• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Observasi Lapang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Observasi Lapang"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil Observasi Lapang

Pola tata ruang rumah tinggal masyarakat Tegal pada ketiga wilayah yaitu dekat pantai (pesisir), perkotaan, dan pegunungan memperlihatkan pola yang relatif sama. Pada umumnya tata ruang rumah tinggal masyarakat Tegal terdiri atas halaman depan, rumah, dan halaman belakang. Antara halaman depan dan rumah terdapat teras.

Orientasi arah pembangunan rumah tinggal di Tegal umumnya mengikuti arah utara atau selatan. Orientasi arah pembangunan rumah tinggal masyarakat perkotaan dan pegunungan tidak seluruhnya mengarah ke utara atau selatan, tetapi juga mengikuti jalan di depannya. Batas rumah antara ketiga wilayah memiliki perbedaan, pada rumah tinggal masyarakat pesisir dan pegunungan memiliki pagar yang terbentuk dari penanaman tanaman, sedangkan pada masyarakat perkotaan lebih banyak menggunakan dinding bata atau fence. Gerbang pada rumah tinggal masyarakat pesisir dan pegunungan umumnya tidak terlihat jelas, sedangkan pada rumah tinggal masyarakat perkotaan terlihat jelas ditandai dengan pintu masuk (Tabel 7).

Sirkulasi pada ketiga wilayah umumnya sama yaitu terlihat lurus menuju pintu masuk rumah. Pada rumah tinggal masyarakat perkotaan di Tegal terdapat sirkulasi di samping rumah yang terlihat jelas dan ditandai dengan pintu masuk, dapat dilihat pada Tabel 7.

Ruang teras terdapat pada rumah tinggal di ketiga wilayah Tegal. Pendopo sebagai ruang khusus yang menandakan salah satu prinsip tata ruang khas Jawa hanya terlihat pada tata ruang rumah tinggal masyarakat perkotaan golongan bangsawan di Tegal. Komponen sumur dan dapur diletakkan terpisah dari bangunan utama rumah masyarakat pesisir. Antara bangunan utama rumah dan dapur terdapat ruang terbuka dengan bagian penutup dari tanah liat atau tegel. Terdapat halaman belakang yang luas pada rumah tinggal masyarakat pesisir dan pegunungan, sedangkan relatif sempit pada masyarakat perkotaan. Halaman samping tidak memperlihatkan ciri khas dari tata ruang rumah tinggal masyarakat Tegal karena tidak konsisten ada pada ketiga wilayah tersebut (Tabel 7).

(2)

Tabel 7. Perbandingan Komponen Tata Ruang Rumah Tinggal Masyarakat Tegal

Komponen dan Elemen Tata

Ruang

Wilayah

Pesisir Perkotaan Pegunungan

Orientasi Ruang utara-selatan Utara-Selatan atau mengikuti jalan

Utara-Selatan atau mengikuti jalan Batas Tapak Ada, tidak konsisten,

ada yang berpagar tanaman dan ada juga yang tidak berpagar

Ada, terbentuk dari pagar dinding atau

fence

Ada, terbentuk dari tanaman pagar

Gerbang Tidak ada atau terbuat dari potongan bambu

Tidak ada atau ada Tidak ada

Halaman Depan Luas Luas atau sempit Luas atau sempit Sirkulasi Utama Lurus dengan pintu

rumah

Lurus dengan pintu rumah dan sirkulasi samping rumah

Lurus dengan pintu rumah

Pendopo Tidak ada Ada atau Tidak ada Tidak ada

Teras Ada Ada Ada

Halaman Belakang Luas Sempit Luas atau sempit Halaman Samping Ada atau tidak ada Ada atau tidak ada Ada atau tidak ada Sumur Terpisah dari rumah Menyatu Menyatu

Dapur Terpisah dari rumah Menyatu Menyatu

Perbedaan rumah tinggal pada ketiga wilayah tersebut juga dapat dilihat dari bentuk arsitektur dan bahan (material) pembentuknya. Pada Gambar 11, pemakaian bahan (material) pada rumah tinggal masyarakat pedesaan di daerah pegunungan menggunakan kayu. Hal ini dilatarbelakangi kemudahan mencari kayu di sekitarnya. Pada lingkungan pesisir dan perkotaan dibangun dengan menggunakan batu-bata dan kapur sebagai perekatnya dengan ketebalan dinding sekitar 20 cm. Pada rumah tinggal di lingkungan pesisir dan perkotaan dicat dengan warna putih. Pada arsitektur atap memiliki kesamaan antara rumah tinggal masyarakat pesisir dan pegunungan yaitu limasan dengan tambahan di atas teras yang disebut emperan (Lampiran 3). Atap menggunakan material genting tanah liat berwarna merah. Pada bagian teras terdapat tiang penyangga yang terbuat dari bahan kayu pada wilayah pegunungan, sedangkan pada wilayah pesisir dan perkotaan telah menggunakan bahan dinding bata.

(3)

Rumah Tinggal di Wilayah Pesisir Rumah Tinggal di Wilayah Pegunungan

Rumah Tinggal di Wilayah Perkotaan

Gambar 11 Bentuk Rumah Tinggal Masyarakat Tegal.

Gaya arsitektur rumah tinggal masyarakat Tegal yaitu perpaduan antara gaya arsitektur Jawa kuno dan kolonial, tetapi pada arsitektur perkotaan lebih menunjukan gaya arsitektur kolonial (Lampiran 1). Bagian pintu dan jendela memiliki ukuran yang relatif besar.

Pada rumah tinggal golongan bangsawan mengikuti pola tata ruang tradisional Jawa yang letaknya di perkotaan. Penataan tata ruang rumah ini dilatarbelakangi oleh individu yang memahami prinsip tata ruang tradisional Jawa dan mendalami falsafah Jawa di dalam kehidupannya.

Batas Tapak

Rumah tinggal masyarakat pedesaan dibedakan ke dalam wilayah pesisir dan pegunungan. Bagian pagar dibuat dari penanaman tanaman (Lampiran 3). Tanaman yang difungsikan sebagai pagar sebagai batas rumah tinggal masyarakat pesisir yaitu tanaman kedondong dan waru, sedangkan pada masyarakat

(4)

pegunungan lebih dominan menggunakan tanaman teh-tehan (Acalypha

macrophyla). Pada tanaman kedondong dan waru ditanam memanjang, rapat, dan

antar tanaman diikat dengan potongan bambu membentuk pagar (Gambar 12).

Gambar 12 Tanaman Kedondong sebagai Pagar Hidup.

Sirkulasi

Sirkulasi yang ditunjukan dari gerbang menuju ruang dalam rumah yaitu lurus. Apabila dilihat secara interior bangunan rumah utama, sirkulasi ini juga lurus dengan posisi pintu sejajar dengan pintu lainnya yang menghubungkan antar ruang menuju bagian belakang rumah. Antar ruang utama yaitu ruang tamu, ruang keluarga, dan ruang makan dipisahkan oleh dinding. Sirkulasi samping pada rumah tinggal masyarakat pesisir hanya berfungsi sebagai sirkulasi alternatif yang terbentuk dari jarak antar rumah, sehingga membentuk seperti lorong.

Teras

Teras terletak di bagian depan rumah yaitu antara rumah dan halaman depan. Teras digunakan sebagai ruang penerimaan tamu dan bersantai. Pada teras terdapat pilar yang berfungsi untuk menyangga atap (model atap emperan) Fasilitas yang terdapat di teras yaitu kursi dan meja, tetapi pada masyarakat pesisir pada teras terdapat bangku yang menyatu dengan dinding dan terletak di bagian ujung kanan dan kiri. Pada rumah tinggal masyarakat pesisir bagian teras tidak

(5)

disertai dengan pagar pembatas, sedangkan pada rumah tinggal masyarakat perkotaan memiliki pagar. Pada masyarakat pegunungan juga tidak memiliki pagar pembatas. Sebelum memasuki teras pada bagian depan terdapat anak tangga dengan tinggi berkisat antara 0.4-0.8 meter (Gambar 13).

Gambar 13 Anak tangga menuju Teras.

Teras sebagai ruang yang menampung aktivitas interaksi antara penghuni dan tamu atau antar anggota keluarga. Pada lingkungan masyarakat pesisir dan pegunungan, interaksi juga dapat dilakukan di halaman depan dan halaman belakang. Hal ini dikarenakan memiliki halaman yang luas, sehingga dapat menampung banyak orang. Pada masyarakat perkotaan, interaksi tidak terjadi di halaman karena relatif sempit, sehingga terjadi di teras atau di dalam rumah.

Rumah

Rumah berbentuk persegi panjang yang simetris. Pada umumnya bagian dalam rumah (interior ruang) dibagi menjadi 4 bagian penting yaitu ruang tamu, ruang keluarga, kamar tidur, dan ruang makan. Bagian kamar mandi dan sumur pada rumah tinggal di lingkungan pedesaan pada wilayah pesisir terpisah dari bangunan utama. Bagian dinding di pedesaan pesisir dibatasi oleh dinding tembok, sedangkan dinding di pedesaan pegunungan dibatasi oleh dinding kayu. Tinggi dinding dapat mencapai 5 meter dan bagian tertinggi terdapat pada ruang keluarga. Terdapat 2-4 kamar tidur yang ditempatkan sejajar, bagian pintu dapat

(6)

saling berhadapan atau menghadap ke arah ruang keluarga. Rumah memiliki pintu yang sejajar antara pintu depan, tengah dan belakang. Pintu dan jendela memiliki ukuran yang besar.

Halaman Belakang

Pada rumah tinggal masyarakat Tegal umumnya terdapat halaman belakang yang digunakan untuk menanam tanaman obat atau sayur-sayuran dan beternak (Lampiran 2). Bagian dapur dan sumur pada rumah tinggal pesisir terpisah dari rumah utama dan letaknya di belakang, sedangkan pada wilayah pegunungan dan perkotaan menjadi satu dengan rumah. Pada halaman belakang juga digunakan untuk aktivitas beternak. Hewan yang diternakan biasanya dibuatkan kandang atau dibiarkan terlepas. Hewan yang dikandangkan yaitu kambing dan sapi, sedangkan hewan yang dibiarkan terlepas yaitu ayam, itik, dan angsa.

Mushola

Mushola terletak bersebelahan dengan ruang makan. Letak mushola menyesuaikan dapat di bagian kiri atau kanan dari ruang makan dan bagian ini ditinggikan 0.6-1 meter (Lampiran 2). Keadaan ini berbeda dengan tata ruang rumah golongan bangsawan di Tegal dimana mushola ditempatkan terpisah dari rumah yang berada di bagian barat dekat dengan pintu gerbang.

Tanaman

Penanaman tanaman berada di sekitar halaman depan dan halaman belakang. Sebagian besar tanaman yang tumbuh di sekitar halaman depan dan belakang memiliki ciri fisik bentuk tajuk yaitu bulat, oval, dan spread. Tekstur batang tanaman dominan kasar. Tanaman dengan tekstur halus diantaranya teh-tehan yang difungsikan sebagai pagar hidup dengan tinggi sekitar 0.6-0.8 meter. Warna daun tanaman yang ditanam di halaman umumnya berwarna hijau dengan sedikit bunga. Pemilihan warna daun selain warna hijau ditujukan untuk memberikan aksen.

Dilatarbelakangi tajuk yang relatif membulat dan spread maka penanaman tanaman di halaman depan ditujukan untuk peneduh dan penghias rumah, tetapi

(7)

pemilihan tanaman peneduh yaitu tanaman yang juga menghasilkan buah. Penanaman tanaman di halaman belakang lebih ditujukan untuk tanaman obat-obatan dan tanaman berbuah. Tanaman yang ditanam merupakan tanaman yang mudah hidup pada kondisi setempat.

Pada rumah tinggal masyarakat pesisir terdapat 3 tanaman khas pesisir yaitu pepaya (kates), sawo, dan kelapa. Hal ini juga terkait dengan kepercayaan masyarakat setempat, tanaman tersebut biasanya ditempatkan di halaman depan.

Tanaman yang sering dijumpai di seluruh wilayah yaitu mangga dan puring (Tabel 8). Tanaman mangga dapat difungsi sebagai peneduh dan tanaman yang dapat menghasilkan buah, sedangkan puring biasanya difungsikan sebagai tanaman pengarah (direct planting) dan pagar hidup (border planting). Selain itu, tanaman puring ditanam dengan latar belakang kepercayaan masyarakat setempat. Keladi hias, sirih merah, dan cengkeh merupakan tanaman yang hanya ditanam pada wilayah tertentu saja di sekitar halaman rumah tinggal masyarakat Tegal. Oleh karena itu, tanaman tersebut tidak dapat mencirikan kekhasan tanaman yang ditanam di sekitar halaman rumah. Pada umumnya, masyarakat yang menanam tanaman sirih merah di halaman depan mempercayai kekuatan penolak bala dari tanaman ini, sehingga dinilai sakral oleh masyarakat setempat. Tanaman cengkeh ditanam di belakang rumah, tanaman ini dapat tumbuh dengan baik pada suhu pegunungan, sehingga banyak dijumpai di daerah pegunungan.

Pada Tabel 8, penanaman tanaman yang ada di wilayah pedesaan pegunungan cenderung bervariasi. Pada rumah tinggal golongan bangsawan cenderung sedikit karena hanya mengikuti pemilihan tanaman dan prinsip penanaman khas Jawa.

Tanaman yang tergolong obat-obatan dan dapat dimanfaatkan buahnya yaitu jeruk, melinjo, kelapa, sukun, pisang, pepaya, dan nangka. Tanaman ini biasanya ditanam di halaman belakang. Tanaman yang berfungsi sebagai penghasil oroma (aromatic plant) biasanya ditempatkan di halaman depan rumah tinggal masyarakat perkotaan yaitu kamboja dan cempaka (Tabel 8). Tanaman ini digunakan sebagai aksen.

(8)

Tabel 8. Penanaman Tanaman di Lingkungan Rumah Tinggal No. Jenis Tanaman

Keberadaan Tanaman

Fungsi pedesaan perkotaan

Ban. Pes. Peg. Pes. Dar.

1 Hanjuang v v v v pengarah, pagar hidup

(Cordyline sp.)

2 Sri rejeki v v v v display

(Aglaonema sp.)

3 Puring v v v v v pengarah, pagar hidup

(Codiaeum variegatum)

4 Mangga v v v v v peneduh, berbuah

(Mangifera indica)

5 Keladi hias v display

(Caladium sp.)

6 Pisang v v v v berbuah

(Banana sp.)

7 Pepaya v v v penangkal, berbuah

(Carica papaya)

8 Sirih merah v penangkal, dedaunan

(Priper crocatum)

9 Delima v v v v berbuah, penangkal

(Punica granatum L.)

10 Cengkeh v berbuah, aromatik

(Syzygium aromaticum)

11 Teh-tehan v v v v pagar hidup

(Acalypha macrophylla)

12 Kedondong v v pagar hidup

(Spandias pinnata)

13 Sawo v v v peneduh, berbuah

(Manilkara sp.)

14 Nangka v v v v peneduh, berbuah

(Artocarpus heterophyllus)

15 Sukun v v v v peneduh, berbuah

(Artocarpus communis)

16 Melinjo v v v v peneduh, berbuah

(Gnetum gnemon)

17 Kelapa v v v v peneduh, berbuah

(Cocos nucifera)

18 Jeruk v v v v peneduh, berbuah

(Citrus sp.)

19 Kamboja v v aromatik, display

(Plumeria alba)

20 Cempaka v v v aromatik, display

(Michelia champaca)

21 Mangkokan v v v v pagar hidup

(Nothopanax sp.)

(9)

Hasil Wawancara

Bagian dan fungsi komponen rumah tinggal masyarakat Tegal memiliki simbol atau penjelasan khusus dari narasumber mengenai karakternya. Hasil wawancara dengan narasumber berkaitan dengan tata ruang dan elemen taman rumah tinggal masyarakat Tegal dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Komponen Rumah Tinggal Masyarakat Tegal Menurut Narasumber Komponen Rumah

Tinggal Uraian Pendapat Narasumber

Batas Tapak Pada masyarakat lingkungan pedesaan tidak memiliki batas yang nyata dengan rumah tinggal tetangga, terkadang dibatasi dengan menggunakan pagar hidup dari tanaman yang dilatarbelakangi kesadaran sosial yang tinggi1

Arsitektur Bangunan Gaya arsitektur mengikuti tata ruang Jawa yang dipengaruhi arsitektur kolonial1

Ruang Tata ruang rumah tinggal berbentuk kotak, simetri, dan saling sejajar2

Halaman Rumah tinggal memiliki halaman yang luas dan ditanami yang memiliki fungsi peneduh dan penyejuk3

Pendopo Terdapat di halaman depan sebagai tempat penerimaan tamu sebagai rasa hormat4

Tanaman • Tanaman sawo kecik (Manilkara kauki) khusus ditanam apabila peghuni merupakan keturunan keraton atau tanah bekas keraton. Dan tanaman belimbing memiliki arti rukun iman5

• Tanaman-tanaman yang ditanam khususnya menghasilkan keteduhan dan jenis tanaman buah5

Sirkulasi Lurus4

Aktivitas Tradisi moci yang berarti acara mengakrabkan dan mempererat tali persaudaraan dengan minum teh bersama menggunakan poci dan gula batu 7

Simbol • Rumah tinggal sebagai lingkungan hidup individu yang menempati sehingga merupakan pencerminan diri pribadi dan sifat individu tersebut2

• Halaman mencitrakan suatu kebesaran 3

• Tanaman yang ditanam menunjukan sifat individu dan dapat menghadirkan suasana khusus atau didasari oleh kepercayaan setempat5

• Sirkulasi yang lurus memiliki makna ketulusan hati (tidak berprasangka buruk) disertai dengan ucapan kulo nuwun4 Keterangan:

1) Akur Sujarwo, Kepala Dispora Tegal. Wawancara tanggal 22 maret 2010.

2) Atmo Tan Sidik, budayawan Tegal dan Kepala Sie. Media Cetak dan Elektronik Kantor Informasi dan

Humas Kab. Brebes. Wawancara tanggal 24 april 2010.

3) Nurngudiono, Kepala Dewan Kesenian Tegal. Wawancara tanggal 11 april 2010.

4) Agus Wijanarko, budayawan Tegal. Wawancara tanggal 23 maret 2010.

5) Wijanarto, budayawan Tegal. Wawancara tanggal 15 maret 2010.

6) Pujianto, Ustad Kelurahan Panggung, Tegal dan keturunan Amangkurat asli Tegal. Wawancara tanggal

16 april 2010.

(10)

Tata Ruang Rumah Tinggal dan Elemen Taman

Tata ruang rumah tinggal masyarakat Tegal terdiri atas rumah dan halaman (Gambar 14). Halaman difungsikan sebagai tempat menanam tanaman dan tempat berinteraksi, sedangkan rumah difungsikan untuk penghuni sebagai tempat bersosialisasi antar anggota keluarga. Secara fungsi, halaman dikategorikan sebagai ruang publik, dimana orang lain dapat mengakses masuk tanpa izin terlebih dahulu (Booth 1988) dan terjadi pertemuan antara pemilik rumah dengan orang lain dari lingkungan luar serta biasanya berbentuk ruang terbuka (Yosita 2007). Berdasarkan kepercayaan budaya Jawa, halaman digambarkan sebagai kosmos horizontal dimana terjadi interaksi antar sesama individu (hubungan antara manusia dengan manusia dan lingkungan sekitar) (Mangunwijaya 1988). Booth (1988) juga menyatakan bahwa ruang privat dimaksudkan sebagai ruang yang hanya dapat diakses dan tempat berinteraksi pemilik, sehingga rumah termasuk ke dalam ruang privat.

Gambar 14 Pembagian Fungsi Ruang Rumah Tinggal Masyarakat Tegal.

Pada tata ruang rumah tinggal masyarakat Tegal selalu terdapat jalan yang dibuat di samping rumah, sehingga membentuk halaman samping (Gambar 14).

Halaman Belakang Halaman Depan Rumah Halaman Samping Teras

(11)

Halaman samping ini juga terbentuk dari ruang di antara rumah satu dengan yang lainnya. Berdasarkan perkembangan pada lingkungan rumah tinggal masyarakat pesisir, halaman samping berfungsi penting untuk mengikat antar massa bangunan, sehingga membentuk lorong dan berfungsi sebagai ruang pelayanan (Sardjono 1996). Jalan samping pada rumah tinggal masyarakat Tegal berfungsi untuk mempermudah gerak penghuni apabila terdapat acara-acara khusus di rumah. Jalan pada halaman samping ini dapat dikatakan juga sebagai ruang servis bagi penghuni karena berfungsi melayani kebutuhan penghuni (Booth 1988).

Teras berfungsi sebagai ruang penerimaan tamu dan bersantai oleh pemilik rumah (Gambar 14). Menurut Booth (1988), teras memiliki fungsi ruang semi publik atau semi privat karena terjadi pertemuan antara individu tertentu yang memiliki tujuan khusus dengan pemilik rumah (bertamu) dengan mendapatkan izin terlebih dahulu. Menurut Mangunwijaya (1988), teras sebagai ruang penghubung antara rumah sebagai kosmos vertikal dan halaman sebagai kosmos horizontal, sehingga terjadi keseimbangan kosmos.

Orientasi Arah Hadap

Orientasi arah hadap rumah tinggal mengarah ke arah utara atau selatan. Orientasi arah hadap utara atau selatan sangat terlihat pada lingkungan rumah tinggal pesisir. Orientasi arah hadap utara atau selatan dimungkinkan adanya pengaruh besar Mataram dahulu yang mempengaruhi penataan tata ruang rumah tinggal masyarakat Tegal. Orientasi arah hadap ruang dan rumah Jawa menurut Indartoyo (2008) mempunyai hubungan dengan arah utara-selatan di satu sisi dan timur-barat pada situasi lain.

Berdasarkan kepercayaan budaya Jawa, menurut Widayati (1999) bahwa arah hadap utara atau selatan yang melambangkan Dewa Sang Hyang Batara Wisnu sebagai simbol pemelihara. Perlambangan ini mengisyaratkan bahwa rumah yang menghadap utara atau selatan akan membawa kebahagiaan dan ketentraman hidup bagi penghuninya (Wahyudi 2006).

(12)

Pintu Gerbang dan Pagar

Pintu gerbang di tempat tinggal masyarakat Tegal hanya terdapat satu sebagai pintu masuk dan keluar. Menurut Setiawan (2000), pintu gerbang digambarkan sebagai pintu masuk kosmos (alam semesta). Pagar pada rumah tinggal masyarakat di pesisir menggunakan tanaman kedondong dan waru (Lampiran 3). Tanaman tersebut dipilih karena kemudahan dalam tumbuh dan perbanyakan. Antar tanaman dililitkan potongan bambu sehingga membentuk pagar tertutup.

Adapun bagian pagar dapat berupa potongan bambu atau teh-tehan, seperti yang terdapat pada rumah tinggal di wilayah pegunungan. Kebanyakan rumah-rumah di desa tidak diberi pembatas pagar, hanya saja batas pekarangan milik antar warga biasanya menggunakan (telajak) pagar dari tanaman (Koentjaraningrat, 1986). Karakter masyarakat Tegal di perkotaan dekat dengan pesisir mulai menunjukan nilai privasi yang tinggi, sehingga pagar ada yang berupa dinding atau menggunakan tanaman yang ditanam rapat. Hal ini dikarenakan masyarakat Jawa yang hidup di lingkungan perkotaan nilai-nilai tradisi gotong royong dalam budaya Jawa meluntur, sehingga hubungan antar warganya memiliki kedekatan kekerabatan yang rendah dibandingkan dengan wilayah pedesaan (Roqib, 2010). Gerbang dan pagar pada rumah tinggal bangsawan berukuran besar, tinggi, dan terbuat dari material alam (lampiran 6).

Teras dan Pendopo

Teras dan pendopo merupakan ruang transisi antara rumah dan halaman. Teras berada di bagian depan dan menyatu dengan rumah. Kedudukan teras lebih tinggi dari tanah dan dapat mencapai ketinggian 0.4-0.8 meter dari tanah. Teras yang dibuat lebih tinggi dari tanah mengisyaratkan persamaan dengan adopsi arsitektur keraton dimana bagian dalem lebih tinggi dari tanah, ditandai dengan adanya anak tangga (Setiawan, 2000). Perbedaan tinggi tersebut biasanya disertai dengan anak tangga (Gambar 15). Interaksi yang terjadi di teras dapat dilakukan dengan duduk di lantai beralas tikar atau kursi yang mencerminkan suasana guyub

rukun (Wibowo, 1987). Selain itu, teras menggambarkan keseimbangan kosmos

(13)

sebagai tempat untuk mengaktualisasi suatu bentuk atau konsep kerukunan antara penghuni dengan kerabat dan masyarakat sekitarnya (Hidayatun, 1999). Terdapat tradisi masyarakat Tegal yaitu tradisi moci dimana menciptakan suasana intim dan kebersamaan (Lampiran 7). Pada rumah tinggal bangsawan terdapat pendopo pada bagian depan rumah (Lampiran 6).

ars itekturnya

Gambar 15 Bagian Teras Rumah Tinggal Masyarakat Tegal disertai Anak Tangga.

Rumah (Omah)

Secara keseluruhan, rumah tinggal masyarakat Tegal memiliki pola berbentuk persegi panjang. Menurut Frick (1997), orang Jawa menganggap rumah sebagai tempat tinggal sebagai pribadi yang memilikinya. Gaya arsitektur dari ketiga wilayah memiliki kesamaan, begitu pula dengan baik tata ruang maupun penempatan komponen rumah, seperti pintu dan jendela (Lampiran 4). Nas dan Vletter (2008) menyatakan bahwa gaya arsitektur beberapa daerah di Indonesia memiliki karakter khusus yang terkadang secara eksternal terdapat pengaruh arsitektur asing.

Pada masyarakat golongan bangsawan yaitu tokoh masyarakat (bangsawan) memahami falsafah Jawa pada kehidupan sehari-harinya dan prinsip tata ruang Jawa yang diterapkan pada tata ruang rumah tinggalnya. Hal yang khusus diterapkan ke dalam tata ruang ini yaitu orientasi arah hadap, sehingga bagian muka rumah tinggal menghadap ke arah selatan. Orientasi arah hadap selatan mengikuti kaidah tata ruang tradisional Jawa yang diperuntukkan pada tata ruang rumah tinggal golongan bangsawan (Wardani 2000).

(14)

Sirkulasi

Sirkulasi rumah tinggal masyarakat Tegal menghubungkan fungsi masing-masing ruang. Sirkulasi yang ditunjukkan menerus dari pintu gerbang menuju rumah dengan pola utama lurus (direct). Pernyataan ini memiliki kesamaan yang dikemukakan oleh Wardani (2007) bahwa pada umumnya konsep tata ruang di tempat tinggal masyarakat Jawa memiliki pola dari depan ke belakang. Sirkulasi ini mengarahkan seseorang untuk langsung menyatakan maksud kedatangannya oleh penghuni. Tata ruang tempat tinggal masyarakat Jawa terdiri dari beberapa ruang yang letaknya saling berhubungan dari ruang depan menuju ke ruang belakang, sehingga alur sirkulasinya dari ruang depan menerus ke ruang belakang (Hamzuri 1986). Oleh karena itu, antar ruang di dalam rumah memiliki batas yang jelas dengan dinding yang lengkapi pintu yang diletakan saling sejajar, sehingga menunjukan sirkulasi utama yang lurus.

Sumur (Pakiwan)

Bagian sumur (pakiwan) dapat diartikan sebagai tempat bersuci untuk menghilangkan najis dan terbebas dari niat buruk. Pada tata ruang rumah tinggal golongan bangsawan (tokoh masyarakat) di Tegal, bagian pakiwan terletak di dekat pintu gerbang (regol) dan bersebelahan dengan mushola. Menurut Widayati (2000), letak kamar mandi atau sumur (pakiwan) di dekat pintu gerbang (regol) secara konsepsual sebelum masuk ke halaman atau naik ke pendopo, seseorang harus membersihkan kaki dan bersuci. Selain itu, pada tata ruang masyarakat pedesaan dan perkotaan memposisikan sumur (pakiwan) di bagian paling belakang rumah, dapat terpisah atau menyatu dengan rumah. Adapun penempatan sumur berada di belakang pada rumah tinggal masyarakat pedesaan pesisir dan pegunungan digunakan untuk mencuci dan mandi, digunakan bersama-sama dengan tetangganya.

Mushola

Mushola merupakan bagian terpenting dalam tata ruang rumah tinggal masyarakat Tegal karena sebagian besar masyarakatnya memeluk agama Islam. Mushola ditempatkan dibagian belakang bersebelahan dengan ruang makan dan

(15)

kamar tidur. Mushola dibuat lebih tinggi dari tanah dimaksudkan menjaga kebersihan dan kesucian (Lampiran 2). Berdasarkan budaya Jawa, mushola merupakan bagian dari rumah dimana rumah menempati kosmos vertikal dimana terjadi hubungan manusia dengan Tuhannya secara khusyuk (Mangunwijaya 1988), sehingga lantai mushola juga dibuat tinggi yang menunjukan bidang vertical. Pada tata ruang rumah tinggal golongan bangsawan, mushola ditempatkan di bagian barat dekat dengan pintu gerbang. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widayati (2000) bahwa pada tata ruang tradisional Jawa, mushola ditempatkan di bagian barat dekat regol, di bagian samping terdapat pakiwan sebagai tempat bersuci.

Halaman Belakang

Halaman belakang yang luas terdapat pada rumah tinggal masyarakat pesisir dan pegunungan. Pada halaman belakang masyarakat pesisir terdapat kandang ternak, sedangkan pada masyarakat pegunungan tidak ada. Kandang ternak memiliki letak yang berjauhan dengan sumur untuk menghindari bau yang tidak sedap. Ternak yang dikandangkan yaitu kambing. Pakan ternak diperoleh dari potongan daun kedondong. Sumur tidak hanya dimanfaatkan oleh penghuni, tetapi terkadang dimanfaatkan oleh tetangga.

Tanaman

Tanaman pada rumah tinggal masyarakat Tegal ditanam di bagian halaman baik halaman depan maupun belakang. Dari ketiga tata ruang di ketiga wilayah ini, penaman tidak rapat karena lebih mengutamakan ruang terbuka (lawn) dan tanaman peneduh. Bagian halaman berupa hamparan rumput atau tanah baik di lingkungan pesisir maupun pegunungan dimana sangat bermanfaat untuk penyerapan air hujan (Roqib 2010).

Masyarakat Tegal menanam tanaman di lingkungan rumah tinggalnya untuk menghasilkan keteduhan dan merekayasa udara agar selalu sejuk. Hal ini sesuai dengan pernyataan Widayati (1999) yaitu bahwa menanam tanaman di sekitar halaman rumah tinggal difungsikan untuk menetralisir udara panas. Selain

(16)

itu, tanaman difungsikan sebagai pagar hidup, pengarah, dan estetika (menghasilkan keindahan) sekitar rumah tinggal.

Penataan tanaman di rumah tinggal masyarakat pedesaan pesisir dapat dilihat pada Gambar 16. Di halaman depan terdapat tanaman yang ditanam mengelilingi rumah sebagai pagar hidup yaitu kedondong (Spandias pinnata). Tanaman pepaya (kates atau Carica papaya), sawo (Manilkara sp.), dan kelapa (Cocos nucifera) merupakan tanaman khas pesisir di Tegal. Tanaman melinjo (Gnetum gnemon) termasuk jenis tanaman obat-obatan atau yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir ditanam di bagian halaman belakang rumah. Tanaman lainnya yang memiliki fungsi sebagai tanaman obat-obatan yaitu jeruk nipis, jeruk purut, mangkokan, sukun, kumis kucing, nangka, mangga, dan belimbing.

(17)

Pagar pada rumah tinggal masyarakat di pesisir tidak terlihat jelas karena jarak antar rumah yang relatif rapat, tetapi beberapa diantaranya memiliki kekhasan yaitu menggunakan tanaman kedondong atau waru (Gambar 17). Tanaman tersebut dipilih karena kemudahan dalam tumbuh dan perbanyakan. Antar tanaman dililitkan potongan bambu sehingga membentuk pagar tertutup.

Antar Tanaman Kedondong dililitkan dengan Penggunaan Potongan Bambu yang dijadikan

Potongan Bambu Pagar

Gambar 17 Pagar Hidup Rumah Tinggal Masyarakat Pedesaan di Pesisir.

Tanaman yang ditanam di sekitar rumah tinggal pedesaan baik di pesisir maupun di pegunungan yaitu tanaman yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Tanaman bambu (Bambusa sp.) tumbuh secara liar di belakang rumah atau terkadang sengaja ditanam karena sebagian masyarakat menggunakan batang bambu untuk keperluan membuat kandang ternak, anyaman dinding ataupun untuk pagar dari potongan bambu.

Pada rumah tinggal masyarakat perkotaan di Tegal tetap mengutamakan adanya ruang terbuka (lawn) dengan beberapa tanaman peneduh (Gambar 18). Bagian ruang terbuka tersebut yaitu halaman depan dan belakang. Halaman belakang yaitu bagian yang dibatasi oleh dinding yang tinggi, sehingga menyatu dengan rumah. Selain masih berupa tanah, bagian halaman ada juga yang ditanami rumput. Rumput berfungsi untuk menyerap panas dan memberikan kesejukan di pagi hari. Halaman depan dan belakang di perkotaan cenderung sempit. Tanaman kelapa (Cocos nucifera) sebagai tanaman karakter pesisir terkadang juga ditanam di halaman depan rumah. Pada tata penanaman di perkotaan tidak hanya

(18)

mementingkan manfaat dari tanaman tersebut tetapi lebih menonjolkan keindahan (estetika). Jenis tanaman fungsi estetika ditanam di sekitar rumah untuk mempercantik tampilan halaman dan rumah. Menurut Wardani (2007), tanaman dapat menghasilkan keindahan sebagai pemenuhan kebutuhan aktualisasi manusia yaitu untuk menampilkan jati diri dan pribadi yang menghuni rumah tersebut.

Selain faktor estetika, pemilihan tanaman di lingkungan rumah tinggal perkotaan lebih memilih tanaman aromatik. Beberapa tanaman aromatik tersebut yaitu tanaman yang menghasilkan bunga, misalnya kenanga, mawar, melati, dan cempaka. Bunga dari tanaman aromatik tersebut digunakan untuk wewangian ruangan. Menurut Roqib (2010), masyarakat Jawa pada umumnya menyukai wewangian yang dihasilkan dari tanaman aromatik, sehingga perlu ditempatkan di sekitar rumah. Penanaman tanaman ditanam pada bagain tepi dekat pagar atau rumah, sehingga tetap memperlihatkan ruang terbuka (lawn) (Gambar 18).

Penanaman tanaman di rumah tinggal perkotaan juga terdapat tanaman pengarah dan pola tanaman yang ditanam sejajar di bagian depan rumah (Lampiran 5). Tanaman pengarah ditanam mengikuti desain sirkulasi yaitu puring, hanjuang, mangkokan, teh-tehan, dan soka. Tanaman puring memiliki arti memberi selamat baik ketika “nyambut” pengantin baru dan anak yang baru dikhitan. Tanaman puring yang ditanam sebagai tanaman pengarah dapat dilihat pada Gambar 18. Arti lainnya yaitu bagi pasangan suami istri akan dijauhkan dari keretakan rumah tangga (Herusatoto, 1983). Tanaman puring dapat dikorelasikan untuk menyambut tamu yang datang dan mengarahkan seseorang untuk mencapai maksud dan tujuannya yang ditanam di kedua sisi atau di salah satu sisi.

(19)

Pemilihan dan penataan tanaman pada tata ruang rumah tinggal golongan bangsawan di Tegal di dasarkan atas prinsip penataan di lingkungan keraton. Menurut Setiawan (2000), pemilihan tanaman didasarkan atas keinginan individu untuk menciptakan keselarasan baik secara fungsi maupun mewujudkan tujuan tertentu dan tidak memiliki ketentuan khusus dalam penempatan tanaman. Penataan tanaman pada tata ruang rumah tinggal golongan bangsawan di perkotaan menghindari penanaman di dekat pendopo karena dapat menghalangi akses masuk ke pendopo. Menurut Soeharso (1985), akses menuju pendopo dan pada keempat sisinya tidak ditanami tanaman dan di sekeliling pendopo hanya berupa ruang terbuka. Penanaman tanaman di rumah tinggal golongan bangsawan dilakukan pada bagian tepi dekat dengan dinding tembok pagar dan pada bagian sudut bangunan (Gambar 19).

Gambar 19 Penanaman pada Rumah Tinggal Golongan Bangsawan di Tegal.

Konseptualisasi Taman Tegal Konsep Tata Ruang

Pola tata ruang berbentuk persegi panjang. Konsep ruang taman Tegal pada halaman rumah tinggal dibagi menjadi 3 ruang penting yaitu halaman depan sebagai

Gerbang RUMAH

(20)

ruang publik, rumah sebagai ruang privat dan halaman belakang. Rumah tinggal masyarakat Tegal di wilayah pesisir dan pegunungan memiliki teras yang digunakan sebagai tempat bersantai dan menerima tamu. Teras sebagai ruang semi privat terletak di antara rumah dan halaman depan yang difungsikan sebagai tempat berinteraksi menjadi bagian terpenting dalam tata ruang rumah tinggal masyarakat Tegal. Teras memiliki ketinggian lebih dari tanah, hal ini melambangkan kesucian dan sebelum memasuki rumah yang disimbolkan sebagai tempat agung (dalem ageng). Teras juga memiliki simbol sebagai ruang pertemuan antara kosmos vertikal dan horizontal. Teras pada rumah tinggal masyarakat perkotaan terdapat pagar dari kayu atau pagar yang dapat difungsikan juga sebagai tempat duduk yang dibuat dari dinding bata, sehingga pada umumnya dalam membuat suatu taman rumah tinggal masyarakat Tegal terdiri atas 3 ruang penting yaitu halaman depan, teras, dan rumah (Gambar 20).

Pada masyarakat golongan bangsawan memiliki pendopo pada bagian depan rumah. Pendopo mewakili penggunaan prinsip tata ruang Jawa oleh masyarakat golongan bangsawan di Tegal. Pendopo memiliki arsitektur joglo dan memiliki fungsi yang sama dengan teras sebagai tempat menerima tamu dan bersantai (Gambar 21). Adapun mushola dan sumur (pakiwan) ditempatkan saling berdekatan dan dekat dengan pintu gerbang (regol). Hal ini juga dimaksudkan sebagai langkah mensucikan diri sebelum memasuki rumah (dalem ageng).

Orientasi arah pembangunan rumah tinggal mengarah ke arah utara atau selatan. Berdasarkan prinsip budaya Jawa, arah utara atau selatan memiliki simbol untuk menghantarkan penghuninya pada suatu kebahagiaan. Bangunan rumah utama berbentuk persegi panjang yang simetris memiliki 4 ruang utama yaitu ruang tamu, ruang keluarga, ruang kamar tidur, dan ruang makan. Dapur dan sumur dapat terpisah dari bangunan rumah utama atau dibuat menyatu. Dinding rumah memiliki ketinggian yang tinggi karena untuk menjaga agar udara di dalam rumah tetap sejuk, hal ini juga dikarenakan Tegal memiliki suhu yang relatif panas. Rumah memiliki arsitektur atap limasan dengan tambahan emperan yang disangga dengan tiang pada bagian teras. Ruang mushola merupakan ruang yang penting ada karena sebagian besar masyarakat Tegal beragama islam, dibuat tinggi dari tanah yang melambangkan kesucian karena ruang ini sebagai penggambaran terbentuknya kosmos vertikal atau kedekatan antara manusia dan Tuhannya.

(21)

Penempatan yang sejajar antara bagian pintu masuk depan dan pintu masuk rumah mempengaruhi dibentuknya sirkulasi utama yang lurus. Sirkulasi lurus ini melatarbelakangi adanya jalan menuju rumah (Gambar 20). Sirkulasi lurus ini memiliki simbol bahwa seseorang harus memiliki hati yang tulus dan tanpa niat jahat ketika memasuki rumah, sehingga tetap tercipta kerukunan. Sirkulasi samping tidak harus ada di dalam rumah tinggal masyarakat Tegal, hanya sebatas pada mempermudah kebutuhan atau sebagai sirkulasi pelayanan.

Tidak ada perbedaan yang jelas mengenai bentuk dan penempatan elemen di halaman antara masyarakat pesisir dan pegunungan. Antara masyarakat pesisir dan pegunungan memiliki halaman depan yang luas, tetapi memiliki karakter tanaman yang berbeda, misalnya pada penggunaan tanaman untuk pagar hidup. Rumah tinggal masyarakat pesisir dan pegunungan memiliki halaman yang luas dibandingkan dengan masyarakat perkotaan, kecuali pada masyarakat golongan bangsawan yang tinggal di perkotaan memiliki halaman yang luas, sehingga tata ruang taman masyarakat bangsawan mengikuti prinsip tata ruang Jawa dimana terdapat pendopo, mushola, dan sumur yang terdapat di halaman depan (Gambar 21). Halaman merupakan bagian penting dalam menciptakan aktualisasi penghuninya yaitu mencerminkan jati diri dan jiwa melalui keindahan dan keteduhan. Keindahan dan

keteduhan tersebut diciptakan melalui penanaman tanaman. Halaman

direpresentasikan sebagai ruang kosmos horizontal karena terjadi hubungan antara individu dan lingkungannya baik alam maupun individu lainnya.

Halaman memiliki bentuk lebih banyak ruang terbuka (lawn) dengan beberapa tanaman peneduh untuk menaungi bagian di bawahnya. Halaman dibagi menjadi halaman depan dan halaman belakang. Halaman tidak benar-benar dapat diakses oleh publik. Halaman depan merupakan bagian yang harus dilewati seseorang sebelum menuju rumah atau dapat dijadikan sebagai ruang interaksi, khususnya pada lingkungan masyarakat pesisir.

Penggunaan pagar hidup sebagai batas pada rumah tinggal masyarakat pesisir dan pegunungan. Tidak semua rumah tinggal memiliki pagar hidup, adapun rumah yang tidak memiliki pagar yang mengelilingi halaman. Kebanyakan masyarakat pesisir dan pegunungan tidak memiliki gerbang, tetapi adapun yang memiliki gerbang yang terbuat dari potongan bambu. Pada masyarakat perkotaan dan golongan bangsawan menggunakan dinding bata untuk pagar atau fence dan memiliki gerbang masuk. Hal ini tergantung pada karakter dan sifat lingkungan masyarakatnya,

(22)

sehingga rumah tinggal masyarakat Tegal tidak harus memiliki pagar, selain masyarakat perkotaan yang ditunjukan dengan garis putus-putus (dash line) pada Gambar 20. Rumah yang memiliki pagar dan gerbang terdapat pada masyarakat perkotaan karena karakter masyarakatnya yang mulai lebih mementingkan privatisasi (Gambar 21). Pagar memiliki simbol sebagai penolak bala yaitu menolak dari segala bentuk yang dapat memecahkan persaudaraan (kebahagiaan).

Gambar 20 Konsep Tata Ruang Taman Rumah Tinggal Masyarakat pada Umumnya.

Gambar 21 Konsep Tata Ruang Taman Rumah Tinggal Masyarakat Bangsawan di Tegal.

(23)

Konsep Elemen Taman Tegal

Pembuatan taman rumah tinggal masyarakat Tegal didasari atas kebutuhan material tanaman (softscape) dan kebutuhan ruang yang ada. Berdasarkan tata ruang rumah tinggal, halaman depan merupakan ruang yang dapat ditanami tanaman (Gambar 22). Penentuan konsep penanaman tanaman di halaman depan hendaknya mengikuti konsep berikut:

1. Sebagian besar ruang (space) di halaman depan memiliki ruang terbuka baik hanya berupa hamparan tanah atau ditanami rumput.

2. Tanaman yang ditanam di halaman lebih ditujukan untuk menghasilkan keteduhan, dapat dimanfaatkan baik buah, daun, maupun batangnya. Terkadang tanaman yang ditanam juga memiliki makna filosofi Jawa yang mengaktualisasikan keinginan penghuni.

3. Penanaman tanaman dilakukan di bagian tepi dekat dengan pagar dan menghindari penanaman yang berlebihan pada bagian tengah halaman. Sebaiknya hanya ditanam tanaman 1-2 tanaman pada bagian tengah halaman untuk menghasilkan keteduhan.

4. Tanaman yang disarankan untuk menghasilkan keteduhan yaitu tanaman yang memiliki bentuk tajuk spread dan bulat.

5. Tanaman yang ditanam di halaman dominan berwarna hijau, sehingga pada tanaman yang memiliki bagian yang memiliki warna dijadikan sebagai aksen. 6. Tanaman utama yang direkomendasikan sebagai tata hijau di sekitar halaman

rumah tinggal yaitu mangga dan puring. Penambahan jenis tanaman di halaman disesuaikan dengan tujuan atau kebutuhan dan tingkat adaptasi terhadap lingkungan sekitar.

7. Tanaman aromatik berbunga dapat ditambahkan di halaman depan untuk memberi

aromatheraphy dan bunganya yang berwarna sebagai aksen.

8. Tanaman pembatas (pagar hidup) tidak harus ada, tergantung pada lingkungan masyarakatnya.

9. Tanaman pengarah digunakan untuk memberikan simbolisasi penyambutan dan tidak diharuskan ada, ditanam di bagian tepi dari jalan yang dibuat menuju rumah. 10. Penanaman tanaman di rumah tinggal golongan bangsawan menghindari sirkulasi

ke arah pendopo, sehingga tetap dibiarkan berupa ruang terbuka (Gambar 23). 11. Tanaman yang ditanam di rumah Bangsawan yaitu tanaman yang memiliki makna

(24)

12. Apabila dilakukan penanaman di dekat pendopo dapat juga menggunakan planter

box yang ditempatkan di dekat pilar pendopo.

Gambar 22 Konsep Penanaman Tanaman Taman Rumah Tinggal Masyarakat Tegal pada Umumnya.

Gambar 23 Konsep Penanaman Tanaman Taman Rumah Tinggal Masyarakat Bangsawan di Tegal.

Ruang Terbuka

Ruang Terbuka

Gambar

Gambar 11 Bentuk Rumah Tinggal Masyarakat Tegal.
Gambar 12 Tanaman Kedondong sebagai Pagar Hidup.
Gambar 13 Anak tangga menuju Teras.
Gambar  14 Pembagian Fungsi Ruang Rumah Tinggal Masyarakat Tegal.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk sumur Denai stages 61 yang digunakan pada pompa SN3600 bukan merupakan stages yang optimum dan setelah dilakukan evaluasi dengan perhitungan stages maka diperoleh

Untuk memenuhi fungsi penggetaran, penggetar mole plow terdiri dari beberapa bagian, yaitu unbalanced (piringan exciter+plat pengapit exciter), poros penggetar,

Terapi yang diberikan pada pasien ini sesuai dengan terapi topikal lini pertama Pasien ini termasuk psoriasis ringan karena hanya mengenai 7% dari area permukaan tubuh...

Ruang lingkup Pelatihan Penulisan Artikel Ilmiah untuk Jurnal Internasional ini meliputi Dasar-dasar penulisan karya tulis ilmiah (untuk rumpun ilmu Kesehatan, ilmu Sains-

permukiman. b) Pusat ini ditandai dengan adanya pampatan agung/persimpangan jalan (catus patha) sebagai simbol kultural secara spasial. c) Pola ruang desa adat yang berorientasi

Sebagai perusahaan asuransi terkemuka, Prudential selalu berusaha untuk memberikan palayananterbaik kepada nasabah dengan mendengarkan dan mengerti apa yang menjadi kebutuhan

Alhamdulillah atas segala rahmat dan ridho Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S P 2 A 0

Perairan Muara Badak memiliki 24 jenis plankton, dari hasil analisis indeks keanekaragaman, indeks keseragaman dan indeks dominansi menunjukkan bahwa perairan ini