• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jalan Menuju Pencapaian Arahat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jalan Menuju Pencapaian Arahat"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

B

Kumpul Di t

UKU INI ADA

Jalan

lan Ceram Tat terjemahka ALAH DANA

n Menuju

ah Dhamm ta Cara La n dari baha Oleh Bh A DHAMMA

Pencapai

ma Yang M atihan Yang asa Thailan hikkhu Di DAN HANYA CUMA CU

ian Arah

Mulia Âcariy g Beliau Ja nd (kedalam ck Silaratan A DI CETAK U UMA

at

ya Maha Bo lankan m bahasa In no UNTUK DIBA oowa tentan nggris) AGIKAN SEC ng ARA

(3)

© 2 Buk kom Dha tak mem dibe dilarang keras. Pe Pe Ce Di Di Ag “Dana Dh 2005 oleh Y ku ini adalah mersil . amma memp ternilai seh mperbanyak erikan ta np a enulis : YM enterjemah etakan per t i cetak di Th i cetak di In gustus , 200 amma mele YM Acariya h Dana Dha punyai nilai hingga Dham k untuk dib pa pe rlu m M Âcariya M : Bhikkhu D tama : May hailand oleh ndonesia ole 05 ebihi semua Maha Boow amma dan ta i melebihi s mma tak bo bagikan se c meminta iji n Maha Boowa Dick Silarat 2005 h Silpa Siam eh a bentuk D wa Naññasa ak boleh di segala keka oleh di perj cara cu ma n k husus . a Naññasam tano m Packaging Dana “ - San ampanno jual belikan ayaan dunia jual belikan cuma , se b Memperba mpanno g & Printing ng Buddha n dalam seg awi . Dham n seperti bar bagai b entu anyak unt u g Ltd gala bentuk

mma amat luh rang di pas uk Dha mm uk tu juan k hur sar . Ijin ma D ana komersil

(4)

PRAKATA

(Tentang Dhammadesana 2 Mei 2002 & 17 juni 2002) Pembaca yang terhormat,

Dhammadesana dari Than Acharn Maha Boowa kali ini sangat langka dan spesial.

Than Acharn Maha Boowa berkata bahwa beliau sudah menjadi arahat selama lebih dari 50 tahun ( 55 tahun) . Meskipun demikian beliau tidak pernah menyatakan secara terbuka di depan publik, hanya baru baru ini, sekitar 7 tahun yang lalu, beliau kemukakan didepan masyarakat Thai, bahwa dia telah lama mencapai tingkatan Arahat. Dalam kurun waktu 3 tahun, dalam berbagai dhammadesana beliau menjelaskan lebih jauh tentang proses pencerahan beliau. Dhammadesana pada tgl 2 Mei tahun 2002 sangat spesial dan langka. Sekalipun kepada murid muridnya sendiri, beliau tidak pernah berbicara secara langsung ( dan terbuka) mengenai pencerahan yang telah beliau capai , meskipun demikian dari dhammadesana beliau yang membahas dhamma sampai sedemikian dalam kita hanya bisa menyimpulkan bahwa beliau telah mencapai tingkat arahat sehingga bisa menjelaskan sedemikian detil dan spesifik.

Dhammadesana ini sangat spesial dalam artian, beliau membahas sampai ke dalam, tahap demi tahap bagaimana beliau mencapai tingkat arahat. Sekalipun beliau hanya berbicara tahap akhir tetapi beliau mengemukakannya dengan amat menakjubkan.

Dalam masyarakat Thailand, kritik timbul mempertanyakan pencapaian beliau dan sebagai jawaban beliau memberi beberapa dhammadesana tetapi yang paling menonjol adalah dhammadesana pada tgl 17 juni 2002. Karenanya dicantumkan juga disini. Kritik kritik tersebut pada pokoknya membahas berani sekali beliau menyatakan depan publik bahwa beliau adalah seorang arahat dan kritik lain menyatakan bila arahat menangis kemungkinan beliau bukanlah seorang arahat.

Harap pelajari Dhamma ini dengan pikiran jernih dan biarkan batin anda menilai kebenaran Dhamma, seperti yang beliau katakan bahwa Dhamma yang beliau ajarkan selalu timbul langsung dari dalam hati (batin).

Bila ada teks atau bagian kurang jelas atau berkenan , penterjemah mohon ma’af yang sebesar besarnya .

Terimakasih atas perhatian anda, Semoga berkah dhamma dan penerangan muncul pada pembaca setelah membaca buku ini.

Semoga kamma baik dari perbuatan baik ini dapat dilimpahkan untuk semua mahluk di alam semesta . Katam punnya phalam mayham sabbhe bhagi bahvantu te . Dan semoga jasa baik ini mempercepat kita mencapai Nibbana .” Idam me punnam nibbanassa paccayo hotu.”

Mettacittena,

Penterjemah

This book is dedicated to Dhamma & to my teacher

(5)

1. A 2. A 3. A App Sen tidak yang

Arahattamag Arahattaphal Arahattapatt pendiks : Ci narai Istilah “ End - "Yesadam sa "Baran k melekat da g telah menc

gga : Rute L la : Airmata ta : Mengap itta - Esse - Defini deavouring f “ Nibbanas - “Pencapa ambodhiyañg ye ratâ K ngsiapa telah alam keterlep capai kepada Panditta V

Langsung M a Berlinang a Seorang ensi Pikiran isi Istilah B for the Realiz

acchikiriya ian Nibbana gesu Sammâ Khinâvasa ju h melatih pik pasan ; mere aman Mutlak Vagga - disa

Daftar I

Mengakhiri dalam keta Arahat men n “yang men Buddhis zation of Nib ca Etamman a adalah berk cittam subhâ utimanto Te kirannya deng eka inilah ora k dalam dunia adur dari Dha

si

Semua Duk akjuban Dha nangis ? ngetahui” bbana is the ngalamuttam kah tertinggi âvitam Âdân loke parinib gan baik dal ang suci (Ara a ini juga." ammapada -kkha amma highest bless mam “. i”. napatinisagge butâ. " lam faktor fa ahanta) , ya - Jan Sanjiva sing” e anupâdâyâ aktor Pencera ang bersinar aputta â ahan , r terang ,

(6)

DHAMMASALA VIHARA WAT PA BAAN TAAD

Wat Pa Baan Taad didirikan kurang lebih 50 tahun yang lalu oleh YM Acariya Maha Boowa Naññasampanno. Semenjak di dirikan hingga kini banyak orang asing dari berbagai negara (Inggris, Amerika, Canada, Jerman, Israel) yang menjadi murid beliau, diantaranya (alm Than acharn Paññavadho , Than acharn Dick Silaratano, dll). Alm Than acharn Paññavadho adalah bhikkhu asing yang telah mencapai kesucian Arahat. Ini terbukti dari terbentuknya relik beliau beberapa saat setelah di kremasi.

(7)

YM Acariya Man Bhuridatto Thera

(1870 - 1949)

Acharn Man Bhuridatto dilahirkan th 1870 di Baan Kham Bong, Ubon Ratchatani. Ditahbiskan pada th 1893 .Bersama dengan YM Acharn Sao Kantasilo ( guru sekaligus teman ) adalah perintis tradisi "Dhutanga Kammatthana Bhikkhu" di Thailand.

Beliau menerapkan disiplin dan prinsip agama Buddha dalam praktiknya (Patipada) . Beliau adalah arahat yang paling terkenal pada masanya . Berkelana di hutan lebat Thailand, Burma & Laos. Sampai kini modus praktik beliau tersebar di Thailand dan beberapa negara . Beliau parinibbana th 1949 di Wat Suddhavassa , Sakhon Nakhon. Relik beliau hampir seindah dan sejernih relik Sang Buddha . Hampir semua murid beliau juga mencapai tingkatan Arahat (eg.LP Theit Desarangsi, LP Wen Sucinno,LP Kao Annalayo, Lt Maha Bua, Acharn Chah Subhaddho dll). Lt Maha Bua adalah murid generasi ke 3 dan terakhir dari LP Man .

(8)

YM Acariya Maha Boowa Nannasampanno Thera

YM Âcariya Maha Boowa Naññasampanno dilahirkan dalam kel. Lohitdee pada tgl 12 Agustus 1913, di dusun Baan Taad , propinsi Udon Thani , Timur Laut Thailand. Beliau adalah 1 dari 17 anak dari keluarga petani. Pada umur 21 , beliau menjadi bhikkhu atas saran orang tua , demi menjalankan tradisi Thai. Pada tgl 12 Mei 1934 beliau di tahbiskan oleh YM Ck Dhammachedi, bertindak sebagai Uphajaya . Nama Pali beliau adalah “Naññasampanno “ berarti “ yang diberkahi dengan kebijaksanaan “. Beliau meraih gelar Maha setelah 7 th belajar Pali. Pada th 1942 Beliau tinggal bersama dan belajar meditasi dari YM ACharn Man Buridatta , dan mengikutinya selama 8 tahun. Beliau mencapai tingkat Arahat pada th 1949 pada usia 37 tahun.

Kini beliau adalah figur bhikkhu dan guru meditasi yang paling terkenal dan paling dihormati di seantero Thailand , beliau dikenal karena pengetahuan Dhamma yang amat dalam, peraturan vinaya yang amat ketat. Juga dikenal karena metta , kemurahan hati nya. Beliau yang memulai dan memimpin seluruh negeri (Thailand) mengatasi krisis ekonomi (1997) dengan mengumpulkan dana bagi negara pada umumnya dan bagi rakyat pada khususnya.

Sampai kini beliau telah mengumpulkan US$10 juta (I) , US$ 7,7 juta (II) dalam bentuk cash dan beberapa metrik ton emas untuk negaranya.

(9)

BAGIAN 1

“ Ucchinda sinehamattano Kumudam sàradikamva pàninà Santimaggamjeva bruthaya Nibbãnam sugatena desitam “

“Cabutlah kegandrungan pada diri sendiri seperti memetik bunga teratai putih di musim gugur. Kembangkan jalan Kedamaian, yakni Nibbana , yang telah dibabarkan oleh Sang Buddha “ – Magga vagga – 283 ( disadur dari Dhammapada – Jan Sanjivaputta)

(10)

meng mend seka sema "Pemujaan ghasilkan pah "Pengurbana dambakan rez li, terhadap o acam ini jauh

terhadap oran hala yang lebi an dan persem zeki; semua itu orang yang ber lebih luhur. ng yang dapat ih besar darip mbahan apapun u tidak berhar rpraktik sesua - disadur da t mengendalik pada pemujaan n yang dilakuk rga seperempa ai dengan Jala ari Sahassa Va

kan diri, mesk n api dihutan kan selama se at bagian pun an Mulia. Pen Vagga 107 -108 ki hanya sejena selama satu a eratus tahun o n dari penghor nghormatan te 8 Jan Sanjivap ak, niscaya abad. " oleh orang yan rmatan, meski erhadap orang putta ng i hanya g

(11)

Rute Langsung mengakhiri Semua Dukkha (Penderitaan)

Kumpulan Dhamma Desana YM Acariya Maha Boowa tentang Mengembangkan Latihan Meditasi Beliau.

 

S

aat ini, y ang tersisa dari agama Buddha hanyalah sabda Sang Buddha. Hanya ajaran beliau - Tipitaka - yang tersisa. Sadarilah hal ini . Akibat korupsi yang dilakukan oleh kilesa yang licik , prinsip spiritual yang sesungguhnya tak lagi di praktikan oleh penganut agama Buddha masa kini. Sebagai se orang Bu ddhis , kita sec ara terus menerus membiarkan p ikiran kit a di se rang d an dibuat kacau dilanda oleh kekotoran jiwa yang menyerang kita dari segala arah. Mereka (kilesa) menguasai pikiran kit a sehingga b etapapun k erasnya u saha yang t elah dicob a kit a tak d apat bangkit m engatasi peng aruh kontaminasinya. Kebany akan manusia b ahkan tak bermin at mencoba : Mereka hanya memejamkan mata dan membiarkan serangan gencar melanda mereka. Mereka bahkan sama sekali tidak berusaha untuk bertahan . Ak ibat kurangnya kesadaran y ang diperlukan untuk memperhatikan konsekwensi dari pikiran mereka , maka yang mereka pikirkan dan laku kan d an katakan adalah pu kulan yang diberik an oleh kilesa. M ereka menyerah p ada kekuasaan keku atan p enghancur ini se menjak l ama se hingga kurang motivasi un tuk menahan pikiran yang tidak patuh . Bilamana kesadaran tak ada, kilesa bekerja dengan leluasa , siang dan malam , di setiap ling kup ak tifitas. Pa da proses se lanjutnya, m ereka se makin membebani dan menekan batin dan pikiran manusia dengan dukkha dimanapun mereka berada .

Pada jaman Sang Buddha , murid langsung beliau (para savaka) adalah praktisi sejati yang mempraktikkan ja lan Bu ddhis. Mereka meninggalkan k eduniawian demi tuju an melenyapkan dukkha. Tak peduli status sosial , usia atau jenis kelamin mereka sebelumnya , setelah di tahb iskan dib awah bimbingan Sang Bu ddha, m ereka m engubah semua keb iasaan berpikir dan bertindak , dan berbicara sesuai dengan aturan tata-cara Dhamma .

Semenjak itu para murid mengikuti p impinan mereka , menyingkirkan kilesa, . Dengan usaha sungguh sun gguh , mereka mengarahkan sem ua e nergi un tuk menyucikan b atin d an membersihkan diri dari kontaminasi yang dilakukan oleh kilesa.*)

____________________________

*)kekotoran batin / kilesa tdd :1.lobha (serakah): terhadap objek sensual -dis. kamachandha ; serakah terhadap milik orang lain dis.abhijjha 2 Dosa (marah) - bentuk halus dis. (patigha), kasar : marah, benci, dendam, ingin membunuh, 3.Moha (delusi) : ketidak tahuan, kebodohan, pandangan salah, kegelapan batin. - thina - middha : ngantuk, ragu ragu, lambat - keracunan, kecanduan, narkoba, omong kosong

(12)

P

ada pokoknya , usaha sungguh sungguh sama (sinonim) dengan ikthiar usaha keras para meditator dalam memantapkan kesadarannya secara kontinyu , selalu berjuang secara konstan mengawasi pikiran (batin). Ketika kesadaran setiap saat bisa menjaga semua aktifitas emosi dan jiwa dalam berbagai postur /sikap tubuh , inilah yang disebut dengan “usaha yang benar”. Baik sedang melakukan meditasi formal maupun tidak, jika kita sung guh sungguh bertekad berusaha keras menjaga kesadaran kita agar tetap terfokus kuat pada momen saat ini *1) , secara konstan kita dapat mengimbangi ancaman yang di tunju kkan kilesa. Tanpa lelah kilesa mengaduk aduk pikiran kita kemasa lampau dan masa depan. Hal ini mengganggu pikiran , menjauhkannya dari momentum masa kini , dan menjauhkannya dari kesadaran yang berusaha menjaga kita.

Karena itu, meditator hendaknya jangan membiarkan pikirannya mengembara ke pikiran duniawi tentang masa lalu atau masa depan. Pikiran semacam itu secara beragam terikat dengan kilesa , sehin gga, merintangi praktik. Sehingga daripada menuruti k ecenderungan kilesa untuk memfokuskan d iri k e uru san d uniawi diluar , meditator h endaknya memfokuskan diri ke dalam dan menjadi sadar pada dunia dalam batin. Ini yang ter penting .

Pada umumnya akibat kurang teguh dalam menjalankan prinsip dasar meditasi , banyak meditator gagal meraih hasil yang memuaskan. Saya selalu mengajar murid saya agar sungguh sungguh berupaya dan mempunyai fokus spesifik dan jelas dalam meditasi mereka . Dengan cara demikian mereka memperoleh hasil yang baik. Amat penting untuk memilih objek *(2 yang

sesuai sebagai p usat p erhatian seh ingga p ikiran sia p m elakukan kerja in i. Saya biasanya mengusulkan kalimat persiapan meditasi (parikamma bhavana ) yang di ulang ulang dalam batin sebagai landasan sehingga den gan cepat meresap ked alam batin meditator sa mpai memasuki keadaan meditasi te nang dan konse ntrasi . Ji ka m editator hany a memfokuskan p erhatian pada kesadaran sekarang i ni tan pa kalim at m editasi se bagai pegan gan , hasilnya seperti pukulan meleset (memukul lalu meleset). Pengetahuan batin untuk mengetahui keberadaan sekarang ini menjadi terlalu lemah untuk memberi fondasi kesadaran dasar yang mantap , sehingga pikiran mudah teralih, menjadi me lamun dan berpikir - tergoda o leh wanita pen ggoda yang d isebut kilesa. Praktik meditasi m enjadi se tengah sete ngah. Pada saat te rtentu tampak berkembang dengan lancar, hampir tanpa usaha, tetapi pada suatu saat tiba tiba dan secara tak terduga menjadi sulit. Men jadi terpu tus pu tus , dan se mua ke majuan menghilang . Ke yakinan mulai g oyah , pikiran mengembara. Tetapi, bila kita menggunakan kalimat meditasi (mis : Buddho , kesa , dll) sebagai peg angan untuk m emantapkan k esadaran k ita , maka pik iran pa sti ak an mencapai keadaan meditasi ketenangan dan konsentrasi dalam waktu sesingkat mungkin. Ini juga berarti menjaga ketenangan dengan damai.

_____________________________________

*1 ) Fokus pikiran harus tetap berada pada masa sekarang , hanya memperhatikan kesadaran pada satu titik Dhamma

mis.kalimat Buddho yang sedang di renungkan saat itu

*2) objek bhavana yang dipilih sesuai dgn karakter ybs dan dijadikan sarana pengendalian batin, ada 40 jenis objek

(lih hal 102) , dan metode umum spt : anapanasati, Buddho, 32 unsur jasmani ( kesa- rambut kepala, loma-bulu, nakha- kuku, danta- gigi, taco- kulit - ke 5 kelompok ini dis. panca kammatthana).Merenung dlm hati

(13)

S

aya berkata disini berd asarkan peng alaman pri badi. Keti ka sa ya m ulai meditasi , latihan sa ya ku rang m empunyai fondasi y ang kuat. Sebelu m menemukan metode y ang b enar untuk menjaga batin (pikiran) , latihan saya d alam keadaan selalu berubah ubah (naik tur un). Berkembang mantap se bentar ke mudian merosot dengan cepat d an jatuh ke k ondisi tan pa bimbingan seperti semula . Berkat usaha kuat dan kerja keras yang dilakukan semenjak saat saya mulai b erlatih , p ikiran sa ya mulai b isa mengatasi dan mencapai kete nangan dan k eadaan konsentrasi Samadhi. Terasa kokoh dan stabil bagaikan gunung . Tetapi akibat masih kurangnya metode un tuk menjaga keadaan ini, saya l alu menganggap en teng d an pu as beristi rahat. Sehingga la tihan sa ya m engalami ke munduran. Latihan menjadi kacau, t etapi saya ta k tahu bagaimana mengatasi ke munduran in i. Ak ibatnya say a b erpikir lama da n keras, mencoba mencari basis yang kuat sehingga bisa menstabilkan pikiran saya. Akhirnya , s aya sampai pada kesimpulan bahw a k esadaran te lah meninggalkan saya kare na a sas (fun damentil ) saya salah : Saya kurang kalimat meditasi yang bertindak sebagai fokus yang tepat bagi perhatian saya.

Kemudian saya mulai berlatih lagi dari awal. Sekali ini untuk pertama kalinya saya memasang pancang kuat kedalam tanah dan berpegang erat padanya tanpa peduli apa yang akan terjadi . Pan cang itu ad alah Buddho , i ngatan kepada Sang Buddha. Saya menggunakan kalimat Buddho sebagai o bjek tunggal fokus p erhatian sa ya. Saya memfokuskan p erhatian p ada pengulangan mental (da lam b atin) kali mat Buddho un tuk mengesampingkan hal la in. Buddho menjadi objek tunggal dan saya pastikan kesadaran selalu mengontrol untuk mengarahkan usaha saya. Semua p ikiran tentang k emajuan a tau k emunduran di k esampingkan. Saya akan membiarkan ap a yang a kan te rjadi terj adilah. Sa ya memutuskan ti dak mengikuti p ola lama pemikiran saya : berpikir tentang masa lalu --- ketika praktik berkembang dengan bagus --- dan sampai pad a akh irnya tu mbang ; ke mudian berp ikir ten tang m asa depan , berharap bahwa, dengan ke inginan k uat u ntuk b erhasil , p erasaan p uas y ang sebe lumnya ada akan timbul kembali . Sehing ga un tuk se mentara waktu, sa ya gagal menciptakan ko ndisi yang dapat membuahkan h asil sesu ai d engan yang di dambakan . Saya sem ata mata berharap melihat adanya perbaikan , da n m enjadi kecewa ketika gagal terla ksana. Karena, fak tanya, mendambakan kesuksesan tak membawa ke sukses itu sendiri; hanya dengan kesadaran berusaha keras maka sukses bisa diraih.

Kali ini say a bertekad , tak p eduli apapun y ang timbul, akan say a biarkan itu terjadi. Amarah ak ibat kemajuan dan k emunduran merupakan su mber k egelisahan , mengalihkan perhatian saya dari keadaan sekarang ini dan mengalihkan kerja yang sedang dilakukan. Hanya dengan pengulangan Buddho dalam batin yang dapat mencegah fluktuasi naik turunnya meditasi saya. P ada puncaknya sa ya dapat dengan segera m emusatkan p ikiran pad a k esadaran wak tu sekarang /sa at ini . P ikiran yang tak b erhubungan satu sam a lain tak lagi mengganggu konsentrasi .

(14)

B

erlatih meditasi dengan sungguh sungguh agar b isa mengakhiri semua p enderitaan , kita harus menjalankan kerja h abis habisan pada tiap langkah setahap demi tahap secara to tal. Tanpa menjalankan meditasi secara total tak a kan su kses. Un tuk men galami tingkatan terd alam Samadhi dan mencapai tingkatan k ebijaksanaan p aling d alam (maha pañña) , kita tak dapat bertindak setengah setengah dan terbatas , selamanya ragu ragu karena kurangnya prinsip tegas yang bisa membimbing praktik kalian. Meditator tanpa menjalankan prinsip latihan tegas ibara t meditasi seu mur h idup tanpa meraih hasil yang pantas. P ada tahap awal latihan, harus menemukan objek meditasi y ang stabil yang dapat m emantapkan pikiran k alian. Jang an hany a ber fokus pada objek men- dua (dualistik) , kesadaran harus selalu hadir karena hakekat sifat alami pikiran. Tanpa objek p erhatian memegang pikiran anda, hampir tak mungkin menjaga perhatian supaya tidak mengembara. In i re sep un tuk meraih ke gagalan . Ak hirnya, kita a kan kecewa dan berhenti mencoba.

Sewaktu kesadaran kehilangan fokus pusat perhatiannya , dengan tergesa kilesa segera menarik pikiran ke masa lampau yang sudah lama lewat , ata u masa depan yang belum datang. Pikiran menjadi tidak sta bil dan berkelana tanpa tujuan melewati lapangan jiwa, tak bisa dia m atau pu as walaupun seje nak . Inilah p roses baga imana san g meditator ke hilangan pegangan sambil mengawasi praktik meditasinya tumbang. Pemunah racun satu satunya adalah titik fokal perhatian tunggal yang tidak rumit ; seperti kalimat meditasi (Budho) atau nafas (untuk meditasi objek pernapasan / anapanasati). Pilih satu yang paling sesuai untuk kita , dan fokuskan dengan mantap pada 1 o bjek dan kesampingkan se mua ha l lain. Ko mitmen total amat pen ting untuk menjalankan tugas.

Jika memilih pernafasan sebagai titik fokal , buat dirimu menyadari tiap nafas masuk dan keluar. Perh atikan sen sasi yang d iciptakan o leh p ergerakan nafas d an pu satkan p erhatian pada titik di mana perasaan terasa pa ling menonjol ; d imana p erasaan (sensasi) na fas pa ling b enar benar terasa (terasa kuat dan jelas) : Sebagai con toh , pintu hidung - antara ujung hidung dan bibir atas *3) . Yakini kita tahu kapan nafas masuk dan kapan keluar , tetapi jangan ikuti jalannya

nafas - fokuskan hany a pa da titik d imana ia lewat. Jika terasa bisa membantu , k ombinasikan pernafasan den gan p engulangan Buddho, b erpikir “ bu d “ pad a titik inh alasi (t arik na fas) d an “dho” pada fokal ekhalasi (keluar nafas). Jangan biarkan pikiran mencampuri kerja yang engkau lakukan. Ini adalah latihan kesadaran saat ini ; tetap waspada dan penuh perhatian.

Setelah kesadaran secara bertahap terbina dengan sendirinya , pikiran akan berhenti memusatkan perhatian pada emosi dan pikiran yang berbahaya. Kehilangan minat terhadap pre okupasi ( piti / ke giuran / keasyikan ) sebagaimana biasanya . Tak mudah di alihkan , semakin lama se makin tenang dan h ening. P ada saat y ang s ama , n afas - yang b iasanya kasar menjadi semakin d an se makin h alus . Sampai mencapai tahapan d imana sa ma se kali h ilang dari kesadaran kewaspadaan. Menjadi demikian halus dan lembut sehingga memudar dan hilang . Tak ada nafas pada saat itu - y ang tinggal hanya intisari “pikiran yang mengetahui” yakni citta / batin.____________

(15)

PILIHAN sa ya a dalah meditasi BUDDHO . Pada saat memutuskan dan bertekad, saya menjaga pikiran a gar tak menyimpang dari Buddho. Pada waktu bangun pagi sampai tidur diwaktu malam , saya memaksakan diri untuk hanya berpikir Buddho. Pada saat yang sama, saya berhenti b erasyik masyuk d engan pikiran i ngin maju at au mundur : Jik a meditasi sa ya maju , demikian juga dengan buddho, bila mundur akan ikut mundur dengan Buddho. Pada setiap kasus Buddho merupakan objek pre okupasi tunggal saya , semua hal lain menjadi tidak relevan .(red. masa bodoh)

Menjaga konsentrasi pikiran tunggal bukanlah perkara mudah. Saya harus memaksa pikiran agar tetap terja lin dengan Buddho setiap saa t tanp a jeda /interupsi . Tak peduli apak ah saya sedang duduk meditasi, meditasi jalan, atau sewaktu menjalankan tugas sehari hari, kalimat Buddho di ulang ulang terus dalam batin saya setiap saat. Be rdasarkan sifat dan temperamen , saya selalu amat teguh dan tak kenal kompromi. Kecenderungan ini amat menguntungkan saya . Pada ak hirnya sa ya ber sung guh sungguh m enjalankan tugas d an tak ada yang dapat menggoyahkan tekad saya , t ak ada pikiran paksa yang bisa m emisahkan bati n saya dengan Buddho.

Melakukan p raktik seperti ini d ari har i k ehari , sa ya sel alu memastikan bah wa Buddho bergema secara in tim - harmonis d engan k esadaran “saat in i - sekarang in i ”. Tak lama kemudian, saya melihat buah hasil dari ketenangan dan konsentrasi yang timbul jelas dalam citta , yakni essensi pikiran yang mengetahui.

Pada tahap ini , saya mulai melihat sifat alami citta yang amat halus dan murni. Semakin lama saya m eresapi Buddho , s emakin halus citta jadinya, sampa i akhirnya kehalusan Buddho da n kehalusan citta menjadi satu, dan bersama sama merupakan “intisari yang mengetahui “. *4)

Saya tak dapat memisahkan Buddho den gan sif at halus citta. W alaupun s aya m encoba sebisa say a , tetap ta k dapat m embuat kalimat Buddho muncul ke mbali dalam pik iran sa ya. Berkat kerajinan dan kesungguhan , Buddho menjadi akrab bersatu dengan citta sehingga buddho sendiri tak tampak dalam kesadaran saya. Pikiran men jadi tenang dan hening , tera mat halus , seolah tak ada , bahk an ta k ada buddho yang bergema d isana. Keadaan meditasi ini an alog dengan hilangnya nafas pada meditasi anapanasati , seperti yang disebutkan diatas.

Ketika hal ini terjadi, saya merasa bingung. Saya telah mempertaruhkan seluruh latihan dengan berpegang setia pada buddho. Kini Buddho tak lagi tampak , dimana harus saya fokuskan perhatian saya ? Sampai d isini , Buddho telah menjadi arus u tama (p egangan) saya. Kini telah hilang. Tak p eduli betapa keras saya mencoba memulihkan kembali fokus ini , i a telah hilang. Saya dala m kebingungan . Se mua y ang t ersisa han yalah citta yang t eramat halus d engan sif at alaminya yang mengetahui , murni sederhana , sadar , cemerlang dan jelas. Tak ada hal konkrit dalam k esadaran it u bisa d ijadikan p egangan / b ersandar ( red . karena kalimat Buddho telah hilang).

(16)

S

aya menyadari b ahwa tak ada yang b isa merasuki ru ang lingkup pikiran w aspada terpusat bila kesadaran --- yang mengetahui keberadaannya berada disana --- telah mencapai kondisi sedemikian dalam dan halus. Saya hanya punya 1 pilihan : Den gan hilangnya Buddho , saya harus memfokuskan perhatian pada citta ( perasaan sadar dan mengetahui ) karena hanya itu yang ada d an paling jelas terasa pada saat itu. Kesadaran tidak hilang ; bahkan sebaliknya semuanya telah meresap.

Semua kesadaran yang tadinya telah terkonsentrasi pada pengulangan kalimat Buddho kemudian dengan teguh d i fokuskan kembali pada keberadaan citta yang tenang menyatu amat halus dan mengetahui. Perhatian saya tetap lekat erat bersatu pada citta yakni ,intisari halus yang mengetahui sampai dengan sendirinya ia mulai memudar , membiarkannya (red ; pikiran keluar dengan sendirinya) sampai kesadaran normal saya terbentuk kembali.

Ketika kesadaran normal kembali, sekali lagi Buddho menjelma m enjadi dirinya kembali (muncul la gi) . Sehing ga deng an se gera saya memfokuskan k embali perhatian pada pengulangan kalimat buddho . Tak lama kemudian , latihan seh ari hari saya menemukan suatu ritme baru . Sa ya ber konsentra si sungguh su ngguh pada buddho hingga k esadaran berub ah menjadi jelas , cemerlang dalam keadaan pikiran yang mengetahui , tetap larut dalam keberadaan halus y ang m engetahui sampai akhirnya kesadaran n ormal ke mbali ; d an ke mudian saya memfokuskan kembali dengan lebih bersemangat mengulang buddho.

Pada tahap ini untuk pertama kalinya saya memperoleh fondasi spiritual yang solid dalam latihan meditasi saya. Semenjak itu , latihan meditasi saya berkembang mantap - tak pernah merosot. D engan berta mbahnya h ari, p ikiran say a se makin tenang , da mai da n terk onsentrasi. Fluktuasi , yang sej ak lama mengganggu , tak l agi menjadi masalah. Kekhawatiran tentang praktik berg anti d engan kesadaran yang berak ar pada saa t (seka rang) ini. In tensitas (keku atan) keberadaan kesadaran sekarang tak sepadan dengan pikiran masa lampau atau masa yang akan datang. Pusat aktifitas saya adalah momen saat ini - setiap pengulangan buddho yang timbul dan lewat. Sa ya t ak b erminat p ada h al lai n. P ada akh irnya saya merasa yakin b ahwa alasan terjadinya fluktuasi keada an pik iran adalah ak ibatnya kura ng kesadaran yang t umbuh k arena tidak melabuhkan perhatian saya pada kalimat buddho . Sebali knya saya hanya berfokus pada perasaan u mum kesadaran dalam batin t anpa objek spesifik , m embiarkan p ikiran b erkelana dengan mudah begitu buah pikiran masuk .

_______________________________

Note : Keadaan tidak bernafas ( tidak merasakan nafas):1. Sewaktu berada didalam kandungan rahim ibu

2. Mereka yang tenggelam dalam air,3. Mereka yang memasuki jhana 4, 4.Orang mati , 5.Mereka yang memasuki Nirotha samapatti ( minimum .tingkat anagami / arahat)

(17)

B

egitu saya mengerti metode yang benar untuk meditasi awal ini , saya menerapkan tugas den gan b ertanggung j awab dan su ngguh sun gguh se hingga saya ti dak membiarkan kesadaran tergelincir walaupun hanya sekejap . Mulai dipagi hari, ketika bangun , dan diteruskan sampai malam , ketika tidur , s aya selalu sadar dan meditasi setiap dan tiap saat sewaktu saya terjaga. Hal ini merupakan cobaan yang sulit , membutuhkan konsentrasi penuh dan ketekunan. Saya ta k membiarkan diri santai dan tak terjaga wa lau seje nak. Begitu kuatnya (i ntens) konsentrasi m eng “internalisasi buddho” , seh ingga saya ha mpir tak memperhatikan k eadaan sekeliling saya. Interaksi normal sehari hari berlangsung buram, tetapi buddho selalu dalam fokus tajam .Komitmen (keputusan ) menjalankan meditasi buddho adalah total. Dengan fondasi kuat menyokong latihan saya, ketenangan jiwa dan kon sentrasi saya menjadi tak tergoyahkan begitu solid dan keras hati, pantang mundur seperti gunung .

Kondisi pikiran keras seperti batu ini menjadi titik fokus utama dari kesadaran . Sewaktu citta dengan mantap mencapai kestabilan batin, mengakibatkan integrasi tingkatan lebih tinggi , kalimat m editasi buddho secara b ertahap mulai memudar dari kesadaran , yang ada hany a ketenangan dan ko nsentrasi p ikiran yang maha tahu yang den gan sen dirinya tampak leb ih menonjol. Pada tahap itu, pikiran telah m encapai keadaan samadhi - -- keadaan i ntens yang berfokus p ada kesad aran , merasa hid up se ndirian, berdikari (in dependen) tak t ergantung p ada tehnik meditasi yang dip akai. T enang dan menyatu se penuhnya , mengetahui kebera daan sekarang sebagai fokus tunggal perhatian, kondisi pikiran ini amat jelas terasa dan kuat sehingga seolah tak ada hal la in yang dapat mencabutnya. Inilah keadaan pikiran dalam keadaan samadhi kontinyu. Dengan kata lain, citta adalah samadhi --- samadhi adalah citta keduanya adalah satu dan sama. *5)

Bicara tentang tingkatan lebih dalam dari praktik meditasi *6), terdapat perbedaan pokok

fundamental antara keadaan meditasi ketenangan dan keadaan samadhi. Ketika pikiran menyatu dan masuk / j atuh ke keadaan tenang , keadaan k onsentrasi menetap beberapa saat sebelum akhirnya dit arik kembali ke keadaan no rmal , in i yang dikenal dengan m editasi ketenang an. Keadaan tenang dan ko nsentrasi merupakan k ondisi sementara yang b erakhir se waktu p ikiran tetap lek at p ada keadaan damai itu. Begitu kesada ran normal ke mbali, ko ndisi luar bia sa in i secara bertah ap menghilang. M eskipun demikian, beg itu meditator leb ih ber adaptasi dengan latihan ini - memasuki dan menarik (keluar) dari ketenangan , k eadaan menyatu berkali kali - pikiran mulai membangun fondasi dalam yang kuat . Ketika fondasi ini menjadi tak tergoyahkan dalam segala situasi , pikiran dikenal berada dalam keadaan samadhi kontinyu. Maka, walaupun ketika pikiran keluar dari meditasi ketenangan ia tetap terasa kompak dan solid, seolah tak ada hal apapun yang dapat mengganggu fokus dalam batin.

________________________

*5) Batin sdh terpusat , nafas tidak terasa , yang ada hanya “citta” yg mengetahui - keadaan ini disebut ekaghataramana / ekacitta .

(18)

C

itta yang terus menerus menyatu dalam samadhi selalu mantap dan tidak gelisah . Ia merasa terpuaskan sep enuhnya . Kare na bati n terasa a mat kompak dan rasa k onsentrasinya bersatu , bentuk pikiran sehari hari dan emosi tak berdampak apa apa lagi terhadapnya . Pada keadaan seperti itu, pikiran tak lagi mempunyai keinginan untuk berpikir tentang hal lain. Damai sepenuhnya d an rasa puas dala m b atin , tak merasa kek urangan. Pada k eadaan te nang d an konsentrasi ko ntinyu , citta menjadi amat k uat. S ementara sebel umnya pikiran merasa lapar untuk mengalami emosi dan berpikir , kini pikiran mengelak dan menganggap mereka sebagai pengacau. S ebelumnya pi kiran mudah terang sang sehin gga ta k bisa berh enti b erpikir d an membayangkan sesua tu . Kini, den gan samadhi su dah menjadi suatu keb iasaan , pikiran ta k ingin memikirkan apa ap a lagi. Memandang bentuk p ikiran seb agai g angguan yang tak di inginkan. Ketika keberadaan pikiran essensial selalu hadir dan menonjol setiap saat , citta selalu konsentrasi kedalam sehingga tak mau mentolelir gangguan (luar). Karena keseimbangan luhur - dan kecenderungan samadhi untuk meredakan pikiran ke k eadaan puas dan tenteram - p ikiran mereka y ang mencapai samadhi kontinyu menjadi ku at melekat pad a ke seimbangan lu hur (tranquil)*7) . Mene tap sa mpai se seorang mencapai ting kat praktik dimana k ebijaksanaan akan

tumbuh, dan hasilnya bahkan lebih memuaskan lagi.

SEMENJAK IT U S AYA ME NINGKATKAN UP AYA SAY A. S emenjak s aat itu sa ya mulai

duduk meditasi sepanjang malam, mulai dari sore hingga fajar. Sewaktu duduk meditasi suatu malam saya mulai memfokus kedalam seperti biasanya. Karena fondasi yang kuat dan baik sudah berkembang, m aka citta dengan m udah m asuk ke samadhi. Selama citta beristirahat disana dengan tenang , ia tetap tak peduli pada perasaan tubuh jasmani.

Tetapi ketika saya keluar dari samadhi beberapa jam kemudian saya mulai mengalami rasa amat sakit. Seolah semua tubuh disiksa o leh sakit tak terperi sehingga sulit saya atasi. Citta tiba tiba melemah , dan f ondasi yang kuat dan baik seluruhnya tumbang. Seluruh tubuh dipenuhi dengan rasa sakit rasa luar biasa dan bergetar menjalar kemana mana kesetiap bagian tubuh.

Pertandingan melawan penderitaan dimulai dan membuat saya sadar betapa pentingnya tehnik meditasi. Sampai sakit yang amat sangat secara tak terduga malam itu menampakkan diri , sebelumnya saya tak pern ah b erpikir u ntuk du duk meditasi sepanjang malam. S aya tak pe rnah memutuskan (bertekad) seperti ini sebelumnya. Saya hanya berlatih meditasi duduk , tetapi ketika rasa sakit mulai menyelimuti say a , sa ya b erpikir : “ Hei a pa y ang terjadi d isini ?” S aya harus berupaya m enyelidiki rasa sakit ini malam ini. “ S ehingga sa ya bersumpah ta k ped uli ap apun yang t erjadi saya t ak ak an bang un dar i du duk hing ga f ajar ke esokan harin ya. Say a b ertekad menyelidiki sifa t a lami r asa sakit sampai saya mengerti d engan jela s d an tepat. Sa ya harus menggali lebih dalam. Bila perlu, saya siap mati demi mencari tahu kebenaran dari rasa sakit ini. ________________________

*7) Tranquil meditation (samatha / ketenangan) : Konsentrasi pada objek yg sesuai utk waktu lama shg pikiran tdk berkelana . Menimbulkan rasa bahagia, damai. Keadaan ini dialami oleh batin yg sdh ekacitta (terpusat) Ada 5 rintangan / nivarana dl meditasi : kamachanda nvr (tertarik objek sensual), byapada nvr (marah), thina middhanivarana (ngantuk), uddhacca kukkucanivarana ( rasa khawatir), vicikicchanivarana (rasa skeptis)

(19)

K

ebijaksanaan mulai dapat menangkap problim ini dengan sungguh sungguh. Sebelum saya menemukan diri sa ya tersu dut seh ingga tak ada jala n k eluar , saya tak pernah membayangkan bah wa kebijaksanaan b isa b egitu tajam dan lihai. Kebijak sanaan mulai b ekerja tanpa le lah mengitari se mua problim dan menyelidiki (memeriksa) hing ga ke sumber sak it dengan tekad b ak seoran g praj urit y ang p antang mundur atau tak pern ah m enyerah menerima kekalahan. Pengalaman ini meyakinkan saya bahwa dalam saat krisis berat maka kebijaksanaan akan b angkit menerima tantangan. Kita ti dak d itakdirkan u ntuk cuék / selamanya tak p eduli - ketika benar benar di sudutkan maka kita akan mencari jalan keluar menolong diri kita. Dan ini terjadi pada saya malam itu. Ketika saya tersudut dan diliputi sakit yang amat hebat , ke sadaran dan kebijaksanaan menggali kearah rasa sakit itu.

Sakit mulai terasa seperti api panas menjalar sepanjang punggung tangan dan kaki , tetapi itu masih cukup ringan. Ketika mulai bangkit d engan kek uatan pen uh , selu ruh tubuh terbak ar oleh rasa sakit. Semua tulang , dan persendian yang menghubungkan mereka , seperti bensin yang memberi makan api menelan tubuh. Serasa setiap tulang dalam tubuh saya lepas ; seolah leher patah dan k epala akan ja tuh terj untai kelantai. Ketik a se mua b agian t ubuh terl uka seka ligus , sakitnya begitu h ebat seh ingga k ita tak tahu bagaim ana c aranya membendung om bak pa sang sekejap saja agar ada sedikit waktu untuk bernafas.

Krisis menyebabkan kesadaran dan kebijaksanaan tak pu nya pilihan lain kecuali menggali kedalam rasa sakit , mencari titik yang tepat dimana puncak sakit paling jelas terasa. Kesadaran dan kebijaksanaan memeriksa dan menyelidiki dimana lokasi rasa sakit terhe bat yang tepat , mencoba mengisolasinya sehingga bisa melihat dengan jelas. “Darimana asal rasa sakit ini ?” Mereka b ertanya pada setiap bagian tub uh dan menemukan bah wa t ernyata ti ap bagian t etap berjalan sesuai den gan s ifat intrinsik ala minya . Kulit ada lah k ulit , oto t ad alah oto t, tendon adalah tendon, dstnya. Mereka sudah terbentuk semenjak kita lahir. Sedangkan sakit, dilain pihak , adalah sesuatu yang datang dan pergi secara b erkala, tak se lalu berada disana, tak seperti otot dan kulit. Umumnya, sakit dan tubuh seolah saling terkait . Tetapi benarkah begitu ?

Memfokus kedalam saya melihat setiap bagian tubuh merupakan realita fisik . Ap a yang tampak nyata akan selalu begitu. Semakin saya mencari massa rasa sakit , say a melihat bahwa ada 1 titik dimana rasa sakit melebihi sakit ditempat lain. Jika memang sakit dan tubuh adalah satu dan semua bagian tubuh adalah sama sa ma riil (nyata) , lalu mengapa rasa sakit di bagian yang satu le bih nyata d aripada bagian lainnya ? S ehingga sa ya mencoba memilah dan mengisolasi tiap a spek. Pada titik melakukan i nvestigasi , kesadaran dan kebijaksanaan am at diperlukan . K esadaran dan kebijaksanaan haru s m enyapu sem ua are a yang sak it ke mudian berputar mengitari bag ian yang p aling sakit , selalu berusaha memisahkan per asaan d ari tubuh. Setelah mengamati tubuh , dengan cepat mengalihkan perhatian ke rasa sakit , kemudian ke citta . Ini adalah 3 aspek : tub uh , rasa sakit dan citta , ke 3 nya adalah prinsip utama (primer) dari penyelidikan ini.

(20)

W

alaupun rasa sakit tubuh terasa amat kuat , saya melihat citta tetap tenang dan tidak terpengaruh , tak p eduli b etapa tak nyaman dan m enderitanya tub uh , citta tak terangsang (tergerak) atau merasa tertekan. Hal ini membangkitkan minat saya. Biasanya kilesa bergabung dengan rasa sakit , dan aliansi ini yang menyebabkan citta terganggu oleh penderitaan tubuh. Hal ini mendorong kebijaksanaan agar segera memeriksa sifat alami tubuh, sifat alami sakit dan sifat alami citta sampai ke 3 nya dipandang dengan jelas sebagai realita yang terpisah , dan tiap bagian berada tersendiri dalam lingkup alamnya masing masing.

Saya melihat dengan jelas bahwa citta yang mendefinisikan perasaan sebagai sakit dan tak ny aman. Sedangkan sak it y ang timbu l adalah se mata mata fenomena alami. Sakit bukan bagian menyeluruh dari tubuh, juga bukan bagian intrinsik (yang dimiliki ) citta. Segera setelah prinsip ini menjadi mutlak jelas , rasa sakit secara instan menghilang . Saat itu tub uh hanyalah tubuh – realita terp isah dengan sendirinya. Sakit hanyalah perasaan semata dan dengan sekejap perasaan la ngsung l enyap k edalam citta. Segera setelah sa kit le nyap kedalam citta, citta mengetahui bahwa sakit telah hilang . Lenyap tanpa meninggalkan jejak.

Lagipula, seluruh tubuh jasmani seolah lenyap . Pada saat itu saya sama sekali tidak sadar terhadap tubuh sa ya. Yang tinggal h anyalah kesadaran sederhana d an harm onis, sen diri dalam kesendiriannya. Hanya itu. Citta menjadi teramat halus sehingga sulit di lukiskan . Yang tinggal h anya y ang benar benar mengetahui – k eadaan b atin yang tera mat dalam h alus dan diliputi oleh kesadaran. Tubuh seutuhnya menghilang. Walaupun badan fisik saya masih duduk meditasi . S aya sama sekali tak menyadarinya . Rasa sakit juga menghilang. Tak ada p erasaan fisik yang tertinggal. Hanya intisari citta’ yang mengetahui yang tinggal. Semua pikiran seolah berhenti.; batin (sa ma se kali ) tak membentuk 1 p ikiran tunggal pu n. Ket ika proses berp ikir berhenti , tak ada sedikitpun gerakan yang dapat mengganggu keheningan ba tin. Kokoh , citta tetap melekat erat dalam kesendiriannya.

Berkat kekuatan kesadaran dan kebijaksanaan, sakit yang panas membakar yang menyerang tub uh l enyap sama seka li. Bahkan tub uh sa ya l enyap d ari k esadaran. Kebera daan yang mengetahui (citta) berada sendirian, seolah mati suri di udara. Sama sekali kosong, tetapi pada saa t y ang sa ma berse mangat d alam ke sadaran. K arena ele men fisik tidak ber interaksi dengan nya, citta tak merasa bahwa tubuh ada. Keberadaan citta yang mengetahui ini murni dan kesadaran tunggal ini tak terkait dengan apapun jua. Amat mengagumkan, agung dan benar benar hebat luar biasa.

(21)

I

tu merupakan pengalaman amat menakjubkan. Sakit hilang sama sekali. Tubuh telah hilang. Kesa daran d emikian halus dan le mbut sehingga sulit d iuraikan den gan k ata ka ta dan inilah yang satu satunya tidak leny ap. Benar b enar ta mpak, hanya itu yang bisa saya katakan. Keadaan batin yang su ngguh menakjubkan. Tak ad a gerak an – bah kan ti dak ada ria k sekec il apapun – didalam citta. Sepenuhnya larut dalam keheningan sampai cukup lama waktu berselang , kemudian ia t erusik ketika mulai menarik (keluar) dari samadhi. Berdesir seb entar dan diam lagi.

Riak desiran ini terjadi alami m enurut kemauannya send iri. T ak dapat diperin tah. Perhatian membawa citta kembali ke kondisi kesadaran normal. Ketika merasa waktu citta larut dalam keheningan sudah cukup lama , ia mulai kacau . Kesad aran berdesir seb entar kemudian berhenti. Pada saat lain i a ber d esir sebentar lagi dan menghilang deng an segera. Bertahap, desiran riak semakin lama semakin sering . Ketika citta telah menyatu dengan dasar samadhi, ia tidak menarik diri secara sekaligus. Hal ini terbukti pada diri saya. Citta hanya ber desir sedikit, berarti sankhara te rbentuk dalam wak tu sing kat da n lang sung m enghilang s ebelum ia menjadi pandai. Setelah ber desir , ia menghilang. Lagi d an lagi ia ber desir d an menghilang, semakin lama frekwensinya semakin sering sampai akhirnya citta saya kembali ke kesadaran biasa. Sa ya menjadi sadar dengan keberadaan tubuh , tetapi rasa sakit tetap telah hilang. Awalnya, saya tidak merasa sakit sama sekali , dan hanya dengan perlahan ia mulai muncul lagi.

Pengalaman ini menyokong fondasi spiritual yang solid dalam batin tak tergoyahkan. Saya menyadari prinsip dasar melawan rasa sakit ; sakit, tubuh dan citta adalah fenomena yang jelas terpisah. Tetapi karena 1 kekotoran batin – yakni delusi (waham/ pengertian salah) – semuanya seolah m enyatu m enjadi satu. Delusi m enyelimuti citta seperti racun terse mbunyi , mengkontaminasi p andangan k ita dan memutar balik kan fa kta k ebenaran. S akit h anyalah fenomena alami y ang m uncul deng an sendirinya. Te tapi ketika kita m erasa sebagai k etidak nyamanan yang membakar , seketika menjadi panas – karena kita mendefinisikannya demikian.

Setelah sakit kembali muncul, saya harus mengatasinya lagi – tanpa mau mengalah. Saya memeriksa kedalam perasaan sa kit, menyelidiki se perti yang sud ah sa ya lakukan sebelu mnya. Tetapi kali ini saya tak dapat menggunakan tehnik yang sama seperti yang baru lalu . Te hnik yang dulu tidak sesuai lagi deng an keadaan se karang. Ag ar bisa teta p bisa berp acu dengan kejadian dalam ba tin saya memerlukan taktik segar , perencanaan baru “disesuaikan khusus “ oleh kesadaran dan kebijaksanaan untuk keadaan sekarang. Sifat dasar sakit masih sama , tetapi taktik harus sesuai dengan kondisi saat itu. Walaupun saya telah berhasil sebelumnya , sa ya tak dapat mengobati situasi sekarang dengan bersandar pada tehnik investigasi lama. Tehnik segar, innovatif d iperlukan , di rencanakan untuk berperang mengatasi kondisi sekarang. Kesadaran dan kebijaksanaan menemukan cara baru, dan tak lama citta sekali lagi menyatu sampai kedasar samadhi.

(22)

S

emalamam i tu citta menyatu sep erti ini sebanyak 3 k ali , tetapi tia p kali menyatu saya haru s t etap terlibat dalam p ertempuran . Set elah yang ke 3 kaliny a, faja r menyingsing , mendekati ak hir yang m enentukan . Citta menjadi berani, b ersorak dan sama seka li tak takut. Rasa takut mati menghilang pada malam itu.

RASA SAKIT hany alah f enomena y ang t imbul se cara a lami d an se cara k onstan b er fluktuasi antara ringan dan berat. Selama kita tidak menganggapnya beban pribadi, mereka tak berarti b agi citta. Dida lam dan bagi d irinya se ndiri, sakit tak berarti , hing ga citta tida k te r pengaruh. Ba dan f isik jug a tak b erarti dalam dan bagi diriny a – k ecuali, tentu saja , b ila citta menggangapnya mempunyai arti khusus , sehingga akibatnya membakar dirinya sendiri. Kondisi luar tidak benar benar b ertanggung j awab terh adap pend eritaan kit a , h anya citta ya ng membuatnya begitu.

Bangun pada keesokan harinya, saya merasa luar biasa berani dan tak takut. Saya mengalami pengalaman menakjubkan dan mukjizat luar biasa . T ak ada yang dapat menandingi apa yang t erjadi pad a meditasi say a s ebelumnya. Citta se penuhnya memutuskan hu bungannya dengan se mua o bjek perh atian , menyatu k edalam dengan keben aran se jati. Menyatu ked alam keheningan luhur berkat usaha yang sungguh sungguh dan penyelidikan seksama . Ketika keluar dari samadhi , citta masih penuh keberanian dan tak takut mati. Kini saya tahu tehnik investigasi yang benar, sehingga saya tak akan takut bila lain kali sakit muncul kembali. Paling paling, sakit dengan sif at karak teristik yang sa ma. Tu buh jasm ani a dalah t ubuh la ma y ang sa ma. D an kebijaksanaan ad alah bagian yang sa ma seperti yang sa ya pakai sebelumnya. Saya merasa terbuka menerima tantangan , tanpa takut sakit atau takut mati.

Begitu Kebijaksanaan menyadari kebenaran alami apa yang mati dan apa yang tidak, mati menjadi sesuatu yang wajar . Rambut, kuku, kulit, gigi, otot, tulang : d ipilah sampai kebentuk aslinya, m ereka hanyalah elemen tanah. Semenjak kapan elemen tanah m ati ? Ketika m ereka membusuk dan terurai , apa jadinya ? Se mua b agian t ubuh k embali k e bentuk asa lnya , sebagaimana elemen api dan udara tak ada yang musnah. Elemen secara bersamaan membentuk bongkahan dala m citta d an m encari tem patnya s endiri. Citta – Majikan terbesar ang an a ngan (delusi) --- datang dan meng “animasi” , kemudian membawa seluruh beban dan masing masing diberi identitas khusus tersendiri *8) . “Ini adalah aku ini milikku “. “Menyimpan semua cadangan

untuk dirin ya sendiri . Citta, m engumpulkan sakit dan pend eritaan , lalu membakar dirinya sendiri dengan kesimpulan palsu.

_____________________________________

*8) Pola Mengidentifikasi diri - rasa diri ini merupakan realita konvensional. Kebiasaan berpikir .,’ saya sakit, saya menderita” .

(23)

C

itta sendiri adalah penjahat yang sesungguhnya, bukan bongkahan elemen fisik. Tubuh bukan suatu kesatuan y ang berm usuhan d an seca ra ko nstan ber f luktuasi mengancam kesejahteraan k ita. Ia ada lah realit a y ang t er p isah seh ingga b erubah se cara alami terg antung kondisi yang diwarisinya. Hanya karena kita berasumsi salah mengenai hal itu maka hal tersebut menjadi beban yang harus kita tanggung. Ju stru kare na itu lah tubuh kita menderita sa kit dan tidak nyaman. Tubuh jasmani tidak memproduksi penderitaan untuk kita ; diri kita sendiri yang memproduksinya. Karena it u say a melihat jelas bahwa sesungguhnya tak ada kondisi eksternal yang menyebabkan kita menderita. K ita manusia yang sala h mengartikan d an sala h p aham sehingga mengobarkan rasa sakit dan mengganggu batin kita.

Saya mengerti dengan jelas bahwa tak ada yang tidak mati . Citta pastinya tidak mati .; bahkan n yatanya ia menjadi se makin n yata. Se makin k ita selidiki ke 4 e lemen , me nyusun mereka kedalam bentuk aslinya , s emakin jelas citta jadinya. Sehingga dimana kematian ? Dan apa yang mati ? Ke 4 ele men yakni --- tan ah, udara, air, api --- mereka tidak mati. Sedangkan citta --- bagaimana ia b isa mati ? Ia menjadi se makin jelas terasa , semakin waspad a semakin mempunyai wawasan pan dangan t erang. Peng etahuan d asar ala mi y ang e ssensil ini tak p ernah mati, sehingga mengapa takut mati ? Sebab ia menipu dirinya sendiri. Semenjak beribu ribu dan bahkan ribuan tahu n y ang la lu yang ta k terhitung lamanya ia membohongi d irinya se ndiri sehingga kita percaya ia telah mati, padahal tak ada yang pernah mati.

Sehingga ketika rasa sakit timbul dari dalam tubuh harus kita sadari itu hanyalah perasaan dan bukan hal lain. Jangan mengartikan dengan istilah pribadi dan berkesimpulan bahwa sesuatu telah terjadi pada kita. Sa kit sud ah mengghinggapi tubuh se menjak k ita dilahirk an. Sakit y ang kita ra sakan sudah timbul dari rahim ibu dan sakitnya luar biasa . Hany a dengan bertahan terhadap siksaan sep erti itu manusia dapat se lamat h idup didunia. Sakit su dah ada se menjak permulaan dan tak a kan ke mbali keasalnya at au b erubah sifatny a. Sak it tu buh se lalu sam a; setelah timbul ia akan hilang sebentar dan kemudian berhenti . Timbul, menetap, berhenti. Itulah mereka.

Menyelidiki perasaan sakit yang timbul dalam tubuh dan dengan jelas memahami seperti apa mereka. Tubuh sendiri hanyalah bentuk jasmani , realita fisik yang kita ketahui semenjak kita dilahirkan. Tetapi bila kita selalu percaya bahwa kita adalah tubuh dan tubuh adalah kita, maka bila tu buh luka , maka kita a kan mera sa sak it. Menyamakan t ubuh , sakit dan kesadaran memandang mereka seba gai sa tu k esatuan : tubuh yang sakit. S akit fisik timbul k arena malfungsi (tid ak berfungsi sebag ai mestinya) tu buh. Ia timbul tergantung d ari b eberapa a spek tubuh , tetapi ia send iri b ukanlah fenomena fisik. Kewasp adaan bai k pada t ubuh maupun perasaan terg antung pad a citta - citta yang mengetahui mereka. Tetapi k etika seseor ang sad ar dan salah menafsirkan , m aka ke pedu lian terhad ap f isik y ang m enyebabkan sa kit dan intensitasnya semakin jelas sehingga menyebabkan timbulnya emosi rasa sakit. Sakit tidak saja melukai tetapi juga menunjukkan sesuatu yang salah telah terjadi pada kita --- pada tubuh kita. Kecuali bila kita dapat memisahkan ke 3 realita yang berbeda itu , bila tidak maka rasa sakit fisik akan selalu menyebabkan stress emosi.

(24)

T

ubuh adalah fenomena fisik semata. Kita dapat percaya apapun yang kita sukai tentang tubuh , tak a kan merubah asas p rinsip keb enaran. Keberadaan fisik ada lah suatu keben aran fundamental. Keb eradaan 4 e lemen -- ta nah, air, udara & a pi --- berk umpul bersama dalam konfigurasi tertentu me mbentuk apa yang disebut sebagai “manusia”. Kebera daan fisi k bisa d i identifikasi se bagai laki laki dan wanit a dan d iberi na ma khusus, st atus sosial , te tapi yang terpenting mereka hanyalah rûpa khanda --- tumpukan jasmani.

Menggumpal bersama, semua bagian dari unsur bersatu membentuk tubuh manusia , realita fisik yang berbeda antara satu sama lain berbeda.

Dan t iap bagian yang terpisah adalah bagian in tregral (k eseluruhan) me njadi 1 realita fundamental . Ke 4 ele men bersatu p adu deng an b eragam cara yang tak sa ma. Tentang tub uh manusia, kita bicara mengenai kulit, otot, tendon, tulang, dst. Tetapi jangan tertipu dan berpikir bahwa m ereka adalah re alita terpisah se bab me reka m empunyai nama yang berbeda. Lihat mereka hanya sebagai 1 realita essensil --- yakni tumpukan fisik .

Sedangkan tumpukan perasaan , mereka berada dalam ruang lingkupnya sendiri. Mereka bukan bagian dari tubuh jasmani. Tubuh juga bukan perasaan. Tidak merupakan bagian langsung dari fisik jasmani. Ke 2 khanda ini - jasmani (rûpa) & perasaan (vedanâ) - lebih jelas daripada khanda ingatan, pikiran dan kesadaran *9), karena mereka lenyap begitu muncul, jauh lebih sukar

dilihat. Perasaan dilain pihak , menetap sebentar sebelum lenyap. Hal ini menyebabkan mereka tampak lebih jelas , membuatnya mudah di isolasi sewaktu meditasi.

Fokuskan perh atian lang sung p ada rasa sa kit ketika mereka timbul d an usah akan u ntuk mengerti sifa t alami mereka yang sebenarnya. H adapilah tan tangan. Jan gan mencoba menghindari rasa sakit de ngan m emfokuskan perhatian ke tempat la in. Dan t ahan terha dap godaan yang berharap agar sakit bisa pergi. Tujuan dari penyelidikan adalah mencari pengertian yang ben ar ( sejati) . Net ralisasi sakit hanyalah p roduk sa mpingan d ari pe mahaman je li pri nsip kebenaran.

Sakit tak dap at d ianggap sebagai o bjek p rimer . H anya akan m enimbulkan stre ss e mosi yang lebih besar bil a ha rapan sembuh gagal t ercapai. Menahan d iri dengan k etahanan me nghadapi sakit y ang h ebat juga tak akan berh asil. Juga tidak d engan memusatkan pikiran d engan konsentrasi tunggal pada rasa sakit dengan mengesampingkan citta dan tubuh. Agar memperoleh hasil y ang memadai , se mua faktor (ke 3 faktor ) harus dilibatkan dalam p enyelidikan , penyidikan harus selalu langsung dan terarah.

_____________________________________

*9) 5 khanda tdd : rupa (jasmani) & nama yakni vedanâ – perasaan, sannâ – ingatan, sankhara – bentuk

pikiran, vinnâna – kesadaran mel 6 dvara (panca indera). Perenungan dan analisa 5 khandha dan sifat alaminya (sabhava dhamma) bisa mengurangi jumlah kelahiran dimasa yad, melenyapkan semua dukha & pada

puncaknya a/ mencapai Nibbana . Yg patut dicamkan :5 khandha ini adl tdk kekal (anicca), berarti menimbulkan dukha & karenanya tdk ada pemilik (anatta).

(25)

SANG BUDDHA MENGAJARKAN KITA agar menyelidiki dengan tujuan melihat semua

penderitaan sebagai fenomena yang timbul, menetap kemudian lenyap. Jangan terjerat karenanya. Jangan memandang sakit dengan istilah yang berkaitan dengan diri (aku) , se bagai bagian yang tak terpisahkan dari diri kita , karena hal itu berlawanan dengan sifat sakit yang sebenarnya. Juga jangan memandang ren dah tehnik y ang digunakan un tuk menyelidiki rasa sakit , mencegah kebijaksanaan mengetahui realita perasaan. Janganlah menimbulkan problem bagi dirimu sendiri , problem yang sebenarnya tak ada. Lihat kebenaran yang muncul setiap kali rasa sak it timbul , amati ia menetap untuk kemudian hilang. Hanya itu.

Ketika memakai kesadaran dan kebijaksanaan untuk mengisolasi rasa sakit , alihkan perhatian p ada citta dan k emudian b andingkan den gan perasaan dan kesadaran d engan mengetahui d an melihat k embali a pa benar mereka tak d apat d ipisahkan dan b andingkan citta dengan tubuh jasmani dengan cara yang sama : apakah betul mereka identik ? Fokuskan dengan jelas satu demi sa tu dan jangan b iarkan ko nsentrasi mengembara dari titik spesifik yang k ita selidiki . Tetapla h lekat ku at p ada 1 aspek . Con tohnya, f okuskan p erhatian sep enuhnya pada sakit dan analisa sampai mengerti dan bisa membedakan karakteristiknya ; kemudian kembali lagi pada citta dan usahakan melihat perbedaan dengan jelas. Apakah ke 2 nya identik ? Bandingkan mereka. Apakah perasaan dan k esadaran t ahu bah wa me reka ad alah 1 dan hal y ang sa ma ? Adakah suatu cara yang menyebabkan m ereka d emikian (identik ) ? Dan t ubuh ap akah mempunyai karakteristik yang sama dengan citta ? Apakah sama dengan perasaaan ? Apakah ke 3 ny a cuk up mirip se hingga bisa b erkumpul bersama ? Tu buh adalah masalah fi sik jasmani - bagaimana bisa disa makan deng an citta ? Citta a dalah feno mena m ental , kesadaran untuk mengetahui . e lemen fisik yang membentuk t ubuh pada hakekatnya t idaklah mempunyai kesadaran , mereka tak mempunyai kapasitas mengetahui.

Tanah, air, udara dan api adalah elemen yang tidak tahu apa apa, hanya elemen mental - y akni manodhatu – yang t ahu. I ni ka susnya, bagaimana citta yang bersif at mengetahui dan elemen tubuh jasmani disetarakan . Jelas mereka merupakan realita yang terpisah.

Prinsip yang sama diterapkan pada rasa sakit. Pada hakekatnya ia tak mempunyai kesadaran , tak mempunyai kapasitas untuk mengetahui. Sakit adalah fenomena alam yang timbul bersamaan dengan tubuh, tetapi ia ti dak sadar akan keberadaan tubuh atau dirinya sendiri. Rasa sakit tergantung dari t ubuh seb agai b asis jas mani. Tanp a t ubuh mereka tak m ungkin muncul. Tetapi mereka sendiri tak mempunyai realita fisik. Sensasi yang timbul bersamaan dengan tubuh (berhubungan) di i nterpretasikan deng an ca ra tertentu seh ingga tak d apat d ibedakan d ari area tubuh yang terkena. Sec ara naluriah , t ubuh dan sakit adalah sama, sehingga t ubuh sendiri tampaknya sakit. Kita harus obati reaksi naluriah ini dengan menyelidiki baik karakteristik sakit sebagai fenomena indera dan karakteristik fisik murni dari bagian tubuh yang terasa paling akut (jelas) sak itnya. Tujuannya adalah untuk m enentukan dengan jelas apakah l okasi fisi k--- misalnya engsel lutut --- menunjukkan karakteristik berbeda sehubungan dengan rasa sakit.

(26)

S

eperti apa b entuknya dan postur apa yang mereka miliki ? Perasaan tak mempunyai bentuk atau postur. Mereka tim bul hanya se bagai sensasi tak berb entuk se mata. Tub uh mempunyai bentuk terten tu , warna dan cora k ku lit , dan ini tak beru bah d engan timbulnya perasaan tubuh. Tetap sama seperti sebelum sakit timbul. Substansi fisik tak berubah karena sakit , sebagai bagian yang terpisah , tidak mempunyai effek langsung terhadapnya.

Sebagai contoh, ketika lutut luka atau otot luka : lutut dan otot hanyalah tulang, ligamen dan daging. Mereka sendiri tidak sakit. Walaupun keduanya tinggal ditempat yang sama , mereka mempertahankan sifatnya sendiri. Citta mengetahui ke 2 hal ini , teta pi karena kesadaran masih diliputi oleh delusi (an gan angan / pandangan salah) , seca ra otomatis ia menyimpulkan bahwa sakit bercampur dengan tulang , ligamen dan otot yang membentuk engsel lutut. Dengan alasaan yang sama asas ketidak tahuan , citta menyimpulkan bahwa tubuh dan semua aspeknya adalah bagian integral terp enting dari se seorang ( manusia). Sehing ga rasa sakit ju ga terikat dengan perasaan seseorang. “Lutut saya luka. Saya sakit. Tetapi saya tak mau menderita sakit. Saya ingin sakit ini pergi. “ Keinginan untuk melenyapkan rasa sakit ini adalah kilesa yang membangkitkan tingkat ketidak ny amanan den gan membalikkan p erasaan fisik ke bentuk e mosi pend eritaan. Semakin sak it se makin kuat keinginan untuk melenyapkan rasa sakit jadinya , sehingga stress emosi semakin besar. Faktor faktor ini saling menyokong satu sa ma lain. Karena itu akibat dari ke tidak tahuan kita , kita memuati diri kita dengan muatan dukkha.

Agar bisa melihat sakit , tubuh dan citta sebagai realita terpisah maka kita harus memandangnya dari su dut pandang yang benar , sudut p andang y ang membiarkan mereka mengambang bebas daripada memadu menjadi satu. Sewaktu mereka terka it bersama sebagai bagian dari bayangan kita sendiri maka sudut pandang tak bisa berd iri sendiri , menjadi tidak effektif un tuk memisahkan mereka. S elama k ita masih ngotot mengganggap sa kit berk aitan dengan diri kita , maka tak mungkin bisa menembus jalan buntu ini. Ketika khandha dan citta bergabung jadi satu , kita tidak punya ruang untuk manuver. Tetapi ketika kita menyelidikinya dengan kesadaran dan kebijaksanaan , bolak balik diantara mereka , menganalisa setiap bagian dan membandingkan fitur khusus , kita a mati perbedaan y ang jelas diantara mereka sehingga kita dapat melihat sifat dasarnya dengan jelas. Masing masing berada dalam realitasnya sendiri yang terpisah. Ini adalah prinsip universal.

Karena realisasi sifat alami ini tenggelam sampai kedalam dasar batin kita , sakit mulai mereda dan seca ra bertahap memudar. Pada saat yang sa ma kita menyadari hu bungan fundamental antara m engalami ra sa sakit dan “ diri “ yang m enggengamnya. Hubungan itu dibina dari dalam citta dan menjalar keluar menyertakan sakit dan tubuh. Nyatanya pengalaman berasal dari citta dan kemelekatan yang mendalam terhadap diri sendiri , sehingga menimbulkan emosi sakit sebagai reaksi dari sakit fisik. Bila kita selalu sadar sepanjang waktu , bisa kita ikuti perasaan sakit kedalam sumbernya. Setelah kita fokuskan, sakit yang kita selidiki mulai menarik diri , secara bertahap menarik diri kembali kedalam batin . B egitu kita menyadari dengan tegas tanpa ragu b ahwa sesu ngguhnya ke melekatan yang d itimbulkan bat in yang menyebabkan kita

mengalami rasa sakit dan menganggapnya sebagai problema diri kita , maka sakit akan lenyap.

(27)

S

akit menghilang seluruhnya yang tinggal hanya citta ( sendirian.) . Atau fenomena luar mungkin masih ada tetapi kemelekatan emosi sudah dinetralisir sehingga tak lagi merasa sakit. Ini berbeda susunannya dengan realita dari citta (yg semula menganggap sakit = tub uh) , dan ke 2 nya sa ling tidak b erinteraksi . S emenjak sa at itu citta telah b erhenti mencengkram r asa sa kit , semua hubungan dengannya telah diputuskan. Yang tinggal hanyalah intisari sifat dasar citta --- yang mengetahui --- hening dan tidak gelisah berada ditengah tengah di antara khandha dan rasa sakit.

Sehingga tak peduli berapa berat rasa sakit yang muncul pada saat itu , ia tak akan mempengaruhi citta. Sekali kebijaksanaan dengan jelas menyadari dengan jelas bahwa citta dan sakit adalah riil (nyata) tetapi riil (nyata) dalam jalannya masing masing (terpisah), dan ke 2 nya sama sekali tidak saling mempengaruhi. Tubuh hanyalah bongkahan fisik semata. Tubuh yang sama yang mana ketika sakit timbul ada dan masih ada disana ketika sakit berhenti. Sakit tidak merubah sifat dasar alami tubuh , tu buh tidak mempengaruhi sifat alami sakit. Sifat dasar Citta yang mengetahui bahwa sakit timbul, menetap untuk sementara waktu kemudian berhenti. Tapi citta , intisari peng etahuan seben arnya tak timb ul d an mati seperti tubuh dan perasaan. Keberadaan citta yang mengetahui selalu konstan dan stabil. Pada kasus ini sakit --- tak peduli berapa besar --- tak akan berdampak pada citta. Bahkan kita bisa tersenyum ! sewaktu sakit berat menyerang --- dapat tersenyum! ---karena citta sudah terpisah . Secara konstan ia tahu tetapi tak terlibat dengan perasaan sehingga tidak menderita.

Tingkat ini dicapai melalui penerapan kesadaran dan kebijaksanaan secara intensif . Tingkat dim ana ke bijaksanaan ( Pañña) mengembangkan samadhi. Dan k arena citta telah sepenuhnya menyelidiki semua aspek sehingga mereka sungguh sungguh mengerti , saat itulah citta m encapai keadaan samadhi penuh.Citta berkumpul deng an keb eranian dan k ehalusannya sedemikian dalam sehingga tak bisa dilukiskan . Kesadaran menakjubkan ini berasal dari analisa masalah secara lengkap dan tanpa lelah dan ke mudian menarik diri darinya. Biasanya , ketika citta mengandalkan kek uatan meditasi samadhi un tuk menyatu kedala m kondisi konsentrasi , tenang maka ia men jadi hen ing dan diam. Ta pi k eadaan samadhi i ni ti daklah sehalus d an sedalam sepe rti y ang didap at melalui kekuatan kebijaksanaan *10) . Begitu kesadaran dan

kebijaksanaan berhasil memenangkan pertempuran ini dan menang dari kilesa , maka ketenangan yang dicapai setiap kali menjadi lebih spektakuler.

_____________________________

* 10) maksudnya : meditasi samatha (ketenangan) & meditasi vipassana (pandangan terang). Tujuan dari samadhi

ketenangan adlh membuat batin menjadi tenang. Samadhi ini merupakan landasan untuk mengembangkan kebijaksanaan (vipassana). Kebijaksanaan digunakan untuk mencari dan menganalisa apa saja yg melekat pd batin. Ketika pañña mengalahkan kemelekatan baru batin menjadi tenang –“ panna mengembangkan samadhi” . Ketika samadhi mantap menggunakan pañña , maka samadhi menjadi dasar pengembangan pañña ke tk lebih tinggi –“ samadhi mengembangkan pañña. “5 Faktor mental dlm vipassana adalah : Saddhabala (keyakinan teguh), Viriya (Usaha) , Satibala (kesadaran), Samadhibala (kekuatan samadhi), Pannabala ( kekuatan kebijaksanaan)

(28)

I

ni a dalah ja lan * bagi mereka yang menjalankan pra ktik meditasi un tuk menembus kebenaran d ari 5 khandha, menggunakan perasaa n sakit se bagai fokus u tama. Praktik in i merupakan dasar meditasi awal tanp a rasa taku t se perti yang say a praktikan. Saya melihat dengan te gas tanp a ragu b ahwa sif at a lami citta y ang m engetahui tak pernah m ungkin bisa dilenyapkan. Bahkan bila semuanya sudah h ancur seluruhnya , citta tetap sam a sekali t ak terpengaruh. Saya menyadari kebenaran ini den gan kejelian mutlak pada saat ketika citta yang mengetahui berdiri sendirian , sama sekali tak terlibat dengan hal apapun. Hanya ada keberadaan yang mengetahui (citta) yang jelas secara menyolok , mempesona dalam semua kemegahannya. Citta melepaskan tub uh, perasa an, ing atan , b entuk pik iran da n kesadaran serta memasuki keheningan murni dalam kesendirian dan mutlak tidak berhubungan dengan khanda. Pada saat itu , ke 5 khandha tidak berfungsi sama sekali dalam sehubungannya dengan citta. Dengan kata lain , citta & khandha berada independen karena telah terputus 1 sama lain berkat upaya meditasi yang tekun.

Pencapaian mengakibatkan perasaan takjub dan ajaib tak ada yang dapat menandinginya. Citta tetap berhenti dalam keheningan sunyi selama waktu lama sebelum akhirnya menarik diri ke kesadaran normal. Setelah menarik diri , ia kembali berhubungan dengan khanda seperti sedia kala , ia tetap mutlak yakin bahwa ia (citta) baru saja memasuki keadaan ketenangan luar biasa dan secara total terputus dari 5 khanda. Citta mengetahui bahwa ia mengalami keadaan spiritual yang amat menakjubkan. Yang pasti tak pernah bisa terhapus dalam ingatan .

Akibat keyakinan tak tergoyahkan , yang terpatri dalam hati (batin ) saya karena pengalaman tersebut ,seh ingga tak bisa diragukan d an tidak ad a lagi tuntutan y ang tid ak masuk akal , saya menyimpulkan samadhi sebe lumnya deng an cermat --- d engan ta mbahan tekad dan mencerap bendungan tarikan magnetis yang pasti berasal dari dalam hati (batin) . Citta dengan cepat masuk ke konsentrasi dan ketenangan seperti sedia kala. Walaupun saya tak dapat melepaskan citta s eutuhnya da ri i nfiltrasi 5 khanda, tapi saya amat terinspirasi agar b erupaya lebih tekun mencapai tingkatan dhamma yang lebih tinggi.

TAK PE DULI BE TAPA DAL AM AT AU KO NTINYUNYA SAMADHI , samadhi bu kanlah akhir d ari se galanya. Samadhi tak d apat mengakhiri semua pen deritaan. Te tapi samadhi bisa membentuk un sur pokok beru pa platfo rm (p rogram) ide al untuk menyerang kilesa penyebab semua penderitaan. Konsentrasi dalam dan tenang yang dibentuk samadhi adalah fondasi terbaik mengembangkan keb ijaksanaan. Problemnya adalah Samadhi b egitu d amai dan memuaskan sehingga bila kurang hati hati meditator akan kecanduan. Hal ini terjadi pada diri saya : selama 5 tahun say a ke canduan pad a ketenangan samadhi sehingga me njadi perc aya bahwa keadaan sentosa ini adalah intisari Nibbana .

___________________________________________________

*jalan pembebasan : sila – samadhi – pañña .Pengembangan bhavana sejalan dengan sila, samadhi, pañña.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu penulis membuat perancangan model pelayanan pembayaran pajak kendaraan berbasis web pada kantor samsat Pringsewu agar masyarakat lebih dimudahkan dalam

Bahkan pada waktu tahun haji di Mekah telah datang 12 orang di baiat aqabah kedua, dengan ini bahwa penganut Islam telah ada dan menemani Mushab bin Umair

1) Beritahu ibu tentang proses pemeriksaan refleks dan maksud pemeriksaan untuk mengukur refleks. 2) Ibu dianjurkan duduk dengan kaki tergantung dan santai. 3)

[r]

Mesin Milling dan Drilling termasuk mesin perkakas yang mempunyai gerak utama yang berputar, Pisau Fris dipasang pada sumbu/arbormesin yang didukung dengan alat

Bab V buku ini juga menguraikan tentang pengaturan pertanggungjawaban korporasi dalam perundang-undangan pidana, dengan mengambil contoh dari beberapa perundang- undangan di

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, selanjutnya disebut Undang-Undang Tipikor, Pasal 18 huruf (a) menyatakan bahwa: “Perampasan

Bonggol pisang kering dapat dijadikan tepung karena dari beberapa penelitian yang sudah dilakukan tepung bonggol pisang memiliki kandungan karbohidrat yang sangat