• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TRAINING NEEDS ASSESSMENT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH TRAINING NEEDS ASSESSMENT"

Copied!
86
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH TRAINING NEEDS ASSESSMENT TERHADAP

HUMAN CAPITAL DEVELOPMENT APARATUR SIPIL

NEGARA PADA DINAS PEMBERDAYAAN

PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN

ANAK PROVINSI SUL-SEL

SKRIPSI

Oleh

KIKI AISYAH

105720561815

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

(2)

PENGARUH TRAINING NEEDS ASSESSMENT TERHADAP

HUMAN CAPITAL DEVELOPMENT APARATUR SIPIL

NEGARA PADA DINAS PEMBERDAYAAN

PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN

ANAK PROVINSI SUL-SEL

SKRIPSI

Oleh

KIKI AISYAH

NIM 105720561815

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Manajemen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

MAKASSAR

(3)

PERSEMBAHAN

Karya Ilmiah ini kupersembahkan kepada orang yang sangat

kukasihi dan kusayangi.

Almarhum Bapak dan Mama serta Keluarga

Sebagai tanda bukti, hormat, dan rasa terimakasih yang tiada

terhingga ku persembahkan ini kepada Alhmarhum Bapak dan Mama

serta

Keluarga

yang

selalu

memberiku

kasih

sayang,

selalu

mendoakanku, selalu menasehatiku menjadi yang lebih baik. Segala

dukungan dan cinta kasih yang tak terhingga yang tiada mengkin dapat

kubalas hanya dengan selembar kertas yang bertuliskan kata cinta dan

persembahan.

MOTTO HIDUP

“La Tahzan Innallaha Ma’ana (jangan bersedih Allah bersama kita)”.

“Mohonlah pertolongan Allah dengan sabar dan Shalat. Karena

sesungguhnya Allah Bersama orang-

orang yang sabar”.

(Q.S At Taubah:40)

(Q.S Al Baqara:153)

(4)
(5)
(6)
(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur Alhamdulillah sembah sujud serta syukur kepada Allah

subhanahu wata’ala. Atas karunia dan kemudahan yang Engkau berikan

akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat dan salam selalu terlimpahkan

kepada baginda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Merupakan nikmat tiada

ternilai manakala penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh

Training Needs Assessment Terhadap Human Capital Development Aparatur

Sipil Negara Pada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Provinsi Sul-Sel” yang disusun sebagai syarat akademis dalam menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama penulis sampaikan ucapan terima kasih

kepada kedua orang tua penulis. Kepada Almarhum Ayah Lasman Said dan Ibu

Muhani tercinta yang senantiasa memberikan didikan, harapan, semangat,

perhatian kasih sayang dan doa tulus tanpa pamrih. Dan saudara-saudaraku

tercinta yang senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir

studi. Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan doa

restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi ibadah dan

cahaya penerang kehidupan di dunia dan diakhirat.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya dukungan, bimbingan, bantuan serta doa dari berbagai pihak selama penyusunan skripsi. Pada kesempatan ini penulis dengan kerendahan

(8)

hati mengucapkan terima kasih banyak dan penghargaan setinggi-tingginya disampaikan dengan hormat kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abd. Rahman Rahim, SE., MM., Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail Rasulong, SE., MM Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Muh. Nur Rasyid, SE., MM selaku Ketua Program Studi Manajemen

Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, MA selaku Pembimbing I yang senantiasa

meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis sehingga

skripsi selesai dengan baik.

5. Bapak Muh. Nur Rasyid, SE., MM selaku Pembimbing II yang telah

membantu dan meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan

dalam penyusunan skripsi hingga ujian skripsi.

6. Bapak/Ibu dan Asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universita

Muhammadiah Makassar yang tak kenal lelah banyak menuangkan ilmunya

kepada penulis selama mengikuti kuliah.

7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar.

8. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi

Manajemen Angkatan 2015 yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit

bantuannya dan dorongan dalam aktivitas studi penulis.

9. Teristimewa kepada keluarga besar penulis, Ibu yang sudah memberikan

kasih dan sayang kepada penulis mulai dari kecil sampai sekarang,

(9)

materi serta doa kepada penulis. Tanpa perhatian dan cinta dari keluarga mungkin skripsi ini tidak dapat terselesaikan.

10. Seluruh responden yang telah rela meluangkan waktu untuk penulis, terimakasih atas kerja samanya.

11. Teman-teman seperjuanganku Tiva, Taya, Risda, Syahra, Farhan, Indra,

Ryan, terima kasih atas pertemanan yang telah kalian berikan kepada

penulis, terima kasih untuk semua nasihat, perhatian yang telah kalian

berikan untuk penulis.

12. Kepada Hebriyanto terima kasih banyak penulis ucapkan untuk semua

waktunya yang setia mendampingi, tidak pernah bosan dan menyerah untuk

memberikan dukungan, semangat, kepada penulis.

13. Teman-Teman Kelas MAN-J.15, terima kasih atas segala kenangan selama

kuliah.

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa Skirpsi ini masih

sangat jauh dari kata sempurna oleh karena itu, kepada semua pihak utamanya

para pembaca yang budiman, penulis senantiasa mengharapkan saran dan

kritikannya demi kesempurnaan Skripsi ini.

Mudah-mudahan Skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Billahi Fi Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu “Alaikum Warahmatullahi

Wabarakatuh.

(10)

ABSTRAK

KIKI AISYAH, Tahun 2019. Pengaruh Training Needs Assessment Terhadap Human Capital Development Aparatur Sipil Negara pada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Sul-Sel. Skripsi Program Bidang Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbimbing I Mahmud Nuhung dan Pembimbing II Muh.Nur. R.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah Training Needs Assessment berpengaruh Terhadap Human Capital Development Aparatur Sipil Negara pada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak. Jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 30 orang pegawai. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu metode survei kuesioner. Sedangkan teknik analisis data dalam penelitian adalah dengan menggunakan analisis data kuantitatif dan analisis regresi linear sederhana.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data ini diperoleh bahwa variabel X Training Needs Assessment berpengaruh signifikan terhadap Y Human Capital Development. Dimana nilai t hitung variabel (X) lebih besar dari pada nilai t tabel (4,456 > 2,048).

(11)

ABSTRACT

KIKI AISYAH, 2019. Effect of Training Needs Assessment on Human Capital Development of State Civil Apparatus at the Office of Women's Empowerment and Child Protection of the Province of North Sulawesi. Thesis Program of Management Studies in the Faculty of Economics and Business, University of Muhammadiyah Makassar. Guided by Counselor I Mahmud Nuhung and Advisor II Muh. Nur. R.

This study aims to determine whether the Needs Assessment Training affects the Human Capital Development of the State Civil Apparatus at the Office of Women's Empowerment and Child Protection. The type of research used is quantitative. The sample in this study were 30 employees. Data collection techniques used are questionnaire survey methods. While the data analysis technique in the study is to use quantitative data analysis and simple linear regression analysis.

Based on the results of the research and analysis of this data, it was found that the variable X Training Needs Assessment had a significant effect on Y Human Capital Development. Where the value of t count variable (X) is greater than the value of t table (4,456> 2,048).

(12)

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

SURAT PERNYATAAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ... x

ABSTRACT ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia ... 7

B. Training Needs Assessment ... 11

C. Human Capital Development ... 25

D. Tinjauan Empiris ... 35

E. Kerangka Pikir ... 39

(13)

BAB III METODE PENELITIAN ... 40

A. Jenis Penelitian ... 40

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

C. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran ... 40

D. Populasi dan Sampel ... 41

E. Teknik Pengumpulan Data ... 42

F. Teknik Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 44

B. Hasil Penelitian ... 48 C. Pembahasan... 57 BAB V PENUTUP ... 59 A. Kesimpulan ... 59 B. Saran ... 59 DAFTAR PUSTAKA ... 60 LAMPIRAN ...

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Tinjauan Empiris ... 35

4.1 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 48

4.2 Deskripsi Responden Berdasarkan Usia ... 49

4.3 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakahir... 50

4.4 Deskripsi Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 51

4.5 Hasil Uji Validitas... 52

4.6 Hasil Uji Reliabilitas ... 53

4.7 Hasil Uji Regresi Sederhana ... 54

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pikir ... ...39

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kuesioner...

2. Hasil Kuesioner Penelitian...

3. Olah Data SPSS 22...

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses menangani

berbagai masalah pada ruang lingkup pegawai, buruh, manajer, dan tenaga

kerja lainnya untuk menunjang aktivitas organisasi atau organisasi demi

mencapai tujuan yang telah ditentukan. Bagian atau unit yang biasanya

mengurusi SDM adalah Departemen Sumber Daya Manusia atau dalam

bahasa inggris disebut HRD atau Human Resource Departement. Menurut

A.F. Stoner manajemen sumber daya manusia adalah suatu prosedur yang

berkelanjutan yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi dengan

orang-orang yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada

saat organisasi memerlukannya (Lijan Poltak Sinambela, 2017:8).

Sumber Daya Manusia (SDM) adalah orang yang disebut sebagai

manajer, pegawai, karyawan, buruh atau tenaga kerja yang bekerja untuk

organisasi. SDM merupakan dasar dan kunci dari semua sumber daya

organisasi. Sumber-sumber lainnya hanya dapat diperoleh dan berfungsi jika

organisasi mempunyai SDM berkualitas. SDM yang berkualitas, mempunyai

pengetahuan, keterampilan, kompetensi, kewirausahaan dan kesehatan fisik

dan jiwa yang prima, bertalenta, mempunyai etos kerja dan motivasi kerja

tinggi yang dapat membuat organisasi berbeda antara sukses dan kegagalan.

Efektifitas dan efisiensi sumber-sumber lainnya hanya dapat dicapai kalau

(18)

Dalam rangka meningkatkan keterampilan karyawan, organisasi dapat menyelenggarakan pelatihan sendiri atau mengirimkan karyawan untuk

berlatih di lembaga-lembaga pelatihan yang dikelola oleh pihak eksternal yang fokus menyelenggarakan pelatihan pada bidang-bidang tertentu.

Lembaga-lembaga pemerintahan atau swasta yang besar, biasanya memiliki divisi atau

departemen yang mengelola pelatihan bagi pegawai internal, bahkan

kadang-kadang juga melatih pegawai eksternal. Institusi pemerintah, militer, dan

polisi, sepanjang kebutuhan untuk memenuhi keterampilan yang diperlukan itu

masih dapat dipenuhi secara internal, mereka akan menyelenggarakan

pelatihan sendiri, tetapi apabila internal tidak mampu memenuhinya, maka

karyawan atau anggota dikirim untuk mengikuti pelatihan pada lembaga

pelatihan yang dikelola oleh pihak eksternal didalam atau diluar negeri

(Suparyadi, 2015:184).

Bagi seluruh calon karyawan baru agar siap untuk ditetapkan dibidang

pekerjaan tertentu, perlu terlebih dahulu untuk mengikuti pelatihan. Siap

dalam arti mampu bekerja dan mau untuk mematuhi segala aturan yang telah

ditetapkan perusahaan. Karyawan baru perlu penambahan pengetahuan agar

mampu untuk menjalankan tugasnya dengan baik, yaitu melalui pelatihan baik

yang bersifat soft competency maupun hard competency. Disamping untuk

menambah pengetahuan calon karyawan yang masuk ke pelatihan adalah

untuk mengubah perilaku karyawan yang selama ini kurang baik. Dan

tentunya pada akhirnya adalah untuk lebih mengenal lebih mendalam lingkup

pekerjaan yang akan dihadapinya nanti.

Salah satu tujuan dari pelatihan adalah untuk memberikan keterampilan

(19)

membiasakan calon karyawan dalam bekerja. Oleh karena itu, dalam pelatihan calon karyawan dilatih cara-cara melaksanakan pekerjaan serta

memahami visi dan misi perusahaan secara utuh.

Pelatihan merupakan proses untuk membentuk dan membekali

karyawan dengan menambah keahlian, kemampuan, pengetahuan dan

perilakunya. Artinya pelatihan akan membentuk perilaku karyawan yang

sesuai dengan yang diharapkan perusahaan. Kemudian akan membekali

karyawan dengan berbagai pengetahuan, kemampuan dan keahlian,

kesesuaian dengan bidang pekerjaannya (Kasmir, 2016:125 ).

Tujuan pengaturan pendidikan serta pengaturan penyelenggaraan

latihan jabatan pegawai negeri sipil adalah agar terjamin adanya keserasian

pembinaan pegawai negeri sipil. Pengaturan pendidikan serta pengaturan

penyelenggaraan latihan jabatan meliputi kegiatan perencanaan, termasuk

perencanaan anggaran, penentuan standar, pemberian akreditasi, penilaian,

dan pengawasan (Mifta Thoha, 2007).

Menurut Jac Fitz-enz (2000) dalam Wirawan (2015:11), dalam bisnis

istilah modal manusia merupakan kombinasi sejumlah faktor sebagai berikut:

1. Sifat-sifat yang dibawa orang ke pekerjaannya: inteligensi, energi, sikap

umum positif, reabilitas dan komitmen.

2. Kemampuan seseorang untuk belajar: sikap, imajinasi, kreativitas, dan

apa yang sering disebut kecerdasan jalanan (street smart), mengerti

(atau bagaimana menyelesaikan sesuatu).

3. Suatu motivasi unutk berbagi informasi dan pengetahuan: soirit tim dan

(20)

Pengembangan karier adalah suatu proses mengembangkan karier seorang pegawai. Proses tersebut terdiri dari karier asesmen, perencanaan

karier, pelatihan keterampilan dan penempatan pegawai dalam posisi yang cocok yang lebih tinggi dan evaluasi pelaksanaannya.

Proses pengembangan pegawai meliputi langkah-langkah sebagai

berikut:

a. Asesmen karier. Dalam proses asesmen, organisasi melakukan

penelitian apakah pegawai mempunyai rencana karier tertentu dalam

perusahaan/organisasi. Seorang pegawai yang menginginkan

kariernya menanjak harus mempunyai rencana karier yang terdiri dari

tujuan karier dan upaya yang akan ia lakukan untuk mencapai tujuan

karier tersebut. Selanjutnya diteliti juga apakah

perusahaan/organisasi telah menyusun karier untuk pegawai yang

bersangkutan. Merupakan kewajiban perusahaan/organisasi untuk

merencanakan karier untuk setiap pegawainya.

b. Perencanaan karier. Karier pegawai merupakan pertemuan

keselarasan antara keselarasan antara rencana karier individu

pegawai dengan rencana karier perusahaan/organisasi.

c. Pelatihan. Setelah disusun rencana karier untuk individu pegawai,

langkah selanjutnya adalah pelatihan pegawai. Tujuan pelatihan

adalah mempersiapkan pegawai untuk menduduki posisi/jabatan dan

peran yang telah ditetapkan oleh perusahaan/organisasi. Pegawai

diberikan pengetauan, keterampilan dan kompetensi yang diperlukan

(21)

d. Penempatan di posisi baru. Pegawai ditempatkan diposisi baru dengan surat keputusan dan deskripsi tugas barunya. Manajer SDM

mungkin harus memberikan briefing mengenai posisi baru tersebut, hak dan kewajibannya serta deskripsi tugas serta kinerja yang

diharapkan.

e. Evaluasi pelaksanaan karier. Pegawai dievaluasi kinerjanya secara

periodik mengenai pelaksanaan jabatan barunya (Wirawan,

2015:432).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan sebelumnya,

maka yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan ini adalah :

Apakah Training Needs Assesment yang di terapkan oleh Dinas

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Sul-Sel

berpengaruh terhadap Human Capital Development Aparatur Sipil Negara.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Untuk mengetahui pengaruh Training Needs Assesment terhadap Human Capital Development aparatur sipil negara pada Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Sul-Sel.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai

(22)

1. Manfaat teoritis

Dengan adanya penelitian ini penulis dapat menambah wawasan dan

pengetahuan mengenai training needs assesment terhadap human capital

development aparatur sipil negara. Penelitian ini juga diharapkan bisa sebagai acuan didalam penelitian-penelitian selanjutnya yang relevan

dengan penelitian ini, sehingga dapat bermanfaat bagi

pengembangan-pengembangan penelitian yang akan dilakukan.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi

mengenai training needs assesment terhadap human capital development

pada instansi tersebut. Selain itu diharapkan dapat menambah wawasan

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Manajemen Sumber Daya Manusia

1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Semua orang percaya, jika ada yang mengatakan bahwa tanpa

manusia tidak satu pun perusahaan dapat menjalankan aktivitasnya.

Artinya manusia sangat dibutuhkan sekalipun jumlahnya sangat minimal

misalnya dengan teknologi mesin yang makin canggih sekalipun. Manusia

ditempatkan Tuhan sebagai makhluk yanga paling pintar di antara makhluk

yang lainnya. Masalahnya di antara manusia itu sendiri kepintaran dan

kecerdasannya sangta berbeda antara satu sama lainnya. Demikian pula

dengan sifat dan perilakunya juga sangat berbeda. Akan tetapi jika memiliki

tujuan yang sama, maka manusia dengan mudah dikelola sekalipun

memiliki perbedaan yang dikemukakan di atas.

Lalu timbul pertanyaan apa yang dimaksud dengan manajemen sumber

daya manusia?

Secara sederhana bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia adalah:

“Proses pengelolaan manusia, melalui perencanaan, rekrutmen, seleksi,

pelatihan, pengembangan, pemberian kompensasi, karier, keselamatan

dan kesehatan serta menjaga hubungan industrial sampai pemutusan

hubungan kerja guna mencapai tujuan perusahaan dan peningkatan kesejahteraan stakeholder.”

Dari pengertian ini bahwa manusia memiliki andil dalam mencapai

(24)

mencapai target tersebut seluruh sumber daya manusia yang ada haruslah diataur sedemikian rupa sehingga termotivasi untuk bekerja dan memiliki

kinerja yang di iniginkan. Untuk memperkaya kita tentang pemahaman pengertian manajemen sumber daya manusia berikut ini dikemukakan

beberapa pengertian mana jemen sumber daya manusia dari beberapa ahli

MSDM.

Noe menyebutkan Human Resources management refers to the policies,

practices, and system that influence employee’ behavior, attitudes, and

performance.

(Artinya: Noe menyebutkan bahwa manajemen sumber daya manusia

merupakan bagaiamna mempengaruhi perilaku, sikap dan kinerja

karyawan melalui kebijakan dan sistem yang dimiliki oleh perusahaan).

Menurut Dessler Human Resources Management is the process of

acquiring, training, appraising, and compensating employees, and attending, their labor relations, helat and safety, and fairness concern. (Artinya: dikatakan bahwa manajemen sumber daya manusia merupakan

proses menangani karyawan pelatihan penilaian, kompensasi, hubungan

kerja kesehatan dan keamanan secara adil terhadap fungsi-fungsi MSDM).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber

daya manusia adapat diartikan dengan sudut pandang, tujuan utamanya

adalah tetap sama yaitu memanusiakan manusia dan memberikan

kesejahteraan secara profesional dan adil sesuai dengan porsi

(25)

2. Fungsi Mananjemen Sumber Daya

Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia adalah kewajiban, tugas

dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh MSDM sebagai bagian untuk mendukung aktivitas manajemen keseluruhan atau manajemen

umum perusahaan/organisasi. Fungsi-fungsi manajemen MSDM tersebut

antara lain sebagai berikut:

a. Perencanaan Strategik SDM. Perencanaan strategik SDM adalah proses

perencanaan SDM jangka panjang yang merupakan bagian daripada

Perencanaan Strategik Manajemen Organisasi. Hasil dai perencanaan

Strategik SDM adalah Rencana Strategik SDM. Perencanaan Stretegik

SDM bertujuan mendukung pelaksanaan rencana Strategik Organisasi.

b. Perencanaan SDM. Perencanaan SDM adalah proses menyusun

Rencana SDM dan merupakan rencana operasional atau action plan

untuk melaksanakan Rencana Strategik SDM. Dalam rencana ini

manajer SDM merencanakan pengadaan SDM baru, mengembangkan

SDM yang ada, mengurusi kompensasi, kesejahteraan, mengurusi

hubungan industrial, pemutus hubungan kerja, dan sebagainya.

c. Membangun kinerja. SDM yang ada harus bekerja secara maksimal

dlam melaksanakan tugas dan fungsinya yang ada dalam deskripsi

tugasnya (job description). Ada kecenderungan sebagian SDM untuk

bekerja secara minimal akan tetapi menginginkan imbalan maksimal.

Jika ini yang terjadi, perusahaan akan merugi yang akhirnya berimbas

pada perusahaan akan tidak mampu memberika kesejahteraan kepada

SDMnya. Agar hal tersebut tidak terjadi, SDM perlu dimanajemeni

(26)

d. Imbalan SDM. SDM bekerja dengan tujuan unutk menghidupi dan mensejahterakan dirinya da keluarganya dan kehidupan di hari tuanya

ketika sudah tidak mampu bekerja lagi. Perusahaan harus memerhatikan hal tersebut dengan memberika kompensasi yang layak

dan menjamin kesejahteraan hidup mereka dan keluarganya. Imbalan

diberikan setelah kinerja SDM dievaluasi dan memenuhi standar kinerja

yang ditetapkan.

e. Hubungan industrial. Salah satu fungsi penting dari MSDM adalah

hubungan industrial yaitu membangun hubungan baik antara

perusahaan dengan para karyawannya khusus dengan organisasi

karyawan-serikat pekerja/serikat buruh atau union yang sering

mempunyai tujuan, keinginan dan harapan yang saling bertentangan.

Kedua belah pihak harus saling berkomunikasi untuk menciptakan

sinergi dan simbiose mutualistis yang saling menguntungkan. Untuk itu

jaminan sosial, keluhan buruh harus diperhatikan, dan pemogokan yang

merugikan kedua belah pihak, masyarakat harus dinegosiasikan dan

dihindari. Demikian juga, pemutusan hubungan kerja sebelum masa

pensiun harus dihindari oleh pegawai dan perusahaan.

f. Manajemen SDM Internasional. Bagi perusahaan-perusahaan

multinasional dan lembaga-lembaga internasional seperti perserikatan bangsa-bangsa (united Nations) yang unit kerjanya beroperasi di

berbagai negara mempunyai SDM di berbagai negara tempat

beroperasi. SDM tersebut berasal dari negara kantor pusatnya ekspatriat (ekspatriate), dari negara ketiga dan SDM dari negara tempat

(27)

perusahaan atau organisasi internasional di kantor pusatnya ada unit khusu yang memanajemeni SDM internasioal tersebut.

g. Sistem Informasi MSDM. MSDM memerlukan pencatatan aktivitas MSDM dan data dan informasi SDM organisasi/perusahaan (SIMSDM).

Sebelum ditemukannya komputer awal tahun 1970-an Sistem informasi

MSDM dilakukan secara manual dengan mempergunakan kertas

arsip-arsip dalam bentuk kertas. SIMSDM manual memerlukan banyak tenaga

dan untuk menemukan kembali informasinya lambat. Dengan

ditemukannya komputer SIMSDM mengadopsi komputer sehingga lebih

cepat dan informasinya dapat diakses dari berbagai tempat dengan

cepat, lebih mudah dan lebih sederhana serta menghemat biaya SDM.

h. Memimpin. Pelaksanaan fungsi-fungsi MSDM dalam bentuk aktivitas

MSDM dipimpin oleh oara manajer SDM dan manajer yang terkait

seperti para supervisor teknis di unit-unit kerja. Misalnya, untuk aktifitas

kompensasi dikelola oleh unit kerja MSDM; aktivitas pengembangan

sumber daya manusia dilakukan kerjasama antar unit kerja MSDM

dengan unit-unit kerja operasional lainnya; sedangkan kebijakan

mengenai MSDM ditentukan oleh pimpinan puncak organisasi

(Wirawan, 2015:28).

B. Training Needs Assesment (TNA)

1. Pengertian Training Needs Assesment

Training Needs Assesment (TNA) atau analisis kebutuhan pelatihan adalah suatu langkah yang dilakukan sebelum melakukan pelatihan dan merupakan bagian terpadu dalam merancang pelatihan untuk memperoleh

(28)

strategi pembelajaran yang sebaiknya diterapkan dalam menyelenggarakan pelatihan agar pelatihan bermanfaat bagi peserta

pelatihan. Dari analisis ini akan diketahui pelatihan apa saja yang relevan bagi suatu organisasi pada saat ini dan juga dimasa yang akan datang.

Organisasi tidak dapat menetukan pelatihan begitu saja tanpa

menganalisis dahulu kebutuhan dan tujuan apa yang ingin dicapai.

Penilaian kebutuhan merupakan road map untuk mencapai tujuan

organisasi.

2. Pentingnya Training Needs Assesment

Kebutuhan menurut Brigg (dalam AKD LAN 2005) adalah

ketimpangan atau gap antara apa yang seharusnya dengan apa yang

senyatanya. Gilley dan Eggland (AKD LAN, 2005) menyatakan bahwa

kebutuhan adalah kesenjangan antara seperangkat kondisi yang ada pada

saat sekarang ini dengan seperangkat kondisi yang diharapkan.

Kebutuhan pelatihan dapat diketahui sekiranya terjadi ketimpangan

antara kondisi (pengetahuan, keahlian, dan perilaku) yang senyatanya ada

dengan tujuan yang diharapkan tercipta pada suatu organisasi. Kebutuhan pendidikan (education needs) atau kebutuhan pelatihan (training needs)

adalah kesenjangan yang adapat diukur antara hasil yang ada sekarang

dan hasil yang diinginkan atau di persyaratkan. Tidak semua kesenjangan

atau kebutuhan mempunyai tingkat kepentingan yang sama untuk segera

dipenuhi. Maka antara kebutuhan yang dipilih dengan kepentingan untuk

dipenuhi kadang terjadi masalah atau selected gap.

Analisis kebutuhan Pelatihan menurut Rossert dan Arwady meyebutkan bahwa Training Needs Assesment (TNA) adalah suatu istilah

(29)

yang dipergunakan dalam analisis untuk memahami permasalahan kinerja atau permasalahan yang berkaitan dengan penerapan teknologi baru.

Analisis kebutuhan pelatihan memegang peranan penting dalam setiap program pelatihan, sebab dari analisis ini akan diketahui pelatihan

apa saja yang relevan bagi suatu organisasi pada saat ini dan juga dimasa

yang akan datang, yang berarti dalam tahap analisis kebutuhan pelatihan

ini dapa diidentifikasi jenis pelatihan apa saja yang dibutuhkan oleh

pegawai dalam pengemban kewajiban.

3. Fungsi Training Needs Assesment

a. Mengumpulkan informasi tentang skill, knowledge dan feeling

pekerja.

b. Mengumpulkan informasi tentang job context.

c. Mendefinisikan kerja standar dan kinerja aktual dalam rincian yang

operasional.

d. Melibatkan stakeholders dan membentuk dukungan.

e. Memberi data untuk keperluan perencanaan.

4. Pendekatan Training Needs Assesment

Ada beberapa pendekatan dalam melakukan TNA, diantara yang

paling polpuler adalah :

a. Makro

TNA yang didasarkan kepada kebutuhan organisasi/perusahaan

secara umum, sehingga hasil TNA-nya berlaku untuk semua orang yang ada di dalamnya. Maka dari itu, seringkali disebut Organization-Based

Analysis.

(30)

1) Visi, misi, stretegic objective dan target perusahaan

2) Keadaan ekonomi dan finansial perusahaan

3) Perubahan budaya 4) Perubahan teknologi

5) Tema perusahaan, seperti pengurangan biaya, peningkatan

kualitas, dst.

b. Mikro

TNA yang didasarkan kepada kebutuhan kelompok tertentu.

Terdiri dari 2 yaitu :

1) Task-Based Analysis

Fokus utamanya adalah apakah standar keterampilan yang

dibutuhkan pada sebuah pekerjaan sudah dimiliki oleh si pemegang

jabatan atau belum.

2) Person-Based Analysis

Fokus utamanya adalah apakah karyawan sudah dapat

melakukan pekerjaan sesuai tuntutan atau belum.

TNA Mikro dapat menggunakan sumber data diantaranya: a) Job Description b) Performance Standar c) Performance Evaluation d) Observasi kerja e) Interview f) Kuesioner g) Checklist

(31)

Baik Task-Based maupun Person-Based sama-sama memiliki

acuan standar pekerjaan, sehingga saling melengkapi.

5. Tahap Training needs Assesment

a. Analisis Organisasi

Analisis organisasi menetukan di mana pelatihan dapat dilakukan

dan dimana seharusnya dilakukan. Analisis ini memfokuskan pada

organisasi secara keseluruhan mencakup analisis tujuan organisasi,

sumber daya, iklim organisasi, serta analisis lingkungan eksternal dan

internal organisasi. Analisis ini bertujuan memperoleh informasi tentang

organisasi yang digunakan untuk menentukan tujuan pelatihan yang

hendak dicapai. Sebagai tahap awal perlu adanya upaya mengkaitkan

penilaian kebutuhan pelatihan dengan pencapaian tujuan organisasi.

Dengan mengaitkan hubungan tersebut, kebutuhan pelatihan akan

dapat diidentifikasi.

b. Analisis Tugas

Analisis tugas mengidentifikasi pelatihan apa saja yang harus

diberikan kepada karyawan terkait dengan pekerjaannya. Tujuan

analisis ini adalah mengetahui tentang tugas yang harus dilakukan

karyawan, penentuan standar kinerja utnuk suatu pekerjaan, penentuan

pengetahuan, kemampuan dan perilaku yang diperlukan dalam suatu

pekerjaan.

c. Analisis individu

Analisis individu mengidentifikasi siapa atau karyawan mana yang

(32)

Untuk itu perlu mengindentifikasi kemampuan yang dimiliki tiap karyawan yang meliputi :

1) Penentuan metode pengukuran kemampuan 2) Penyusunan instrumen pengukuran kemampuan

3) Pengukuran kemampuan di lapangan

4) Pengolahan hasil pengukuran kemampuan

5) Gamabaran hasil pengukuran kemampuan

Setelah dilakukan pengukuran kemapuan, maka akan diperoleh

gambaran kemampuan karyawan saat ini. Adapun beberapa metode

pengumpulan data sebagai berikut:

a) Survei

Survei merupakan metode yang sering digunakan untuk

mengumpulkan data. Pertanyaan survei harus bena agar tidak

terjadi interpretasi yang keliru dari responden. Keuntungan metode

survei adalah dapat diterapkan pada populasi yang besar dan

muah dalam memperoleh feed back.

b) Observasi

Obeservasi sangat baik digunakan jika populasinya sangat besar

dan kompleks. Observasi dilakukan oleh orang yang terlatih dalam

teknik observasi dang mengenal proses yang diobservasi.

c) Wawancara individu

Wawancara individu biasanya digunakan bersamaan dengan

survei tertulis, tetapi dapat juga dilakukan secara independen.

Wawancara individu digunakan untuk mengetahui kevalidan data

(33)

adalah kesempatan untuk mengadakan interaksi secara langsung dengan karyawan merupakan cara paling efektif untuk

mengumpulkan data yang lengkap. d) Focus Groups

Dalam metode ini ada pembentukan kelompok yang melakukan

brainstroming mengenai hal tertentu. Data yang diperoleh adalah

kualitatif.

e) Performance Appraisal

Hasil studi menunjukkan bahwa laporan penilaian kinerja sangat

berguna dalam menentukan kebutuhan pelatihan. Yang perlu

diperhatikan jika menggunakan laporan kinerja adalah form

penilaian harus terstruktur dan pimpinan harus terampil dalam

proses penilaian kinerja.

d. Penentuan kesenjangan kemampuan

Gambaran kemapuan karyawan yang diperoleh kemudian

dianalisis untuk mengetahui adanya kesenjangan antara standar dengan

kondisi aktual saat ini.

e. Rekomendasi

Setelah mengetahui bentuk kesenjangan yang ada dan faktor apa

yang mempengaruhi, kemudian dapat ditentukan pelatihan apa yang

perlu diberikan. Sehingga bisa merencanakan pelatihan dan

pengembangan sebelum melaksanakannya.

Setelah melakukan analisis serta perencanaan, maka tahap

selanjutnya dari pelatihan dan pengembangan adalah

(34)

6. Tujuan Pelatihan

Pada saat mengikuti pelatihan, calon karyawan akan digembleng dan

dijejali denga berbagai materi pelatihan. Kemudian setelah dilatih barulah dinilai kemauan dan kemampuannya melalui ujian tersendiri apakah ujian

tertulis atau ujian praktik. Hal lainnya yang tidak kalah pentingnya materi

yang diberikan adalah tentang pendidikan kedisiplinan dan tanggung jawab

karyawan kepada pekerjaan.

Berikut ini beberapa tujuan perusahaan/instansi dalam memberikan

pelatihan agar karyawan/pegawai dapat:

1. Menambah pengetahuan baru

Artinya pengetahuan karyawan/pegawai akan bertambah dari

sebelumnya. Dengan bertambahnya pengetahuan karyawan, maka

secara tidak langsung akan mengubah perilakunya dalam bekerja.

2. Mengasah kemampuan karyawan/pegawai

Maksudnya kemampuan pegawai yang semula belu optimal, setelah

dilatih diharapkan menjadi optimal. Atau dengan kata lain pegawai yang

dudlunya tidak memiliki kemampuan, maka setelah mengikuti pelatihan

menjadi lebih mampu untuk mengerjakan pekerjaannya.

3. Meningkatkan keterampilan

Pegawai harus lebih terampil untuk melaksanakan pekerjaan yang

diberikan kepadanya. Disamping memiliki pengetahuan, karyawan juga

diharapkan lebih terampil untuk mengerjakan pekerjaannya.

4. Meningkatkan rasa tanggung jawab

Artinya pegawai akan lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaannya

(35)

masa bodoh atau tidak peduli pegawai dengan kebijakan atau peraturan instansi.

5. Menambah loyalitas

Artinya dengan mengikuti pelatihan kesetiaan pegawai kepada instansi

akan meningkat, sehingga dapat mengurangi turn over pegawai. Lebih

dari itu dengan loyalitas pegawai yang tinggi akan dapat menjaga

rahasia instansi, karena sayang adanya rasa memiliki instansi.

6. Membentuk team work

Maksudnya dengan mengikuti pelatihan pegawai merasakan sati

kesatuan ( satu keluarga besar) yang tak terpisahkan satu sama lainnya.

Dengan demikian, pegawai akan mampu menghindari diri dari sikap

kepentingan individu, tetapi lebih menekankan kepada kepentingan

bersama (Kasmir, 2017:133).

7. Metode Pelatihan dan Pengembangan

Berdasarkan klasifikasi metode pelatihan dan pengembangan

tersebut, rincian metode pelatihan dan pengembangan menjadi sebagai

berikut:

a. On The Job

On the job adalah metode penelitian yang dilaksanakan di tempat kerja

yang sebenarnya dan dilakukan sambil bekerja. Kategori metode on the

job terdiri dari dua jenis, yaitu : 1) Informal in the job

Dalam metode ini tidak tersedia pelatihan secara khusus. Peserta

(36)

sedang bekerja untuk kemudian melakukan pekerjaan tersebut sendiri.

2) Formal on the job

Peserta mempunyai pembimbing khusus. Pembimbing tersebut

sambil melakukan tugasnya, diberi tugas tambahan umtuk

membimbing peserta pelatihan yang bekerja di tempat kerjanya.

Berikut beberapa manfaat on the job :

a) Karyawan melakukan pekerjaan yang sesungguhnya, bukan tugas

yang disimulasikan.

b) Karyawan mendapat instruksi dari karyawan senior

berpengalaman yang telah melaksanakan tugas dengan baik.

c) Pelatihan dilaksanakan di dalam lingkungan yang sesungguhnya,

dalam kondisi normal tanpa membutuhkan fasilitas pelatihan

khusus.

d) Bersifat informal, tidak mahal, dan mudah dijadwalkan.

e) Dapat menciptakan hubungan kerja sama langsung antara

karyawan dan pelatih.

f) Pelatih sangat relevan dengan pekerjaan dan membantu

memotivasi kinerja tinggi.

Adapun kelemahan on the job :

a) Motivasi pelatih kurang melatih, sehingga pelatihan jadi kurang

serius.

b) Pelatih dapat melaksanakan tugasnya dengan baik, namun kurang

memiliki kemampuan melatih orang lain agar dapat melaksanakan

(37)

c) Pelatih kurang/tidak memiliki waktu untuk melatih dan kemudian menghapus elemen penting dalam proses pelatihan.

d) Karyawan yang tidak terlatih mungkin memiliki dampak negatif pada pekerjaan dan organisasional.

e) Efektif biaya.

b. Off The Job

Off the job methode adalah pelatihan yang dilaksanakan di tempat kerja terpisah/diluar tempat kerja dan di luar waktu regular:

1) Simulation (simulasi)

Dilakukan dengan cara menggunakan alat/mesin dalam kondisi

lingkungan yang dibuat sama dengan sebenarnya. Simulasi mengacu

pada materi yang berupaya menciptakan lingkungan pengambilan

keputusan yang realistik bagi pelatih. Adapun macam dari metode

simulasi adalah:

a) Case study (studi kasus/telaah kasus)

Penyajian tertulis dan naratif serangkaian fakta dari

permasalahan yang dinamis dan dipecahkan oleh peserta

pelatihan. Pelatih yang menggunakn metode ini hendaknya tidak

mendominasi diskusi, memberi kesempatan pada beberapa

peserta pelatihan untuk mendominasi diskusi dan mengarahkan

diskusi ke arah solusi yang disukainya. Studi kasus dilakukan

dengan cara peserta diminta untuk membahas masalah/kasus

tertentu dalam organisasi. Pembahasan kasus biasanya diambil

dari kasus nyata.

(38)

1) Menentukan masalah ari suatu kasus.

2) Memiliki kemampuan untuk memisahkan fakta yang penting

dari yang tidak penting.

3) Menganalisis pokok masalah dan menggunakan logika untuk

menjembatani kesenjangan yang ada dalam fakta.

4) Menemukan berbagai cara untuk memecahkan masalah

b) Role playing (bermain peran)

Tujuan pokok bermain peran adalah menganalisis masalah

antara pribadi dan memupuk keahlian hubungan manusia.

Bermain peran lazin digunakan untuk mengasah kecakapan

wawancara, negosiasi, konseling, pekerjaan, pendisiplinan,

penilaian kinerja, penjualan dan tugas pekerjaan lain yang

melibatkan komunikasi antar pribadi. Peserta diharapkan memiliki

pemahaman pada situasi tertentu dan kondisi tertentu pula,

melalui pengalihan dan pengalaman.

c) Business game (permainan peran dalam bisnis)

Permainan dalam bisnis adalah bentuk latihan simulasi yang

dilakukan dalam kelas. Pengorganisasian para pesertanya

dilakukan dengan membagi peserta dalam tim yang bertugas

secara kompetitif memecahkan masalah tertentu dari suatu

organisasi tiruan. Dengan membandingkan kualitas keputusan

pemecahan masalah an kualitas diskusi yang berlangsung.

Sasaran yang ingin dicapai ari metode ini adalah memapuan untuk

mengambil keputusan atau keputusan yang integral. d) Vestibule Training (pelatihan beranda)

(39)

Pelatihan beranda adalah metode pelatihan yang digunakan untuk menggambarkan pelatihan dalam sebuah runag kelas bagi

pekerjaan klerikal atau semi ahli. Metode ini tepat untuk keadaan dimana karyaawan yang dilatih banyak ( untuk jenis pekerjaan

yang sama).

Penekanan metode ini cenderung pada belajar dibanding

dengan produksi. Pelatihan ini biasanya dipakai untuk melatih

klerk, teller bank, operator mesin, juru ketik dan pekerja sejenis.

Peserta biasanya menggunakan alat/mesin yang digunakan di

tempat kerjanya nanti dengan dibimbing oleh pelatih khusus.

Dengan metode ini, organisasi bisa menghindar deri kerugian

karna terjadinya kesalahan yang dilakukan oleh peserta. Peserta

juga terhindar dari tekanan dan kebingungan dalam bekerja

sehingga berkonsentrasi pada materi, sehingga diharapkan

organisasi dapat memperoleh tingkat kemahiran tertentu dengan

lebih cepat.

e) Laboratory training (pelatihan dengan peralatan training)

Metode pelatihan dengan peralatan laboratorium

dilaksanakan dengan cara peserta dibawa ke dalam situasu yang

dapat menyaksikan, merasakan dan mencoba sendiri tentang

suatu keadaan/peran sehingga pelatihan dapat lebih mantap dan

lebih berkesan.

2) Sensitivity Training (pelatihan sensivitas)

Metode pelatihan sensivitas adalah metode pelatihan untuk

(40)

terbuka dan jujur tentang perasaan, sikap dan perilaku peserta pelatihan. Partisipasi dalam pelatihan ini didorong agar

memberitahukan kepada peserta lainnya secara jujur bagaimna perilaku dimata orang lain dan perasaan orang lain terhadap

perilakunya.

3) Outbond/widerness (pelatihan alam terbuka)

Metode pelatihan alam terbuka adalah metode yang digunakan

untuk menggambarkan program pengembangan manajemen dan

eksekutif yang berlangsung dialam terbuka yang meliputi pendakian

gunung, pelayaran, berkano, arung jeram, sepeda gunung, dan

lain-lain. Tujuan pelatihan alam terbuka bukanlah pengembangan

keahlian teknis namun lebih pada pengembangan dan pengasahan

keahlian antar pribadi seperti : keyakinan diri, penghargaan diri, kerja

tim, penetapan tujuan da kepercayaan.

4) Presentation information (presentasi informasi)

Merupakan metode pengembangan yang berupa penyampaian

informasi terkait hal-hal yang akan dikembangkan.

5) Kursus formal

Metode off the job dengan cara karyawan mengikuti kursus

diluar agar mampu menambah keahliannya. Metode ini tidak selalu

(41)

C. Human Capital Development 1. Pengertian Human Capital

Istilah kapital manusia atau modal manusia (Human Capital)

berasal dari Theodore Schultz pemenang Hadiah Nobel tahun 1979 (

Jac Fitz-enz, 2000) seorang pakar ekonomi yang tetarik kepada

kegentingan negara-negara yang sedang berkembang. Ia berpendapat

bahwa memperbaiki kesejahteraan orang miskin tidak tergantung pada

tanah, peralatan atau energi, akan tetapi lebih tergantung pada ilmu

pengetahuan. Ia menyebut aspek kualitatif ekonomi tersebut sebagai

human capital. Ia mengemukakan sebagia berikut (terjemahan Wirawan): Memerhatikan bahwa semua sebagai sesuatu yang

berkembang dari dalam atau diperoleh. Setiap orang lahir suatu set

khusu gen, yang menemtukan kemampuan bawaan. Sifatnya-sifatn

kualitas populasi yang di peroleh, yang bernilai dan dapat diperbesar

dengan invesmen yang tepat, akan diperlakukan sebagai modal

manusia.

Human capital atau modal manusia adalah stok kompetensi, pengetahuan, keterampilan, pengalaman, tenaga, pikiran, perilaku,

kepribadian, aktivitas dan inovasi dan lain-lain yang merupakan

karakteristik yang ada dalam diri manusia sehingga mampu

melaksanakan fungsinya sebagai tenaga kerja atau buruh untuk menciptakan nilai ekonomi. Human capital hidup dan berkembang

sehingga dapat memberikan kerja secara terus menerus dan

(42)

Pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia), merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan organisasi, agar pengetahuan

(knowladge), kemampuan (ability), dan keterampilan (skill) mereka

sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang mereka lakukakan. Dengan

kegiatan pengembangan ini, maka diharapkan dapat memperbaiki dan

mengatasi kekurangan dalam melaksanakan pekerjaan dengan lebih

baik, sesuai dengan perkembangan ilmu teknologi yang digunakan oleh

organisasi.

Dengan demikian, pengembangan SDM merupakan sebuah cara

efektif untuk menghadapi tantangan-tantangan, termasuk ketertinggalan

SDM serta keragaman SDM yang ada dalam organisasi, perubahan

teknik kegiatan yang disepakati dan perputaran SDM. Dalam

menghadapi tantangan-tantangan di atas, Unit

kpegawaian/Personalia/SDM dapat memelihara para SDM yang efektif

dengan pengembangan SDM. Pentingnya organisasi melakukan

investasi peralatan kapital untuk tetap kompetitif untuk menyesuaikan

diri dengan perubahan teknologi, namun peralatan kapital tidak dapat

beroperasi secara efisien bila para SDM-nya tidak kapabel dan terampil.

Ini semakin penting utnuk ditekankan, bila kita menyadari bahwa

perubahan teknologi terjadi sangat cepat usang atau investasi dalam

teknologi hanya memberikan keunggulan kompetitif terbatas, karena

machines don’t make things, people do. (Kadarisman, 2012: 5).

2. Peranan Human Capital

Peranan human capital dalam mencapai outcomes bagi dirinya

(43)

human capital sangatlah menarik untuk dianalisis. Dalam organisasi, pembentunkan tersebut dimulai sejak penyiapan pengadaan pegawai,

selanjutnya seleksi, pelatihan, penempatan pengembangan, pemberian kompemsasi, hingga pemberhentian. Aspek-aspek tersebut merupakan

hal yang mendasar bagi setiap pegawai yang bergabung dalam sebuah

organisasi yang pada hakikatnya melakukan tugas, pokok, dan fungsi

demi tercapai tujuan organisasi bersama.

Fungsi manajerial berkaitan dengan pekerjaan pikiran atau

menggunakan pikiran (mental) dan meliputi perencanaan,

pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian tenaga pendidikan.

Sedangkan fungsi operatif (teknis), berkaitan dengan kegiatan-kegiatan

yang dilakukan dengan Gsik, melpud pengadaan, pengembangan,

kompetensi, integrasi, pemeliharaan, dan pemensiunan tenaga

pendidikan.

3. Komponen-komponen Human Capital

Manusia merupakan komponen yang sangat penting di dalam

proses inovasi paada suatu organisasi. Manusia dengan segala

kemampuannya bila dikerahkan keseluruhannya akan menghasilkan

kinerja yang luar biasa. Jika dihubungkan dengan organisasi, maka

seseorang yang sudah mengabdi pada suatau lembaga perlu

dikembangkan agar dapat menentukan nilai suatu organisasi. Manusia adalah faktor utama, yang perlu dikelola dengan baik, seperti team work,

leadership, individual capability.

Komponen dari Human Capital secara keseluruhan merupakan

(44)

yang ada di dalam organisasi. Terlepas dari komponen yang dimiliki oleh setiap individu, komponen human capital secara kolektif merupakan

satu kesatuan yang ahrus ada. Beberapa komponen yang perlu dikembangkan adalah sebagai berikut:

a. Leadership Practices (Praktik Kepemimpinan)

Setiap individu pasti memahami apa yang menjadi tanggung

jawab atas dirinya, begitu juga dengan individu yang berada di

lingkup organisasi. Perlunya developing leadership practices karena

dapat membantu setiap anggota organisasi mengembangkan cara

untuk merevitalisasi anggota tim dan menggerakkan keterlibatan

anggota organisasi dengan menampilkan kemampuan pribadi untuk

mencapai produktivitas dan kinerja yang profesional.

Demi mengembangkan pemahaman yang lebih luas mengenai

bagaimna memimpin diri sendiri, memimpin oranglain, dan organisasi

dengan pendekatan berbagai cara erektif dan kreatif. Untuk

meningkatkan kepemimpinan, maka perlunya suatu praktik. Tidak

sekadar hanya membaca buku-buku kepemimpinan, menghadiri

seminar, mengamati perilaku para pemimpin terkenal, bahkan melihat

aasan sendiri. Namun juga sadar bahwa kepemimpinan itu perlu

dilatih setiap hari.

b. Employees Engagement (Keterlibatan Karyawan)

Keterlibatan pegawai pertama kali muncul sebagai sebuah

konsep dalam teori manajemen pada tahun 1990an. Selanujutnya

meluas dalam praktek manajemen pada tahun 2000an, namun tetap

(45)

pegawai sudah mapan dalam pengelolaan sumber daya manusia dan komunikasi internet. Keterlibatan pegawai (Employee Engagement)

merupakan komitmen emosional yang dimiliki setiap individu yang berada didalam organisasi. Pegawai atau seluruh anggota akan

merasa bahwa visi dan misi pribadi sejalan dengan organisasi.

Dengan demikian, para anggota memiliki kepedulian yang

tinggi terhadap tugas yang menjadi tanggung jawabnya dan

selebihnya para anggota akan merasa senagng hati mengerjakan

tugas-tugasnya serta tidak menganggap apa yang sedang dikerjakan

menjadi beban mereka.

Melihat besarnya manfaat yang dilakukan oleh employee

engagement, maka perlunya suatu organisasi dapat mengkondisikan

perkembangannya sebawai wadah yang tepat bagitumbuhnya para

anggota. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkan kelebihan

para anggota organisasi yaitu sebagai berikut:

1) Menjelaskan secara detail misis dan visi organisasi, sehingga apa

yang akan dicapai sesuai dengan kemampuan para anggota dan

sesuai dengan ekspektasi.

2) Memberikan pemahaman terkait dengan tugas yang harus

dikerjakan secara terstruktur dan sesuai dengan dan fungsinya. Begitu juga, bagaimna reward dan punishmen, begitu juga

dengan saran.

3) Memberikan dukungan kepada para anggotaa unutk

(46)

c. Knowladge Availability & Accessibility (ketersediaan Pengetahuan & aksesibilitas)

Dasar dari pengetahuan menjelaskan perbedaaan individu dalam setiap pekembangan.Wagoner & Palermo (2014) dalam

Lantip dkk (2017:46) menjelaskan seseorang yang malang biasanya

terlihat lebih miskin memori dari pada pembaca yang baik. Keahlian

lebih bergantung pada pengetahuan daripada kapasitas mengingat

dengan adanya knowladge accessibility maka adanya distribusi

pemerataan pengetahuan dari para anggota organisasi dengan

mempertimbangkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan, juga

motivasi baik segala tingkatan maupun segala usia yang ada di

dalam organisasi. Sedangkan Knowladge availability maka

persediaan human capital berbasis knowladge memadai dengan

kompetensi dan keterampilan untuk mencocokkan kebutuhan

organisasi. Kedua Knowladge tersebut memang sangat dibutuhkan

baik setiap individu maupun kolektif yang ada didalam organisasi.

Kombinasi yang tepat yang dapat digunakan sebgai upaya

meningkatkan produktivitas kerja.

d. Workforce optimazion (Tenaga Kerja Optimal)

Pengoptimalam workforce (tenaga kerja) merupakan strategi

yang harus dimiliki oleh organisasi yang mengintegrasikan antara

teknologi yang semakin berkembang dengan pengalam dari kostumer

untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional organisasi. Stratergi workforce optimazion melibatkan proses otomatisasi yang

(47)

terkait dengan teknologi. Hal ini dimaksudkan untuk menningkatkan mamajemen tenaga kerja dan kinerja.

e. Learning Capacity (Kapasitas Pembelajaran)

Learning Capacity mengacu pada cara seorang individu (dan orgnisasi sebagai kelompok individu secara kolektif) dapat

mengenali, menyerap ilmu pengetahuan, dan menggunakan praktik

sesuai dengan teori yang ada. Learning capacity sangat penting

karena merupakan dasar untuk meningkatkan efesiensi operasional,

merangsang inovasi, dan miningkatkan kelincahan pergerakan

organisasi. Knowladge adalah input dan output pembelajaran

sehingga pengetahuan yang mengalir disekitar organisasi dapat

merangsang, menyediakan bahan ajar/pembelajaran, juga

mentransfer manfaat dari pembekajaran yang sudah dipelajari. Oleh

karena itu, peningkatan learning capacity berarti sejalan dengan

meningkatnya arus pengetahuan dan semakin baik dalam proses

pembelajaran yang terkait dengan organisasi.

4. Pengelolaan Human Capital

Teori modern untuk melakukan pengelolaan realitas baru dlam

Human Capital adalahb cara berpikirdan berperilaku baru yang radikal

sangat dibutuhkan pada kondisi perubahan lingkungan organisasi,

masyarakat dan individu. Burud & Tumolo (2004:52) dalam Lantip dkk

(2017) menyatakan pengelolaan Human Capital dan penetapan

strategic yang bermanfaat bagi hasil dan proses transformasi setidaknya

(48)

a. Kekuatan kerja sebagai realitas baru, diyakini bahwa tujuan organisasi bukan semata-mata mencari keuntungan melainkan

komitmen saling terbuka dalam suatau lingkungan kerja, sehingga mendorong adanya rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan;

b. Faktor manusia menentukan keberhasilan tujuan organisasi, melalui

penetapan intellectual capital (talent, knowladge, dan skill) dan

relotiinship capital (hubungan dengan costumer, steakeholders). c. Manusia adalah unsur yang terpenting untuk mencari keunggulan

kompetitif melalui kreativitas dan pengetahuan yang mereka miliki,

hubungan mereka dengan customer, rekan kerja, dan proffesional

network.

d. Kekuatan strategi adapti dalam mengungkit human capital, terletak

pada metode praktis beradaptasi yang mencakup :

1) Strategi investasi melalui orang

2) Strategi mengadopsi keyakinan baru

3) Strategi memahami budaya organisasi

4) Strategi menstransformasi praktik manajemen

5) Strategi memastikan kesesuaian antara keyakinan, budaya,

dan praktik (Lantip dkk, 2017:7)

5. Devinisi Pengembangan

Pengembangan adalah suatu usaha untuk meningkatkan

kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan sesuai

dengan kebutuhan pekerjaan/jabatan melalui pendidikan dan pelatihan

(49)

6. Development (pengembangan)

Pengembangan (development) adalah fungsi operasional kedua

dari manajemen personalia. Pengembangan karyawan atau pegawai (baru/lama) perlu dilakukan secara terencana dan berkesinambungan.

Agar pengembangan dapat dilaksanakan dengan baik, harus lebih

dahulu ditetapkan suatu program pengembangan karyawan atau

pegawai.

Program pengembangan karyawan hendaknya disusun secara

cermat dan didasarkan kepada metode-metode ilmiah serta pedoman

pada keterampilan yang dibutuhkan perusahaan saat ini maupun untuk

masa depan. Pengembangan harus bertujuan untuk meningkatkan

kemampuan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan supaya

prestasi kerjanya baik dan mencapai hasil yang optimal (Malayu S.P

Hasibuan, 2018:64).

7. Pengembangan dan Pelatihan

Pengembangan dan pelatihan merupakan dua konsep yang sama,

yaitu untuk meningkatkan kemampuan yang bersifat pengetahuan,

keterampilan, dan sikap agar pegawai bekerja lebih baik. Tetapi, dilihat

dari tujuannya kedua dapat dibedakan. Pengembangan difokuskan

untuk meningkatkan kemampuan membuat keputusan dan keterampilan

pada manajemen tingkat menengah dan atas, sedangkan pelatihan

difokuskan pada pegawai yang lebih rendah untuk meningkatkan

kemampuan melakukan pekerjaan yang lebih spesifik. Pelatihan

dimaksudkan agar pegawai dapat melaksanakan tugas pekerjaan

(50)

sementara pengembangan untuk tujuan peningkatan kinerja dan keberlangsungan organisasi dalam jangka panjang. Umumnya pelatihan

bisa digabing dengan program pengenalan pekerjaan sebelum pegawai melakukan kerja (Nurul Ulfatin dkk, 2016:146).

Menurut Rivai dan Sagala (2011), pengembangan SDM jangka

panjang sebagai pembeda dari kegiatan pelatihan untuk pekerjaan

tertentu telah menjadi perhatian dari pengembangan SDM. Dengan

melalui kegiatan pengembangan pegawai yang ada, pengembangan

SDM berusaha mengurangi ketergantungan organisasi terhadap

pengangkatan pegawai baru. Apabila organisasi dikembangkan secara

tepat sehingga lowongan formasi melalui perencaan SDM, dapat diisi

secara internal. Promosi dan transfer juga memperlihatkan kepada

pegawai bahwa mereka mempunyai karier, tidak sekedar kerja.

Pengembangan SDM menjadi keharusan yang akan dilakukan

organisasi agar SDM dapat terampil dan berkomitmen yng tinggi untuk

mengembangkan organisasi di masa depan (Lijan Poltak Sinambela,

(51)

D. Tinjauan Empiris Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti, Tahun Judul Metode

Penelitian Hasil Penelitian 1. . Yosep Satrio Wicaksono,2016 Pengaruh pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia dalam rangka meningkatkan semangat kerja dan kinerja karyawan (Studi di SKM Unit V PT. Gudang Garam,Tbk Kediri). Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dan kautitatif Pelatihan bagi karyawan sangat penting untuk diteraokan dalam suatu perusahaan. Dengan adanya pelatihan karyawan akan dapat bekerja secara lebih efektif dan efisien terutama untuk menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi seperti perubahan teknologi, perubahan metode kerja, menuntut pula perubahan sikap, tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan.

(52)

2. Danny Albert Tilon, 2013 Pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia pada restoran A&W di city of tomorrow of surabaya. Metode penelitian yang digunakan dengan metode deskriptif kualittif Dengan adanya pelatihan calon karyawan dan pengebangan karyawan diharapkan pihak perusahaan dapat melaksanakan pelatihan calon karyawan dan pengembangan karyawan dengan penuh tanggungjawab sesuai dengan peraturan yang ada dan begitu pula dengan karyawan diharapkan mengikuti peraturan tersebut. Hal ini bertujuan unutk memudahkan perusahaan mencapai tujuannya dan meningkatkan kualitas kerja sumber daya manusia dalam perusahaan.

(53)

3. R. Okky Satria, Asep Kuswara, 2013 Pengaruh motivasi dan pelatihan terhadap kompetensi kerja serta implikasinya pada produktivitas pegawai dinas perhubungan kota bandung Metode penelitian yang dilakukan adalah metode verifikatif, dengan menggunakan path analisys/analisis jalur Pengaruh motivasi kerja terhadap kompetensi kerja termasuk cukup signifikan. Hal ini terlihat dari pengaruh langsung motivasi kerja terhadap kompetensi kerja sebesar 22,85% dan berpengaruh tidak langsung sebesar 19,98%, total pengaruh motivasi kerja terhadap kompetensi sebesar 87,90%. 4. Y.M.V. Nudayen, Alex Kahu Lantum, 2008 Needs assessment pelatihan pengembangan SDM pendukung pariwisata kabupaten bantul Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif (descriptive research) Deskripsi data menunjukkan bahwa sebagian besar responden sangat membutuhkan pelatihan kepariwisataan (82,35%). Deskriptif data tentang spesifikasi kebutuhan menunjukkan bahwa sebagian besar responden membutuhkan pelatihan kepariwisataan secara spesifik tentang daya tarik wisata (94%); atraksi wisata (78%); dan sapta pesona (84%).

(54)

5. Melvin Grady Lolowang, Adolvina, Genita Lumintang, 2016 Pengaruh pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia terhadap kinerja karyawan pada PT. Berlian Kharisma Pasifik Manado Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian asosiatif. Pelatihan sumber daya manusia dan pengembangan sumberdaya manusia secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan di PT. Berlian Kharisma Pasifik Manado

(55)

E. Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

F. Hipotesis

Sesuai dengan masalah yang diteliti, tujuan peneliti, dan landasan teori

yang ada, maka hipotesis yang digunakan sebagai jawaban sementara terhadap

beberapa permasalahan yang ada adalah diduga bahwa “Training Needs Assesment berpengaruh pada Human Capital Development Aparatur Sipil Negara pada Dinas Pemberdayaan Peempuan dan Anak Provinsi Sul-Sel”.

TRAINING NEEDS ASSESMENT (X) 1. Analisis Organisasi 2. Analisis Tugas 3. Analisis Individu 4. Penentuan kesenjangan kemampuan 5. Rekomendasi (Lantip dkk, 2017:7)

HUMAN CAPITAL DEVELOPMENT (Y) 1. Leadership Practices (Praktik

Kepemimpinan)

2. Employees Engagement (Keterlibatan Karyawan) 3. Knowladge Availability &

Accessibility (ketersediaan Pengetahuan & aksesibilitas) 4. Workforce optimazion (Tenaga

Kerja Optimal)

5. Learning Capacity (Kapasitas Pembelajaran)

(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan metode survei, dimana penelitian ini mengambil sampel

dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul

data. Adapun desain dan metode survei ini adalah deskriptif kuesioner.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dan pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan

pada pegawai Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

provinsi Sul-Sel. Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, yaitu bulan

April sampai Mei 2019.

C. Definisi Operasinal Variabel

Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini diuraikan

sebagai berikut:

1. Training needs assesment

Training Needs Assesment difokuskan pada kebutuhan pelatihan personalia/individu yang disebut pula pelatihan Tekhnik

Sumber Daya Manusia Aparatus/PNS. Karena bertumpu pada

individu, maka akan menghasilkan kebutuhan pelatihan bagi seluruh

Sumber DayanManusia yang menjadi fokus kegiatan itu. Peran

pimpinan satuan/unit organisasi sangat penting karena dapat

(57)

2. Human capital development

Human Capital Development ini didesain unutk membantu organisasi/perusahaan dalam proses membangun sistem pengelolaan manusia, agar terencana, sistematis, terintegrasi, dan

produktif, yang pada akhirnya mampu berkontribusi positif terhadap

pencapaian-pencapaian organisasi. Semoga desain program ini

dapat berguna sebagai sebuah strategi untuk menentukan kebijakan

perbaikan organisasi dan pada akhirnya perusahaan dapat

mempertahankan eksistensinya sekaligus mampu bersaing dan

bahkan mengungguli perusahaan sejenis lainnya.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kulitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2012:115). Populasi dalam penelitian ini

adalah sebanyak 50 orang pegawai Dinas pemberdayaan Perempuan

dan Perlindungan Anak Provinsi Sul-Sel.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tertentu (Sugiyono, 2015:118). Penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan random sampling atau pengambilan

sampel secara acak menjadi responden, berdasarkan rumus slovin

sebagai berikut:

Gambar

Gambar           Halaman
Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu  No  Nama Peneliti,
Gambar 2.1       Kerangka Pikir
Tabel 4.5   Hasil Uji Validitas
+2

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun istilah yang banyak dipergunakan bukan evaluasi konteks tapi sering disebut analisis atau penilaian kebutuhan ( needs analysis atau needs assessment ). Kini di

Walaupun istilah yang banyak dipergunakan bukan evaluasi konteks tapi sering disebut analisis atau penilaian kebutuhan (needs analysis atau needs assessment). Kini di era

Pra Pelatihan, (1) Identifikasi dan analisis kebutuhan pelatihan ( Training Need Assesment ) yaitu melihat sejauh mana permasalahan rias wajah seorang karyawan

Meskipun dalam penyelenggaraannya tetap harus didahului dengan Training Need Assesment (TNA), penyesuaian, pengayaan dan modifikasi isi (content) materi program pelatihan,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya penerapan konsep TNA yang benar dapat meningkatkan kemampuan kerja aparat desa Pattondon Salu dan Pengimplestasian Training

Meskipun dalam penyelenggaraannya tetap harus didahului dengan Training Need Assesment TNA, penyesuaian, pengayaan dan modifikasi isi content materi program pelatihan, dan kesiapan tim

Keywords Small and medium enterprises SMEs, training needs, training areas, factors influencing training needs perception, enterprise/entrepreneur demographics IIM Kozhikode Society &

190 Training Needs Assessment Of Functional Staff At Central Lombok Region Mukmin Suryatni Faculty of Economics and Business, University of Mataram, Indonesia Ida Ayu Putri