung sebelum dan setelah perlakuan ramuan jamu

(33)

18

Rerata denyut jantung setelah perlakuan jamu selama 2 minggu dijumpai hasil yang berbeda pada tiap kelompok. Pada kelompok dosis ramuan kedua dan ketiga menunjukkan kenaikan. Kelompok kontrol positif dan ramuan satu mengalami penurunan.

5. Selisih Tekanan Sistolik, Diastolik dan Denyut Jantung

Gambaran perbedaan tekanan sistolik, diastolik dan denyut jantung diperlihatkan secara jelas melalui selisih antara sesudah dengan sebelum perlakuan. Perbandingan selisih pengukuran tersebut pada tiap kelompok dapat dilihat melalui tabel 9.

Tabel 9. Rerata Selisih Tekanan Sistolik, Diastolik dan Denyut Jantung Sesudah dan Sebelum Perlakuan Ramuan Jamu Selama 2 minggu

selisih kontrol + Sig Dosis 1 Sig Dosis 2 Sig Dosis 3 Sig Sistolik 22,7 + 17,1 0,010* 26,0 + 10,1 0,070 31,6 + 25,9 0,002* 17,9 + 7,3 0,038* Diastolik 12,9 + 12,8 0,190 19,7 + 11,1 0,053 24,8 + 17,4 0,017* 10,5+ 13,8 0,287

HR 14,0 + 62,2 0,160 8,5 + 86,7 0,124 44,4 + 26,8 0,004* 16,8 + 46,9 0,280

*) berbeda bermakna pada p<0,05

Selisih rata – rata tekanan sistolik dan diastolik sesudah dan sebelum perlakuan paling optimal pada dosis ramuan jamu kedua. Uji beda One way Annova Multiple comparison dijumpai nilai p<0,05 pada kelompok dosis kedua. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa selisih tekanan darah sistolik sesudah dan sebelum perlakuan menunjukkan adanya perbedaan bermakna dengan kelompok kontrol. Penurunan denyut jantung pada kelompok kontrol + dan dosis 1 tidak signifikan sedangkan kenaikan denyut jantung pada dosis 2 meski menunjukkan perbedaan bermakna tapi masih dalam rentang normal.

6. Tekanan Arteri Rata-rata (MAP)

Tabel 10. Rerata Tekanan Arteri Rata-rata pada tiap kelompok sebelum dan pemberian prednison dan Nacl 2,5%

Pemberin

prednison Kontrol - kontrol + Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3 F Sig Sebelum 106,3 + 14,3 101,4 + 10,1 98,9 + 4,6 90,5 + 14,4 97,7 + 7,4 1,7 0,18* Sesudah 134,8 + 16,6 126,0 + 6,1 133,8 + 7,0 123,9 + 9,0 120,1+ 12,7 2,02 0,12*

*) tidak berbeda bermakna pada p > 0,05

Rerata dari tekanan arteri rata – rata pada sesudah pemberian prednison dan Nacl 2,5% mengalami kenaikan dari nilai awal. Tidak ada perbedaan yang bermakna pada tekanan arteri rata – rata yang dijumpai.

(34)

19

Tabel 11. Rerata Tekanan Arteri Rata-rata pada tiap kelompok sebelum dan sesudah perlakuan jamu

Perlakuan Kontrol - kontrol + Dosis 1 Dosis 2 Dosis 3 F Sig Sebelum Sesudah 134,8 + 16,6 136,7 + 14,5 126 + 6,1 109,8 + 9,8 133,8 + 7,0 112 + 9,1 123,9 + 9,0 96,8 + 14,3 120,1+ 12,7 107,1 + 5,9 2,02 10,3 0,12 0,001*

*) berbeda bermakna pada p<0,05

gambar 7. Rerata perubahan tekanan arteri rata – rata pada tiap kelompok sebelum dan sesudah perlakuan ramuan jamu

Tekanan darah arteri rata – rata bisa didapatkan dengan sebuah rumus yaitu : MAP = (Sistolik + 2 Diastolik)/3. Distribusi data dari tekanan arteri rata-rata normal dan uji homogenitas menggunakan Lavene test menunjukkan data tekanan arteri rata-rata memiliki variasi yang sama. Tekanan arteri rata-rata-rata-rata mengalami penurunan secara signifikan pada semua kelompok perlakuan dibanding kelompok kontrol (Sig. < 0,05).

B. Hasil Uji Toksisitas Akut

Pada toksisitas akut hasil pengamatan meliputi parameter ketoksikan dan tanda-tanda yang ditimbulkan meliputi : gejala dan tanda-tanda ketoksikan, kematian hewan uji, kimia darah, dan organ terpapar. Organ yang dilihat terutama ginjal dan liver. Gejala dan tanda – tanda ketoksikan dapat dilihat pada tabel 12.

(35)

20

Tabel 12. Pengamatan uji toksisitas akut setelah pemberian formula jamu untuk Hipertensi Ringan dosis tunggal

Dosis ramuan Cara pemberian

Jumlah kematian

Gejala dan tanda-tanda ketoksisan

1 Kontrol normal

Peroral Tidak ada kematian

Tidak ditemukan tanda-tanda ketoksisan pada hewan uji

2 1080 mg/kgbb Peroral Tidak ada kematian

Tidak ditemukan tanda-tanda ketoksisan pada hewan uji

3 2160 mg/kgbb Peroral Tidak ada kematian

Tidak ditemukan tanda-tanda ketosisan pada hewan uji 4 5 6 3240 mg/kgbb 4320 mg/kgbb 5400 mg/kgbb Peroral Peroral Peroral Tidak ada kematian Tidak ada kematian Tidak ada kematian

Tidak ditemukan tanda - tanda ketoksisan pada hewan uji

Tidak ditemuka tanda -tanda ketoksikan pada hewan uji

Tidak ditemuka tanda - tanda ketoksikan pada hewan uji

1. Pengamatan berat badan hewan uji

Hasil pengamatan uji toksisitas akut ramuan formula jamu untuk Hipertensi ringan terhadap kenaikan berat badan hewan uji setelah pemberian dosis tunggal dalam pengamatan selama 14 hari terlihat dalam bagan 1. Pemberian dosis ekstrak tanaman dengan variasi lima dosis yaitu 1080 mg/Kgbb (dosis 1), 2160 mg/Kgb(dosis 2), 3240 mg/Kgbb (dosis 3), 4320 mg/kgbb (dosis 4) dan 5400 mg/kgbb (dosis 5) yang dibandingkan dengan kontrol.

(36)

21

Gambar 8. Perubahan bobot badan rata-rata (gram) tikus yang diamati selama 14 hari setelah pemberian dosis tunggal ramuan jamu untuk Hipertensi ringan

dibandingkan dengan kontrol.

Dari bagan satu tersebut dapat dilihat bahwa bobot badan tikus mengalami kenaikan setelah pemberian dosis tunggal ramuan jamu hipetensi ringan. Penimbangan berat badan dilakukan tiap dua hari mulai hari pertama sebelum diberi ramuan jamu sampai dengan hari ke 14. Pada rentang waktu tersebut tidak ditemukan penurunan berat badan. Hampir seluruh hewan coba mengalami kenaikan berat badan selama penelitian.

2. Penentuan LD50

Tabel 13. Hasil Uji Toksisitas 3. N

o

Nama tanaman Bagian yg diuji Hasil LD50 Golongan

1 Ramuan jamu untuk Hipertensi ringan Rebusan simplisia >5000 mg/Kg BB tikus PNT

Keterangan : PNT (Practitial Non Toxic) Sumber data : Hasil percobaan laboratorium

3. Pengamatan terhadap kadar ureum darah hewan uji

Pemberian ramuan jamu untuk hipertensi ringan pada hewan uji pada dosis 1080 mg/kgbb, 4320 mg/kgbb dan 5400 mg/ kg bb menaikan, dan pada kadar 2160 mg/kg bb dan 3420 mg/kgbb menurunkan, sedangkan pada kontrol

(37)

22

yang tanpa perlakuan kadar ureum juga naik. Gambaran perubahan kadar ureum tiap kelompok ramuan jamu hipertensi ringan dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9. Rerata kadar ureum sebelum dan setelah pemberian jamu untuk Hipertensi ringan dibandingkan dengan kontrol.

4. Kadar Kreatinin

Pemberian ramuan jamu untuk Hipertensi ringan pada hewan uji pada dosis 1080 mg/kgbb, 3240 mg/kgbb, dan pada kadar 2160 mg/kg bb

menurunkan. Pada dosis 4320 mg/kgbb dan 5400 mg/kg bb memiliki kadar kreatinin darah yang sama dengan sebelum perlakuan. Sedangkan pada kelompok kontrol yang tanpa perlakuan kadar kreatinin juga turun.

Gambar 10. Rerata kadar kreatinin sebelum dan setelah pemberian jamu untuk Hipertensi ringan dibandingkan dengan kontrol.

5. Gambaran kadar SGOT

Pemberian ramuan jamu untuk Hipertensi ringan pada hewan uji menunjukkan gambaran terhadap kadar SGOT dengan dosis 1080 mg/kgbb,

(38)

23

2160 kg/bb, 3240 mg/kgbb, 4320 mg/kgbb dan 5400 mg/kg bb menurunkan kadar SGOT, sedangkan pada kontrol yang tanpa perlakuan kadar SGOT juga turun. Gambaran perubahan kadar SGOT dapat dilihat pada bagan 4. Menunjukkan ramuan tersebut aman terhadap organ hati.

Gambar 11. Rerata kadar SGOT sebelum dan setelah pemberian jamu hipertensi ringan dibandingkan dengan kontrol.

6. Gambaran kadar SGPT

Pemberian ramuan jamu untuk hipertensi ringan pada hewan uji pada dosis 1080 mg/kgbb, 2160 mg/kgbb dan 5400 mg/kg bb menaikkan kadar SGPT namun kenaikan masih dalam batas normal tidak melebihi dari kontrol normal, sedangkan pada dosis 3240 mg/kg bb dan 4320 mg/kgbb dan kelompok kontrol menurunkan kadar SGPT. 64,5 53,8 48,5 59,7 57,5 61,8 46 55,5 54,7 58,8 54,2 63 0 10 20 30 40 50 60 70 kontrol dosis 1080 mg

dosis 2160 dosis 3240 dosis 4320 mg dosis 5400mg K ada r SG P T IU /L Perlakuan

Kadar SGPT sebelum dan setelah perlakuan

SGPT sebelum perlakuan SGPT setelah perlakuan

Gambar 12. Rerata kadar SGPT sebelum dan setelah pemberian jamu untuk Hipertensi ringan dibandingkan dengan kontrol.

(39)

24 7. Gambaran Histopatologi hepar

Tabel 14. Tabel pemeriksaan histopatologi jaringan hepar setelah perlakuan dosis tunggal ramuan jamu Hipertensi ringan

RUSAK

KELOMPOK NORMAL PIKNOTIK KARIOREKSIS KARIOLISIS TOTAL

KONTROL 96 4 0 0 4 DOSIS I 94 4 1 1 6 DOSIS II 96 2 1 3 6 DOSIS III 94 3 0 0 3 DOSIS IV 97 3 0 0 3 DOSIS V 99 1 0 0 1

Pada tabel dapat dilihat antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan berbagai dosis menunjukkan tidak adanya perbedaan dalam jumlah sel normal.

8. Gambaran Histopatologi Organ Ginjal

Tabel 15. Tabel Pemeriksaan histopatologi jaringan gnjal setelah perlakuan dosis tunggal ramunan jamu hipertensi ringan

RUSAK

KELOMPOK NORMAL PIKNOTIK KARIOREKSIS KARIOLISIS TOTAL

KONTROL 72 26 2 0 28 DOSIS I 63 35 1 1 37 DOSIS II 56 40 2 2 44 DOSIS III 54 39 3 4 46 DOSIS IV 52 41 0 7 48 DOSIS V 59 34 1 6 41

Pada tabel dapat dilihat antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Peningkatan dosis cenderung tidak diikuti dengan peningkatan jumlah sel yang mengalami kerusakan. Hal ini dapat dilihat pada kelompok dosis paling besar tetapi jumlah sel yang rusak lebih sedikit dbanding kelompok dosis 2,3 dan 4.

(40)

25

VI. PEMBAHASAN

A. Uji Khasiat Ramuan Jamu Antihipertensi Ringan

Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah sistolik dan Diastolik. Tekanan Darah sistolik pada manusia dikatakan normal jika kurang dari 140 mmHg dan tekanan diastolic kurang dari 90 mmHg. Pada penelitian ini menggunakan hewan coba tikus putih jantan galur Rattus novergicus dimana nilai normal tekanan darah sistolik tikus antara 116-145 mmHg dan diastolik antara 76-97 mmHg.20 Sumber lain menyebutkan bahwa hipertensi dicapai setelah tikus mengalami peningkatan tekanan darah >10 mmHg dari tekanan darah pada kelompok normal.21

Penelitian ini menggunakan tikus dengan jenis kelamin jantan karena memiliki sistem hormonal yang lebih stabil dibanding tikus betina sehingga dapat meminimalkan variasi biologi yang berkaitan dengan pengaruh hormonal yang berubah-ubah yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Dalam penelitian kali ini tikus diinduksi dengan menggunakan prednison 1,5 mg/kgbb dalam Nacl 2,5 % setiap hari selama 3 minggu dan tetap diberikan sampai perlakuan masing-masing kelompok selesai. Prednison merupakan obat golongan glukokortikoid sintetik dimana juga mempunyai efek mineralokortikoid yang berfungsi mengatur kadar elektrolit dan air, dengan cara penahanan garam di ginjal sehingga terjadi retensi garam yang dapat menarik cairan ke dalam pembuluh darah. Sedangkan Nacl 2,5 % merupakan jenis cairan hipertonik yaitu cairan infus yang osmolaritasnya lebih tinggi dibandingkan serum, sehingga menarik cairan dan elektrolit dari jaringan dan sel ke dalam pembuluh darah. Dalam penelitian ini, pemberian kombinasi prednison dengan Nacl 2,5 % selama 21 hari menyebabkan peningkatan tekanan darah rata-rata menjadi 156 mmHg. Berdasarkan handbook laboratory of animal dikatakan hipertensi ringan bila tekanan darah sistolik > 145 dan < 200 dan tekanan diastolik > 97 mmHg.20 Proses induksi hipertensi dengan metode yang sama selama 14 hari telah dilakukan penelitian terdahulu dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah rata-rata menjadi 148 mmHg (Yuliandra et al., 2007); 170 (Gusmelia et al., 2011); 191 mmHg (Charissa et al., 2012) dan 178 mmHg (Yuliandra et.al.,2013).22 Pada penelitian ini mekanisme induksi disesuaikan dengan mekanisme kerja dari ramuan – ramuan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan pemberian prednison1,5 mg/KgBB dan NaCl 2,5 % dapat meningkatkan tekanan darah pada tikus

(41)

26

normal melalui mekanisme sistem renin-angiotensin-aldosteron dan retensi cairan dapat membuktikan aktivitas ramuan jamu antihipertensi.

Menurut Thompson, suatu zat uji dikatakan mempunyai efek antihipertensi jika mampu menurunkan tekanan darah sistolik ≥ 20 mmHg.23 Jadi, dalam penelitian ini apabila terjadi penurunan tekanan darah sistolik ≥ 20 mmHg, maka sudah dapat dikatakan mempunyai efek antihipertensi. Pada kelompok kontrol (-) yang dibuat hipertensi tapi tidak diberikan perlakuan setelah diinduksi terjadi perubahan tekanan sistolik dari 130 mmHg menjadi 155 mmHg yang berarti tidak terdapat perubahan yang menunjukkan bahwa tidak terjadi kompensasi pada tikus yang dibuat hipertensi. Berat badan pada kelompok kontrol positif mengalami penurunan meski tidak signifikan sedangkan pada kelompok perlakuan jamu semua dosis mengalami peningkatan berat badan terutama dosis 2 dan 3 mengalami peningkatan berat badan yang bermakna dibanding kontrol negatif.

Setelah dianalisis, tekanan darah pada kelompok kontrol (+) berbeda signifikan dengan kelompok kontrol (-) dengan nilai p 0.01. Kelompok kontrol (+) berhasil menurunkan tekanan darah sistolik. Pada kelompok kontrol (+) diberikan kaptopril yang sudah diketahui merupakan golongan ACE-inhibitor yang sesuai dengan aktivitas yang dimiliki oleh pegagan dan daun salam, sehingga dapat digunakan sebagai pembanding dalam aktivitas ACEinhibitor. Kerja kaptopril ini sesuai digunakan untuk menurunkan tekanan darah tikus hipertensi yang diinduksi dengan prednison 1,5 mg/KgBB dan NaCl 2,5 % yang aktivitas renin-angiotensinya meningkat.24 Dosis kaptopril 2,5 mg/KgBB yang digunakan pada penelitian ini adalah dosis hasil konversi dari dosis efektif pada manusia ke tikus.25

Terdapat perbedaan yang signifikan tekanan sistolik dan diastolik antara kelompok kontrol (-) dengan kelompok ramuan I ( dosis 0.08 gr ), ramuan II ( dosis 0.16 gr ) dan ramuan III ( dosis 0.32 gr ). Data tersebut menunjukkan bahwa ramuan jamu hipertensi dengan dari berbagai dosis mampu menurunkan tekanan darah secara signifikan dan menurunkan tekanan darah sistolik sampai ke nilai normal. Penurunan paling besar pada kelompok dosis 0.16 gr. Penurunannya mampu melebihi penurunan captopril (obat standar). Tekanan darah diastolik yang mengalami penurunan sampai nilai normal pada semua kelompok kecuali kelompok ramuan I (dosis 0.08). Penurunan tekanan diastolik paling besar terjadi pada kelompok ramuan II (0.16 gr) dan signifikan setelah dilakukan uji statistik.

(42)

27

ACE memegang peranan fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah dan dapat ditemui di pembuluh paru. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati, oleh hormon renin (diproduksi di ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I (dekapeptida yang tidak aktif). ACE yang terdapat pada paru-paru akan mengubah angiotensin I menjadi angiotensin II (oktapeptida yang sangat aktif). Angiotensin II memiliki potensi besar meningkatkan tekanan darah karena memiliki sifat vasoconstrictor (senyawa yang menyebabkan penyempitan pembuluh darah). 26 Daun salam mengandung senyawa flavonoid yang mempuyai efek hipotensi dengan mekanisme menghambat aktivitas ACE, serta sebagai diuretik.27 Pegagan juga mengandung senyawa kimia yang berperan menghambat enzim ACE. Pada penelitian sebelumnya didaptkan jus segar pegagan 24 dan 32 g/kg bb dapat menurunkan tekanan darah, menurunkan detak jantung, dan melancarkan aliran darah pada tikus hipertensi. Pemberian jus pegagan tidak berpengaruh terhadap tikus normal, berbeda dengan kaptopril yang memberikan efek nyata baik pada tikus hipertensi maupun tikus normal.13 Sedangkan pada penelitian ini kaptopril menunjukkan penurunan denyut jantung tapi tidak bermakna. Pada perlakuan dosis 2 terdapat kenaikan denyut jantung meski signifikan tapi masih dalam rentang normal sehingga ramuan jamu pada penelitian ini tidak mempengaruhi laju jantung secara signifikan karena rentang laju jantung normal pada tikus yaitu 330 – 480 kali/menit. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari eka Wahyu,2011 yang menunjukkan efek jus pegagan dalam menurunkan denyut jantung.

Pada peneltitian ini juga terdapat perbedaan yang bermakna tekanan arteri rata-rata (MAP) antara kelompok kontrol dan perlakuan. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyebutkan daun salam dapat menurunkan tekanan arteri rata-rata secara signifikan yang setara dengan nifedipin. Tekanan darah arteri menggambarkan kondisi tekanan darah yang ada pada darah saat keluar dari jantung. Tekanan yang rendah mengakibatkan suplai darah kurang ke jaringan. Sehingga oksigen dan sari – sari makanan tidak tersampaikan, dan akhirnya dapat terjadi penurunan metabolisme tubuh. Kondisi ini yang dinamakan denga hipoksia.

Rimpang alang-alang memiliki aktivitas sebagai diuretik yang efektif sehingga dapat ikut berperan dalam menurunkan tekanan darah. Biji pala dapat membantu menurunkan tekanan darah dengan merangsang tidur. Keempat ramuan ini bekerja secara sinergis dalam menurunkan tekanan darah. Efek penurunan tekanan darah sama dengan obat standar bahkan untuk tekanan diastolik lebih baik dari obat standar.

(43)

28

Penurunan tekanan darah sebanyak 5-6 mmHg dapat mengurangi risiko terkena serangan stroke sampai 40%, penyakit jantung koroner 15-20% dan mengurangi kegagalan jantung.28 Hasil penelitian Bovet et al.29 terhadap volunter menunjukkan bahwa penurunan tekanan darah 7 mmHg terjadi setelah meminum obat antihipertensi 0-3 hari perminggu, dengan tekanan darah awal 158 mmHg. Bila mengkonsumsi obat 6-7 hari perminggu maka tekanan darah akan turun sampai 16 mmHg. Dari penggunaan obat antihipertensi terhadap pasien dapat mengurangi risiko terkena stroke sampai 18%, penyakit jantung koroner 16% dan kematian pecah pembuluh darah 21%. Penurunan tekanan darah rata rata 5-6 mmHg untuk diastolik dan 10-12 mmHg untuk sistolik.30 Penurunan tekanan darah sebaiknya tidak terlalu cepat tetapi secara perlahan. Dalam pengobatan hipertensi kronik, penurunan tekanan darah harus bertahap dan memerlukan pendekatan individual. Durasi penurunan tekanan darah untuk obat antihipertensi yang terbaik adalah yang tidak terlalu cepat dalam menurunkan tekanan darah setelah pemberiannya.31

B. Uji toksisitas akut formula jamu untuk Hipertensi ringan

Uji toksisitas akut dilakukan untuk mengetahui dosis terbesar yang besar tunggal yang diperkirakan memberikan efek toksik, pengamatan meliputi :

1. Gejala ketoksikan

Pada pengamatan kesehatan hewan coba selama penelitian (14 hari) seluruh kelompok hewan coba tidak ditemukan gejala klinis keracunan seperti diare, poliuria, muntah-muntah, kejang, tremor, dan penurunan kesadaran.

Pemberian dosis terbesar 5400 mg/Kgbb pada dosis tunggal oral tidak ditemukan adanya kematian sampai 14 hari pengamatan. Juga tidak ditemukan tanda – tanda ketoksisan pada hewan uji. Sehingga nilai LD50 ditetapkan sebagai nilai LD50 semu dari rebusan ramuan jamu untuk Hipertensi ringan adalah >5000 mg/Kgbb. Pada akhir penelitian, seluruh hewan coba yang masih hidup, tidak dicurigai adanya perubahan makroskopis terhadap organ hepar, ginjal, usus dan jantung.

2. Pengamatan berat badan hewan uji

Hasil pengamatan uji toksisitas akut ramuan formula jamu untuk Hipertensi ringan terhadap kenaikan berat badan hewan uji setelah pemberian

(44)

29

dosis tunggal dalam pengamatan selama 14 hari. Terlihat peningkatan berat badan pada setiap kelompok baik kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Dari bagan tersebut terlihat peningkatan paling besar pada dosis 5400 mg/kgbb Hal ini menunjukkan ramuan jamu hipertensi ringan kemungkinan memiliki efek meningkatkan nafsu makan hewan coba.

3. Pengamatan pada ginjal dan liver

Ramuan jamu tidak mempengaruhi fungsi ginjal. Hasil pengukuran kadar ureum dalam darah menjelaskan bahwa ramuan jamu berbagai dosis menunjukkan kenaikkan dari nilai normal tetapi kreatinin dalam darah masih dalam batas normal. Hasil tersebut menjelaskan ramuan jamu meski memiliki sifat diuretik tetapi hal tersebut tidak memberatkan fungsi ginjal. Hal ini juga didukung dengan data pemeriksaan histopatologi organ ginjal yang menunjukkan gambaran yang sama dengan kelompok kontrol.

Ramuan jamu berbagai dosis tersebut juga tidak mempengaruhi fungsi liver. Hal tersebut berdasarkan dari hasil SGOT masih dalam batas normal meski hasil SGPT menunjukkan kenaikan sedikit dari nilai normal tetapi kelompok tanpa diberi perlakuan juga mengalami hal sama yaitu kenaikan sedikit dari normal. Hasil tersebut jika melihat pemeriksaan histopatologi organ hepar maka tidak ada perbedaan antara gambaran kelompok kontrol dengan perlakuan. Gambaran tersebut 95% didominasi oleh gambaran sel normal dari hepar.

(45)

30

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Ramuan jamu yang terdiri dari daun salam, pegagan, akar alang – alang dan biji pala dapat digunakan untuk menurunkan tekanan darah tinggi ringan. Kenaikan dosis ramuan tidak diikuti kenaikan aktivitas hipertensi. Dosis efektif dalam menurunkan tekanan darah sampai nilai normal pada dosis 0,16 gr meski berpengaruh tidak signifikan pada frekuensi jantung. Tidak adanya pengaruh pada fungsi ginjal dan liver dengan rentang dosis toksik yang lebar sehingga ramuan tersebut aman digunakan.

B. SARAN

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengikutsertakan manusia sebagai subyek penelitian. Arah dari penelitian tersebut untuk mendapat ramuan jamu saintifik untuk antihipertensi.

(46)

31

VIII. UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menganugerahkan limpahan rahmat dan karunia yang tiada akhirnya, serta shalawat kepada Rasulullah Muhammad SAW sehingga Laporan Penelitian berjudul “Uji Aktivitas dan Toksisitas Akut Ramuan Jamu Antihipertensi Ringan Pada Tikus Putih Rattus norvegicus L” dapat diselesaikan. Selesainya laporan ini tidak terlepas dari dukungan serta bimbingan berbagai pihak dalam proses penelitian dan penyusunan laporannya , untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Indah Yuning Prapti, SKM., M.Kes. selaku Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT)

2. Ketua PPI dan pejabat struktural B2P2TO-OT 3. Seluruh anggota tim penelitian

4. Seluruh rekan kerja di B2P2TO-OT atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis.

(47)

32

IX. DAFTAR PUSTAKA

1. Faisal E. Faktor Resiko Hipertensi pada Wanita Pekerja dengan Peran Ganda Kabupaten Bantul Tahun 2011. Berita Kedokteran Masyarakat Vol. 28 No.2. 2012

2. WHO-ISH Hypertension Guideline Committee. Guidelines of the management of hypertension. J Hypertension. 2003;21(11): 1983-92. 3. Joint National Committee on Prevention, Detection, Evalua- tion, and

Treatment of High Blood Pressure (JNC). The Seventh Report of the JNC (JNC-7). JAMA. 2003;289(19):2560-72.

4. Departemen Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar, Laporan Nasional 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2013

5. Sugiharto A. Faktor – faktor Resiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar [Tesis]. Semarang : Program Studi Magister Epidemiologi Program Pasca Sarjana UNDIP ; 2007

6. Basuki B, Setianto B. Age, body posture, daily working load - past antihypertensive drugs and risk of hypertension: a rural Indone- sia study. Med J Indon. 2001;10(1):29-33

7. Darmojo B. Mengamati penelitian epidemiologi hipertensi di Indonesia. Disampaikan pada seminar hipertensi PERKI. 2000.

8. Setiawan, Zamhir. Karakteristik sosiodemografi sebagai faktor resiko hipertensi studi ekologi di pulau Jawa tahun 2004 [Tesis]. Jakarta: Program Studi Epidemiologi Program Pasca Sarjana FKM-UI; 2006.

9. Pudjiastuti. Hasil Penelitian Tanaman Obat Pusat Penelitian dan Pengembangan Biomedis dan Farmasi 1997-2002, Balitbangkes, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.1999

10. Ismiyati. Aktivitas Antihipertensi Ekstrak Etanol Daun Salam ( Syzygium polianthum W ) Pada Tikus Wistar, Profil Kromatografi Lapis Tipis Serta Penetapan Kandungan Fenolik Total Dan Flavonoid Totalnya. Program Pasca Sarjana Fakultas Farmasi UGM. 2013

11. Vademikum Tanaman Obat Untuk Saintifikasi Jamu Jilid 1. 2012, Jakarta: Kementerian Kesehatan RI

Gambar

Tabel 2 .  Perhitungan dosis yang digunakan berdasarkan hasil penelitian  ekstrak tunggal disetarakan dengan bentuk sediaan rebusan
Gambar 1. Rerata tekanan sistolik sebelum dan sesudah pemberian prednison dan  Nacl 2,5%
gambar 2. Rerata tekanan diastolik sebelum dan sesudah pemberian prednison dan  Nacl 2,5%
Tabel 4. Rerata perubahan tekanan sistolik pada masing – masing kelompok sebelum  dan setelah perlakuan ramuan jamu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Syaikh Muhammad Ath- Thahir bin Asyur ketika menafsirkan ayat-ayat yang berbicara tentang patung- patung Nabi Sulaiman menegaskan, bahwa Islam mengharamkan patung karena

[r]

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan kesehatan, semangat dan ketekunan kepada penulis selama masa penyelesaian skripsi yang

ARS 1333 Teori dan Metode Perancangan 2 ARS 1432 Rekayasa Tapak dan Lingkungan ARS 1532 Studi Kelayakan Proyek dan RAB ARS 1632 Sejarah dan Teori Arsitektur Dunia ARS 0626 STARS

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penelitian ini antara lain terkait dengan kemungkinan adanya faktor stres pada tikus dan keterbatasan yang ada pada

Edwin Asrul/Dyah Purwani Dedi Rahmanto/Sri Widadi. Edwin Asrul/Dyah Purwani Dedi

Sehubungan dengan hal tersebut, faktor-faktor produksi yang dialokasikan petani dalam usahatani kangkung di wilayah kecamatan Dolo Kabupaten Donggala pada